Disusun Oleh:
Efer Ninwewr Fedro Lokwatty
NIM. 1319174010
A. Latar Belakang
Dalam konstruksi pembangunan jembatan terbagi atas dua struktur utama yaitu
struktur bangunan bagian atas dan struktur bangunan bagian bawah jembatan.
Sebelum melaksanakan suatu pembangunan konstruksi yang pertama-tama
dilaksanakan adalah pekerjaan pondasi (struktur bawah). Pondasi merupakan
salah satu bagian penting dalam konstruksi karena akan memikul semua beban
yang bekerja diatasnya dan akan menyalurkannya pada tanah dibawahnya. Jika
pemilihan hingga pengerjaan pondasi tidak direncanakan dengan baik maka akan
berakibat fatal bagi keseluruhan jembatan. Jembatan Wai Passa yang terletak pada
ruas Jalan Piru - Pelita Jaya, Seram Bagian Barat, Maluku direncanakan dibangun
menggunakan pondasi tiang pancang baja. Akan tetapi pada saat pelaksanaannya
dilapangan, pondasi tipe ini dan kondisi tanah tidak sesuai. Kondisi tanah yang
berbatu dan keras menyebabkan tiang pancang tidak dapat masuk pada kedalaman
yang telah ditentukan. Kedalaman yang awalnya direncanakan 27 m kedalaman
tiang yang masuk hanya 17 m telah mencapai tanah keras saat dipaksakan masuk
tiang pancang dapat pecah dan merusak pondasi.
Pemilihan jenis pondasi berdasarkan jenis tanah, terbagi atas 2 yaitu pondasi
dangkal dan pondasi dalam. Dengan pemilihan jenis pondasi yang tepat sesuai
kondisi tanah dibawahnya, jembatan akan bekerja secara maksimal karena
pondasi dapat menyalurkan beban yang diterimanya dari atas ke tanah dengan
baik karena sesuai dengan daya topang tanah. Oleh karena itu, dibuatlah analisa
ulang terkait pondasi jembatan Wai Passa dengan menggunakan pondasi bored
pile. Pemilihan pondasi ini dikarenakan kesesuainnya dengan kondisi tanah
berbatu dank eras dan mampu menahan bebabn hingga tidak terjadi pergeseran.
Terkait dengan itu maka penelitian ini dilakukan untuk menghitung kapasitas
daya dukung pondasi bored pile dan menentukan apakah pondasi ini dapat
memikul beban-beban jembatan Wai Passa. Untuk menghasilkan daya dukung
yang akurat maka diperlukan suatu penyelidikan tanah yang akurat juga. Ada dua
metode yang biasa digunakan dalam penentuan kapasitas daya dukung pile yaitu
dengan menggunakan metode stastis dan metode dinamis.
B. Rumusan Masalah
1. Berapakah daya dukung fondasi tiang tunggal jembatan Wai Passa jalan Piru -
Pelita Jaya, Seram Bagian Barat, Maluku?
2. Berapakah daya dukung fondasi tiang kelompok jembatan Wai Passa jalan
Piru - Pelita Jaya, Seram Bagian Barat, Maluku?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk menghitung daya dukung fondasi tiang tunggal jembatan Wai Passa
jalan Piru - Pelita Jaya, Seram Bagian Barat, Maluku.
2. Untuk menghitung daya dukung fondasi tiang kelompok jembatan Wai Passa
jalan Piru - Pelita Jaya, Seram Bagian Barat, Maluku.
D. Ruang Lingkup
Dalam penulisan ini terdapat batasan-batasan masalah, yaitu :
E. Manfaat Penelitian
F. Tinjauan Pustaka
1. Umum
Pengertian jembatan secara umum adalah suatu konstruksi yang berfungsi untuk
menghubungkan dua bagian jalan yang terputus oleh adanya rintangan-rintangan
seperti danau, lembah, jurang, saluran irigasi, jalan kereta api dan semacamnya.
Jenis jembatan berdasarkan fungsi, lokasi, bahan konstruksi dan tipe struktur
sekarang ini telah mengalami perkembangan yang pesat sejalan dengan kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi, mulai dari yang sederhana sampai pada
konstruksi yang kompleks.
Jenis jembatan sendiri dapat dibedakan berdasarkan fungsi, lokasi, dan bahan
konstruksinya.
2. Pembebanan Jembatan
Pedoman pembebanan untuk perencanaan jembatan merupakan dasar dalam
menentukan beban-beban dan gaya-gaya untuk perhitungan tegangan-tegangan
yang terjadi pada setiap bagian jembatan. Beban-beban yang bekerja pada
jembatan meliputi :
1. Beban Primer.
a. Beban Mati.
Beban mati merupakan beban akibat berat sendiri elemen-elemen jembatan.
Dalam menentukan besarnya beban mati harus digunakan nilai berat isi untuk
bahan-bahan bangunan penyusun elemen-elemen jembatan.
b. Beban Hidup.
Beban hidup pada jembatan ditinjau dalam dua macam, yaitu beban “T” yang
merupakan beban terpusat untuk lantai kendaraan dan beban “D” yang perupakan
beban jalur untuk gelagar.
- Beban “T”
- Beban “D”
c. Beban Kejut
Untuk memperhitungkan pengaruh-pengaruh getaran-getaran dan pengaruh-
pengaruh dinamis lainnya, tegangan-tegangan akibat beban garis “P” harus
dikalikan dengan koofisien kejut yang akan memeberikan hasil maksimum.
Sedangkan beban merata “q” dan beban “T” tidak dikalikan dengan koofisien
kejut.
e. Beban Sekunder
f. Beban Angin
g. Gaya Akibat Perbedaan Suhu
h. Gaya Rangkak dan Susut
i. Besarnya pengaruh rangkak dan susut bahan beton terhadap konstruksi apabila
tidak ada ketentuan lain, dapat dianggap senilai dengan gaya yang timbul
akibat turunnya suhu sebesar 15C.
j. Gaya Rem
k. Gaya Akibat Gempa Bumi
l. Gaya Akibat Gesekan pada Tumpuan-tumpuan Bergerak
Jembatan harus pula ditinjau terhadap gaya yang timbul akibat gesekan pada
tumpuan bergerak, karena adanya pemuaian dan penyusutan dari jembatan akibat
perbedaan suhu atau akibat-akibat lain. Gaya gesek yang timbul hanya ditinjau
akibat beban mati saja, sedang besarnya ditentukan berdasarkan koefisien gesek
pada tumpuan yang bersangkutan
m. Beban khusus
a. Gaya sentrifugal
b. Gaya tumbukan pada jembatan layang
c. Beban dan gaya selama pelaksanaan
d. Gaya akibat aliran air dan tumbukan benda-benda hanyutan
e. Gaya angkat
n. Kombinasi Pembebanan
Konstruksi jembatan dan bagian-bagiannya harus ditinjau terhadap kombinasi
pembebanan dan gaya yang mungkin bekerja. Sesuai dengan sifat-sifat serta
kemungkinan-kemungkinan pada setiap beban, tegangan yang digunakan dalam
pemeriksaan kekuatan konstruksi yang bersangkutan dinaikan terhadap tegangan
yang diijinkan sesuai keadaan elastis.
3. Pondasi
Pondasi adalah bagian terendah bangunan yang meneruskan beban bangunan ke
tanah atau batuan yang berada di bawahnya. Pondasi berfungsi untuk
menyalurkan beban-beban terpusat dari bangunan bawah ke dalam tanah
pendukung dengan cara sedemikian rupa sehingga hasil tegangan dan gerakan
tanah dapat dipikul oleh struktur secara keseluruhan. Beban – beban yang bekerja
pada pondasi meliputi beban terpusat yang disalurkan dari bangunan bawah, berat
merata akibat berat sendiri pondasi dan beban momen.
Macam-macam pondasi
a. Pondasi dangkal
Pondasi dangkal adalah pondasi yang mendukung beban secara langsung seperti :
1. Pondasi telapak
2. Pondasi memanjang
3. Pondasi rakit
b. Pondasi dalam
Pondasi dalam terdiri dari beberapa macam yaitu :
1. Pondasi sumuran (pier foundation) yaitu pondasi yang merupakan peralihan
antara pondasi dangkal dan pondasi tiang :
- Tekanan konstruksi ke tanah < daya dukung tanah pada dasar sumuran.
- Aman terhadap penurunan yang berlebihan.
- Diameter sumuran ≥ 1,50 meter.
- Cara galian terbuka tidak disarankan.
- Kedalaman dasar pondasi sumuran harus dibawah gerusan maksimum.
- Biasanya digunakan sebagai pengganti pondasi tiang pancang apabila
lapisan pasir tebalnya > 2,00 m dan lapisan pasirnya cukup padat.
- Kapasitas daya dukung tiang terdiri dari point bearing serta tahanan
gesek tiang.
- Lapisan tanah keras berada > 8,00 meter dari muka tanah setempat atau
dari dasar sungai terdalam.
- Jika gerusan tidak dapat dihindari yang dapat mengakibatkan daya
dukung tiang dapat berkurang, maka harus diperhitungkan pengaruh
tekuk dan reduksi gesekan antara tiang dan tanah sepanjang kedalaman
gerusan.
- Jarak as tiang tidak boleh kurang dari 3 kali garis tengah tiang yang
dipergunakan.
4. Pondasi Bored Pile
Pondasi Bored Pile adalah pondasi tiang yang pemasangannya dilakukan dengan
mengebor tanah lebih dahulu (Hary Christady Hardiyanto, 2010). Pemasangan
pondasi bored pile ke dalam tanah dengan cara mengebor tanah terlebih dahulu,
baru kemudian diisi tulangan dan dicor beton. Tiang ini biasanya dipakai pada
tanah yang stabil dan kaku, sehingga memungkinkan untuk membentuk lubang
yang stabil dengan alat bor. Jika tanah mengandung air, pipa besi dibutuhkan
untuk menahan dinding lubang pipa dan pipa ini ditarik ke atas pada waktu
pengecoran beton. Pada tanah yang keras atau batuan lunak, dasar tiang dapat
dibesarkan untuk menambah tahanan dukung ujung tiang.
Bored pile dapat digunakan pada tiang kelompok atau pile cap.
Kedalaman tiang dapat divariasikan.
Bored pile dapat didirikan sebelum penyelesain tahapan selanjutnya.
Ketika proses pemancangan dilakukan, getaran tanah akan mengakibatkan
kerusakan pada bangunan yang ada di dekatnya, tetapi dengan penggunaan
pondasi bored pile hal ini dapat dicegah.
Pada pondasi tiang pancang, proses pemancangan pada tanah lempung akan
membuat tanah bergelombang dan menyebabkan tiang pancang sebelumnya
bergerak ke samping. Hal ini tidak terjadi pada konstruksi pondasi bored
pile.
Selama pelaksanaan pondasi bored pile tidak ada suara yang ditimbulkan
oleh alat pancang seperti yang terjadi pada pelaksanaan pondasi tiang
pancang.
Karena dasar pondasi bored pile dapat diperbesar, hal ini memberikan
ketahanan yang besar untuk gaya ke atas.
Permukaan diatas dimana dasar bored file didirikan dapat diperiksa secara
langsung.
Pondasi bored pile mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap bebann
lateral.
Pada saat ini ada tiga metode dasar pengeboran (variable-variable tempat proyek
mungkin juga memerlukan perpaduan beberapa metode) yaitu :
1. Metode Kering
Pada metode kering yang pertama dilakukan adalah sumuran digali (dan
dasarnya dibentuk lonceng). Kemudian sumuran diisi sebagian dengan beton
dan kerangka tulangan dipasang dan setelah itu sumuran telah selesai
dikerjakan. Harap diingat bahwa kerangka tulangan tidak boleh dimasukan
sampai mencapai dasar sumuran karena diperlukan pelindung beton
minimum, tetapi kerangka tulangan boleh diperpanjang sampai akhir
mendekati kedalaman penuh dari pada hanya mencapai kira-kira
setengahnya saja.
Metode ini membutuhkan tanah tempat proyek yang tak berlekuk (kohesif)
dan permukaan air di bawah dasar sumuran atau jika permeabilitasnya cukup
rendah, sumuran bisa digali dan dibeton sebelum sumuran terisi air cukup
banyak sehingga bisa mempengaruhi kekuatan beton.
2. Metode Acuan.
Pada metode ini, acuan dipakai pada tempat-tempat proyek yang mungkin
terjadi lekukan atau deformasi lateral yang berlebihan terhadap rongga
sumur (sharf cavity). Metode ini juga diapaki sebagai sambungan-perapat
(seal) lubang terhadap masuknya air tanah tetapi hal ini membutuhkan
lapisan tanah yang tak bisa ditembus (kedap) air di bawah daerah lekukan
tempat acuan bisa dipasang.
3. Metode Adonan.
Metode ini bisa diterapkan pada semua keadaan yang membutuhkan acuan.
Hal ini diperlukan jika tidak mungkin mendapatkan penahan air (water seal)
yang sesuai dengan acuan untuk menjaga agar air tidak masuk ke dalam
rongga sumuran (shaft cafity).
dimana :
Qs=Qs=Ux ∑(Li.fi)
dimana :
U = Keliling Tiang
Kapasitas dukung daya dukung ultimit tiang (Qu) dihitung dengan persamaan :
Qu=Qb + Qs
Dimana :
Qb = Kapasitas Dukung Ujung Tiang
Qs = Kapasitas Dukung Selimut Tiang
Kapasitas dukung ultimit tiang dapat dihitung secara empiris dari nilai N
Keterangan:
2. Tahanan gesek selimut tiang berdasarkan data pengujian SPT dihitung dengan
persamaan Meyerhoff (Bowles, 1993), yaitu:
Qs=Xm.N.p.Li
Keterangan:
fb=0,4N”(L/d)σr≤4 N” σr
fb=0,4N”(L/d)σr≤3 N” σr
Keterangan:
tekanan overburden
Untuk menghitung fb, nilai N-SPT yang digunakan harus mewakili kondisi
tanah di sekitar ujung tiang yaitu dalam kisaran 1D di atas dasar tiang dan 2D
di bawahnya.
fs=0,224σr(N”)0,29
fb=19,7σr(N”)0,36
Keterangan:
Dalam pengujian SPT ini juga akan diperoleh kepadatan relative (relative
density), sudut gesek dalam (φ) berdasarkan nilai jumlah pukulan (N). Untuk
tanah granuler, seperti pasir faktor-faktor Nq, Nγ adalah fungsi dari φ, karena itu
sangat tergantung dari besarnya kerapatan relatif (Dr).
Dengan memperhatikan bentuk pondasi, kemiringan beban dan kuat geser tanah di
atas dasar pondasinya Meyerhof dan Brinch Hansen (Hardiyatmo, 1996)
memberikan juga persamaan daya dukung yaitu:
Keterangan:
Df = Kedalaman pondasi
6. Faktor Keamanan
Qa = Qu / 2,5
Qa = Qu / 2
Bila diameter tiang lebih dari 2 m, kapasitas tiang ijin perlu dievaluasi dari
pertimbangan penurunan tiang. Selanjutnya, penurunan struktur harus pula dicek
terhadap persyaratan besar penurunan toleransi yang masih diijinkan.
Faktor aman (F) untuk tiang bor juga bergantung terutama pada informasi dari
hasil uji beban statis, keseragaman kondisi tanah, dan ketelitian program
penyelidikan tanah. Nilai-nilai tipikal faktor aman untuk tiang bor yang
disarankan, ditunjukkan dalam Tabel . Nilai-nilai dalam tabel tersebut berlaku
untuk bangunan-bangunan pada umumnya. Untuk bangunan-bangunan yang
khusus, maka nilai-nilai faktor amannya dapat ditambah atau dikurangi.
Pada umumnya, faktor aman untuk beban tarik lebih besar dari beban tekan.
Hal ini, dikarenakan keruntuhan akibat beban tarik lebih bersifat segera dan
merusakkan terutama pada saat gempa.
Pada umumnya jarang pondasi bored pile digunakan sebagai tiang tunggal,
melainkan berupa gabungan dari beberapa tiang yang disebut dengan tiang
kelompok (pile group). Di atas pile group, biasanya diletakkan suatu konstruksi
poer (footing) yang mempersatukan kelompok tiang tersebut.
Kapasitas kelompok tiang tidak selalu sama dengan jumlah kapasitas tiang
tunggal yang berada dalam kelompoknya.
total struktur.
Pada tiang tunggal, interaksi yang terjadi hanyalah tiang dengan tanah, sedangkan
pada kelompok tiang akan ada interaksi antara tiang dengan tanah dan tiang
dengan tiang yang lainnya. Interaksi ini akan lebih besar jika jarak tiang semakin
dekat. Jika pada salah satu tiang pada kelompok tiang didesak sehingga terjadi
penurunan, maka tiang
disekitarnya akan ikut turun akibat tertarik oleh tanah disekitar tiang yang
dibebani. Berdasarkan kondisi tersebut, maka akan terjadi penurunan tiang akibat
beban yang didukung tiang didekatnya walaupun tiang tersebut tidak terbebani.
Hal ini akan mengakibatkan kapasitas dukung tiang menjadi berkurang jika
dibandingkan dengan
kondisi tiang tunggal. Analisis ini dikembangkan dengan menganggap tidak ada
pile cap.
e. Macam-macam tanah.
( n−1 ) m+ ( m−1 ) n
Eg = 1 – θ ¿
90 mn¿
Keterangan:
d = diameter tiang
Qg
Eg = . ¿
nQu¿
Dengan:
Qg = Eg × n × Qu
G. Metode Penelitian
1. Lokasi Penelitian
- Data Primer :
1. Gambar Rencana
- Data Sekunder :
1. Standar Pembebanan Jembatan.2005 RSNI T-02-2005.
4. Sumber Data
Data diperoleh melalui instansi Satker PJN Wilayah 1 pada saat pembangunan
Jembatan Wai Passa berlangsung dengan peraturan pembebanan berdasar pada
2005 RSNI T-02-2005.
MULAI
Pengumpulan Data :
Analisa Data
OK
G. Hasil Penelitian
Supriyadi Bambang, CES., DEA. & Muntohar Setyo Agus, 2007, Jembatan,
Yogyakarta.
SNI 2451:2008, 2008, Spesifikasi Pilar dan Kepala Jembatan Beton Sederhana
5m sampai dengan 25 m.
Jurnal Rivet (Riset dan Invensi Teknologi), Vol.01 No.02 Desember 2021,
Analisa Daya Dukung Pondasi Bored Pile Pada Gedung Kantor Satpol
Pp Kota Bukittinggi.
https://jurnal.unidha.ac.id/index.php/RIVT/article/view/337
Jurnal Geosains dan Teknologi,Vol 2 No.2 2019, Analisis Daya Dukung Bored
Pile Pada Pembangunan Pondasi Jembatan Kali Kenteng dan Kali
Serang Segmen Susukan di Ruas Jalan Tol Salatiga-Kartasura,
PT.Waskita Karya (Persero), Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa
Tengah
https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/jgt/article/view/5547
https://jurnal.polimdo.ac.id/index.php/semnas/article/view/394
DOKUMENTASI