Anda di halaman 1dari 26

OUTLINE SKRIPSI

ANALISIS DAYA DUKUNG FONDASI BORE PILE JEMBATAN WAI


PASSA RUAS JALAN PIRU - PELITA JAYA MALUKU

Disusun Oleh:
Efer Ninwewr Fedro Lokwatty
NIM. 1319174010

PRODI D4 TEKNIK KONSTRUKSI JALAN DAN JEMBATAN


JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI AMBON
2023
JUDUL : ANALISA DAYA DUKUNG FONDASI BORE PILE JEMBATAN
WAI PASSA RUAS JALAN PIRU - PELITA JAYA MALUKU

A. Latar Belakang

Dalam konstruksi pembangunan jembatan terbagi atas dua struktur utama yaitu
struktur bangunan bagian atas dan struktur bangunan bagian bawah jembatan.
Sebelum melaksanakan suatu pembangunan konstruksi yang pertama-tama
dilaksanakan adalah pekerjaan pondasi (struktur bawah). Pondasi merupakan
salah satu bagian penting dalam konstruksi karena akan memikul semua beban
yang bekerja diatasnya dan akan menyalurkannya pada tanah dibawahnya. Jika
pemilihan hingga pengerjaan pondasi tidak direncanakan dengan baik maka akan
berakibat fatal bagi keseluruhan jembatan. Jembatan Wai Passa yang terletak pada
ruas Jalan Piru - Pelita Jaya, Seram Bagian Barat, Maluku direncanakan dibangun
menggunakan pondasi tiang pancang baja. Akan tetapi pada saat pelaksanaannya
dilapangan, pondasi tipe ini dan kondisi tanah tidak sesuai. Kondisi tanah yang
berbatu dan keras menyebabkan tiang pancang tidak dapat masuk pada kedalaman
yang telah ditentukan. Kedalaman yang awalnya direncanakan 27 m kedalaman
tiang yang masuk hanya 17 m telah mencapai tanah keras saat dipaksakan masuk
tiang pancang dapat pecah dan merusak pondasi.

Pemilihan jenis pondasi berdasarkan jenis tanah, terbagi atas 2 yaitu pondasi
dangkal dan pondasi dalam. Dengan pemilihan jenis pondasi yang tepat sesuai
kondisi tanah dibawahnya, jembatan akan bekerja secara maksimal karena
pondasi dapat menyalurkan beban yang diterimanya dari atas ke tanah dengan
baik karena sesuai dengan daya topang tanah. Oleh karena itu, dibuatlah analisa
ulang terkait pondasi jembatan Wai Passa dengan menggunakan pondasi bored
pile. Pemilihan pondasi ini dikarenakan kesesuainnya dengan kondisi tanah
berbatu dank eras dan mampu menahan bebabn hingga tidak terjadi pergeseran.

Terkait dengan itu maka penelitian ini dilakukan untuk menghitung kapasitas
daya dukung pondasi bored pile dan menentukan apakah pondasi ini dapat
memikul beban-beban jembatan Wai Passa. Untuk menghasilkan daya dukung
yang akurat maka diperlukan suatu penyelidikan tanah yang akurat juga. Ada dua
metode yang biasa digunakan dalam penentuan kapasitas daya dukung pile yaitu
dengan menggunakan metode stastis dan metode dinamis.

B. Rumusan Masalah

Masalah yang akan dibahas sesuai latar belakang diatas adalah :

1. Berapakah daya dukung fondasi tiang tunggal jembatan Wai Passa jalan Piru -
Pelita Jaya, Seram Bagian Barat, Maluku?
2. Berapakah daya dukung fondasi tiang kelompok jembatan Wai Passa jalan
Piru - Pelita Jaya, Seram Bagian Barat, Maluku?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah :

1. Untuk menghitung daya dukung fondasi tiang tunggal jembatan Wai Passa
jalan Piru - Pelita Jaya, Seram Bagian Barat, Maluku.
2. Untuk menghitung daya dukung fondasi tiang kelompok jembatan Wai Passa
jalan Piru - Pelita Jaya, Seram Bagian Barat, Maluku.

D. Ruang Lingkup
Dalam penulisan ini terdapat batasan-batasan masalah, yaitu :

1. Menghitung struktur bawah jembatan dengan tipe pondasi bored pile,


berdasarkan beban-beban yang bekerja pada bangunan atas sesuai data yang
sudah ada.
2. Data hasil pengujian tanah didapat langsung dari instansi
3. Tidak menghitung kebutuhan anggaran biaya.

E. Manfaat Penelitian

1. Sebagai media pendalaman wawasan dan pengalaman bagi perencanaan


Jembatan
2. Memberikan rasa nyaman dan aman kepada masyarakat sekitar dengan adanya
pembangunan drainase terhadap kerusakan dini perkerasan lentur
3. Melatih kemandirian, kerja keras, dan kemampuan bekerja di lapangan.

F. Tinjauan Pustaka

1. Umum
Pengertian jembatan secara umum adalah suatu konstruksi yang berfungsi untuk
menghubungkan dua bagian jalan yang terputus oleh adanya rintangan-rintangan
seperti danau, lembah, jurang, saluran irigasi, jalan kereta api dan semacamnya.
Jenis jembatan berdasarkan fungsi, lokasi, bahan konstruksi dan tipe struktur
sekarang ini telah mengalami perkembangan yang pesat sejalan dengan kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi, mulai dari yang sederhana sampai pada
konstruksi yang kompleks.

Jenis jembatan sendiri dapat dibedakan berdasarkan fungsi, lokasi, dan bahan
konstruksinya.

Tabel 2.1 Jenis Jembatan berdasarkan Bentang

No. Jenis Bangunan Atas Variasi Perbandingan Penampilan


Bentang H/L tipikal
A Konstruksi Kayu :
1 Jembatan Balok dengan 5-20 m 1/15 Kurang
lantai urug atau lantai
papan
2 Gelagar kayu gergaji 5-10 m 1/5 Kurang
dengan papan lantai
3 Rangkai lantai atas 20-5 m 1/5 Kurang
dengan papan kayu
4 Gelagar baja dengan 5-35 m 1/7 – 1/30 Kurang
lantai papan kayu
B Konstruksi Baja :
1 Gelagar baja dengan 5-25 m 1/25 – 1/27 Kurang
lantai plat baja
2 Gelagar baja dengan 15-50 m 1/20 Fungsional
lantai beton komposit 35-90 m
(bentang sederhana dan
menerus)
3 Rangka lantai bawah 30-100 m 1/8 – 1/11 Kurang
dengan plat beton
4 Rangka baja menerus 60-150 m 1/10 Baik
C Konstruksi Beton Bertulang :
1 Plat beton bertulang 5-10 m 1/12.5 Fungsional
2 Plat berongga 10-18 m 1/18 Fungsional
3 Gelagar beton T 6-25 m 1/12 -1/17.5 Fungsional
4 Lengkung beton 30-70 m 1/30 Estetik
(Parabola)
D Jembatan Beton Pratekan :
1 Segmen pelat 6-12 m 1/20 Fungsional
2 Gelagar I dengan lantai 20-40 m 1/17.5 Fungsional
beton komposit, bentang
menerus
3 Gelagar T pasca 20-45 m 1/16.5 – 1/17.5 Fungsional
penegangan
4 Gelagar boks menerus, 6-150 m 1/18 – 1/20 Estetik
pelaksanaan kantilever
Sumber : Bridge Management System 1992

2. Pembebanan Jembatan
Pedoman pembebanan untuk perencanaan jembatan merupakan dasar dalam
menentukan beban-beban dan gaya-gaya untuk perhitungan tegangan-tegangan
yang terjadi pada setiap bagian jembatan. Beban-beban yang bekerja pada
jembatan meliputi :

1. Beban Primer.
a. Beban Mati.
Beban mati merupakan beban akibat berat sendiri elemen-elemen jembatan.
Dalam menentukan besarnya beban mati harus digunakan nilai berat isi untuk
bahan-bahan bangunan penyusun elemen-elemen jembatan.

b. Beban Hidup.
Beban hidup pada jembatan ditinjau dalam dua macam, yaitu beban “T” yang
merupakan beban terpusat untuk lantai kendaraan dan beban “D” yang perupakan
beban jalur untuk gelagar.

- Beban “T”
- Beban “D”
c. Beban Kejut
Untuk memperhitungkan pengaruh-pengaruh getaran-getaran dan pengaruh-
pengaruh dinamis lainnya, tegangan-tegangan akibat beban garis “P” harus
dikalikan dengan koofisien kejut yang akan memeberikan hasil maksimum.
Sedangkan beban merata “q” dan beban “T” tidak dikalikan dengan koofisien
kejut.

d. Gaya Akibat Tekanan Tanah


Bagian bangunan jembatan yang menahan tanah harus direncanakan dapat
menahan tekanan tanah sesuai dengan rumus-rumus yang ada. Beban kendaraan di
belakang bangunan penahan tanah diperhitungkan senilai dengan muatan tanah
setinggi 60 cm.

e. Beban Sekunder
f. Beban Angin
g. Gaya Akibat Perbedaan Suhu
h. Gaya Rangkak dan Susut
i. Besarnya pengaruh rangkak dan susut bahan beton terhadap konstruksi apabila
tidak ada ketentuan lain, dapat dianggap senilai dengan gaya yang timbul
akibat turunnya suhu sebesar 15C.
j. Gaya Rem
k. Gaya Akibat Gempa Bumi
l. Gaya Akibat Gesekan pada Tumpuan-tumpuan Bergerak
Jembatan harus pula ditinjau terhadap gaya yang timbul akibat gesekan pada
tumpuan bergerak, karena adanya pemuaian dan penyusutan dari jembatan akibat
perbedaan suhu atau akibat-akibat lain. Gaya gesek yang timbul hanya ditinjau
akibat beban mati saja, sedang besarnya ditentukan berdasarkan koefisien gesek
pada tumpuan yang bersangkutan

m. Beban khusus
a. Gaya sentrifugal
b. Gaya tumbukan pada jembatan layang
c. Beban dan gaya selama pelaksanaan
d. Gaya akibat aliran air dan tumbukan benda-benda hanyutan
e. Gaya angkat
n. Kombinasi Pembebanan
Konstruksi jembatan dan bagian-bagiannya harus ditinjau terhadap kombinasi
pembebanan dan gaya yang mungkin bekerja. Sesuai dengan sifat-sifat serta
kemungkinan-kemungkinan pada setiap beban, tegangan yang digunakan dalam
pemeriksaan kekuatan konstruksi yang bersangkutan dinaikan terhadap tegangan
yang diijinkan sesuai keadaan elastis.

Tegangan Yang Digunakan Dalam Prosen


Terhadap Tegangan Izin Keadaan Elastis
Kombinasi Pembebanan dan Gaya
I. M + (H +K) + Ta + Tu 100%
II. M + Ta + Ah + Gg + A + SR 125%
III.
+TmKomb. (I) + Rm + Gg + A + SR Tm + 140%
IV.
+ M + Gh + Tag + Gg + Ahg + Tu S 150%
V. M + Pl 130%
VI. M + (H + K) + Ta + S Tb 150%
Tabel 2.2 Kombinasi pembebanan dan gaya

Sumber: PPJJR 1987

3. Pondasi
Pondasi adalah bagian terendah bangunan yang meneruskan beban bangunan ke
tanah atau batuan yang berada di bawahnya. Pondasi berfungsi untuk
menyalurkan beban-beban terpusat dari bangunan bawah ke dalam tanah
pendukung dengan cara sedemikian rupa sehingga hasil tegangan dan gerakan
tanah dapat dipikul oleh struktur secara keseluruhan. Beban – beban yang bekerja
pada pondasi meliputi beban terpusat yang disalurkan dari bangunan bawah, berat
merata akibat berat sendiri pondasi dan beban momen.

Macam-macam pondasi

Klasifikasi pondasi dibagi menjadi dua yaitu :

a. Pondasi dangkal
Pondasi dangkal adalah pondasi yang mendukung beban secara langsung seperti :

1. Pondasi telapak
2. Pondasi memanjang
3. Pondasi rakit
b. Pondasi dalam
Pondasi dalam terdiri dari beberapa macam yaitu :
1. Pondasi sumuran (pier foundation) yaitu pondasi yang merupakan peralihan
antara pondasi dangkal dan pondasi tiang :
- Tekanan konstruksi ke tanah < daya dukung tanah pada dasar sumuran.
- Aman terhadap penurunan yang berlebihan.
- Diameter sumuran ≥ 1,50 meter.
- Cara galian terbuka tidak disarankan.
- Kedalaman dasar pondasi sumuran harus dibawah gerusan maksimum.
- Biasanya digunakan sebagai pengganti pondasi tiang pancang apabila
lapisan pasir tebalnya > 2,00 m dan lapisan pasirnya cukup padat.

2. Pondasi bored pile


- Tekanan konstruksi ke tanah < daya dukung tanah pada dasar sumuran.
- Aman terhadap penurunan yang berlebihan, gerusan air dan longsoran
tanah.
- Dimataer bored pile ≥ 0,50 meter.
3. Pondasi tiang (pile foundation) digunakan bila tanah pondasi pada kedalaman
yang normal tidak mampu mendukung bebannya dan tanah kerasnya terletak
pada kedalaman yang sangat dalam. Pondasi tiang umumnya berdiameter
lebih kecil dan lebih panjang dibandingkan dengan pondasi dengan sumuran
(Bowles, 1991).
Dasar perhitungan dapat didasarkan pada daya dukung persatuan tiang maupun
daya dukung kelompok tiang. Persyaratan teknik pemakaian pondasi ini adalah :

- Kapasitas daya dukung tiang terdiri dari point bearing serta tahanan
gesek tiang.
- Lapisan tanah keras berada > 8,00 meter dari muka tanah setempat atau
dari dasar sungai terdalam.
- Jika gerusan tidak dapat dihindari yang dapat mengakibatkan daya
dukung tiang dapat berkurang, maka harus diperhitungkan pengaruh
tekuk dan reduksi gesekan antara tiang dan tanah sepanjang kedalaman
gerusan.
- Jarak as tiang tidak boleh kurang dari 3 kali garis tengah tiang yang
dipergunakan.
4. Pondasi Bored Pile

Pondasi Bored Pile adalah pondasi tiang yang pemasangannya dilakukan dengan
mengebor tanah lebih dahulu (Hary Christady Hardiyanto, 2010). Pemasangan
pondasi bored pile ke dalam tanah dengan cara mengebor tanah terlebih dahulu,
baru kemudian diisi tulangan dan dicor beton. Tiang ini biasanya dipakai pada
tanah yang stabil dan kaku, sehingga memungkinkan untuk membentuk lubang
yang stabil dengan alat bor. Jika tanah mengandung air, pipa besi dibutuhkan
untuk menahan dinding lubang pipa dan pipa ini ditarik ke atas pada waktu
pengecoran beton. Pada tanah yang keras atau batuan lunak, dasar tiang dapat
dibesarkan untuk menambah tahanan dukung ujung tiang.

Ada berbagai jenis pondasi bored pile yaitu :

1. Bored pile lurus untuk tanah keras


2. Bored pile yang ujungnya diperbesar berbentuk bel
3. Bored pile yang ujungnya diperbesar berbentuk trapesium
4. Bored pile lurus untuk tanah berbatu-batuan

Ada beberapa alasan digunakannya pondasi bored pile dalam konstruksi :

 Bored pile dapat digunakan pada tiang kelompok atau pile cap.
 Kedalaman tiang dapat divariasikan.
 Bored pile dapat didirikan sebelum penyelesain tahapan selanjutnya.
 Ketika proses pemancangan dilakukan, getaran tanah akan mengakibatkan
kerusakan pada bangunan yang ada di dekatnya, tetapi dengan penggunaan
pondasi bored pile hal ini dapat dicegah.
 Pada pondasi tiang pancang, proses pemancangan pada tanah lempung akan
membuat tanah bergelombang dan menyebabkan tiang pancang sebelumnya
bergerak ke samping. Hal ini tidak terjadi pada konstruksi pondasi bored
pile.
 Selama pelaksanaan pondasi bored pile tidak ada suara yang ditimbulkan
oleh alat pancang seperti yang terjadi pada pelaksanaan pondasi tiang
pancang.
 Karena dasar pondasi bored pile dapat diperbesar, hal ini memberikan
ketahanan yang besar untuk gaya ke atas.
 Permukaan diatas dimana dasar bored file didirikan dapat diperiksa secara
langsung.
 Pondasi bored pile mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap bebann
lateral.

Beberapa kelemahan dari pondasi bored pile :

1. Keadaan cuaca yang buruk dapat mempersulit pengeboran dan pengecoran,


dapat diatasi dengan cara menunda pengeboran dan pengecoran sampai
keadaan cuaca memungkinkan atau memasang tenda sebagai penutup.
2. Pengeboran dapat mengakibatkan gangguan kepadatan, bila tanah berupa
passir atau tanah berkerikil maka menggunakan bentonite sebagai penahan
longsor.
3. Pengecoran beton sulit bila dipengaruhi air tanah karena mutu beton tidak
dapat dikontrol dengan baik maka diatasi dengan cara ujung pipa tremie
berjarak 25-50 cm dari dassr lubang pondasi.
4. Air yang mengalir ke dalam lubang bor dapat mengakibatkan gangguan
tanah, sehingga mengurangi kapasitas dukung tanah terhadap tiang maka air
yang mengalir langsung dihisap dan dibuang kembali ke dalam kolam air.
5. Akan terjadi tanah runtuh jika tindakan pencegahan tidak dilakukan, maka
dipasang casing untuk mencegah kelongsoran.
6. Karena diameter tiang cukup besar dan memerlukan banyak beton dan
material untuk pekerjaan kecil mengakibatkan biaya sangat melonjak maka
ukuran tiang bored pile disesuiakan dengan beban yang dibutuhkan.
7. Walaupun penetrasi sampai ketanah pendukung pondasi dianggap telah
terpenuhi kadang-kadang terjadi bahwa tiang pendukung kurang sempurna
karena adanya lumpur yang tertimbun di dasar maka dipasang pipa paralon
pada tulangan bored pile untuk pekerjaan base grouting.

Pada saat ini ada tiga metode dasar pengeboran (variable-variable tempat proyek
mungkin juga memerlukan perpaduan beberapa metode) yaitu :

1. Metode Kering
Pada metode kering yang pertama dilakukan adalah sumuran digali (dan
dasarnya dibentuk lonceng). Kemudian sumuran diisi sebagian dengan beton
dan kerangka tulangan dipasang dan setelah itu sumuran telah selesai
dikerjakan. Harap diingat bahwa kerangka tulangan tidak boleh dimasukan
sampai mencapai dasar sumuran karena diperlukan pelindung beton
minimum, tetapi kerangka tulangan boleh diperpanjang sampai akhir
mendekati kedalaman penuh dari pada hanya mencapai kira-kira
setengahnya saja.
Metode ini membutuhkan tanah tempat proyek yang tak berlekuk (kohesif)
dan permukaan air di bawah dasar sumuran atau jika permeabilitasnya cukup
rendah, sumuran bisa digali dan dibeton sebelum sumuran terisi air cukup
banyak sehingga bisa mempengaruhi kekuatan beton.
2. Metode Acuan.
Pada metode ini, acuan dipakai pada tempat-tempat proyek yang mungkin
terjadi lekukan atau deformasi lateral yang berlebihan terhadap rongga
sumur (sharf cavity). Metode ini juga diapaki sebagai sambungan-perapat
(seal) lubang terhadap masuknya air tanah tetapi hal ini membutuhkan
lapisan tanah yang tak bisa ditembus (kedap) air di bawah daerah lekukan
tempat acuan bisa dipasang.
3. Metode Adonan.
Metode ini bisa diterapkan pada semua keadaan yang membutuhkan acuan.
Hal ini diperlukan jika tidak mungkin mendapatkan penahan air (water seal)
yang sesuai dengan acuan untuk menjaga agar air tidak masuk ke dalam
rongga sumuran (shaft cafity).

5. Kapasitas Daya Dukung Bored Pile Dari Hasil SPT

Standard Penetration Test (SPT) adalah sejenis percobaan dinamis dengan


memasukan suatu alat yang dinamakan split spoon de dalam tanah. Data tanah
sangat diperlukan dalam merencanakan kapasitas daya dukung (bearing capacity)
dari tiang sebelum pembangunan dimulai.

Kapasitas dukung ijin tiang (Qb) dihitung dengan persamaan :


Qb=QdxA

dimana :

Qd = Unit Tahanan Ujung Tiang

A = luas penampang tiang

Kapasitas dukung selimut tiang (Qs) dihitung dengan persamaan :

Qs=Qs=Ux ∑(Li.fi)

dimana :

U = Keliling Tiang

fi = tahanan satuan skin friction, ton/m².

Li = panjang lapisan tanah, m.

Kapasitas dukung daya dukung ultimit tiang (Qu) dihitung dengan persamaan :

Qu=Qb + Qs
Dimana :
Qb = Kapasitas Dukung Ujung Tiang
Qs = Kapasitas Dukung Selimut Tiang

Kapasitas dukung ultimit tiang dapat dihitung secara empiris dari nilai N

hasil uji SPT.

1. Tahanan ujung tiang berdasarkan data pengujian SPT dihitung dengan


persamaan Meyerhof (Bowles, 1993), yaitu:
Qb=Ab(40N)≤Ab(400N)

Keterangan:

N = Nilai rata-rata statistik dari bilangan-bilangan SPT dalam daerah kira-kira


8B di atas sampai dengan 3B di bawah titik tiang
B = Lebar atau diameter tiang

Lb/B = Perbandingan kedalaman rata-rata dari sebuah titik

2. Tahanan gesek selimut tiang berdasarkan data pengujian SPT dihitung dengan
persamaan Meyerhoff (Bowles, 1993), yaitu:
Qs=Xm.N.p.Li

Keterangan:

Xm = 0,2 untuk bored pile

Li = Panjang lapisan tanah (m)

P = Keliling tiang (m)

N = Banyaknya perhitungan pukulan rata-rata statistic

3. Untuk tahanan ujung tiang dengan memperhatikan faktor kedalaman dihitung


dengan persamaan Meyerhof (Hardiyatmo, 2010), yaitu:
Qb = Ab.fb

Dengan nilai fb yaitu :

a. Untuk tiang dalam pasir dan kerikil:

fb=0,4N”(L/d)σr≤4 N” σr

b. Untuk tiang dalam lanau tidak plastis:

fb=0,4N”(L/d)σr≤3 N” σr

Keterangan:

fb = Tahanan ujung satuan tiang (kN/m2)

N” = N-SPT yang dikoreksi terhadap pengaruh prosedur lapangan dan

tekanan overburden

L = Kedalaman penetrasi tiang (m)

d = Diameter tiang (m)


σr = Tegangan referensi = 100 kN/m2

Gambar 2.2. Koreksi nilai N akibat tekanan overburden

Untuk menghitung fb, nilai N-SPT yang digunakan harus mewakili kondisi
tanah di sekitar ujung tiang yaitu dalam kisaran 1D di atas dasar tiang dan 2D
di bawahnya.

4. Tahanan gesek satuan dihitung dengan persamaan Meyerhof (Hardiyatmo,


2010)
Qs = As.fs

Briaud et al. (Hardiyatmo, 2010) menyarankan persamaan tahanan ujung


satuan, yaitu:

fs=0,224σr(N”)0,29

fb=19,7σr(N”)0,36

Keterangan:

fs = Tahanan gesek satuan tiang (kN/m2)

fb = Tahanan ujung satuan tiang (kN/m2)

N’’ = N-SPT yang dikoreksi terhadap pengaruh prosedur lapangan dan


tekanan overburden.
σr = Tegangan referensi = 100 kN/m2

Dalam pengujian SPT ini juga akan diperoleh kepadatan relative (relative
density), sudut gesek dalam (φ) berdasarkan nilai jumlah pukulan (N). Untuk
tanah granuler, seperti pasir faktor-faktor Nq, Nγ adalah fungsi dari φ, karena itu
sangat tergantung dari besarnya kerapatan relatif (Dr).

Gambar 2.3. Hubungan nilai N, Nq, Nγ dan φ (Hardiyatmo,1996)

Dengan memperhatikan bentuk pondasi, kemiringan beban dan kuat geser tanah di
atas dasar pondasinya Meyerhof dan Brinch Hansen (Hardiyatmo, 1996)
memberikan juga persamaan daya dukung yaitu:

Qu= ScDciccNc + SqDqiqPoNq + SγDγiγ0,5β’γNγ

Keterangan:

Qu = Kapasitas daya dukung ultimit

Nc, Nq, Nγ= Faktor kapasitas dukung untuk pondasi memanjang

sc, sq, sγ = Faktor bentuk pondasi

dc, dq, dγ = Faktor kedalaman pondasi


ic, iq, iγ = Faktor kemiringan beban

β’ = Lebar pondasi efektif

po = Tekanan overbuden pada dasar pondasi

Df = Kedalaman pondasi

γ = Berat volume tanah

6. Faktor Keamanan

Untuk memperoleh kapasitas ijin tiang, maka diperlukan untuk membagi


kapasitas ultimit tiang dengan faktor aman tertentu. Fungsi faktor aman adalah:

1. Untuk memberikan keamanan terhadap ketidakpastian dari nilai kuat geser


dan kompresibilitas yang mewakili kondisi lapisan tanah.
2. Untuk meyakinkan bahwa penurunan tidak seragam di antara tiang-tiang
masih dalam batas-batas toleransi.
3. Untuk meyakinkan bahwa bahan tiang cukup aman dalam mendukung beban
yang bekerja.
4. Untuk meyakinkan bahwa penurunan total yang terjadi pada tiang tunggal
atau kelompok tiang masih dalam batas-batas toleransi.
5. Untuk mengantisipasi adanya ketidakpastian metode hitungan yang
digunakan (Hardiyatmo, 2010).
Menurut Tomlinson (1977) dalam buku Analisis dan Perencanaan Pondasi 2
faktor aman dinyatakan: Untuk dasar tiang yang dibesarkan dengan diameter < 2
m:

Qa = Qu / 2,5

Untuk tiang tanpa pembesaran di bagian bawahnya:

Qa = Qu / 2

Bila diameter tiang lebih dari 2 m, kapasitas tiang ijin perlu dievaluasi dari
pertimbangan penurunan tiang. Selanjutnya, penurunan struktur harus pula dicek
terhadap persyaratan besar penurunan toleransi yang masih diijinkan.
Faktor aman (F) untuk tiang bor juga bergantung terutama pada informasi dari
hasil uji beban statis, keseragaman kondisi tanah, dan ketelitian program
penyelidikan tanah. Nilai-nilai tipikal faktor aman untuk tiang bor yang
disarankan, ditunjukkan dalam Tabel . Nilai-nilai dalam tabel tersebut berlaku
untuk bangunan-bangunan pada umumnya. Untuk bangunan-bangunan yang
khusus, maka nilai-nilai faktor amannya dapat ditambah atau dikurangi.

Tabel 2.3. Faktor Aman

Informasi dalam Perancangan Faktor aman (F)


Uji beban Kondisi tanah Program Beban ke Beban ke atas
statis penyelidikan bawah (tiang (tiang tarik)
lokasi tekan)
Ya Seragam Teliti 2,0* 3,0*
Ya Tak teratur Rata-rata 2,5 4,0
Tidak Seragam Teliti 2,5 5,0
Tidak Seragam Rata-rata 3,0 6,0
Tidak Tak teratur Teliti 3,0 6,0
Tidak Tak teratur Rata-rata 3,5 6,0
*jika uji beban statis sangat teliti dan kondisi sifat-sifat tanah dapat didefenisikan
dengan baik, factor aman beban ke bawah dapat direduksi 1,7 kalinya dan beban ke
atas 2,5 kalinya.
Sumber : Hardiyatmo, 2010

Pada umumnya, faktor aman untuk beban tarik lebih besar dari beban tekan.

Hal ini, dikarenakan keruntuhan akibat beban tarik lebih bersifat segera dan
merusakkan terutama pada saat gempa.

7. Tiang Kelompok (Pile Group)

Pada umumnya jarang pondasi bored pile digunakan sebagai tiang tunggal,
melainkan berupa gabungan dari beberapa tiang yang disebut dengan tiang
kelompok (pile group). Di atas pile group, biasanya diletakkan suatu konstruksi
poer (footing) yang mempersatukan kelompok tiang tersebut.

Dalam perhitungan-perhitungan poer dianggap/dibuat kaku sempurna, sehingga:

1. Bila beban-beban yang bekerja pada kelompok tiang tersebut menimbulkan


penurunan maka setelah penurunan bidang poer tetap akan merupakan bidang
datar.
2. Gaya-gaya yang bekerja pada tiang berbanding lurus dengan penurunantiang-
tiang tersebut.

Kapasitas Kelompok Tiang dan Efisiensi Bored Pile

1. Kapasitas Kelompok Tiang

Kapasitas kelompok tiang tidak selalu sama dengan jumlah kapasitas tiang
tunggal yang berada dalam kelompoknya.

Stabilitas kelompok tiang tergantung dari 2 (dua) hal, yaitu:

a. Kemampuan tanah di sekitar dan di bawah kelompok tiang untuk mendukung


beban

total struktur.

b. Pengaruh konsolidasi tanah yang terletak di bawah kelompok tiang.

Pada tiang tunggal, interaksi yang terjadi hanyalah tiang dengan tanah, sedangkan
pada kelompok tiang akan ada interaksi antara tiang dengan tanah dan tiang
dengan tiang yang lainnya. Interaksi ini akan lebih besar jika jarak tiang semakin
dekat. Jika pada salah satu tiang pada kelompok tiang didesak sehingga terjadi
penurunan, maka tiang

disekitarnya akan ikut turun akibat tertarik oleh tanah disekitar tiang yang
dibebani. Berdasarkan kondisi tersebut, maka akan terjadi penurunan tiang akibat
beban yang didukung tiang didekatnya walaupun tiang tersebut tidak terbebani.
Hal ini akan mengakibatkan kapasitas dukung tiang menjadi berkurang jika
dibandingkan dengan

kondisi tiang tunggal. Analisis ini dikembangkan dengan menganggap tidak ada
pile cap.

2. Efisiensi Bored Pile

Efisiensi Bored Pile bergantung pada beberapa faktor, yaitu:

a. Jumlah, panjang, diameter, susunan dan jarak tiang.


b. Model transfer beban (tahanan gesek terhadap tahanan dukung ujung).

c. Prosedur pelaksanaan pemasangan tiang.

d. Urutan pemasangan tiang

e. Macam-macam tanah.

f. Waktu setelah pemasangan tiang.

g. Interaksi antara pelat penutup tiang (pile cap) dengan tanah.

h. Arah dari beban yang bekerja.

Persamaan dari efisiensi tiang menurut Converse-Labarre Formula (Hardiyatmo,


2010) adalah sebagai berikut:

( n−1 ) m+ ( m−1 ) n
Eg = 1 – θ ¿
90 mn¿

Keterangan:

Eg = efisiensi kelompok tiang

m = jumlah baris tiang

n’ = jumlah tiang dalam satu baris

 = arc tg d/s , dalam derajat

s = jarak pusat ke pusat tiang

d = diameter tiang

Efisiensi kelompok tiang didefinisikan sebagai:

Qg
Eg = . ¿
nQu¿

Dengan:

Eg = Efisiensi kelompok tiang

Qg = Beban maksimum kelompok tiang yang mengakibatkan keruntuhan


Qu = Beban maksimum tiang tunggal yang mengakibatkan keruntuhan

n = Jumlah tiang dalam kelompok

Gambar 2.4. Efisiensi Kelompok Tiang

3. Kapasitas Izin Kelompok Tiang

Kapasitas izin kelompok tiang menggunakan persamaan:

Qg = Eg × n × Qu

G. Metode Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilangsungkan di Jembatan Wai Passa yang terletak di Piru -


Pelita Jaya Kabupaten Seram Bagian Barat, Maluku.
2. Jenis Data

Untuk menganalisa pergantian pondasi pada proyek pembangunan jembatan


wai passa ruas jalan pelita jaya adapun proses pengumpulan data yang
dibutuhkan antara lain :

- Data Primer :
1. Gambar Rencana

2. Data Hasil Uji Tanah berupa SPT, Sondir,

- Data Sekunder :
1. Standar Pembebanan Jembatan.2005 RSNI T-02-2005.

3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data ini menggunakan metode kumulatif, yang bersifat studi


kasus dalam hal ini meninjau kembali perencanaan struktur bangunan bawah
jembatan passa dengan menggunakan pondasi tiang pancang dan kemudian
akan diambil kesimpulan yang merupakan hasil penelitian.

4. Sumber Data
Data diperoleh melalui instansi Satker PJN Wilayah 1 pada saat pembangunan
Jembatan Wai Passa berlangsung dengan peraturan pembebanan berdasar pada
2005 RSNI T-02-2005.

Bagan Alur Penelitian

Dalam perhitungan perencanaan pondasi Tiang Pancang ini penulis melakukan


langkah-langkah yang dituangkan dalam bagan alur penelitian sebagai berikut :

MULAI

Pengumpulan Data :

- Data Pengujian Tanah (SPT)


- Gambar Kerja

Analisa Data

- Dengan menggunakan metode


statis yaitu perhitungan
berdasarkan data hasil pengujian
tanah yaitu SPT

Menghitung kapasitas daya Menghitung kapasitas daya


dukung pondasi tiang pancang dukung pondasi bored pile

Analisis Hasil Perhitungan

Mengetahui apakah dengan


pergantian pondasi menjadi bored
pile mampu menjamin kekuatan
struktur yang lebih baik

OK
G. Hasil Penelitian

Perhitungan pondasi bored pile dilakukan untuk mengetahui apakah pondasi


bored pile mampu memikul beban-beban dari struktur atas dan mengetahui
apakah kapasitas dukung bored pile telah sesuai standar.
DAFTAR PUSTAKA

Bowles E. Joseph. 1988, Analisa dan Desain Pondasi,

Supriyadi Bambang, CES., DEA. & Muntohar Setyo Agus, 2007, Jembatan,
Yogyakarta.

Endah Noor, Mochtar B. Indrasurya.1994, Mekanika Tanah,

H. J. Struyk & K.H.C.W. Van Der Veen, 1995, Jembatan.Jakarta.

RSNI4, Badan Standar Nasional, Perencanaan Strktur Beton Untuk Jembatan.

Dinas Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan


Umum Republik Indonesia. 1992, Sistem Manajemen Jembatan (BMS),

SNI 2451:2008, 2008, Spesifikasi Pilar dan Kepala Jembatan Beton Sederhana
5m sampai dengan 25 m.

RSNI T-02-2005, 2005, Standar Pembebanan Jembatan.

Jurnal Rivet (Riset dan Invensi Teknologi), Vol.01 No.02 Desember 2021,
Analisa Daya Dukung Pondasi Bored Pile Pada Gedung Kantor Satpol
Pp Kota Bukittinggi.

https://jurnal.unidha.ac.id/index.php/RIVT/article/view/337

Jurnal Geosains dan Teknologi,Vol 2 No.2 2019, Analisis Daya Dukung Bored
Pile Pada Pembangunan Pondasi Jembatan Kali Kenteng dan Kali
Serang Segmen Susukan di Ruas Jalan Tol Salatiga-Kartasura,
PT.Waskita Karya (Persero), Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa
Tengah

https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/jgt/article/view/5547

Jurnal Politeknik Negeri Manado,Vol 1 No.1 2022, Analisis Daya Dukung


Pondasi Bored Pile Jembatan Kalasey Dengan Tes PDA Pada Jalan
Manado Outer Ringroad III STA 9+799

https://jurnal.polimdo.ac.id/index.php/semnas/article/view/394
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai