Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MAKALAH

ETIKA KRISTEN

DI SUSUN OLEH :

NAMA : JEFRI YEUYANAN

KELAS : III.H

NIM : 2020.04.0084

MATA KULIAH : ETIKA KRISTEN

JUDUL MAKALAH : PERNIKAHAN DAN PERCERAIAN

DOSEN : ARIE.R.NATALIA,M.Th
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sebuah keluarga yang menjalani kehidupan tidak selamanya keadaan berjalan dengan baik
dan sesuai dengan yang diharapkan, tetapi ada hal-hal lainnya yang secara sengaja atautidak
sengaja menjadi penghambat dan akhirnya menjadi masalah ditengah jalannyakeharmonisan dan
kedamaian keluarga tersebut. Permasalahan-permasalahan kecil yangterakumulasi karena tidak
adanya penyelesaian yang baik akhirnya dapat menjadi masalahdan hambatan besar. Apabila
segala jalan dan upaya sudah ditempuh untuk menyingkirkanhambatan-hambatan dan
menyelesaikan segala permasalahan tersebut tetapi ternyata
tidak berhasil, maka jalan terbaik yang ditempuh adalah perceraian. Perceraian dianggap sebagai 
jalan instan untuk membereskan segala hambatan dan permasalahan yang terjadi dalamrumah
tangga, perceraian bukan lagi dianggap sebuah hal yang tabu untuk dijalani.Perceraian adalah hal
yang lumrah dan biasa dan memasyarakat.Pasangan suami istri terkadang kurang bahkan tidak
memikirkan danmemperhitungkan segala akibat dan konsekwensi yang terjadi saat mereka
memutuskanmelakukan perceraian.

‘Yang penting bercerai dulu, urusan lainnya dipikirkan belakangansambil jalan’, kata

-kata itu mungkin yang ada dalam pikiran pasangan yang hendak bercerai.Mereka menganggap
segala permasalahan baru yang akan terjadi pasca perceraian akan dapatdiselesaikan, padahal
kenyataan yang ada tidak sesederhana itu. Perceraian bukan saja akanmerugikan beberapa pihak
namun perceraian yang ada didalam lingkungan keluarga
kristen juga sudah jelas dilarang oleh agama, tetapi pada kenyataannya perceraian dikalanganmas
yarakat terus saja terjadi.
I.2. Rumusan Masalah

Banyak konsekwensi negatif yang terjadi sebagai akibat dari adanya perceraian, salahsatu
korbannya adalah menimpa pada si anak, sebagai buah dari hasil perkawinan pasanganyang
bercerai tersebut. Secara psikis, perceraian akan sangat mempengaruhi
pada perkembangan si anak, baik itu ketika masih anak-anak atau ketika si anak itu bertumbuhre
maja hingga dewasa. Selain masalah tentang anak, masalah-masalah lain yang tidak
kalah beratnya juga pasti timbul sebagai akibat dari perceraian, masalah gangguan emosi dari  

 pasangan yang bercerai, masalah keuangan, masalah pengasuh anak, dan masalah-masalah
lainnya, yang pasti perceraian akan menimbulkan permasalahan yang berat.Makalah ini dibuat
untuk membahas mengenai perceraian dipandang dari etika kristen yaitu mengenai pengertian
perceraian, hal-hal yang berhubungan dengan terjadinya perceraian, yaitu faktor -
faktor penyebabnya, akibatnya, pandangan Alkitab, dan langkah-langkah dalam menghindari
perceraian.

I.3. Tujuan

Tujuan penulisan ialah agar pembaca lebih mengerti mengenai sebab dan
akibat perceraian, dan lebih memahami tentang hubungan pernikahan bukanlah sesuatu yangdire
ncanakan oleh manusia tetapi karena penetapan dari Allah sendiri. Bagaimana Allahmenciptakan
pernikahan, dengan tujuan supaya umat kristiani dapat menjalankan AmanatAgung yang
sampaikan oleh Allah sendiri untuk dapat memenuhi bumi, dan bahwa hubungan pernikahan itu
dilakukan dengan cara yang kudus, tidak hanya dipandang sebagai kewajibandan kebiasaa
sebagai orang-orang percaya, tetapi dapat mewujudkan karakter Kristus dalamkeluarga yang
dibangunnya.Dalam makalah ini saya akan membahas mengenai masalah perceraian yangkerap
kali terjadi dalam kehidupan masyarakat sekarang ini. Pembahasannya dimulai dari pengertian
perceraian, faktor-faktor penyebab perceraian, dampak perceraian, pandangan Alkitab mengenai
perceraian, serta langkah-langkah dalam menghindari percaraian.
I.4. Metode penulisan

Untuk mendapatkan informasi, atau data-data dalam penyusunan makalah ini


maka penulisan melakukan kegiatan enggunakan metode studi pustaka, yaitu penelitian pengamb
ilan data-data dari buku-buku yang ada kaitannya dengan materi yang dibahas dalam penulisan
makalah ini.

I.5. Batas penulisan

Cukupan penulisan mengenai topik perceraian ini sangat luas, namun penulis hanyamembahas
bagaimana pandangan peraturan negara dan pandangan Kristen tentang perceraian.

BAB II

PEMBAHASAN

II.1. Pengertian

Sebelum masuk dalam pembahasan lebih lanjut, akan diuraikan sedikit mengenai apaitu etika,
etika Kristen, pernikahan dan perceraian.

a.Pengertian Etika Kristen

Etika Kristen adalah termasuk dalam ilmu normatif mengenai tindakan praktis yangdilakukan
oleh manusia (pelaku) sebagai pernyataan atau terjemahan dari analisa
akal budi dan keputusan batin akan hal yang baik yang sesuai dengan kehendak Tuhan,dari sudut
pandang kekristenan.
b.Pernikahan Menurut Undang-Undang di Indonesia

Setiap peristiwa yang terjadi khususnya di Indonesia tidak lepas dari pengaruhundang-undang
yang telah dibuat dan disepakati oleh pemerintah. Undang-undang inidibuat guna mengatur
kehidupan masyarakat Indonesia dalam menjalankan kehidupansehari-hari. Undang-undang yang
dibuat dan disepakati pun sudah
dipertimbangkan baik dan buruknya, jug disetarakan dengan Pancasila dan juga pada prinsip-
prinsipagama yang berlaku di Indonesia, mengingat Indonesia adalah salah satu negara
yang banyak dihuni oleh orang-orang yang memiliki latar belakang pemahaman tentangagama
yang berbeda.Pernikahan dirumuskan dalam pasal 1 Undang-Undang Perkawinan nomor 1tahun
1974 sebagai ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagaisuami istri dengan
tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkanKetuhanan Yang Maha Esa
Oleh karena merupakan ikatan lahir batin dengan tujuan untuk membentuk keluarga yang
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan YangMaha Esa, maka bagi bangsa Indonesia suatu
perkawinan dinilai bukan untukmemuaskan nafsu biologis semata, akan tetapi merupakan
sesuatu yang sakral.
Tujuan pernikahan tersebut hanya mungkin dicapai jika di antara suami dan istri salingmembantu
dan melengkapi, agar masing-masing dapat mengembangkankepribadiannya membantu dan
mencapai kesejahteraan spiritual dan material. Dalamsetiap pernikahan (pada umumnya) terdapat
tiga aspek penting, yaitu aspek hukum(legal aspect), aspek sosial (social aspect), dan aspek
agama atau kepercayaan(religious aspect).

c.Pernikahan Kristen

Secara harafiah pernikahan Kristen selain melibatkan Tuhan sebagai


dasar pernikahan, pernikahan Kristen adalah suatu keputusan dua pribadi menjadi satu,menyatuk
an dua emosi jadi satu dan saling berfungsi meski kedua pribadi memegangteguh jati diri
masing-masing, tidak melihat dan menjadikan perbedaan sebagai suatuyang harus
dipermasalahkan (Kej 2 : 24). Pernikahan merupakan suatu lembaga yangsudah diatur dan
diciptakan oleh Allah sendiri untuk dapat memelihara, dan dapatmemenuhi rencana atau maksud
Allah dalam penciptaan-Nya, supaya dapat berlanjurseumur hidup dengan kudus dan penuh
sukacita Tuhan adakan dengan tujuan dan juga sebagai gambaran bahwa Allah yang penuh kasih.

d.Tujuan Pernikahan

 Banyak orang berpikir bahwa pernikahan adalah sesuatu hal yang alamiah, suatukodrat manusia.
Bila manusia sudah dewasa, dan cukup umurnya, tentu ia akanmenikah, tetapi manusia menikah
tidak hanya karena kodrat. Dalam Alkitab pernikahan
mempunyai tujuan dalam rencana Allah, oleh sebab itu pernikahan harusdilandasi cinta kasih.
Namun ada orang-orang tertentu yang tidak menikah. Matius 19:12 tertulis: “ Ada orang yang
tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikiandari rahim ibunya, dan ada orang yang
dijadikan demikian oleh orang lain, dan adaorang yang membuat dirinya demikian karena
kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Sorga. Siapa yang dapat mengerti hendaklah
ia mengerti.”Jelaslah
bahwa pernikahan mempunyai tujuannya yang harus diperhatikan supaya orang tidak menikah
sekedar untuk memenuhi kewajiban kodrat atau hukum alam, melainkansupaya ia menikah
karena kasih karunia Tuhan. Secara umum manusia berbicaratujuan pernikahan sebagai
kebahagian, tetapi kebahagian itu adalah suatu konsepabstrak, itu sebabnya banyak yang
mendefinisikan kebahagiaan sebagai kesejahteraanmaterial.Secara teologis, kebahagiaan dalam
pernikahan tidak hanya mencakupkesejahteraan material, tetapi juga kesejahteraan rohani berupa
kedamaian,keharmonisan dan cinta kasih. Mazmur 128:1-6 tertulis tentang kebahagiaan
dalamrumah tangga yang dimulai dengan takut akan Tuhan. Tiga tujuan pernikahan yaitu:

 1.Propagasi atau prokreasi (Kejadian 1:8)Melanjutkan karya Allah menciptakan generasi


penerus

2.Univikasi atau kesatuan (Kejadian 2:24)Kesatuan daging adalah kesatuan jiwa raga

.3.Rekreasi atau kesenangan (Amsal 5:18-19)Hubungan seksual sebagai wujud dari kesatuan dan
juga tugas prokreasi
e.Perceraian

Perceraian merupakan terputusnya keluarga karena salah satu atau


kedua pasangan memutuskan untuk saling meninggalkan sehingga mereka berhentimelakukan
kewajibannya sebagai suami istri. Situasi dan kondisi
menjelang perceraian yang diawali dengan proses negosiasi antara pasangan suami istri yang ber
akibat pasangan tersebut sudah tidak bisa lagi menghasilkan kesepakatan yangdapat memuaskan
masing-masing pihak. Mereka seolah-olah tidak dapat lagi mencari jalan keluar yang baik bagi
mereka berdua. Perasaan tersebut kemudian
menimbulkan permusuhan dan kebencian diantara kedua belah pihak yang membuat hubunganan
tara suami istri menjadi semakin jauh.

Perceraian menurut Pandangan Negara

 Hukum negara mengizinkan adanya perceraian, tapi perceraian dapat dilaksanakanapabila


syarat-syarat yang berlaku dilewati. Syarat-syaratnya antara lain:

1. Jika salah satu dari pasangan itu melakukan zinah, pemabuk, pemadat, penjudi,dankegiatan
yang merugikan lainnya. Adakalanya agar perceraian dapat terkabul pihak -
pihak yang bersengketa yang masing-masing menghendaki terjadinya perceraian
itu mengajukan suatu bukti salah satu pihak telah melakukan perzinahanyang sesungguhnya
perzinahan itu belum tentu terjadi. Di dalam kitab undang-undang hukum pidana, tindak
pidana perzinahan diklasifikasikan sebagai delik aduan.

2.Salah satu pihak meninggalkan yang lain untuk masa dua tahun tanpa meninggalkanyang lain
untuk masa dua tahun tanpa izin dari pihak yang lain diluarkemampuannya.

3.Salah satu pihak mendapat hukuman penjara lima tahun atau hukuman yang lebih berat

4.Melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan pihak lain.


5.Mendapat cacat badan atau penyakit berat. Ciri utama dari cacat badan
atau penyakit berat ini adalah bahwa harus yang menyebabkan si penderita tidak lagidapat
menjalankan kewajibannya sebagai suami atau istri.

6.Perselisihan dan pertengkaran yang terus-menerus.

Perceraian menurut Pandangan Alkitab

 Seperti diketahui bahwa perceraian merupakan sebuah pelanggaran yang di buatmanusia.


Pelanggaran yang dimaksud adalah melanggar sebuah ketetapan atau visiAllah terhadap
pernikahan. Di sisi lain perceraian sebuah serangan kepada standarAllah, merupakan
penghancuran rencana Allah terhadap pernikahan. Allah telahmengatur sedemikiaan rupa kepada
manusia supaya mereka dapat hidup
dalam pernikahan monogami. Monogami yang dimaksud adalah seseorang hanya boleh memiliki
satu istri atau satu suami.

 Pada Matius 19 :6 disebutkan “ Demikianlah mereka bukan lagi dua melainkan satu

 Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan manusia”. Roma7:2 “

Sebab seorang istri terikat oleh hukum kepada suaminya selama suaminya hidup.Akan tetapi jika
suaminya telah mati, ia bebas dari hukum, sehingga ia bukanlah berzina

h hukum yang mengikatnya kepada suaminya itu”. Dari kedua ayat tersebut

kita dapat melihat bahwa pasangan Kristen terikat dalam satu komitmen pernikahan monogami
terutama di dalam ayat kedua. Kata lain tidak ada orang kedua, ketiga, dan lain-lain dalam
kehidupan mereka. Walaupun ada permasalahan seberat apapun danmembuat alasan seseorang
berpisah dengan pasangannya.Allah sangat mengutuk sebuah perceraian dilakukan manusia.
Allah tidak pernahmenyetujui perceraian dengan alasan apapun. Terutama berhubungan dengan
oranglain bukan suami/istrinya . Mereka telah berzinah dengan orang lain dan itu
sangatmenyakitkan bagi Allah. Allah juga tidak pernah membenarkan adanya perceraian didalam
kehidupan manusia. Sesungguhnya tidak ada dasar yang tepat untuk perceraianterlebih berzinah.
Zinah adalah sebuah dosa serta munculnya perkataan perzinahaansebagai
pembenaran perceraian. Semuanya itu dinyatakan dalam Lukas 16:18 “Setiap orang yang
menceraikan isterinya, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuatzinah; dan barangsiapa
kawin dengan perempuan yang diceraikan suaminya, ia berbuat zinah”.Sangat jelas ditinjau dari
sudut etika, perceraian tidak dibenarkan.

II.2. Faktor-Faktor Penyebab Perceraian

 Banyak sekali alasan orang bercerai, kebanyakan alasan yang ada bersifat subyektif,tetapi ada
alasan lain bagi pasangan suami istri dalam mengambil keputusan untuk bercerai antara lain:

a.Pendidikan

Di Amerika Serikat, penelitian menunjukkan bahwa angka perceraian di kalanganmereka yang


berpendidikan rendah, sebesar 55% dari angka perkawinan bercerai(1984, Glick P.C. : Marriage,
Divorce and Living Arrangements”. Journal of Family Issues).

 Di Indonesia angka perceraian di kalangan masyarakat kurang


berpendidikan banyak ditemukan didesa-desa, dan variabelnya dengan pernikahan dini dengantin
gkat pendapatan yang rendah..

b.Pendapatan/pekerjaan
Penelitian Glick dan Norton di Amerika memperlihatkan bahwa perceraian dikalangan pasangan
dengan pendapatan rendah tiga kali lebih banyak disbanding dikalangan pasangan dengan
pendapatan yang cukup. (Glick and Norton, 1971,“Frequency, Duration and Probability
ofMarriage and Divorce”. Journal of Marriage and Family). Masalah ekonomi sering menjadi
alasan orang bercerai.Terlebih kalau sang suami tak punya pekerjaan tetap.

 c.Perkawinan dini

 Penelitian Spanier dan Glick di Amerika menunjukkan bahwa perkawinan dinimenghadapi


resiko dan dapat menjadi penyebab perceraian yang serius. Perempuanmuda yang menikah pada
usia 18 tahun tiga kali cenderung bercerai dibandingkandengan perempuan yang menikah pada
usia 20 tahun keatas. Bahkan mereka yangmenikah pada usia 18 sampai 19 tahun 50%
mengalami kegagalan pernikahan.Kecenderungan yang sama juga dialami pada pria yang
menikah terlalu nuda (Glickand Norton, 1976, “Marital Instability, Past, Present, and Future”.
Journal of Social Issues).

d.Kekerasan dalam rumah tangga

Perlakuan yang diterima dari salah satu pasangan baik itu suami kepada istrinya atausebaliknya
istri kepada suaminya berupa kekerasan fisik yang berkepanjangan turutmenyumbang terjadinya
perceraian.

e.Perselingkuhan

Perselingkuhan yang dilakukan salah satu pasangan baik istri ataupun suami yangdapat terjadi
karena berbagai sebab, sehingga menimbulkan perceraian.

 f.Kondisi tertentu

Perceraian juga dapat terjadi karena suami atau isteri tidak mampu memuaskan pasangannya
karena penyakit tertentu.

 g.Motivasi yang keliru dalam menikah

Pernikahan karena ada motivasi dan tujuan tertentu.


II.3. Dampak Perceraian

Perceraian, walaupun dianggap sebagai salah satu cara mengatasi pernikahantidak bahagia, pasti
membawa akibat-akibat yang tidak menyenangkan. Perceraian pasti membawa dukacita. Tentu
saja tidaklah adil untuk mempersalahkan saja merekayang mengalami perceraian. Bagi mereka
yang sungguh-sungguh saling
mencintai, perceraian pasti menjadi mimpi buruk, traumatic, dan bahkan bisa menyebabkankehiu
pan pribadi masing-masing kacau balau, terlebih bila proses perceraian tidaklahmulus.
Perceraian pasti menyakitkan, menimbulkan luka besar dan sulit disembuhkanuntuk jangka
waktu yang lama, terutama bagi pihak yang tidak
menghendaki perceraian terjadi. Rasa gagal dan bersalah dapat menjadi tikaman yang hebat bagi
mereka yang bercerai. Perceraian dapat merusak sistem kemasyarakatan secara luas.Masyarakat
yang dibangun diatas pondasi keluarga-keluarga yang rapuh akan mengakibatkan masyarakat
yang rapuh juga. Tidak dapat disangkal bahwa merekayang bercerai pada akhirnya dapat
membangun kembali keluarga baru yang bahagia,dan bahwa mereka bisa mendidik anak-anak
mereka dengan baik dan menjadi anak-anak yang bahagiadan berhasil. Tetapi perceraian
memang bisa menimbulkan
banyak persoalan dalam masyarakat, misalnya saja banyak pasangan suami istri dan anak-anak
korban perceraian menjadi tidak produktif.

 Perceraian berdampak buruk bagi anak-anak, bahkan mungkin merekamenjadi korban yang
paling buruk. Dalam keluarga yang utuh, si anak mendapatkankasih sayang yang utuh pula,
tetapi perceraian menghilangkan situasi yang dirasakansi anak dalam menerima kasih sayang
yang utuh tersebut. Tidak adanya pengertianyang benar tentang alasan-alasan orang tua bercerai,
dapat mengakibatkan dampakyang buruk bagi si anak. Bahkan pada kasus tertentu, dampak
perceraian orang tuanyaakan dirasakan sang anak jauh setelah mereka sendiri dewasa dan
menjadi orang tua.Perceraian orang tuanya dapat terus menjadi trauma dan mimpi buruk
serta penderitaan yang panjang. Dampak yang terjadi terhadap pendidikan dalam keluargadan
penanaman nilai-nilai yang mendidik anak menjadi pincang, seiring pertumbuhanmereka
menjadi lebih dewasa. Secara umum ada beberapa dampak psikologis yangdialami adalah:

 -Kebutuhan akan adanya kasih sayang

 -Kebutuhan akan keikutsertaan dan diterima dalam kelompok-

 -Kebutuhan untuk berdiri sendiri

 -Kebutuhan untuk berprestasi

 -Kebutuhan akan pengakuan dari orang lain

 -Kebutuhan untuk dihargai

 -Kebutuhan untuk memperoleh falsafah hidup yang baru

Disamping dampak-dampak diatas, terdapat fakta-fakta mengejutkan yang muncul sebagai efek
dari perceraian:

 -Tiga dari lima anak merasa ditolak oleh paling tidak satu orang tua

 -Lima tahun sesudah perceraian, lebih dari sepertiga jumlah anak memperoleh nilai yang lebih
buruk dari sebelum perceraian.

 -Setengahnya dibesarkan di lingkungan dimana orang tua masih tetap bertengkar bahkan


sesudah bercerai.

 -Sepertiga jumlah perempuan dan seperempat jumlah laki-laki merasa bahwa hiduptidak adil,
mengecewakan, dan sepi.-

 -Para laki-laki dan perempuan yang bercerai memiliki masalah kesehatan yanglebih besar
daripada rekan mereka yang tidak bercerai.

 -Lebih banyak orang bercerai yang datang untuk menemui psikiater daripadamereka yang masih
menikah atau lajang.
 -Anak-anak yang orangtuanya bercerai memiliki prestasi yang lebih rendah disekolah, memiliki
masalah dengan tingkah lakunya di rumah dan di sekolah, danterlibat dalam tindak
kejahatanmaupun seksual lebih cepat dari mereka yang orangtuanya tidak bercerai.

 -Dibandingkan dengan mereka yang keluarganya tetap utuh/bersama, orangdewasa yang
mengalami perceraian orang tuanya dimasa kecil akan mengalamikesulitan menyesuaikan diri
secara psikologis, pendapatan sosial ekonomi yanglebih rendah, dan ketidakstabilan kehidupan
pernikahannya.

II.4. Langkah-Langkah Menghindari Perceraian

 Perceraian tidak pernah menjadi harapan bagi orang-orang yang menikah, itusebabnya ketika
perceraian harus menjadi pilihan, sangat sulit bagi suami-istri untukmengalami dan menjalani
proses perceraian itu dengan mulus, sehingga memang harusdiusahakan agar sedapat mungkin
mencegah terjadinya perceraian. Beberapa hal yang dapatditempuh diantaranya adalah:

a.Bina pranikah

Sebelum pasangan hendak menikah, dilakukan pembinaan pranikah untukmempersiapkan calon


pasangan mrnyadari secara dini kemungkinan kemelut yangakan timbul dan cara-cara
mengatasinya. Permbinaan itu mencakup arti dan tujuan pernikahan serta cara-
cara mengelola pernikahan bahagia, termasuk mengelolakonflik.

b.Konseling pernikahan

Ketika pernikahan sudah terjadi, tidak ada salahnya untuk meminta bantuan konseloryakni
pendeta, ustad, pastor, biksu, pedanda, pendidik, psikolog, ahli hukum, dansebagainya, untuk
memahami pernikahan secara mendalam. Terlebih ketikamengalami gesekan tertentu dalam
pernikahan, sebaiknya konseling ini segeradilaksanakan.
c.Terapi

Terapi berguna untuk mengatasi ‘penyakit’ tertentu dalam pernikahan, sebagai contohmasalah
ekonomi, gangguan dari pihak ketiga (PIL/WIL), hubungan orang tua-anak,keluarga besar,
teman-teman, dan sebagainya yang dapat mempengaruhi tingkatkeharmonisan dan kebahagian
perkawinan.

d.Komunikasi 

 Keharmonisan dan kebahagiaan dalam pernikahan sangat bergantung padakomunikasi suami-


istri. Kesibukan yang menyita banyak waktu di luar rumahcenderung menghambat dan
memacetkan komunikasi verbal suami-istri. Namundemikian harus selalu disediakan waktu
untuk berkomunikasi, langsung ataupun tidaklangsung, tergantung dari kesepakatan dan
kemauan baik yang dilandaskan cinta dan komitmen pada perkawinan.

 Dalam masalah-masalah pernikahan, jika tidak diatasi dengan cepat makadampaknya akan


semakin buruk. Bagi generasi saat ini bahkan generasi yang akan datang, jalan satu-
satunya yang dapat mengubah keadaan tentang perceraian ini adalah taat dantunduk kepada
perintah Tuhan dan dibangun keluarga berdasarkan Alkitab/firman Allah,maka sangat
perlu untuk diberikan pemahaman tentang pernikahan, agar percaraian dapatdihindari.
III.5. Pandangan gereja terhadap perceraian

Gereja perlu melakukan usaha-usaha dalam rangka penggembalaan jemaat, baik yangmengalami
krisis pernikahan yang akan masuk dalam jenjang pernikahan, yang telahmenjalani kehidupan
pernikahan, maupun yang akan bercerai. Secara umum, tindakan gerejadalam menghadapi
permasalahan jemaatnya akan menjalani hal-hal sebagai berikut :

1. Konseling

Sebelum pasangan memutuskan untuk berpisah mereka mempunyai tanggung jawab pada Tuhan,
diri mereka sendiri, dan keluarga mereka sendiri untuk melakukan apa saja yang bisa digunakan
untuk menghindari perceraian dan membawa pembaharuan pada pernikahan.Hal ini
membutuhkan pendekatan yang halus dan beralasan untuk menyelesaikan masalahdalam
pernikahan; suatu pendekatan yang seringkali tidak dilakukan. Namun, jika suami istriitu
mempunyai keinginan untuk menyelesaikan konflik dan membangun hubungan, makamasih ada
kesempatan untuk menghindari perceraian.

2. Introspeksi Diri

Gereja membantu dan mengarahkan untuk mau membuka diri masing-masing


dan bertanya dalam hati, apa yang sudah dilakukan atau gagal dilakukan yang menyebabkanmas
alah dalam pernikahan, yang membuat ketegangan dalam pernikahan. Tuhan
Yesusmemerintahkan para pengikut-Nya untuk melihat (dan kiranya menghindari) kesalahan-
kesalahan yang dilakukan diri sendiri sebelum menyalahkan orang lain. Kita tidak
mungkin bisa melihat diri kita sendiri dengan jelas, tetapi jika kita meminta Tuhan untuk membu
ka pikiran kita, Tuhan pasti mengabulkannya, mungkin melalui penilaian yang dilakukan olehko
nselor atau pandangan dari salah seorang teman. Lalu pasangan itu harus mencari pertolongan
dari Tuhan untuk menghilangkan tingkah laku yang merugikan ini.

3. Rekonsiliasi

Setelah mempunyai keinginan untuk bercerai, hanya satu dari delapan pasangan yangmencoba
untuk melakukan rekonsiliasi. Meskipun demikian sebagian dari mereka masihtetap
mengusahakan proses rekonsiliasi ini. Seringkali rekonsiliasi muncul setelah
dilakukandiskusiselama berjam-jam untuk menyelesaikan masalah diantara pasangan tersebut.
Namun,sebenarnya rekonsiliasi adalah wujud dari keinginan Allah yang tidak
menghendaki perceraian.

4. Pimpinan Tuhan

 Hanya Tuhan yang dapat benar-benar memperbaiki dan menyembuhkan


suatu pernikahan yang gagal. Baik secara pribadi atau bersama-sama, setiap pasangan harusmenc
ari kehendak, kekuatan, dan pimpinan Tuhan sebagai cara untuk menjaga agarkehidupan rohani
mereka tetap hidup dan berkembang; juga sebagai usaha untuk mencegah perceraian..
Membaca Alkitab dan berdoa setiap hari adalah sesuatu kekuatan yang ampuh bagi pasangan
untuk mendapatkan kuasa kesembuhan dari Tuhan, bahwa hanya ada dua carayang menjamin
secara pasti keabadian suatu pernikahan, yaitu: berdoa bersama danmemahami Alkitab bersama-
sama.Semuanya itu tidak lepas dari pengaruh gereja. Orang-orang percaya diperintahkanuntuk
saling menanggung beban orang lain, saling memperhatikan, dan saling mendoakan.Bagi orang
Kristen, doa, perhatian, pemeliharaan, dan dukungan bukan merupakan pilihan.Semuanya itu
telah diperintahkan oleh Tuhan. Dengan demikian, untuk menghindari perceraian, orang-
orang percaya diperintahkan untuk berdoa bagi pasangan-pasangan yangsudah menikah, bahkan
ketika pernikahan-pernikahan itu dalam kondisi sehat/baik-baik saja.Doa yang efektif dan
perhatian yang tulus sangat membantu dalam proses pemulihan, dan bahkan pemulihan bagi
pernikahan-pernikahan yang tidak sehat.
BAB III

PENUTUP

III.1.Kesimpulan

Mengakhiri pernikahan dengan perceraian memang sah secara hukum, namun


karena perkawinan merupakan persekutuan seumur hidup, mestinya masalah-masalah yang timb
uldalam rumah tangga dapat diatasi dan disembuhkan dengan kedewasaan sikap dari
suamimaupun istri. Perceraian pasti menyakitkan, dan menimbulkan luka besar yang
sulitdisembuhkan dalam jangka waktu yang lama, terutama bagi pihak yang tidak
menghendaki perceraian.Perceraian juga berdampak buruk bagi anak-anak, bahkan mungkin
mereka menjadikorban yang paling buruk, oleh karena banyaknya akibat buruk perceraian,
memang
lebih baik mencegah perceraian sebagai alternative mengatasi masalah perkawinan dan rumahtan
gga. Betapapun beratnya tantangan dalam rumah tangga, tidak ada yang tidak bisa diatasi,yang
penting komitmen pada perkawinan dan rumah tangga sebagai suatu persekutuan hidupyang suci
dan abadi.
III.2.SARAN

Sebuah pernikahan yang baru saja terjalin, pasti mereka merasa nyaman dan tidak terdapat
adanya rasa bosan, akan tetapi sekarang ini banyak pasangan suami istri setelah beberapa bulan
atau beberapa tahun kemudian mereka mulai merasa bosan dikarenakan adanya ketidak
nyamanan antara kedua pasang suami istri dan juga dikarenakan dari salah satu pasangan suami
istri itu tidak bisa memberikan keturunan atau mandul yang menyebabkan hubungan prnikahan
yang baru dibangun itu retak sehingga menimbulkan masalah-masalah, adanya orang ketiga dan
sebagainya yang dapat membuat salah satu pasangan itu mengajukan perceraian terhadap istri
atau suami. Maka dari itu, diperlukan adanya kesungguhan hati dari kedua pasangan suami istri
itu sebelum mereka merencanakan pernikahan dan dibutuhkan komitmen yang teguh dan
memiliki dasar Firman Tuhan yang dapat mereka pegang untuk menjalin hubungan pernikahan.

Anda mungkin juga menyukai