Jefri Makalah
Jefri Makalah
ETIKA KRISTEN
DI SUSUN OLEH :
KELAS : III.H
NIM : 2020.04.0084
DOSEN : ARIE.R.NATALIA,M.Th
BAB I
PENDAHULUAN
Sebuah keluarga yang menjalani kehidupan tidak selamanya keadaan berjalan dengan baik
dan sesuai dengan yang diharapkan, tetapi ada hal-hal lainnya yang secara sengaja atautidak
sengaja menjadi penghambat dan akhirnya menjadi masalah ditengah jalannyakeharmonisan dan
kedamaian keluarga tersebut. Permasalahan-permasalahan kecil yangterakumulasi karena tidak
adanya penyelesaian yang baik akhirnya dapat menjadi masalahdan hambatan besar. Apabila
segala jalan dan upaya sudah ditempuh untuk menyingkirkanhambatan-hambatan dan
menyelesaikan segala permasalahan tersebut tetapi ternyata
tidak berhasil, maka jalan terbaik yang ditempuh adalah perceraian. Perceraian dianggap sebagai
jalan instan untuk membereskan segala hambatan dan permasalahan yang terjadi dalamrumah
tangga, perceraian bukan lagi dianggap sebuah hal yang tabu untuk dijalani.Perceraian adalah hal
yang lumrah dan biasa dan memasyarakat.Pasangan suami istri terkadang kurang bahkan tidak
memikirkan danmemperhitungkan segala akibat dan konsekwensi yang terjadi saat mereka
memutuskanmelakukan perceraian.
‘Yang penting bercerai dulu, urusan lainnya dipikirkan belakangansambil jalan’, kata
-kata itu mungkin yang ada dalam pikiran pasangan yang hendak bercerai.Mereka menganggap
segala permasalahan baru yang akan terjadi pasca perceraian akan dapatdiselesaikan, padahal
kenyataan yang ada tidak sesederhana itu. Perceraian bukan saja akanmerugikan beberapa pihak
namun perceraian yang ada didalam lingkungan keluarga
kristen juga sudah jelas dilarang oleh agama, tetapi pada kenyataannya perceraian dikalanganmas
yarakat terus saja terjadi.
I.2. Rumusan Masalah
Banyak konsekwensi negatif yang terjadi sebagai akibat dari adanya perceraian, salahsatu
korbannya adalah menimpa pada si anak, sebagai buah dari hasil perkawinan pasanganyang
bercerai tersebut. Secara psikis, perceraian akan sangat mempengaruhi
pada perkembangan si anak, baik itu ketika masih anak-anak atau ketika si anak itu bertumbuhre
maja hingga dewasa. Selain masalah tentang anak, masalah-masalah lain yang tidak
kalah beratnya juga pasti timbul sebagai akibat dari perceraian, masalah gangguan emosi dari
pasangan yang bercerai, masalah keuangan, masalah pengasuh anak, dan masalah-masalah
lainnya, yang pasti perceraian akan menimbulkan permasalahan yang berat.Makalah ini dibuat
untuk membahas mengenai perceraian dipandang dari etika kristen yaitu mengenai pengertian
perceraian, hal-hal yang berhubungan dengan terjadinya perceraian, yaitu faktor -
faktor penyebabnya, akibatnya, pandangan Alkitab, dan langkah-langkah dalam menghindari
perceraian.
I.3. Tujuan
Tujuan penulisan ialah agar pembaca lebih mengerti mengenai sebab dan
akibat perceraian, dan lebih memahami tentang hubungan pernikahan bukanlah sesuatu yangdire
ncanakan oleh manusia tetapi karena penetapan dari Allah sendiri. Bagaimana Allahmenciptakan
pernikahan, dengan tujuan supaya umat kristiani dapat menjalankan AmanatAgung yang
sampaikan oleh Allah sendiri untuk dapat memenuhi bumi, dan bahwa hubungan pernikahan itu
dilakukan dengan cara yang kudus, tidak hanya dipandang sebagai kewajibandan kebiasaa
sebagai orang-orang percaya, tetapi dapat mewujudkan karakter Kristus dalamkeluarga yang
dibangunnya.Dalam makalah ini saya akan membahas mengenai masalah perceraian yangkerap
kali terjadi dalam kehidupan masyarakat sekarang ini. Pembahasannya dimulai dari pengertian
perceraian, faktor-faktor penyebab perceraian, dampak perceraian, pandangan Alkitab mengenai
perceraian, serta langkah-langkah dalam menghindari percaraian.
I.4. Metode penulisan
Cukupan penulisan mengenai topik perceraian ini sangat luas, namun penulis hanyamembahas
bagaimana pandangan peraturan negara dan pandangan Kristen tentang perceraian.
BAB II
PEMBAHASAN
II.1. Pengertian
Sebelum masuk dalam pembahasan lebih lanjut, akan diuraikan sedikit mengenai apaitu etika,
etika Kristen, pernikahan dan perceraian.
a.Pengertian Etika Kristen
Etika Kristen adalah termasuk dalam ilmu normatif mengenai tindakan praktis yangdilakukan
oleh manusia (pelaku) sebagai pernyataan atau terjemahan dari analisa
akal budi dan keputusan batin akan hal yang baik yang sesuai dengan kehendak Tuhan,dari sudut
pandang kekristenan.
b.Pernikahan Menurut Undang-Undang di Indonesia
Setiap peristiwa yang terjadi khususnya di Indonesia tidak lepas dari pengaruhundang-undang
yang telah dibuat dan disepakati oleh pemerintah. Undang-undang inidibuat guna mengatur
kehidupan masyarakat Indonesia dalam menjalankan kehidupansehari-hari. Undang-undang yang
dibuat dan disepakati pun sudah
dipertimbangkan baik dan buruknya, jug disetarakan dengan Pancasila dan juga pada prinsip-
prinsipagama yang berlaku di Indonesia, mengingat Indonesia adalah salah satu negara
yang banyak dihuni oleh orang-orang yang memiliki latar belakang pemahaman tentangagama
yang berbeda.Pernikahan dirumuskan dalam pasal 1 Undang-Undang Perkawinan nomor 1tahun
1974 sebagai ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagaisuami istri dengan
tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkanKetuhanan Yang Maha Esa
Oleh karena merupakan ikatan lahir batin dengan tujuan untuk membentuk keluarga yang
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan YangMaha Esa, maka bagi bangsa Indonesia suatu
perkawinan dinilai bukan untukmemuaskan nafsu biologis semata, akan tetapi merupakan
sesuatu yang sakral.
Tujuan pernikahan tersebut hanya mungkin dicapai jika di antara suami dan istri salingmembantu
dan melengkapi, agar masing-masing dapat mengembangkankepribadiannya membantu dan
mencapai kesejahteraan spiritual dan material. Dalamsetiap pernikahan (pada umumnya) terdapat
tiga aspek penting, yaitu aspek hukum(legal aspect), aspek sosial (social aspect), dan aspek
agama atau kepercayaan(religious aspect).
c.Pernikahan Kristen
d.Tujuan Pernikahan
Banyak orang berpikir bahwa pernikahan adalah sesuatu hal yang alamiah, suatukodrat manusia.
Bila manusia sudah dewasa, dan cukup umurnya, tentu ia akanmenikah, tetapi manusia menikah
tidak hanya karena kodrat. Dalam Alkitab pernikahan
mempunyai tujuan dalam rencana Allah, oleh sebab itu pernikahan harusdilandasi cinta kasih.
Namun ada orang-orang tertentu yang tidak menikah. Matius 19:12 tertulis: “ Ada orang yang
tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikiandari rahim ibunya, dan ada orang yang
dijadikan demikian oleh orang lain, dan adaorang yang membuat dirinya demikian karena
kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Sorga. Siapa yang dapat mengerti hendaklah
ia mengerti.”Jelaslah
bahwa pernikahan mempunyai tujuannya yang harus diperhatikan supaya orang tidak menikah
sekedar untuk memenuhi kewajiban kodrat atau hukum alam, melainkansupaya ia menikah
karena kasih karunia Tuhan. Secara umum manusia berbicaratujuan pernikahan sebagai
kebahagian, tetapi kebahagian itu adalah suatu konsepabstrak, itu sebabnya banyak yang
mendefinisikan kebahagiaan sebagai kesejahteraanmaterial.Secara teologis, kebahagiaan dalam
pernikahan tidak hanya mencakupkesejahteraan material, tetapi juga kesejahteraan rohani berupa
kedamaian,keharmonisan dan cinta kasih. Mazmur 128:1-6 tertulis tentang kebahagiaan
dalamrumah tangga yang dimulai dengan takut akan Tuhan. Tiga tujuan pernikahan yaitu:
2.Univikasi atau kesatuan (Kejadian 2:24)Kesatuan daging adalah kesatuan jiwa raga
.3.Rekreasi atau kesenangan (Amsal 5:18-19)Hubungan seksual sebagai wujud dari kesatuan dan
juga tugas prokreasi
e.Perceraian
1. Jika salah satu dari pasangan itu melakukan zinah, pemabuk, pemadat, penjudi,dankegiatan
yang merugikan lainnya. Adakalanya agar perceraian dapat terkabul pihak -
pihak yang bersengketa yang masing-masing menghendaki terjadinya perceraian
itu mengajukan suatu bukti salah satu pihak telah melakukan perzinahanyang sesungguhnya
perzinahan itu belum tentu terjadi. Di dalam kitab undang-undang hukum pidana, tindak
pidana perzinahan diklasifikasikan sebagai delik aduan.
2.Salah satu pihak meninggalkan yang lain untuk masa dua tahun tanpa meninggalkanyang lain
untuk masa dua tahun tanpa izin dari pihak yang lain diluarkemampuannya.
3.Salah satu pihak mendapat hukuman penjara lima tahun atau hukuman yang lebih berat
Pada Matius 19 :6 disebutkan “ Demikianlah mereka bukan lagi dua melainkan satu
Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan manusia”. Roma7:2 “
Sebab seorang istri terikat oleh hukum kepada suaminya selama suaminya hidup.Akan tetapi jika
suaminya telah mati, ia bebas dari hukum, sehingga ia bukanlah berzina
h hukum yang mengikatnya kepada suaminya itu”. Dari kedua ayat tersebut
kita dapat melihat bahwa pasangan Kristen terikat dalam satu komitmen pernikahan monogami
terutama di dalam ayat kedua. Kata lain tidak ada orang kedua, ketiga, dan lain-lain dalam
kehidupan mereka. Walaupun ada permasalahan seberat apapun danmembuat alasan seseorang
berpisah dengan pasangannya.Allah sangat mengutuk sebuah perceraian dilakukan manusia.
Allah tidak pernahmenyetujui perceraian dengan alasan apapun. Terutama berhubungan dengan
oranglain bukan suami/istrinya . Mereka telah berzinah dengan orang lain dan itu
sangatmenyakitkan bagi Allah. Allah juga tidak pernah membenarkan adanya perceraian didalam
kehidupan manusia. Sesungguhnya tidak ada dasar yang tepat untuk perceraianterlebih berzinah.
Zinah adalah sebuah dosa serta munculnya perkataan perzinahaansebagai
pembenaran perceraian. Semuanya itu dinyatakan dalam Lukas 16:18 “Setiap orang yang
menceraikan isterinya, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuatzinah; dan barangsiapa
kawin dengan perempuan yang diceraikan suaminya, ia berbuat zinah”.Sangat jelas ditinjau dari
sudut etika, perceraian tidak dibenarkan.
Banyak sekali alasan orang bercerai, kebanyakan alasan yang ada bersifat subyektif,tetapi ada
alasan lain bagi pasangan suami istri dalam mengambil keputusan untuk bercerai antara lain:
a.Pendidikan
b.Pendapatan/pekerjaan
Penelitian Glick dan Norton di Amerika memperlihatkan bahwa perceraian dikalangan pasangan
dengan pendapatan rendah tiga kali lebih banyak disbanding dikalangan pasangan dengan
pendapatan yang cukup. (Glick and Norton, 1971,“Frequency, Duration and Probability
ofMarriage and Divorce”. Journal of Marriage and Family). Masalah ekonomi sering menjadi
alasan orang bercerai.Terlebih kalau sang suami tak punya pekerjaan tetap.
c.Perkawinan dini
Perlakuan yang diterima dari salah satu pasangan baik itu suami kepada istrinya atausebaliknya
istri kepada suaminya berupa kekerasan fisik yang berkepanjangan turutmenyumbang terjadinya
perceraian.
e.Perselingkuhan
Perselingkuhan yang dilakukan salah satu pasangan baik istri ataupun suami yangdapat terjadi
karena berbagai sebab, sehingga menimbulkan perceraian.
f.Kondisi tertentu
Perceraian juga dapat terjadi karena suami atau isteri tidak mampu memuaskan pasangannya
karena penyakit tertentu.
Perceraian, walaupun dianggap sebagai salah satu cara mengatasi pernikahantidak bahagia, pasti
membawa akibat-akibat yang tidak menyenangkan. Perceraian pasti membawa dukacita. Tentu
saja tidaklah adil untuk mempersalahkan saja merekayang mengalami perceraian. Bagi mereka
yang sungguh-sungguh saling
mencintai, perceraian pasti menjadi mimpi buruk, traumatic, dan bahkan bisa menyebabkankehiu
pan pribadi masing-masing kacau balau, terlebih bila proses perceraian tidaklahmulus.
Perceraian pasti menyakitkan, menimbulkan luka besar dan sulit disembuhkanuntuk jangka
waktu yang lama, terutama bagi pihak yang tidak
menghendaki perceraian terjadi. Rasa gagal dan bersalah dapat menjadi tikaman yang hebat bagi
mereka yang bercerai. Perceraian dapat merusak sistem kemasyarakatan secara luas.Masyarakat
yang dibangun diatas pondasi keluarga-keluarga yang rapuh akan mengakibatkan masyarakat
yang rapuh juga. Tidak dapat disangkal bahwa merekayang bercerai pada akhirnya dapat
membangun kembali keluarga baru yang bahagia,dan bahwa mereka bisa mendidik anak-anak
mereka dengan baik dan menjadi anak-anak yang bahagiadan berhasil. Tetapi perceraian
memang bisa menimbulkan
banyak persoalan dalam masyarakat, misalnya saja banyak pasangan suami istri dan anak-anak
korban perceraian menjadi tidak produktif.
Perceraian berdampak buruk bagi anak-anak, bahkan mungkin merekamenjadi korban yang
paling buruk. Dalam keluarga yang utuh, si anak mendapatkankasih sayang yang utuh pula,
tetapi perceraian menghilangkan situasi yang dirasakansi anak dalam menerima kasih sayang
yang utuh tersebut. Tidak adanya pengertianyang benar tentang alasan-alasan orang tua bercerai,
dapat mengakibatkan dampakyang buruk bagi si anak. Bahkan pada kasus tertentu, dampak
perceraian orang tuanyaakan dirasakan sang anak jauh setelah mereka sendiri dewasa dan
menjadi orang tua.Perceraian orang tuanya dapat terus menjadi trauma dan mimpi buruk
serta penderitaan yang panjang. Dampak yang terjadi terhadap pendidikan dalam keluargadan
penanaman nilai-nilai yang mendidik anak menjadi pincang, seiring pertumbuhanmereka
menjadi lebih dewasa. Secara umum ada beberapa dampak psikologis yangdialami adalah:
Disamping dampak-dampak diatas, terdapat fakta-fakta mengejutkan yang muncul sebagai efek
dari perceraian:
-Tiga dari lima anak merasa ditolak oleh paling tidak satu orang tua
-Lima tahun sesudah perceraian, lebih dari sepertiga jumlah anak memperoleh nilai yang lebih
buruk dari sebelum perceraian.
-Sepertiga jumlah perempuan dan seperempat jumlah laki-laki merasa bahwa hiduptidak adil,
mengecewakan, dan sepi.-
-Para laki-laki dan perempuan yang bercerai memiliki masalah kesehatan yanglebih besar
daripada rekan mereka yang tidak bercerai.
-Lebih banyak orang bercerai yang datang untuk menemui psikiater daripadamereka yang masih
menikah atau lajang.
-Anak-anak yang orangtuanya bercerai memiliki prestasi yang lebih rendah disekolah, memiliki
masalah dengan tingkah lakunya di rumah dan di sekolah, danterlibat dalam tindak
kejahatanmaupun seksual lebih cepat dari mereka yang orangtuanya tidak bercerai.
-Dibandingkan dengan mereka yang keluarganya tetap utuh/bersama, orangdewasa yang
mengalami perceraian orang tuanya dimasa kecil akan mengalamikesulitan menyesuaikan diri
secara psikologis, pendapatan sosial ekonomi yanglebih rendah, dan ketidakstabilan kehidupan
pernikahannya.
Perceraian tidak pernah menjadi harapan bagi orang-orang yang menikah, itusebabnya ketika
perceraian harus menjadi pilihan, sangat sulit bagi suami-istri untukmengalami dan menjalani
proses perceraian itu dengan mulus, sehingga memang harusdiusahakan agar sedapat mungkin
mencegah terjadinya perceraian. Beberapa hal yang dapatditempuh diantaranya adalah:
a.Bina pranikah
b.Konseling pernikahan
Ketika pernikahan sudah terjadi, tidak ada salahnya untuk meminta bantuan konseloryakni
pendeta, ustad, pastor, biksu, pedanda, pendidik, psikolog, ahli hukum, dansebagainya, untuk
memahami pernikahan secara mendalam. Terlebih ketikamengalami gesekan tertentu dalam
pernikahan, sebaiknya konseling ini segeradilaksanakan.
c.Terapi
Terapi berguna untuk mengatasi ‘penyakit’ tertentu dalam pernikahan, sebagai contohmasalah
ekonomi, gangguan dari pihak ketiga (PIL/WIL), hubungan orang tua-anak,keluarga besar,
teman-teman, dan sebagainya yang dapat mempengaruhi tingkatkeharmonisan dan kebahagian
perkawinan.
d.Komunikasi
Gereja perlu melakukan usaha-usaha dalam rangka penggembalaan jemaat, baik yangmengalami
krisis pernikahan yang akan masuk dalam jenjang pernikahan, yang telahmenjalani kehidupan
pernikahan, maupun yang akan bercerai. Secara umum, tindakan gerejadalam menghadapi
permasalahan jemaatnya akan menjalani hal-hal sebagai berikut :
1. Konseling
Sebelum pasangan memutuskan untuk berpisah mereka mempunyai tanggung jawab pada Tuhan,
diri mereka sendiri, dan keluarga mereka sendiri untuk melakukan apa saja yang bisa digunakan
untuk menghindari perceraian dan membawa pembaharuan pada pernikahan.Hal ini
membutuhkan pendekatan yang halus dan beralasan untuk menyelesaikan masalahdalam
pernikahan; suatu pendekatan yang seringkali tidak dilakukan. Namun, jika suami istriitu
mempunyai keinginan untuk menyelesaikan konflik dan membangun hubungan, makamasih ada
kesempatan untuk menghindari perceraian.
2. Introspeksi Diri
3. Rekonsiliasi
Setelah mempunyai keinginan untuk bercerai, hanya satu dari delapan pasangan yangmencoba
untuk melakukan rekonsiliasi. Meskipun demikian sebagian dari mereka masihtetap
mengusahakan proses rekonsiliasi ini. Seringkali rekonsiliasi muncul setelah
dilakukandiskusiselama berjam-jam untuk menyelesaikan masalah diantara pasangan tersebut.
Namun,sebenarnya rekonsiliasi adalah wujud dari keinginan Allah yang tidak
menghendaki perceraian.
4. Pimpinan Tuhan
PENUTUP
III.1.Kesimpulan
Sebuah pernikahan yang baru saja terjalin, pasti mereka merasa nyaman dan tidak terdapat
adanya rasa bosan, akan tetapi sekarang ini banyak pasangan suami istri setelah beberapa bulan
atau beberapa tahun kemudian mereka mulai merasa bosan dikarenakan adanya ketidak
nyamanan antara kedua pasang suami istri dan juga dikarenakan dari salah satu pasangan suami
istri itu tidak bisa memberikan keturunan atau mandul yang menyebabkan hubungan prnikahan
yang baru dibangun itu retak sehingga menimbulkan masalah-masalah, adanya orang ketiga dan
sebagainya yang dapat membuat salah satu pasangan itu mengajukan perceraian terhadap istri
atau suami. Maka dari itu, diperlukan adanya kesungguhan hati dari kedua pasangan suami istri
itu sebelum mereka merencanakan pernikahan dan dibutuhkan komitmen yang teguh dan
memiliki dasar Firman Tuhan yang dapat mereka pegang untuk menjalin hubungan pernikahan.