DI SUSUN OLEH:
• Keysan ismail
• Aqila maharani
• Rayhan
• Yuliandra khumaira
• Muh fahreza
• Adel
• Muh al adib
• Anstasya
• Fajri mulyadi
• Masya
• Siti khaeriah
• Mirna yanti
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil a'lamin segala puji kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya tercurahkan kepada kita yang tak terhingga ini, sholawat serta salam kita panjatkan
kepada junjungan Nabi besar kita Muhammad SAW dan keluarganya, sahabatnya, serta pengikutnya
sampai akhir zaman Aamiin ya robbal Alamin
Karena anugrahnya dan bimbinga-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang merupakan
salah satu tugas dari mata pelajaran Bahasa Indonesia tepat waktu. kami menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini terdapat banyak sekali kekurangan. Oleh karena itu kami sangat mengharap
kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Kami banyak menyampaikan banyak terima kasih semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini. semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kami khususnya dan
kepada para pembaca umumnya.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 2 PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Supaya hubungan yang ada di dalam masyarakat mempunyai kekuatan mengikat perbeda-beda,
diperlukan sebuah pranata sosial budaya, yang dimana mempunyai fungsi-fungsi dan aturan untuk
memenuhi kebutuhan dalam kehidupan bermasyarakat.
Dalam makalah ini akan dipaparkan mengenai pranata sosial, ciri-ciri dan jenis-jenis pranata sosial
serta perubahan pranata sosial. perubahan sosial, arah perubahan sosial yang merupakan suatu
gejala perubahan dari suatu keadaan sosial tertentu ke dalam sosial lainnya. Karena itu,
perubahan sosial pasti memiliki suatu arah atau tujuan tertentu.
1.2.1. Bagaimana Pengertian Pranata Sosial, Ciri-ciri dan Fungsi Pranata Sosial ?
1.3.Tujuan Penulisan
1.3.1. Untuk Mengetahui Pengertian Pranata Sosial, Ciri-ciri dan Fungsi Pranata Sosial.
1.3.4. Untuk Mengetahui Faktor, Bentuk Dan Arah Perubahan Pranata Sosial.
BAB II
PEMBAHASAN
Pranata sosial merupakan terjemahan dari sosial institution, walaupun para sarjana
sosiologi belum mempunyai kata sepakat tentang hal itu. Karena sosial institusional selain
diartikan pranata sosial, juga diartikan bangunan sosial yang merupakan terjemahan
dari soziale gebilde (bahasa jerman), bahkan ada pula yang mengartikan lembaga
kemasyarakatan.
Beberapa definisi pranata sosial menurut ahli sosiologi adalah sebagai berikut
❖ Mac Iver dan Charles (1988), berpendapat bahwa pranata sosial merupakan lembaga
kemasyarakatan sebagai tata cara suatu prosedur yang telah diciptakan untuk mengatur
hubungan antar manusia dalam suatu kelompok kemasyarakatan atau sosial.
Dan masih banyak pendapat-pendapat lain yang dikemukakan oleh para ahli sosiologi
lainnya.
1) Adanya tujuan, dapat digunakan dalam jangka waktu yang relatif lama, tertulis atau
tidak tertulis,
4) Di dalam pranata sosial akan ditemukan unsur budaya dan unsur struktural, yaitu
berupa norma dan peranan sosial.
5) Pranata sosial dapat dikatakan sebagai suatu adat kebiasaan dalam kehidupan
bersama yang mempunyai saksi yang disistematisasikan dan dibentuk oleh
kewibawaan masyarakat.
Secara lengkap ciri-ciri pranata sosial diberikan oleh Gillin and Gillin dalam General
features of institution diuraikan secara umum sebagai berikut:
Sedangkan Harsojo (1986 : 139) mengemukakan enam sifat umum pranata sosial, yaitu:
1. Pranata sosial berfungsi sebagai satu unit dalam sistem kebudayaan yang
merupakan satu kesatuan bulat;
5. Sifat karakteristik yang ada pada pranata sosial adalah lambang; dan
6. Pranata sosial biasanya mempunyai tradisi tertulis atau lisan yang jelas.
Suatu lembaga atau organisasi sosial dapat dikatakan sebagai pranata sosial apabila
memenuhi persyaratan. Menurut Suhandi (1987 : 66-67), terdapat empat syarat bagi lembaga
atau organisasi sosial agar menjadi pranata sosial, yaitu:
1. Harus memiliki aturan atau norma yang hidup dalam ingatan atau yang tertulis.
2. Aktivitas-aktivitas bersama itu harus memiliki status sistem hubungan yang
didasarkan atas norma-norma tertentu.
a. Crescive institutions adalah pranata sosial yang secara tidak sengaja tumbuh dari
kebiasaan masyarakat. Misalnya: tata cara perkawinan, norma-norma, dan
berbagai upacara adat.
a. Basic institutions adalah pranata sosial yang dianggap penting dalam upaya
pengawasan terhadap tata tertib di masyarakat. Misalnya keluarga, sekolah, dan
negara.
a. General institutions adalah bentuk pranata sosial yang diketahui dan dipahami
masyarakat secara umum. Misalnya keberadaan agama dalam kehidupan.
b. Restricted institutions adalah bentuk pranata sosial yang hanya dipahami oleh
anggota kelompok tertentu. Misalnya pelaksanaan ajaran agama Islam, Kristen,
Katolik, Hindu, Buddha, Kong Hu Cu, atau berbagai aliran kepercayaan lainnya.
Keberadaan pranata sosial dalam kehidupan masyarakat, bukanlah merupakan sesuatu yang
bersifat statis. Karena fungsinya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia yang beraneka
ragam dan selalu berubah-ubah, maka pranata sosial pun dapat mengalami perubahan sesuai dengan
fungsinya tersebut. Perubahan pada pranata sosial dapat terjadi pranata sosial tertentu sudah tidak
memenuhi kebutuhan hidup masyarakat secara keseluruhan, maka pranata sosial tersebut harus
diubah. Proses perubahannya itu berlangsung dalam interaksi di dalam masyarakat. Perubahan
pranata sosial tidak dapat dilakukan oleh seseorang, sekalipun orang tersebut memiliki kekuasaan.
Karena itu, walaupun pranata sosial bisa berubah tetapi dalam kenyataannya sulit dilakukan. Hal ini
sangat tergantung pada beberapa hal seperti:
a. Proses internalisasi pranata sosial yang dialami sejak lahir sampai meninggal, merupakan proses
waktu yang relatif lama.
b. Adanya kontrol sosial, yang pada dasarnya merupakan suatu mekanisme dalam kehidupan
masyarakat yang dijalankan untuk menjamin agar individu mematuhi norma-norma yang berlaku.
Dalam hal ini antara internalisasi dan kontrol sosial mempunyai kaitan yang sangat erat
dimana keduanya berlangsung dalam suatu proses interaksi sosial. Sedangkan perbedaannya
internalisasi menghasilkan kepatuhan pada individu baik melalui paksaan atau rayuan berbagai pihak
dalam masyarakat.
a) Norma Sosial
Norma dalam wujud konkrit dari nilai yang merupakan pedoman, berisi keharusan
bagi individu atau masyarakat. Norma dianggap positif apabila dianjurkan atau diwajibkan
oleh lingkungan sosialnya. Sedangkan norma dianggap negatif, apabila tindakan atau perilaku
seseorang dilarang dalam lingkungan sosialnya. Karena norma sosial sebagai ukuran untuk
berperilaku sehingga individu dapat menyesuaikan diri dengan norma yang telah disepakati,
maka diperlukan sanksi bagi individu yang melanggar norma. Karena seseorang yang
melanggar norma harus diberikan penyadaran bahwa perbuatannya tersebut tidak sesuai
dengan aturan.
Contoh:
Pa Dadang mengendarai motor dengan kecepatan 80 km/jam. Pa Bagja mengendarai
mobil di jalan tol dengan kecepatan yang sama. Dari dua contoh tersebut, marilah kita buat
kesimpulan tentang norma sosial. (1) perilaku sama tetapi norma dapat berbeda; (2) perilaku
sama mendapatkan/ tidak sanksi; (3) norma sosial tidak berlaku universal; (4) norma sosial
dibatasi waktu dan tempat; dan (5) norma sosial ada yang bersifat universal. Anda telah
mengetahui bahwa nilai adalah ‘ukuran’ yang dihargai oleh masyarakat. Jadi nilai adalah
sesuatu yang abstrak. Oleh karena itu, untuk melaksanakan nilai, diperlukan norma sebagai
pedoman berperilaku, baik berupa suatu keharusan, anjuran maupun larangan. Dengan kata
lain, norma sosial ialah ukuran sosial yang menentukan apa yang harus dilakukan, apa yang
harus dimiliki, dipercayai, dan dikehendaki oleh seseorang sebagai anggota suatu masyarakat.
Norma merupakan perwujudan dari nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat. Bila nilai
adalah sesuatu yang baik, diinginkan dan dicita-citakan oleh masyarakat, maka norma
merupakan aturan bertindak atau berbuat yang dibenarkan untuk mewujudkan cita-cita
tersebut. Norma dianggap positif apabila dianjurkan atau diwajibkan oleh lingkungan
sosialnya. Sedangkan norma dianggap negatif, apabila tindakan atau perilaku seseorang
dilarang dalam lingkungan sosialnya. Karena norma sosial sebagai ukuran untuk berperilaku,
maka diperlukan adanya sanksi bagi individu yang melanggar norma. Mengapa seseorang
yang melanggar norma harus diberikan sanksi? Karena seseorang yang melanggar norma
harus diberikan penyadaran bahwa perbuatannya tersebut tidak sesuai dengan aturan.
Norma merupakan patokan berperilaku agar terjadi keteraturan di masyarakat. Norma
muncul dan tumbuh dari proses kemasyarakatan, sebagai hasil dari proses bermasyarakat.
Pada mulanya, norma-norma yang terdapat dalam masyarakat terbentuk secara tidak
sengaja. Namun, lama-kelamaan norma tersebut dibuat secara sadar.
Contoh: dahulu di dalam jual-beli, seorang perantara tidak harus diberi bagian dari
keuntungan. Akan tetapi, lama-kelamaan terjadi kebiasaan bahwa perantara harus mendapat
bagiannya, bahkan selanjutnya ditentukan siapa yang harus menanggung pembagian
tersebut, penjual atau pembeli; contoh lain, misalnya dahulu orang meminjamkan uang
didasarkan pada saling percaya, tetapi setelah terjadinya penyelewengan-penyelewengan
maka ditetapkanlah secara perjanjian tertulis sebagai jaminannya. Unsur pokok norma sosial
adalah tekanan sosial terhadap setiap anggota masyarakat untuk menjalankan norma. Apabila
di masyarakat terdapat suatu aturan, tetapi tidak dikuatkan oleh desakan sosial, maka aturan
tersebut tidak dapat dikatakan sebagai norma sosial. Karena itu aturan dapat dikatakan
sebagai norma sosial apabila mendapat sifat kemasyarakatannya yang dijadikan patokan
dalam tindakan atau perilaku. Masyarakat memiliki dua arti norma, yaitu: norma budaya
sebagai aturan terhadap perilaku individu atau kelompok yang diharapkan oleh masyarakat;
dan norma statis suatu ukuran perilaku yang sebenarnya berlaku di masyarakat, baik yang
disetujui atau tidak.
Norma-norma yang terdapat di dalam kehidupan masyarakat mempunyai kekuatan
mengikat yang berbeda-beda. Ada norma yang lemah kekuatan mengikatnya, ada juga yang
kuat. Berkenaan hal tersebut dikenal ada empat pengertian norma, sebagai berikut :
1) Cara (usage), penyimpangan terhadap cara tidak akan mendapat hukuman yang
berat, tetap hanya celaan. Contohnya orang yang makan bersuara, cara makan tanpa
sendok dan garpu.
3) Tata kelakuan (mores), kebiasaan yang dianggap tidak hanya sebagai perilaku saja,
tetapi diterima sebagai norma-norma pengatur.
4) Adat istiadat (costum), yaitu tata kelakuan yang menyatu dengan pola-pola perilaku
masyarakat dan memiliki kekuatan mengikat yang lebih. Bila dilanggar akan mendapat
sanksi keras dari masyarakat.
Dalam masyarakat dikenal beberapa norma yang mengatur pola perilaku setiap
individu sebagai berikut :
a. Norma tidak tertulis yang dilakukan (informal) masyarakat dan telah melembaga,
yang lambat laun akan berupa peraturan dan tertulis pula, walaupun sifatnya
tidak baku tetapi tergantung pada kebutuhan saat masyarakat, hal ini berupa
gabungan dari folk-sway dan mores, seperti kebutuhan keluarga, cara
membesarkan anak. Dari lembaga terkecil sampai masyarakat, akan mengenal
norma prilaku, nilai cita-cita dan system hubungan sosial. Karena itu suatu
lembaga mencakup :
b. Norma tertulis (formal), biasanya dalam bentuk peraturan atau hukum yang telah
yang telah dibakukan dan berlaku dimasyarakat. Contoh :
Terdapat lima norma yang umumnya berlaku dalam kehidupan masyarakat, yaitu:
3. Norma agama. Didasarkan pada ajaran atau akidah suatu agama. Norma ini
menuntut ketaatan mutlak setiap penganutnya. Dalam agama terdapat perintah
dan larangan yang harus dijalankan para pemeluknya. Apabila seseorang
melanggar perintah Tuhannya, maka ia akan mendapat dosa. Demikian
sebaliknya, apabila ia melaksanakan perintah-Nya, maka ia akan mendapatkan
pahala sebagai ganjarannya. Karena agama didasarkan pada suatu keyakinan,
maka bagi masyarakat yang agamis norma ini akan sangat efektif untuk
mengatur kehidupan dalam masyarakat.
4. Norma hukum . Norma ini merupakan jenis norma yang paling jelas dan kuat
ikatannya karena merupakan norma yang baku. Didasarkan pada perintah dan
larangan yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat dengan ketentuan
yang sah dan terdapat penegak hukum sebagai pihak yang berwenang
menjatuhkan sanksi. Contoh: seorang terdakwa yang melakukan pembunuhan
terencana divonis oleh hakim dengan dikenakan hukuman minimal 15 tahun.
5. Norma kebiasaan. Didasarkan pada hasil perbuatan yang dilakukan berulang-
ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi suatu kebiasaan. Contoh:
Mudik di hari raya.
Agar aturan-aturan atau norma-norma sosial dapat diterapkan dalam kehidupan masyarakat, maka
norma-norma tersebut harus melembaga (institutionalized). Agar norma sosial bisa melembaga, maka
sebelumnya harus diketahui, dipahami, ditaati, dan dihargai oleh warga masyarakatnya.
1. Diketahui
Gejala awal dari suatu aturan sosial yang telah melembaga adalah apabila norma-norma tersebut
telah diketahui oleh setiap anggota masyarakat, namun taraf pelembagaannya masih lemah. Contoh:
seorang murid tentu akan mengetahui tata tertib di sekolah.
2. Dipahami
Taraf pelembagaan akan meningkat apabila setiap anggota masyarakat memahami fungsi dari suatu
lembaga sosial. Contohnya: setiap anggota masyarakat memahami bahwa sekolah bukan hanya
sebagai lembaga sosial yang memuat peraturan dan tata tertib yang harus ditaati oleh seluruh siswa.
Sebagai perwujudan lembaga pendidikan, sekolah juga harus memberikan pelayanan yang optimal
kepada seluruh masyarakat.
3. Ditaati
Menaati norma dalam bentuk sikap dan perilaku yang selaras aturan-aturan sosial merupakan indikasi
bahwa taraf pelembagaan suatu norma berkembang pada taraf yang lebih tinggi. Norma sosial
senantiasa dijadikan sebagai pedoman dalam melaksanakan berbagai aktivitas kehidupan.
4. Dihargai
Pelembagaan suatu norma dikategorikan mencapai taraf sempurna, apabila norma sosial telah telah
tertanam dalam diri setiap anggota masyarakat. Dengan kata lain, setiap anggota masyarakat selalu
berkeinginan untuk bersikap dan bertindak sesuai dengan norma yang berlaku, serta berupaya agar
norma-norma tersebut senantiasa hidup di dalam masyarakat. Contoh: Pancasila sebagai falsafah
hidup bangsa dan negara bagi rakyat Indonesia.
1) Pranata keluarga
a. Pengertian
1) Fungsi keagamaan, merupakan suatu keyakinan yang memiliki kaidah, nilai dan
norma untuk mengatur kehidupan manusia, secara individu, keluarga, maupun
masyarakat.
5) Fungsi edukatif atau pendidikan, adalah wahana pendidikan pertama dan utama
mempersiapkan generasi yang lebih baik.
2) Pranata Ekonomi
a. Pengertian
Pranata ekonomi adalah seperangkat norma atau aturan-aturan yang dimaksudkan
untuk memenuhi kebutuhan ekonomi masyarakat. Peran pranata ekonomi dalam mengatur
pola ekonomi manusia adalah sebagai berikut :
Distribusi adalah proses penyaluran barang dan jasa dari produsen konsumen.
Penyaluran barang dan jasa dapat dilakukan secara langsung, yaitu dari produsen ke
konsumen, dapat juga melalui perantara.
Suatu kehidupan dikatakan layak jika kebutuhan barang dan jasa dapat
terpenuhi. Hidup layak sangat tergantung pada tiga faktor: pendapatan, tersedianya
barang dan jasa, serta tingkat harga barang dan jasa.
3) Pranata politik
a. Pengertian
Pranata politik adalah upaya atau kegiatan partai politik sebagai organisasi
kemasyarakatan yang memiliki ciri khas tersendiri dan bertujuan untuk mendapatkan
kekuasaan dengan berbekal ilmu kenegaraan atau tata Negara.
4) Pranata pendidikan
a. Pengertian
Menurut undang-undang RI No. 20 tahun 2003 pendidikan adalah usaha sadar untuk
menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan bagi
peranannya di masa yang akan datang. Satuan pendidikan meliputi pendidikan sekolah dan
jalur luar sekolah.
b. Peranan dan fungsi pranata pendidikan
1) Fungsi manifest, yaitu fungsi yang memiliki peranan membantu seseorang agar mampu
secara mandiri mencari nafkah dan mengembangkan potensinya dalam memenuhi
kebutuhan pribadi bersama dengan proses pembangunan.
2) Fungsi laten, yaitu dimana pendidikan dapat menjadi masyarakat tahu akan fungsi yang
dimaksud, tapi masyarakat tidak menyadari atau seolah-olah tidak tahu. Misalnya: hasil
lulusannya berkualitas rendah akan mengakibatkan tenaga kerja tidak siap memasuki
dunia pendidikan
5) Pranata Agama
a. Pengertian
Pranata agama adalah seperangkat aturan yang mengatur kehidupan manusia, baik
manusia dengan sesama makhluk lainnya maupun dengan penciptanya.
Beberapa fungsi agama yang dapat kita bahas adalah fungsi manifest dan fungsi laten
dari agama.
1). Fungsi manifes agama adalah pendidikan agama yang disampaikan bersifat
pernyataan terbuka, sarat muatan dan dapat dimanfaatkan secara langsung oleh
masyarakat melalui doktrin, ritual, dan perilaku.
2). Fungsi laten agama dalam pendidikan agama yang sebagian kegiatannya tanpa
disadari dapat berkembang menjadi pendorong munculnya kegiatan lainnya karena
sifatnya tersembunyi, misalnya pada saat pertemuan atau kegiatan keagamaan yang
melibatkan banyak umat, mereka umumnya ingin tampil dengan pakaian yang rapi.
Berfungsi untuk memenuhi kebutuhan melayani warga masyarakat yang terlantar dan
membutuhkan pertolongan serta memenuhi kebutuhan masyarakat akan pemeliharaan
kesehatan, kebugaran jasmani, termasuk kecantikan.
Berfungsi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan penghayatan seni dan pemulihan
kesegaran jasmani dan mental. Pranata pembantunya, antara lain : seni rupa, seni musik, seni tari,
seni teater, seni sastra, olah raga, wisata dan hiburan lainnya.
8) Pranata Ilmiah
Berfungsi memenuhi kebutuhan masyarakat mengembangkan ilmu dan menerapkannya
serta menerapkan hasil ilmu dalam bentuk teknologi dan menerapkannya untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Prana pembantunya, antara lain : penelitian dan pengembangan ilmu
dasar, pengembangan dan penerapan ilmu terapan, pengembangan dan penelitian teknologi tepat
guna, teknologi tinggi, teknologi pertanian, teknologi penerbangan, dan teknologi komunikasi
satelit.
1. Pranata Keluarga
1. Kelompok yang memiliki nenek moyang yang sama, sehingga perkawinan dapat
terjadi diantara mereka yang memiliki satu keturunan, disebut endogami.
2. Kelompok kekerabatan disatukan oleh darah atau perkawinan yang disebut
eksogami.
4. Pasangan tanpa nikah yang mempunyai anak (Samen leven). Di Indonesia perbuatan
demikian dianggap menyeleweng dari kehidupan sosial, karena mengganggu atau
merusak kehidupan masyarakat sekaligus melanggar nilai dan norma masyarakat,
dan norma agama.
5. Satu orang dapat hidup dengan beberapa orang anak. Hal ini dapat terjadi karena
salah satu pasangan hidup, baik ayah atau ibu berpisah yang disebabkan oleh
perceraian atau salah satunya meninggal, sehingga salah seorang diantara mereka
harus memelihara anaknya. Suatu keluarga inti dianggap sebagai suatu sistem sosial,
karena memiliki unsur-unsur sosial yang meliputi: kepercayaan, perasaan, tujuan,
kaidah-kaidah, kedudukan dan peranan, tingkatan atau jenjang, sanksi, kekuasaan,
dan fasilitas. Keluarga yang terbentuk karena perkawinan disebut keluarga
konyungal. Perkawinan adalah penerimaan status baru, untuk siap menerima hak
dan kewajiban sebagai pasangan suami istri yang sah diakui masyarakatnya dan
hukum. Pasangan hidup yang telah berumah tangga dan membentuk keluarga batih,
pada dasarnya memiliki fungsi sebagai berikut :
2) Fungsi afeksi. Fungsi afeksi ini dapat berupa tatapan mata, ucapan-ucapan
mesra, sentuhan-sentuhan halus, yang semuanya akan merangsang anak
dalam membentuk kepribadiannya.
2. Pranata Ekonomi
1. pola relasi antara manusia sebagai subyek dengan sumber kemakmuran ekonomi,
seperti alat produksi, fasilitas dari negara, perbankan dan kenyataan sosial.
Sedangkan masalah struktural dalam ekonomi akan berkisar pada bagi hasil, sewa-
menyewa, keuntungan, pinjaman ke bank dan lain-lain.
2. pola relasi antara manusia sebagai subyek dengan hasil produksi. Meliputi masalah
distribusi hasil, masalah penghasilan yang didapat dengan prestasi yang dicapai.
4. Pranata Pendidikan
c) Indoktrinasi (indoktrination)
d) Pendidikan (edukation).
d) Sertifikasi (sertification)
5. Pranata Agama
Agama dimiliki oleh setiap orang pada setiap masyarakat, sehingga kerukunan
hidup tidak saja diantara manusia sebagai individu maupun sebagai kelompok, tetapi juga
kerukunan hidup beragama. Setiap agama mengatur hubungan antar manusia, juga
mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, sehingga agama merupakan pedoman
hidup yang kekal. Hubungan manusia memiliki tiga makna, yaitu hubungan antar individu
dan dengan kelompok (manusia sebagai Mahluk sosial) dan hubungan manusia dengan
Tuhan (manusia sebagai Mahluk Tuhan). Agama menurut sosiologi adalah satu jenis
sistem sosial yang dibuat oleh penganut-penganutnya yang berporos kepada kekuatan
non empiris yang dipercayainya dan didayagunakannya untuk mencapai keselamatan
bagi diri mereka dan masyarakat luas pada umumnya. Berdasarkan definisi tersebut,
maka agama meliputi:
1. Agama disebut jenis sistem sosial. Bahwa agama dapat dikatakan sebagai suatu
fenomena sosial, suatu peristiwa kemasyarakatan. Suatu sistem sosial dapat
dianalisis, karena terdiri dari atau suatu kompleks kaidah dan peraturan yang
dibuat, saling berkaitan dan terarakan pada tujuan tertentu.
5. Agama memberikan rasa identitas diri dengan cara memeluk agama yang
diyakininya.
6. Pranata Politik
Pranata politik adalah serangkaian peraturan, baik tertulis ataupun tidak tertulis
yang berfungsi mengatur semua aktivitas politik dalam masyarakat atau negara. Di
Indonesia, pranata politik tersusun secara hierarki, berikut ini.
a) Pancasila
b) Undang-Undang Dasar 1945
c) Ketetapan MPR
d) Undang-Undang
e) Peraturan Pemerintah
f) Keputusan Presiden
g) Keputusan Menteri
h) Peraturan Daerah
Pranata-pranata tersebut diciptakan masyarakat Indonesia sesuai dengan jenjang
kewenangannya masing-masing, dan dimaksudkan untuk mengatur penyelenggaraan
pemerintahan negara. Fungsi atau Peran Pranata Politik
Seperti halnya pranata sosial lainnya, pranata politik juga mempunyai peran atau fungsi.
Beberapa peran atau fungsi pranata politik, antara lain, meliputi hal-hal berikut ini.
➢ Pelindung dan penyaluran aspirasi/hak asasi manusia; sesuai dengan UUD’45, bahwa
masyarakat mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam hukum dan
pemerintahan. Berdasarkan pengertian tersebut, maka rakyat berhak berpolitik
sejauh tetap mematuhi kaidah-kaidah politik yang telah ditetapkan.
➢ Memberikan pembelajaran politik bagi masyarakat; dalam hal ini rakyat secara
langsung mulai dilibatkan dalam proses penentuan kebijakan. Rakyat ditempatkan
sebagai subjek dan bukannya objek kebijakan. Dengan cara ini, akan dapat tercapai
keberhasilan pembangunan dan meningkatkan stabilitas sosial.
Kebudayaan pranata sosial dalam kehidupan masyarakat, bukanlah merupakan sesuatu yang
bersifat statis. Karena fungsinya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia yang beraneka
ragam selalu berubah-ubah maka pranata sosial pun dapat mengalami perubahannya sulit dilakukan.
Hal ini sangat tergantung pada beberapa hal seperti:
1) Proses internalisasi pranata sosial yang dialami sejak lahir sampai meninggal, merupakan proses yang
relatif lama.
2) Karena adanya contoh sosial, yang ada dasarnya merupakan suatu mekanisme dalam kehidupan
masyarakat yang dijalankan untuk menjamin agar individu mematuhi norma-norma yang berlaku.
Karena itu walaupun pranata sosial dapat berubah tetapi dalam kenyataan Perubahan sosial
dalam masyarakat berdampak pada adanya perkembangan pada pranata sosial baru dalam sistemimu
aspek kehidupan masyarakat.. Pranata-pranata sosial tersebut membawa kemajuan dan kemudahan
bagi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, tetapi disisi lain melahirkan perubahan dalam
pola hidup masyarakat yang tidak sedikit membawa akses negatif didalam-Nya.
Beberapa perubahan pranata sosial yang dapat kita amati sebagai berikut:
1) Dalam bidang ekonomi, munculnya supermarket, berdirinya bank-bank dengan berbagai fasilitas
pelayanannya. Kondisi semacam ini membentuk pola hidup masyarakat tradisional berubah menjadi
masyarakat modern.
2) Dalam bidang sosial, timbulnya organisasi-organisasi yang banyak menampung kegiatan remaja sesuai
dengan minta dan bakatnya, seperti organisasi pencinta alam, basket, dan modeling.
3) Dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, munculnya berbagai pranata baru yang menggantikan
pranata tradisional, seperti teknologi transportasi dan informasi (komputer dan internet).
4) Dalam bidang seni budaya, tumbuh pesatnya tempat-tempat hiburan dan kelompok-kelompok seni
budaya, yang menggelar seni modern seperti bertambahnya setasiun TV swasta, sanggar seni modern,
diskorik. Fenomena ini melahirkan pola budaya baru yang secara tidak dasar telah mengubah pola
kebudayaan lama.
5) Dalam bidang politik, demokratisasi mulai muncul menggeser budaya parochial yang sudah lama
dikenal oleh masyarakat Indonesia.
6) Dalam pranata keluarga mulai dilihat adanya pergeseran peran seorang ibu yang setelah adalah
perubahan sosial, seorang ibu tidak hanya sebagai ibu rumah tangga saja tetapi juga bisa memiliki
karier.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pranata sosial terbentuk melalui norma-norma atau kaidah-kaidah yang biasanya terhimpun atau
berkisar (tersentripetal atau pengaruh keritik pusat) di sekitar fungsi-fungsi atau tugas-tugas
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok karena tujuannya adalah mengatur cara
berpikir dan cara bertindak untuk memenuhi kebutuhan pokok. Macam- macam pranata sosial dalam
masyarakat adalah pranata keluarga, pranata agama, pranata politik, pranata pendidikan, pranata
ekonomi, pranata kesenian, pranata pelayanan sosial, dan pranata ilmiah.
3.2. Saran
Dalam rangka kedudukan dalam suatu pranata, diharapkan individu warga masyarakat bertindak
menurut norma-norma khusus dari kedudukan khusus dalam pranata itu. Tingkah laku individu yang
mementaskan suatu kedudukan tertentu disebut dengan suatu istilah ilmiah, yaitu peranan sosial
(sosial role atau role saja).
Daftar Pustaka