Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENDIDIKAN DALAM KEPERAWATAN

(MOTIVASI BELAJAR)

DI SUSUN OLEH :
NAMA : SRI ERNAWATI
NIM : 123172104

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN


FAMIKA MAKASSAR
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dengan tulus dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang

senantiasa memberikan Rahmatnya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan

makalah ini. Adapun makalah ini kami selesaikan semaksimal mungkin dan tentunya dengan

bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.

Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak

yang telah membantu kami dalam pembuatan

makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam

makalah ini ada kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa maupun segi lainya. Oleh

karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi

pembaca yang ingin memberikan saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat

memperbaiki makalah ini dikemudian hari. Ada sebuah pribahasa yang mengatakan “ tidak

ada gading yang tak retak”.

Akhirnya penyusun mengharapkan semoga makalah ini dapat diambil hikmah dan

manfaatnya sehingga dapat memberikan inspirasi terhadap pembaca.

Sungguminasa, 9 Agustus 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................
DAFTAR ISI ...........................................................................................
BAB I : PENDAHULUAN..........................................................................
A. Latar Belakang...........................................................................
B. Rumusan Masalah…………….………………………………………….. C.
Tujuan………………………………………………………………………..
D. Manfaat ……………………………………………………………….........

BAB II: PEMBAHASAN ……………………….……………………………..………


A. Pendidikan ……………….… ……………..………….........................
B. Pengetahuan ……………………………………………………………….

C. Reward ………………………………………………………………………
D. Kenaikan jabatan …………………………………………………………

BAB III:PENUTUP ……………………………………………………………………..


A. KESIMPULAN ……………………………………………………………….
B. SARAN ………………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………


BAB 1
PENDAHULUUAN

A. LATAR BELAKANG
Perkembangan keperawatan di Indonesia saat ini sangat pesat, hal ini disebabkan oleh
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat sehingga informasi dengan
cepat dapat diakses oleh semua orang sehingga informasi dengan cepat diketahui oleh
masyarakat. Perkembangan era globalisasi yang menyebabkan keperawatan di Indonesia harus
menyesuaikan dengan perkembangan keperawatan di negara yang telah berkembang, sosial
ekonomi masyarakat semakin meningkat sehingga masyarakat menuntut pelayanan kesehatan
yang berkualitas tinggi, tapi di lain pihak bagi masyarakat ekonomi lemah mereka ingin
pelayanan kesehatan yang murah dan terjangkau, Sehingga memerlukan perawatan lebih lama
dirumah sakit.
Visi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia adalah menciptakan manusia yang sehat,
produktif, mandiri dan berkeadilan. Guna mewujudkan visi dan misi tersebut berbagai program
kesehatan telah dikembangkan termasuk pelayanan kesehatan di rumah.
Belajar adalah serangkaian kegiatan/aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang
dan dapat mengakibatkan perubahan pada dirinya berupa perubahan pengetahuan atau
kemahiran yang sifatnya sedikit banyak permanen. Iskandar (2009) mengemukakan bahwa
belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku seseorang berdasarkan praktik atau
pengalaman baru, perubahan tingkah laku tersebut terjadi akibat interaksi dengan situasi yang
ada bukan terjadi dengan sendirinya karena kedewasaan seseorang. Pendidikan pada dasarnya
adalah usaha sadar untuk menumbuh-kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik
dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar peserta didik (Syah, 2005).
Menurut Alimuddin (2012) dari hasil penelitian yang dilakukan pada mahasiswa
Universitas Muhammadiyah Semarang mengemukakan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara motivasi menjadi perawat dengan prestasi akademik pada mahasiswa keperawatan di
Universitas Muhammadiyah Semarang. Dimana motivasi yang tinggi pada mahasiswa agar dapat
dipertahankan demi sebagai pendorong untuk meningkatkan prestasi belajar. Minat dan
motivasi menjadi suatu hal yang penting dalam menentukan sikap seseorang untuk meraih
sesuatu yang diinginkan. Apabila mahasiswa memiliki minat dan motivasi yang tinggi untuk
menjadi perawat, tentunya akan mendorong motivasi belajar yang giat pula.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka kami merumuskan “faktor apakah yang
mempengaruhi motivasi dan prestasi belajar pada perawat.

C. TUJUAN 1. Tujuan umum


Diketahuinya faktor – faktor yang berhubungan dengan motivasi tenaga perawat.

2. Tujuan khusus
a) Diketahuinya hubungan pendidikan dengan motivasi perawat.

b) Diketahuinya hubungan pengetahuan dengan motivasi perawat

c) Diketahuinya hubungan pemberian reward dengan motivasi perawat.

d) Diketahuinya hubungan kenaikan jabatan fungsional dengan motivasi perawat.

3. Manfaat
a) Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan pertimbangan bagi rumah sakit untuk mengambil kebijaksanaan
Dalam rangka meningkatkan motivasi perawat yang pada akhirnya dapat
menerapkan proses asuhan keperawatan menjadi lebih baik.
b) Bagi Pengembangan ilmu

1) Sebagai tambahan wacana keperawatan mengenai faktor – faktor yang


berhubungan dengan motivasi perawat dalam menerapkan proses asuhan
keperawatan.

2) Sebagai refensi ilmiah yang dapat dipergunakan oleh pihak yang memerlukan
untuk bahan pertimbangan.
BAB II
PEMBAHASAN

Untuk dapat meningkatkan motivasi kerja sebaiknya kebutuhan tenaga kerja diperhatikan
dengan memberikan berbagai macam kompensasi. Kompensasi bukan hanya berbentuk upah atau
gaji. Kompensasi sangat terkait dengan munculnya motivasi kerja seorang karyawan.
Jika, seorang karyawan merasa bahwa setiap hasil karyanya dihargai dengan diberikannya
berbagai macam bentuk reward misalnya pujian, penghargaan dan lain sebagainya. Lain halnya jika
seorang tenaga kerja telah melaksanakan semua tugasnya dengan baik, namun menajer tidak baik
menunjukkan penghargaannya, maka ia dapat menyebabkan kurangnya motivasi kerja dari tenaga
kerjanya.
Motivasi juga sangat terkait dengan tingkat pendidikan yang di miliki seseorang, pendidikan
akan mempengaruhi seseorang dalam memandang tanggung jawab yang di embannya sehingga
akan menyebabkan seorang perawat untuk melakukan penerapan proses keperawatan sesuai
dengan apa yang telah di dapatkan dalam dunia pendidikan. Kualitas pelayanan keperawatan salah
satunya ditentukan oleh pengetahuan dan pengalaman baru yang terkait dengan kesehatan pasien.
Seorang perawat yang memiliki pengetahuan tentang bagaimana seharusnya proses
keperawatan diberikan kepada pasien akan memiliki motivasi untuk memberikan pelayanan yang
maksimal sehingga mempengaruhi kualitas pelayanan keperawatan di rumah sakit.
Untuk itu perlu dibahas mengenai keterkaitan antara kompensasi dalam meningkatkan
motivasi kerja sebagai berikut :

1. Pendidikan
Pendidikan menurut Undang – Undang Republik Indonesia no 2 tahun 1989 tentang sistem
pendidikan nasiaonal disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan
peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, atau latihan bagi peranannya yang akan
datang.
Tingkat pendidikan yang tinggi menunjang motivasi kinerja perawat karena pendidikan yang
rendah menyebabkan pengawai sulit menyerap berbagai informasi yang berhubungan dengan
kegiatannya, semakin tinggi pendidikan maka semakin efesien ia dalam bekerja (Sedarmayanti,
2003) Perawat dengan pendidikan yang baik akan melakukan proses asuhan keperawatan yang
efektif dan fesien yang selanjutnya akan menghasilkan pelayanan kesehatan yang bermutu tinggi,
tingkat pendidikan yang cukup akan memberikan kontribusi terhadap praktek keperawatan,
dimana pendidikan berkaitan dengan kepribadiannya.
Perawat akan menyadari bahwa kualitas asuhan keperawatan di Rumah Sakit akan sangat
ditentukan oleh kemampuan perawat dalam menerapkan asuhan keperawatan sesuai dengan apa
yang di dapatkan dalam pendidikanya. Sehingga tingkat pendidikan perawat akan mempengaruhi
motivasi perawat untuk menerapkan asuhan keperawatan di rumah sakit.

2. Pengetahuan
Kualitas pelayanan keperawatan salah satunya ditentukan oleh pengetahuan dan
pengalaman baru terkait dengan kesehatan pasien.pendidikan kesehatan pada perawat
merupakan salah satu intervesi keperawatan dalam meningkatkan mutu pelayanan dalam
memberikan kepuasan pada klien dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.
Seseorang memilih suatu pekerjaan didasarkan pada pengetahuan dan kemampuan yang
dimilikinya. Motivasi akan menjadi masalah apabila kemampuan yang dimiliki tidak dimanfaatkan
dan dikembangkan dalam melaksanakan tugasnya,dengan adanya pengetahuan yang tinggi yang
dimiliki dapat memberikan motivasi bagi perawat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.
3. Reward
Reward menurut Sondang (1999) merupakan bagian yang sangat didambakan oleh setiap
tenaga kerja baik itu didalam lingkup tempat kerjanya, reward merupakan cara efektif dalam
meningkatkan motivasi kerja petugas.
Begitu juga dengan perawat sangat memerlukan reward Karena dengan memberian
reward/pemberian imbalan, maka mereka merasa kebutuhan mereka diperhatikan sehingga hal
tersebut menimbulkan motivasi baik itu motivasi internal atau merasa memiliki kewajiban untuk
melaksanakan semua tugas yang telah dibebankan kepadanya. Reward dapat berbentuk seperti
piecework, bonus, komisi kurva kematangan, penghargaan, pujian dll.
4. Kenaikan jabatan
Menurut Siagian (2005) kenaikan jabatan berarti ada kepercayaan dan pengakuan mengenai
kemampuan serta kecakapan karyawan bersangkutan untuk menduduki suatu jabatan yang
tinggi. Dengan adanya promosi jabatan bagi tenaga kerja, maka akan meningkatkan motivasi kerja
hasil kerja dihasilkan akan memuaskan

Perawat adalah seorang yang telah menyelesaikan program pendidikan keperawatan,


memenuhi syarat dan diberi wewenang oleh pemerintah untuk memberikan pelayanan perawatan
yang penuh tanggung jawab dalam upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, perawatan
orang sakit, dan rehabilitasai pelayanan keperawatan (DPR RI, 2011).
Hasil lokakarya nasional dalam bidang keperawatan tahun 1983 telah menghasilkan
kesepakatan nasional secara konseptual yang mengakui keperawatan di Indonesia sebagai profesi,
mencakup pengertian, pelayanan keperawatan sebagai profesional dan pendidikan keperawatan
sebagai pendidikan profesi (Nursalam dan Efendi (2009).
Profesi perawat di Indonesia pada saat ini menjadi profesi yang menarik untuk diikuti
perkembangannya. Animo masyarakat untuk masuk di pendidikan keperawatan semakin meningkat
dari tahun ketahun. Disisi lain institusi pendidikan keperawatan di Indonesia semakin menjamur.
PPNI Bontang (2011) menyebutkan 60% dari total tenaga kesehatan adalah perawat, dan Kompas
(2011) menyatakan jumlah perawat di Indonesia sudah lebih dari 500.000 orang. Berdasarkan data
yang diperoleh dari PPNI Bontang (2011), Indonesia sekarang memiliki lebih dari 770 institusi
pendidikan keperawatan dan setiap tahunnya meluluskan sekitar 30.000 perawat. Tingginya jumlah
lulusan perawat yang ada di Indonesia dipengaruhi oleh motivasi seseorang untuk menjadi perawat.
Hasil penelitian Wahyuni (2010), motivasi mahasiswa memilih Program Studi S1
Keperawatan sebanyak 74,2% adalah tinggi, motivasi berdasarkan ketertarikan sebanyak 54,5%
tinggi dan 45,5% adalah sedang, berdasarkan aktualisasi diri sebanyak 54,5% tinggi dan 45,5% adalah
sedang, serta motivasi berdasarkan dukungan lingkungan sebanyak 51,5% tinggi dan 48,5% adalah
sedang, berdasarkan sumber informasi sebanyak 51,5% tinggi dan 48,5% adalah sedang.
Hasil penelitian Rombe (2005), faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan
berkelanjutan adalah motivasi. Pandangan ini sesuai dengan pendapat Nursalam dan Efendi (2009)
yang menyatakan motivasi akan menentukan arah perbuatan yakni kearah suatu yang akan dicapai.
Motivasi dapat timbul dan tumbuh berkembang melalui dirinya sendiri
(intrinsik) dan dari lingkungan (ekstrinsik). Motivasi intrinsik adalah daya dorongan dari dalam diri
seseorang untuk melakukan sesuatu demi mencapai tujuan yang diinginkan. Motivasi ekstrinsik
adalah daya dorongan dari luar diri seseorang untuk melakukuan sesuatu demi mencapai tujuan
yang diinginkan (Elliot et al., 2000 dalam Nursalam dan Efendi, 2009).
Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi intrinsik pada diri seseorang adalah altruism dan
kebutuhan, sedang motivasi ekstrinsik meliputi daya tarik dan model peran (Banks dan Bailey, 2010;
Rhodes et.al., 2011).
Orangtua dan keluarga juga sering menasehati, dan memberikan dorongan. Ditambah lagi
kawan dan pacar yang selalu ingin melihat berhasil. Hal ini telah memicu hasrat dan keinginan untuk
belajar. Tidak hanya itu, suasana belajar yang kondusif, hidup dan aktif ditambah dengan fasilitas
pendukung yang lengkap, seperti laboratorium dan perpustakaan telah membuat lebih terpacu
untuk belajar dan mengerjakan tugas perkuliahan yang diberikan. “Hal-hal yang bisa meningkatkan
motivasi saya dalam belajar, seperti suasana belajar, suasana belajar harus hidup dan aktif...” Dan
yang terakhir adalah ketika ilmu yang sudah dimiliki dirasakan manfaatnya oleh orang lain, seperti
pada saat praktek, pasien yang dibantu merasa senang dapat menambah motivasi responden untuk
terus belajar. “Pada saat saya jalan-jalan, saya bertemu dengan salah satu pasien yang saya rawat,
dan dia mengenali saya,...disitu saya merasa senang dan merasa dibutuhkan oleh orang lain sehingga
saya termotivasi untuk terus belajar”.
Selain dorongan-dorongan internal dan eksternal, juga mendapatkan hal lain, kadang-kadang
termotivasi belajar kerena diumumkan mau ujian, atau menyelesaikan tugas karena harus segera
dikumpul. “...misalnya besok ada ujian, ....saya akan belajar karena takut tidk bisa jawab...”
PEMBAHASAN Motivasi merupakan dorongan internal maupun eksternal yang menimbulkan hasrat
dan minat melakukan sebuah kegiatan dalam mencapai tujuan tertentu (Nursalam dan Efendi, 2008,
Notoatmodjo, 2010, Turabik & Baskan, 2015). 77
Motivasi sangat dibutuhkan dalam proses belajar mengajar. Motivasi dapat memacu
pengembangan potensi diri mahasiswa dalam mengali pengetahuan dan keterampilan secara
mandiri sesuai dengan kompetensi yang diharapkan. Motivasi belajar sering diartikan sebagai
dorongan mental yang menggerakkan prilaku belajar. Energi yang dihasilkan dari motivasi sering
dikaitkan dengan tujuan dan cita-cita yang ingin dicapai.
Makin nyata tujuan dan cita-cita yang diinginkan, makin besar pula usaha yang diberikan
untuk mencapai keduanya (Mudjono, 2002, Hamalik, 2001, dan
Djamarh, 2006, dalam Nursalam dan Efendi F. 2008). Sementara motivasi muncul dari adanya
kebutuhan, yang medorong hasrat untuk berprilaku sesuai dengan tujuan yang diinginkan dalam
mencapai kepuasan.
Setelah kebutuhannya terpuaskan, maka motivasi akan menurun, untuk kemudian mencoba
meraih kebutuhan yang lebih tinggi (Turabik & Baskan, 2015). Tucker, Zayco, & Herman, (2002)
menambahkan bahwa motivasi dalam penampilan akademik merujuk kepada indikator kognitif,
emosional dan prilaku yang terlibat dalam proses pendidikan dan pembelajaran (Turturean, M.,
2013). Artinya makin besar motivasi mahasiswa dalam belajar, maka kemampuan kognitif akan lebih
baik, emosional akan lebih berkembang dan perubahan prilaku akan terjadi. Oleh karena itu,
identifikasi berbagai faktor yang mempengaruhi motivasi belajar perlu dilakukan untuk
meningkatkan motivasi belajar mereka.
Lebih lanjut Zlate, S. & Cucui, G.(2015) mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
motivasi tidak hanya mempertahankan kinerja belajar pada derajat tertentu, tetapi juga
meningkatkan motivasi itu sendiri. Dapat disimpulkan bahwa harus ada upaya menstimulasi dan
memperkuat faktor-faktor motivasional dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan
keperawatan. Dari hasil penelitian didapatkan tiga kategori motivasi, yaitu motivasi internal, motivasi
eksternal, dan motivasi terdesak. Pengkategorian ini disandarkan pada pendapat
78.
Friedmen yang membagi motivasi dalam tiga ketegori (internal, eksternal dan terdesak)
(dalam Nursalam, 2011) Motivasi internal dapat mendorong mahasiswa belajar secara alamiah tanpa
dipengaruhi faktor dari luar. Minat merupakan salah satu faktor motivasi belajar yang teridentifikasid
dalam penelitian. Seorang mahasiswa yang mempunyai minat belajar ilmu keperawatan tentu akan
lebih termotivasi dibandingkan mereka yang didorong oleh orang tua, keluarga atau teman. Minat
oleh Komsiyah, (2012) dimasukkan sebagai faktor psikologis yang mempengaruhi proses dan hasil
belajar secara internal. Begitu pentingnya minat bagi motivasi belajar, Worrel & Stiwell, (1981)
menempatkan minat sebagai ciri dari seorang yang memiliki motivasi positif (Nursalam dan Efendi F.
2008).
Oleh karena itu, bidang atau proses pembelajaran harus disesuaikan dengan minat
seseorang. Orang tua, keluarga atau pendidik tidak boleh memaksa anak memilih bidang ilmu
tertentu yang tidak sesuai dengan minat mereka. Menurut pengalaman peneliti selaku pendidik
dalam bidang keperawatan, banyak mahasiswa yang berprestasi rendah karena mereka tidak punya
minat terhadap pendidikan keperawatan. Selain minat, responden juga menganggap cita-cita sebagai
faktor penting dalam motivasi belajar.
Cita-cita akan memberi arah dan tujuan belajar (Nursalam dan Efendi F. 2008). Makin kuat
cita-cita, makin besar upaya yang dilakukan seseorang. Mahasiswa yang tidak memiliki cita-cita,
biasanya juga tidak memiliki tujuan belajar yang jelas. Konsekuensinya, mereka akan memiliki
keinginan rendah untuk belajar. Susilo, R., (2011) mengatakan bahwa cita-cita merupakan pendorong
besar, karena cita-cita merupakan pusat dari berbagai kebutuhan, sehingga mampu memobilisasi
energi psikis untuk belajar. Beberapa responden mengatakan bahwa pengetahuan baru yang
diperoleh dari kegiatan belajar juga menjadi sumber motivasi. Hal ini juga dikatakan oleh Arden &
Frandsen dimana rasa ingin tahu merupakan salah satu sumber motivasi belajar (dalam Susilo R.,
2011).
Beberapa orang lainnya memiliki atensi untuk menyelesaikan pendidikan tepat waktu karena
mereka ingin cepat bekerja sebagai perawat. Pekerjaan sebagai perawat dipersepsikan responden
sebagai sebuah pekerjaan yang bermanfaat bagi orang lain. Karena melalui layanan keperawatan
mereka dapat membantu orang lain yang membutuhkan. Pekerjaan sebagai perawat juga diharapkan
dapat memberikan kesuksesan bagi mereka yang pada akhirnya keinginan mereka untuk
membahagiakan orang tua dan keluarga dapat tercapai. Semua faktor ini juga dipersepsikan
mahasiswa menjadi sumber motivasi mereka dalam belajar. Subtema selanjutnya adalah motivasi
eksternal. Motivasi eksternal timbul karena adanya pengaruh dari luar, baik berupa ajakan, suruhan,
atau paksaan (Ruswandi, 2013). Ada beberapa faktor eksternal yang dipersepsikan responden
meningkatkan motivasi mereka, salah satunya adalah keinginan meningkatkan indeks prestasi.
Indeks prestasi merupakan sebuah mekanisme penilaian terhadap hasil pembelajaran yang
diterapkan pada pendidikan tinggi termasuk D-III Keperawatan. Rentang indeks prestasi dimulai dari
kurang s/d sangat baik (1-4). Indeks prestasi merupakan modal dasar mahasiswa dalam memperoleh
berbagai kemudahan dan penghargaan, seperti mendapatkan kelulusan, mendapatkan beasiswa,
melanjutkan pendidikan, dan mendapat pekerjaan. Namun indeks prestasi tidak selamanya bisa
dijadikan acuan dalam menilai keberhasilan mahasiswa dalam pendidikan keperawatan. Indeks
prestasi umumnya hanya didapatkan dari hasil penilaian intelegensia (kognitif, afektif, dan
psikomotor), belum banyak menyentuh aspek emosional dan spiritual. Sehingga perlu dipikirkan
model pengajaran yang tidak hanya mampu mengembangkan aspek intelegensia mahasiswa, namun
dapat mengembangkan emosional dan spiritual sekaligus. Sehingga lulusan yang dihasilkan tidak
hanya menguasai ilmu pengetahuan dan tekhnologi keperawatan, tapi juga memiliki moral dan
spiritual yang kuat sehingga mereka dapat menjadi perawat profesional, bertanggung jawab dan
melayani.
Bila dilihat dari prinsip-prinsip motivasi belajar, reward atau hadiah kadang-kadang berguna,
walaupun sangat bahaya kalau peserta didik belajar karena mengejar reward, bukan karena minat.
Notoadmodjo, S., (2010) mengatakan bahwa pemberian reward dalam proses belajar dimaksudkan
untuk meningkatkan semangat belajar, dan penerapan punishment untuk memberi efek jera.
Namun secara psikologis pemberian reward lebih efektif meningkatkan motivasi belajar,
karena reward dapat merangsang mahasiswa untuk terus mengulang kesuksesan yang telah
diraihnya. Sementara punishment terkadang menimbulkan frustasi yang menyebabkan mahasiswa
merasa malu dan rendah diri, atau bahkan merangsang prilaku kekerasan.
Hal ini tentu mendorong motivasi negatif dalam proses pembelajaran. Namun demikian,
punishment dalam situasi tertentu juga masih dibutuhkan. Faktor lain yang dipersepsikan responden
dapat meningkatkan motivasi belajar adalah persaingan. Keinginan untuk menjadi lebih unggul dari
yang lain secara positif akan mendorong mahasiswa melakukan yang terbaik. Sehingga makin banyak
mahasiswa yang berkompetisi menunjukkan keunggulan mereka, maka persaingan akan semakin
kuat dan motivasi belajar akan semakin tinggi. Namun iklim persaingan ini juga harus terpola dengan
baik, karena persaingan yang tidak sehat cendrung menimbulkan konflik, dan konfik dapat
menimbulkan kondisi destruktif dalam proses pembelajaran. Penyelenggara pendidikan harus
mengatur iklim persaingan yang sehat sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan dan
meminimalkan konflik.
Dalam makalah ini juga didapatkan bahwa peranan dosen, keluarga dan teman sebaya
dipersepsikan responden memiliki kontribusi nyata dalam peningakatan motivasi belajar. Seorang
dosen yang disiplin, menguasai materi dan selalu membimbing dan mendukung.
BAB III
PENUTUP

A. Keimpulan
Seorang perawat yang memiliki pengetahuan tentang bagaimana seharusnya proses
keperawatan diberikan kepada pasien akan memiliki motivasi untuk memberikan pelayanan
yang maksimal sehingga mempengaruhi kualitas pelayanan keperawatan di rumah sakit.
Motivasi sangat dibutuhkan dalam proses belajar mengajar. Motivasi dapat memacu
pengembangan potensi diri seseorang dalam mengali pengetahuan dan keterampilan secara
mandiri sesuai dengan kompetensi yang diharapkan. Motivasi belajar sering diartikan sebagai
dorongan mental yang menggerakkan prilaku belajar. Energi yang dihasilkan dari motivasi sering
dikaitkan dengan tujuan dan cita-cita yang ingin dicapai.
Namun secara psikologis pemberian reward lebih efektif meningkatkan motivasi belajar,
karena reward dapat merangsang mahasiswa untuk terus mengulang kesuksesan yang telah
diraihnya. Sementara punishment terkadang menimbulkan frustasi yang menyebabkan
mahasiswa merasa malu dan rendah diri, atau bahkan merangsang prilaku kekerasan.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis menyarankan agar para pembaca khususnya
kepada mahasiswa untuk dapat meningkatkan pemahamannya guna terwujudnya pelaksanaan
proses belajar yang baik.
Kami menyadari Makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh sebab itu kami
menyarankan kepada pembaca untuk tetap terus menggali sumber-sumber yang menunjang
terhadap pembahasan yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyono. (2004). Psikologi Belajar. Jakarta:


Rineka Cipta Ali, Mohammad. (2007). Ilmu dan aplikasi Pendidikan. Bandung.
Fip.upi Press A.M Sadirman.(2001). Interaksi dan Motivasi belajar mengajar. Jakarta; Raja
Grafindo Persada ____________(2010). Interaksi dan Motivasi belajar mengajar. Jakarta;
Raja Grafindo Persada Arikunto, Suharsimi.(2002). Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara Arikunto, Suharsimi.(2008), Metode Penelitian .Jakarta:
Angkasa Arikunto, Suharsimi. (2010), Manajemen Penelitian .Jakarta:
Rineka Cipta Baharuddin.(2009).Psikologi Pendidikan.Jogyakarta:
Tersedia: http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/DP/article/view/477. [13 Januari 2016]
Rusman.(2012). “Pengembangan kurikulum Model Sistem Pelatihan berbasis kompetensi”. Jurnal
Teknologi Pendidikan Edutech. Vol.2 No.2 33-39
Suhardiansyah. (2013). “Pengaruh Lingkungan Belajar di Sekolah, Motivasi dan Disiplin Belajar
Terhadap Hasil Belajar”. Jurnal Penddikan Ekonomi. Vol. 1 No. 5 [Online].
Tersedia: http://jogjapress.com/index.php/Citizenship/article/view/928/472. [13 Januari 2016]
Sumiati. (2007). “Pengaruh Lingkungan Belajar siswa terhadap Motivasi Belajar dan
Implikasinya terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ekonomi Syariah di SMP
Kota Tasikmalaya”. Jurnal Pendidikan Ekonomi dan Koperasi. Vol. 7 No. 1. 264-284.

Sumber Internet
http://scholar.unand.ac.id/12468/2/BAB%20I%20PDF.pdf

https://adoc.pub/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-motivasi-menjadi-perawat-
dar.html

Anda mungkin juga menyukai