Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Bernyanyi merupakan adalah kegiatan yang biasa dilakukan semua orang.

Bernyanyi juga memiliki beberapa manfaat diantaranya, mengurangi stress,

meningkatkan mood, meningkatkan fungsi paru – paru, dll. Apalagi kalau kita

mendengarkan sebuah paduan suara menyanyikan sebuah lagu dengan baik dan

benar. Sinaga (2018 : 80) menyatakan “bernyanyi merupakan serangkaian kegiatan

untuk mengungkapkan ekspresi lewat melodi dalam nyanyian. Melalui bernyanyi

manusia dapat mengekspresikan seluruh perasaan jiwa, seperti sedih, senang benci,

marah, kecewa, cinta, atau perasaan lainnya yang berhubungan dengan naluri hati

sehingga terciptalah suatu karya music berupa nyanyian (musik vokal) atau

permainan alat musik (musik instrumental).” Namun, belum tentu semua orang

mampu untuk bernyanyi dengan baik dan juga bagus. Oleh sebab itu dibutuhkan

teknik bernyanyi yang tepat untuk memperbaiki kelemahan dalam bernyanyi.

Menurut Brritany (2018 : 1639) bahwa “mempelajari seni (menyanyi) memberi

manfaat yang baik bagi siswa. Terlebih jika sedari kecil siswa sudah sibuk sendiri

dengan gadget, kekmampuan siswa untuk berekspresi, percaya diri, berkomunikasi,

berinteraksi, bahkan bekerja sama dengan orang lain akan berkembang kurang

maksimal.”

Menurut Tambunan (2021 : 294) bahwa “pernapasan


adalah suatu teknik untuk mengatur keluar masuknya udara
melalui paru – paru. Ketika seseorang sedang bernyanyi maka
persediaan udara yang digunakan lebih banyak dibandingkan
pada saat bernapas sehari – hari. Oleh karena itu, ketika akan
bernyanyi maka penyanyi harus mengisi paru – paru dengan
udara sebanyak mungkin. Teknik pernapasan dibagi menjadi tiga
macam, yaitu teknik pernapasan dada, perut dan diafragma.”

Teknik pernafasan diafragma adalah teknik pernapasan yang dilakukan

dengan menggunakan otot diafragma, yaitu otot yang terletak di antara dada dan

perut. Teknik ini dapat membantu seseorang untuk mengatur pernapasan sehingga

menjadi lebih baik dan efisien. Menurut Yulvita dalam Hendrawan (2022 : 3)

bahwa “teknik pernapasan yang cocok digunakan saat bernyanyi adlah teknik

pernapasan diafragma. Diafragma adalah sekat diantara rongga dada dan rongga

perut yang dalam sistem pernapasan ini adalah pengendali besar kecilnya udara

yang dikeluarkan. Sehingga dengan demikian udara yang masuk cukup besar dan

dan dikendalikan. Dalam bidang menyanyi, sangat mutlak diperlukan penguasaan

terhadap teknik pernapasan ini, karena dalam menyanyi diperlukan napas – napas

panjang untuk menggapai nada tinggi dan rangkaian nada yang panjang dalam lagu.

Oleh sebab itu menjadi syarat utama bagi calon penyanyi untuk belajar dan

menguasai teknik pernapasan diafragma ini.” Penggunaan teknik pernafasan

diafragma oleh paduan suara siswa pada setiap upacara merupakan sebuah praktik

yang umum dilakukan di berbagai institusi pendidikan dan organisasi di Indonesia.

Teknik ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas suara dan memperkuat daya

tahan napas saat menyanyikan lagu atau nyanyian dalam kelompok.

2
Iskandar dan Nursyirwan menyatakan bahwa

“Paduan suara merupakan suatu kumpulan penyanyi yang

bergabung dalam menyanyikan beberapa bagian suara dalam

menyanyikan beberapa bagian suara yang berbeda seperti

Sopran, Alto, Tenor, dan Bass. Umumnya suatu kelompok

paduan suara membawakan musik paduan suara membawakan

musik paduan suara yang terdiri atas bagian suara yaitu untuk

perempuan sopran, mezzosopran, dan alto sedangkan untuk

laki – laki tenor, bariton, dan bass.”

Saat ini, paduan suara dalam upacara bendera merah putih merupakan hal

yang wajib untuk sekolah saat melakukan upacara bendera merah putih yang biasa

diadakan setiap hari Senin. Di dalam sebuah paduan suara diperlukan juga hal yang

penting seperti teknik pernafasan seperti, teknik pernapasan dada, teknik

pernapasan perut, dan juga teknik pernapasan diafragma. Teknik pernapasan

diafragma merupakan teknik pernapasan yang paling baik di antara semua teknik

pernafasan yang ada, namun ada beberapa orang yang masih belum bisa melakukan

teknik ini khususnya di dalam sebuah paduan suara. Teknik pernapasan ini dapat

memberi dorongan yang kuat kepada paru-paru serta dapat mengatur tenaga aliran

udara melalui batang tenggorok menggetarkan selaput suara dan keluar melalui

mulut. Suatu paduan suara dapat dikatakan sebagai paduan suara yang baik, apabila

memiliki teknik pernapasan yang baik.

Although in educating any type voice, the benchmarks taken into account

are considered the same, they still equire adjustment submintted by a certain type
a voice. In determining the type of voice, there main defining aspect were taken on

board; source timbre (male or female), voices ambitus (the area of sound that a

voice can cover without any diffculties) and specific timbre of each voice (those

qualites that approximately the same ambitus). For mjsic teachers and theorists,

this resulted in various classifications, simple or complex, depending on the

benchmarks considered in their efforts (ROŞU, 100)

Namun, tidak semua siswa memahami dengan baik bagaimana melakukan

teknik pernafasan diafragma dengan benar, sehingga pada akhirnya mereka tidak

dapat memanfaatkan teknik ini secara optimal. Selain itu, kurangnya pemahaman

dan latihan yang tepat tentang teknik pernafasan diafragma juga dapat

menyebabkan kelelahan dan cedera pada bagian-bagian tubuh seperti dada,

punggung, dan leher. Oleh karena itu, penting bagi guru atau pelatih paduan suara

untuk memberikan pengajaran ataupun sosialisasi yang komprehensif dan latihan

yang cukup untuk siswa agar mereka dapat memahami dengan baik dan

memanfaatkan teknik pernafasan diafragma dengan benar. Dengan demikian,

mereka dapat meningkatkan kualitas suara mereka dan memperkuat daya tahan

napas, sehingga mereka dapat menyanyikan lagu atau nyanyian dalam kelompok

dengan lebih baik dan efektif.

Menurut Strinariswati dan Susetyo (2015 : 16) bahwa “Salah satu dari

berbagai faktor yang dapat memengaruhi hasil dari pembelajaran paduan suara

adalah strategi pembelajaran yang dapat digunakan dan dilaksanakan dengan tepat

agar tujuan yang diharapkan dapat dengan mudah tercapai sesuai dengan yang

diharapkan, karena untuk mencapai prestasi maupun tujuan dalam suatu

4
pembelajaran, diperlukan strategi yang harus matang dan diterapkan dalam

pembelajaran tersebut. Setiap guru pasti menginginkan adanya keberhasilan dalam

pembelajaran karena tugas guru adalah mendidik siswanya untuk mendapatkan

keberhasilan dalam pendidikan.”

Peneliti melihat bahwa paduan suara yang dilakukan oleh siswa - siswi

di dalam upacara bendera merah putih di sekolah SMP Advent 2 Medan

sebagian besar belum melakukan teknik pernapasan ini, oleh sebab itu peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian ini Untuk melihat seberapa besar pengaruh

teknik pernafasan diafragma di dalam paduan suara pada saat pelaksanaan

upacara bendera merah putih pada peserta didik yang ada di sekolah SMP

Advent 2 Medan.

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Penelitian diadakan dikarenakannya ada sebuah fenomena ataupun

sebuah masalah yang diangkat menjadi sebuah penelitian. Menurut Abubakar (2021

: 16) “Masalah adalah sesuatu yang harus diselesaikan atau dipecahkan. Masalah

penelitian ini adalah terjadinya sesuatu yang tidak sesuai dengan ketentuan yang

telah ada. Problem yang tidak sesuai dengan ketentuan yang telah ada. Problem

akan muncul apabila terjadi kesenjangan (gap) antara das sollen (apa yang

seharusnya) dengan das sein (apa yang terjadi pada kenyataan), ada perbedaan

antara harapan dengan kenyataan, sehingga penelitian ini akan mempermasalahkan

kesenjangan, kelainan atau problem tersebut.” Selanjutnya, Abubakar (2021 : 19)


mengatakan bahwa “masalah penelitian dapat juga diperoleh dari sumber, berikut

ini ;

1. Perpustakaan. Perpustakaan sebagai sumber belajar yang menyediakan

buku, majalah, laporan, koran, dan sebagainya, merupakan sumber untuk

menemukan masalah penelitian. Dengan membaca dan menelaah buku,

majalah dan laporan tersebut bisa diperoleh masalah yang menarik dan

penting untuk diteliti.

2. Berdasarkan perasaan (intuisi) peneliti. Mungkin menurut perasaan peneliti

ada sesuatu yang perlu diteliti untuk menemukan jawaban yang ada dibalik

suatu masalah tersebut.

3. Pengamatan. Pengamatan terhadap suatu fenomena yang terjadi misalnya ;

ada anak yang memiliki kelainan pada saat belajar didalam kelas, misalnya

sering melihat keluar ruangan, tetapi hasil belajarnya tinggi.

4. Melalui pertemuan ilmiah, seperti diskusi, seminar, simposium, dan

sebagainya.

5. Pernyataan seorang pemegang ototritas tentang sesuatu, seperti pejabat

pemerintah : Gubernur, Bupati Camat, Lurah, dan sebagainya.”

Dari beberapa uraian yang dikemukakan pada latar belakang, maka dapat

diidentifikasikan masalah – masalah sebagai berikut;

1. Bagaimana pemanfaatan teknik pernafasan diafragma pada paduan

suara upacara bendera merah putih?

6
2. Bagaimana peran guru dalam mensosialisasikan penggunaan teknik

pernafasan diafragma dalam pembelajaran?

3. Apakah penggunaan teknik pernafasan diafragma pada paduan suara

upacara bendera merah putih sudah seusai dengan yang diharapkan?

4. Apakah para siswa/i dapat memanfaatkan teknik pernafasan diafragma

dalam upacara bendera merah putih dengan benar.

C. PEMBATASAN MASALAH

Pembatasan masalah ialah untuk menetapkan Batasan masalah yang akan

diteliti di penelitian ini. Hal ini berguna untuk membatasi ruang lingkup dalam

penelitian ini termasuk mana saja yang termasuk dalam kerangka penelitian ini

mana saja yang tidak termasuk di dalamnya. Mengingat cakupan masalah yang

luas dan ruang lingkup yang terbatas, batas waktu, pendanaan, kemampuan

penulis, maka penulis membatasi masalah agar lebih mudah menyelesaikan

masalah ditemukan dalam penelitian ini.

Berdasarkan pendapat tersebut, peneliti membatasi masalah sebagai

berikut :

1. Bagaimana teknik pernapasan diafragma dapat bermanfaat pada paduan

suara peserta didik dalam upacara bendera merah putih?

2. Bagaimana menggunakan teknik pernapasan diafragma dengan baik dan

benar dalam paduan suara?

3. Bagaimana kualitas paduan suara peserta didik dalam upacara bendera

merah putih terhadap teknik pernapasan diafragma?


D. RUMUSAN MASALAH

Menurut Abu Bakar (2021 : 19) “Masalah yang telah ditentukan kemudian

dievaluasi untuk kemudian dievaluasi untuk kemudian ditetapkan sebagai sebuah

masalah yang menjadi fokus penelitian. Hal – hal yang perlu dipertimbangkan

dalam mengevaluasi masalah adalah :

1. Masalah yang dipilih idealnya merupakan masalah yang dengan

pemecahan tersebut akan memberikan sumbangan terhadap

pengembangan ilmu pengetahuan baru dalam berbagai bidang, sehingga

hasilnya berguna bagi suatu perkembangan ilmu pengetahuan.

2. Masalah itu hendaknya merupakan persoalan yang akan membawa

kepada persoalan – persoalan baru dan kepada penelitian – penelitian

berikutnya.

3. Masalah penelitian haruslah masalah yang dapat diteliti, artinya dilihat

dari berbagai aspek, bahwa masalah tersebut dapat diteliti.

4. Masalah yang akan diteliti haruslah sesuai dengan bidang dan

kemampuan peneliti dan haruslah cocok dengan keadaan peneliti.

5. Masalah yang akan diteliti benar – benar merupakan masalah yang

menarik minat peneliti, sehingga timbul semangat yang kuat untuk

melaksanakan penelitian.

6. Secara akademik, masalah tersebut benar – benar dikuasai peneliti,

artinya peneliti telah memiliki bakal teori dan metodologi yang cukup

memadai.

8
7. Waktu yang tersedia cukup memadai, sehingga penelitian benar – benar

dapat diselesaikan dengan baik, artinya tidak setengah – setengah”.

Dari beberapa uraian yang penulis kemukakan pada bagian latar belakang

tersebut, penulis dapat merumuskan permasalahannya sebagai berikut;

1. Bagaimana teknik pernapasan diafragma dapat bermanfaat pada paduan

suara peserta didik dalam upacara bendera merah putih?

2. Bagaimana menggunakan teknik pernapasan diafragma dengan baik dan

benar dalam paduan suara?

3. Bagaimana kualitas paduan suara peserta didik dalam upacara bendera

merah putih terhadap teknik pernapasan diafragma?

E. TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mengetahui manfaat teknik pernapasan diafragma pada paduan suara

peserta didik dalam upacara bendera merah putih

2. Untuk mengetahui bagaimana cara penggunaan teknik pernapasan

diafragma dengan baik dan benar dalam paduan suara

3. Untuk mengetahui kualitas suara peserta didik dalam paduan suara upacara

bendera merah putih terhadap teknik pernapasan diafragma

F. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis
- Dapat menambah wawasan guru lain nya dalam menggunakan teknik

pernapasan diafragma pada paduan suara peserta didik dalam upacara

bendera merah putih

- Dapat menambah wawasan siswa dalam menggunakan teknik

pernapasan diafragma

- Menjadi bahan bacaan di perpustakaan Fakultas Bahasa dan Seni

Universitas Negeri Medan

2. Manfaat Praktis

- Bagi penulis, untuk menjadi bahan refrensi ketika menjadi pengajar

kelak setelah menyelesaikan pendidikan dari universitas

- Bagi pembaca, untuk menambah wawasan bahwa teknik pernafasan

diafragma juga dapat diterapkan di dalam paduan suara siswa

10
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. LANDASAN TEORITIS

1. Pemanfaatan

Pemanfaatan merupakan turunan kata dari kata “manfaat”, yang mendapat

imbuhan pe-dan-an yang berarti proses, cara, perbuatan memanfaatkan.1

Pemanfaatan adalah aktifitas menggunakan proses dan sumber-sumber belajar.

Menurut Davis (2017:32) Pemanfaatan adalah sejauh mana seseorang percaya

bahwa menggunakan teknologi akan meningkatkan kinerjanya. Kemanfaatan

(perceived usefulness) merupakan penentu yang kuat terhadap penerimaan

pengguna suatu sistem informasi, adopsi, dan perilaku para pengguna.

Pemanfaatan adalah suatu kegiatan, proses, cara, atau perbuatan

menjadikan suatu yang ada menjadi bermanfaat. Istilah pemanfaatan berasal dari

kata manfaat yang artinya feadah, yang mendapatkan imbuhan pe-an yang berarti

sebuah proses atau perbuatan memanfaatkan.

2. Pernapasan Diafragma

Pernapasan merupakan sebuah teknik yang digunakan untuk mengatur

seberapa banyak udara yang masuk dan keluar dalam mengucapkan kata atau

kalimat. Pernapasan sangat penting dalam bernyanyi, karena ketika bernyanyi udara

yang dibutuhkan cenderung lebih banyak digunakan untuk mengatur kestabilan

suara.
Diafragma terletak pada sekat rongga dada dan rongga perut. Sifatnya kuat

dan tebal. Pada saat istirahat diafragma itu melengkung ke atas dan sebagian masuk

ke rongga dada. Apabila diafragma menegang (lurus), maka rongga dada dan

rongga perut menjadi longgar, dan volumenya bertambah sedang tekanan udara

didalamnya berkurang. Oleh karena itu udara dari luar yang bertekanan besar

masuk ke dalam paru paru. Menurut Sinaga (2018 : 82) bahwa pernafasan

diafragma adalah pernafasan paling baik dan efesien untuk digunakan dalam

bernyanyi, karena udara yang digunakan akan mudah diatur pemakaiannya. Teknik

pernafasan ini dengan cara mengisi paru – paru dengan memanfaatkan rongga

badan diafragma sehingga udara yang digunakan akan mudah digunakan mudah

diatur pemakaiannya, mempunyai power dan stabilitas vokal yang baik.

3. Pengertian Paduan Suara

Paduan suara adalah sajian musik vokal oleh beberapa orang dengan

memadukan berbagai jenis suara atau timbre menjadi satu kesatuan yang utuh dan

dapat mengungkapkan jiwa lagu yang dinyanyikan.

Ada beberapa bentuk dari paduan suara itu sendiri. Beberapa di antaranya

adalah:

- Paduan Suara Kecil

Bentuk-bentuk paduan suara kecil antara lain :

Bentuk Duet : Sajian musik vokal oleh 2 orang penyanyi.

Bentuk Trio : Sajian musik vokal oleh 3 orang penyanyi.

Bentuk Kwartet : Sajian musik vokal oleh 4 orang penyanyi.

12
Bentuk Kuintet : Sajian musik vokal oleh 5 orang penyanyi.

Bentuk Sektet : Sajian musik vokal oleh 6 orang penyanyi.

Bentuk Septet : Sajian musik vokal oleh 7 orang penyanyi.

Bentuk octet : Sajian musik vokal oleh 8 orang penyanyi.

- Paduan Suara Besar

Pengertian dari paduan suara besar adalah paduan suara yang memiliki

banyak anggota ,dan belum menetapkan jumlah minimumnya. Salah

satu ciri paduan suara besar adalah adanya dirigen (Conductor ) yang

memimpin kelompok paduan suara tersebut.

4. Metode latihan paduan suara

Paduan suara terdapat istilah balance dan blending, balance dan blending

merupakan hal penting dalam paduan suara dan bisa dikatakan sebagai capaian

untuk membentuk suara ansambel yang ideal. Dalam penerapan balance dan

blending dalam paduan suara diperlukan untuk pencapaiannya. Strategi merupakan

suatu rencana tentang cara – cara pendayagunaan dan penggunaan potensi dan

sarana yang ada untuk meningkatkan efektivitas dan efesiensi dari suatu sasaran

kegiatan. Strategi dapat berupa garis – garis besar arah untuk bertindak dalam upaya

untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Dalam pendekatan untuk melakukan pembelajaran untuk melatih teknik

diafragma menggunakan model pembelajaran. Menurut Rasmini dalam Ritonga

dan Sitompul (231 : 2022) bahwa model pembelajaran langsung (direct instruction)
dengan menggunakan metode drill merupakan suatu srategi pembelajaran yang

cocok di bidang seni musik secara umum karena banyak menerapkan latihan

(praktik) dibandingkan hanya menerapkan teori saja sehingga peserta didik tidak

cepat bosan serta tertarik mengikuti tahapan – tahapan aktivitas pembelajaran di

bidang seni musik tersebut dan akhirnya bisa berdampak positif kepada capaian

hasil belajar belajarnya yang maksimal.

B. PENELITIAN RELEVAN

1. Priskila Yuli Nugraheni Ayudani (2014) Jurnal, dengan judul “Strategi

Pembelajaran Paduan Suara Swara Wadhana, Universitas Negeri

Yogyakarta.

2. Marina V. Sinaga (2018), Jurnal yang melakukan penelitian tentang

antusiasme dan kegairahan anggota paduan suara saat latihan menyanyi

3. Dara Sukanda (2022), jurnal dengan judul “pembelajaran teknik vokal

intonasi pada ekstrakulikuler paduan suara di SMA Negeri 2 Kalianda”

4. Chyntia Anastasia Lubis (2016) jurnal yang melakukan penelitian

pembelajaran teknik vokal pada paduan suara Bina Vokalia di sebuah

sekolah dasar

5. Wahyu kartika, Aloysius Mering, Henny Sanulita (2017) Jurnal dengan

judul “Analisis peran pelatih paduan suara dalam meningkatkan

keterampilan menyanyi peserta paduan suara di SMK”

14
C. KERANGKA KONSEPTUAL
Pemanfaatan Teknik Pernapasan Diafragma Oleh
Paduan Suara Siswa Pada Setiap Upacara di SMP
Advent 2 Medan

Bagaimana teknik pernapasan Bagaimana menggunakan teknik Bagaimana kualitas paduan suara

diafragma dapat bermanfaat pernapasan diafragma dengan baik peserta didik dalam upacara

pada paduan suara peserta didik dan benar dalam paduan suara? bendera merah putih terhadap

dalam upacara bendera merah teknik pernapasan diafragma?

putih?

Diafragma terletak diantara


rongga dada dan rongga perut. Iskandar dan Nursyirwan
Pada saat bernyanyi, otot menyatakan bahwa “Paduan suara Teknik pernapasan diafragma
diafragma dapat memberi merupakan suatu kumpulan merupakan teknik pernapasan yang
dorongan yang kuat kepada paru- penyanyi yang bergabung dalam paling baik di antara semua teknik
paru serta dapat mengatur tenaga menyanyikan beberapa bagian pernafasan yang ada, namun ada
aliran udara melalui batang suara dalam menyanyikan beberapa beberapa orang yang masih belum
tenggorok menggetarkan selaput bagian suara yang berbeda seperti bisa melakukan teknik ini khususnya
suara dan keluar melalui mulut. Sopran, Alto, Tenor, dan Bass. di dalam sebuah paduan suara.
Pernapasan yang baik digunakan
untuk bernyanyi ialah pernapasan
diafragma.

1. Untuk mengetahui manfaat teknik pernapasan diafragma pada paduan suara peserta didik dalam upacara

bendera merah putih

2. Untuk mengetahui bagaimana cara penggunaan teknik pernapasan diafragma dengan baik dan benar

dalam paduan suara

3. Untuk mengetahui kualitas suara peserta didik dalam paduan suara upacara bendera merah putih terhadap

teknik pernapasan diafragma


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penulis melakukan penelitian ini dengan pendekatan deskriptif kualitatif

karena permasalahan ini berkaitan dengan teknik seseorang dan tidak berpatokan

pada satu teknik saja yang menjadi dasar penelitian. Menurut Abdussamad

(2021:79) bahwa “metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang

digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, di mana peneliti adalah

sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi,

analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan

makna dari pada generalisasi”. Juga Abdussamad (2021 : 80) menyatakan bahwa

“metode penelitian kualitatif sering disebut kondisi yang alamiah naturalistik

karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah karena (natural setting)

sebagai metode penelitian bidang awalnya metode ini lebih banyak digunakan

untuk antropologi budaya disebut sebagai metode kualitatif karena data yang

terkumpul dan analisisnya bersifat kualitatif”.

Pendekatan penelitian adalah keseluruhan cara atau kegiatan dalam suatu

penelitian yang dimulai dari perumusan masalah sampai membuat suatu

kesimpulan. Pendekatan penelitian ada dua macamnya itu pendekatan kuantitatif

dan pendekatan kualitatif. Pendekatan kuantitatif artinya informasi atau data yang

disajikan berupa angka sedangkan pendekatan kualitatif informasi atau data yang

disajikan berupa pertanyaan. Pendekatan kualitatif adalah suatu pendekatan yang

16
juga disebut pendekatan investigasi karena biasanya peneliti mengumpulkan data

dengan cara bertatap muka langsung dan berinteaksi dengan orang-orang di tempat

penelitian. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas dapat disimpulkan

bahwa penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena semua data yang

diperoleh dalam bentuk hasil interview dan tatap muka. Penelitian ini merupakan

jenis penelitian berdasarkan studi kasus.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan

kualitatif. Menurut Sugiyono (2016:9) metode deskriptif kualitatif adalah metode

penelitian yang berdasarkan pada filsafat postpositivisme digunakan untuk meneliti

pada kondisi objek yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana

peneliti adalah sebagai instrument kunci teknik pengumpulan data dilakukan secara

trigulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian

kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi. Penelitian deskriptif

kualitatifbertujuan untuk menggambarkan, melukiskan, menerangkan, menjelaskan

dan menjawab secara lebih rinci permasalahan yang akan diteliti dengan

mempelajari semaksimal mungkin seorang individu, suatu kelompok atau suatu

kejadian. Dalam penelitian kualitatif manusia merupakan instrumen penelitian dan

hasil penulisannya berupakata-kata atau pernyataan yang sesuai dengan keadaan

sebenarnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena semua data

yang diperoleh dalam bentuk hasil interview dan tatap muka. Penelitian ini

merupakan jenis penelitian berdasarkan studi kasus.


B. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

Lokasi penelitian dilaksanakan di kota Medan pada Sekolah Menengah

Pertama Advent 2 Medan.

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Mei – Juli2023.

C. POPULASI DAN SAMPEL

1. Populasi

Populasi Adalah satu kesatuan individu atau subjek pada wilayah dan

waktu dengan kualitas tertentu yang akan diamati/diteliti. Menurut Sugiyono

dikutip Riduwan dalam Dameria (2019 : 4) bahwa “memberikan pengertian bahwa

populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri objek atau subjek yang menjadi

kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Menurut Dameria (2019 : 5) menyatakan

bahwa “Jadi populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari

makhluk hidup, benda, gejala, nilai tes, atau peristiwa sebagai sumber data yang

mewakili karakteristik tertentu dalam suatu penelitian”.

Berdasarkan pendapat diatas, maka populasi dalam penelitian ini adalah

personil grup musik Jior Etnik pada tim gondang sabangunan yang beranggotakan

6 orang terdiri dari 1 orang pemain taganing, 3 orang pemain ogung, 1 orang

pemain gondang dan hesek, serta 1 pemain sarune bolon.

2. Sampel

Sampel adalah orang yang dapat mewakili dari sekelompok orang yang

akan diteliti. Margono dalam Mamik (2015 : 41) menyatakan bahwa “sampel

18
adalah bagian dari populasi, sebagai contoh (monster) yang diambil dengan

menggunakan cara – cara tertentu”. Suharsini Arikunto dalam Mamik (2015 : 41)

menjelaskan “sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi

yang diteliti. Sampel penelitian adalah sebagian populasi yang diambil sebagai

sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi”.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka sampel dalam penelitian ini adalah

1 orang yaitu pemain sarune bolon.

D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

a. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui

sesuatu pengamatan, dengan disertai pencatatan – pencatatan terhadap keadaan atau

perilaku objek sasaran. Menurut Arinkuto, Suharsimi (2014 : 272) dalam

“menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah melengkapi

dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrumen”. Menurut Guba dan

Lincoln dalam “Moleong (2013 : 174) Ada beberapa alasan mengapa dalam

penelitian kualitatif, pengamatan dimanfaatkan sebesar – besarnya, yaitu Pertama,

teknik pengamatan ini didasarkan atas pengalaman secara langsung, Kedua, teknik

pengamatan juga memungkinkan melihat dan mengamati sendiri, kemudian

mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada kegiatan

sebenarnya. Ketiga, pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam

situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proposisional maupun pengetahuan


yang langsung diperoleh dari data. Keempat, sering terjadi ada keraguan pada

peneliti, jangan – jangan pada data yang di jaringnya ada yang keliru atau bias.

Kelima, teknik pengamatan memungkinkan peneliti mampu memahami situasi –

situasi yang rumit. Keenam, dalam kasus – kasus tertentu dimana teknik komunikasi

lainnya tidak dimungkinkan, pengamatan dapat menjadi alat yang sangat

bermanfaat. Pengamatan (observasi) adalah metode pengumpulan data dimana

penelitian atau kolaboratornya mencatat informasi sebagaimana yang mereka

saksikan selama penelitian .

Adapun jenis – jenis observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :

1. Observasi non partisipan, artinya : penulis tidak ambil bagian/tidak terlihat

langsung dalam kegiatan orang – orang yang di observasi;

2. Observasi yang berstruktur, artinya ; dalam melakukan observasi penulis

mengacu pada pedoman yang elah disiapkan terlebih dahulu oleh penulis.

Observasi untuk tujuan empiris mempunyai tujuan bermacam – macam.

Observasi juga memiliki fungsi bervariasi. Tujuan dari observasi berupa deskripsi,

melahirkan teori dan hipotesis (pada penelitian kualitif), atau menguji teori dan

hipotesis (pada penelitian kualitatif). “Tujuan observasi adalah untuk

mendeskripsikan perilaku objek serta memahaminya atau bisa juga hanya ingin

mengetahui frekuensi suatu kejadian” (Murdiyanto 2020:54). Fungsi observasi

secara lebih rinci” dijelaskan oleh Rahmat (2005:84) “terdiri dari deskripsi,

mengisi, dan memberikan data yang dapat digeneralisasikan. Deskripsi, berarti

20
observasi digunakan untuk menjelaskan, memberikan dan merinci gejala yang

terjadi”

b. Wawancara

Wawancara (interview) adalah salah satu kaidah mengumpulkan data yang

paling biasa digunakan dalam penelitian sosial. Teknik wawancara, merupakan

teknik penggalian data melalui percakapan yang dilakukan dengan maksud tertentu,

dua pihak atau lebih. “Pewawancara (Interviewer) adalah orang yang memberikan

pertanyaan, sedangkan orang yang diwawancarai (Interviewee) berperan sebagai

narasumber yang akan memberikan jawaban atas pernyataan yang disampaikan”

(Nugrahani, 2014: 124). Kaidah ini digunakan ketika subjek kajian (responden) dan

peneliti berada langsung bertatap muka dalam proses mendapatkan informasi bagi

keperluan data primer. Wawancara digunakan untuk mendapatkan informasi yang

kepercayaan, perasaan, keinginan dan sebagainya yang diperlukan untuk memenuhi

tujuan penelitian. Wawancara mengharuskan kedua belah pihak baik itu penelitian

maupun subjek kajian bertemu dan berinteraksi langsung dan aktif agar dapat

mencapai tujuan dan data yang didapat baik dan akurat. Wawancara adalah proses

yang penting dalam melaksanakan suatu penelitian khususnya dalam penelitian

yang bersifat kualitatif. Umumnya pewawancara semestinya berusaha

mendapatkan kerja sama yang baik dari subjek kajian (responden). Dukungan dari

para responden tergantung dari bagaimana peneliti melaksanakan tugasnya, karena

tujuan wawancara adalah untuk mendapatkan informasi yang akan dianggap


sebagai data dan data – data ini diperlukan untuk membuat suatu rumusan sebaik

mungkin untuk mencapai tujuan penelitian.

Wawancara merupakan metode ketika subjek peneliti bertemu dalam satu

situasi tertentu dalam proses mendapatkan informasi. Informasi penelitian yang

berupa data diperoleh secara langsung oleh peneliti dari subjek penelitian.

Wawancara dilakukan untuk mendapatkan fakta, kepercayaan, perasaan, keinginan

dan sebagainya yang diperlukan untuk mencapai tujuan penelitian yang diharapkan

oleh peneliti. Pertanyaan yang digunakan untuk merangsang informasi dibuat sama

sebagaimana membuat daftar pertanyaan dengan berbagai penyesuaian.

Perbedaannya pada cara menanyakan daftar pertanyaan tersebut. Teknik

wawancara menghendaki kedua belah pihak berinteraksi langsung secara aktif.

Disini akan dibahas hal hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan teknik

‘qualitative interviews’ oleh peneliti.

1. Memastikan Tujuan penelitian

2. Tentukan subjek kajian

3. Menjalin hubungan yang baik

4. Mendapatkan informasi/data yang tepat

5. Teknik merekam informasi

Menurut Patton dalam Nugrahani (2014 : 125) “dalam penelitian kualitatif

dikenal berbagai model wawancara sebagai berikut ini

1. Wawancara Mendalam

2. Wawancara dengan petunjuk umum

22
3. Wawancara buku terbuka

4. Wawancara terstruktur

5. Wawancara tidak terstruktur”

c. Studi Dokumentasi

Kata dokumen berasal dari bahasa latin yaitu docere, yang berarti

mengajar. Pengertian dari kata dokumen menurut Louis Gottschalk dalam

Murdiyanto (2020: 64) bahwa “dokumen (dokumentasi) dalam pengertiannya yang

lebih luas berupa setiap proses pembuktian yang didasarkan atas jenis sumber

apapun, baik itu yang bersifat tulisan, lisan, gambaran, atau arkeologi”. Lebih

lanjut, Gottschalk menyatakan bahwa “dokumen (dokumentasi) dalam

pengertiannya yang lebih luas berupa setiap proses pembuktian yang didasarkan

atau jenis sumber apapun, baik itu yang berupa tulisan, lisan, gambaran, atau

arkeologis”. “Dokumen merupakan sumber data yang digunakan untuk melengkapi

penelitian, baik berupa sumber tertulis, film, foto, dan karya – karya monumental,

yang semuanya itu memberikan informasi bagi proses penelitian” (Murdiyanto

2020: 64). Studi dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data kualitatif

dengan melihat dan menganalisis dokumen – dokumen yang dibuat oleh subjek

sendiri atau oleh orang lain tentang subjek. “studi dokumentasi merupakan salah

satu cara yang dapat dilakukan peneliti kualitatif untuk mendapatkan gambaran dari

sudut pandang subjek melalui suatu media tertulis dan dokumen lainnya yang

ditulis atau dibuat langsung oleh subjek yang bersangkutan” (Herdiansyah,

2010;143)
E. Teknik Analisis Data

Menurut Bogdan & Biklen (1982) dalam Moleong (2013:248) “Analisis

data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,

mengorganasikan data, memilah – milahnya menjadi satuan yang dikelola,

mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting

dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang penting dan apa yang dipelajari,

dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain”. Masih dalam

Moleong (2013:248) Seiddel mengatakan bahwa “analisis data kualitatif memiliki

prosesnya berjalan sebagai berikut;

• Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi

kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri.

• Mengumpulkan, memilah – milah, mengklasifikasikan, mensintesiskan,

membuat ikthisar, dan membuat indeksnya,

• Berpikir, dengan jalan agar membuat kategori data itu mempunyai

makna, mencari dan menemukan pola dan hubungan – hubungan dan

membuat temuan temuan umum”.

“Dalam hal analisis data kualitatif, Bogdan menyatakan bahwa data

anlyisis is the procses of systemticcally searching and arringing the interview

transcripts, feildnotes, and other materials that you accumolateo increase your own

understanding of them and enable you to present what you have discobered to

others” (Hardani 2020 : 161).

24
Menurut Miles and Huberman dalam Sidiq dan Choiri (2019: 78) “ada

tiga serangkaian kegiatan yang dilakukan dalam analisis data yang rerdiri dari, yaitu

data reduction (reduksi data), data display (penyajian data), Conclusion

Drawing/Verivication”.

a. Reduksi data

Menurut Murdiyanto (2020:78) “Reduksi data merupakan suatu proses

pemilihan, pemusatan perhatian pengabstraksian dan pentraformasian data kasar

dari lapangan”. Menurut Nugrahani (2014 : 174) Dalam “reduksi data peneliti

melakukan proses pemilihan atau seleksi, pemusatan perhatian atau pemfokusan,

penyerderhanaan, dan pengabstraksian dari semua jenis informasi yang mendukung

data penelitian yang diperoleh dan dicatat selama proses penggalian di lapangan”.

Menurut Moleong (2013 : 288) “reduksi data ada 2 cara singkat untuk

melaksanakan reduksi data sebagai berikut;

a. Identifikasi satuan (unit). Pada mulanya diidentifikasikan adanya satuan

yaitu bagian terkecil yang ditemukan dalam data”

Murdiyanto (2014: 78) menyatakan bahwa “dalam proses reduksi ini

peneliti menyangsikan kebenaran data yang diperoleh akan dicek ulang dengan

informan lain yang dirasa peneliti lebih mengetahui. Tahapan reduksi data meliputi:

1) Meringkaskan data kontak dengan orang kejadian dan situasi di lokasi

penelitian. Pada langkah pertama ini termasuk pula memilih dan meringkas

dokumen yang relevan;


2) Pengkodean. Pengkodean hendaknya memperhatikan setidak tidaknya

empat hal yaitu digunakan simbul atau ringkasan. Kode dibangun dalam

suatu struktur tertentu, kode dibangun dengan tingkat rinci tertentu dan

keseluruhannya dibangun dalam suatu sistem yang integratif;

3) Dalam analisis selama pengumpulan data adalah pembuatan catatan

objektif. Peneliti perlu mencatat sekaligus mengklasifikasikan dan mengedit

jawaban atau situasi sebagaimana adanya, faktual atau objektif-deskriptif;

4) Membuat catatan reflektif. Menuliskan apa yang terangan dan terfikir oleh

peneliti dalam sangkut paut dengan catatan obyektif tersebut diatas. Harus

dipisahkan antara catatan objektif dan catatan reflektif;

5) Membuat cararan marginal. Miles dan Huberman memisahkan komentar

peneliti mengenai substansi dan metodologinya. Komentar substansial

merupakan catatan marginal;

6) Penyimpanan data. Untuk menyimpan data setidak – tidaknya ada tiga hal

yang perlu diperhatikan adalah pemberian label, mempunyai format yang

uniform dan normalisasi tertentu dan menggunakan angka indeks dengan

sistem teorganisasi baik;

7) Analisis data selama pengumpulan data merupakan pembuatan memo.

Memo yang dimaksud Miles dan Huberman adalah teoritisasi ide atau

konseptualisasi ide, dimulai dengan pengembangan pendapat atau

porposisi;

8) Analisis antarlokasi, ada kemungkinan bahwa studi dilakukan pada lebih

dari satu lokasi atau dilakukan oleh lebih satu staf peneliti. Pertemuan antar

26
peneliti untuk menuliskan kembali catatan deskriptif, catatan reflektif,

catatan marginal dan memo masing – masing lokasi atau masing – masing

peneliti menjadi yang di konform satu dengan lainnya, perlu dilakukan;

9) Pembuatan ringkasan sementara antar lokasi. Isinya lebih bersifat matriks

tentang ada tidaknya data yang dicari pada setiap lokasi”.

b. Penyajian data

“Penyajian data atau sajian data adalah sekumpulan informasi yang

memberikan kemungkinan kepada peneliti untuk menarik simpulan dan

pengambilan tindakan” (Nugrahani, 2014:175) Dalam penelitian kualitatif,

penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan hubungan antar

kategori, dan sejenisnya. hal ini Miles dan Huberman menyatakan “the most

frequen from of display fata for qualitative research data in past has been narrative

tex” (Sidiq dan Choiri, 2019:82). Bentuk penyajiannya antara lain berupa teks

naratif, matriks, grafik jaringan dan bagan. “Tujuannya adalah untuk memudahkan

membaca dan menarik kesimpulan” (Murdiyanto, 2020 : 83)

“Setelah peneliti dapat mereduksi data ke dalam huruf besar, huruf kecil

dan angka maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Dalam

mendisplaykan data, huruf besar, huruf kecil dan angka disusun ke dalam urutan

sehingga strukturnya mudah dipahami. Selanjutnya setelah dilakukan analisis

secara mendalam, ternyata ada hubungan yang interaktif antara tiga kelompok

tersebut”. (Sidiq dan Choiri, 2019:83)


“Tujuan dalam melakukan display data atau menyajikan data ini adalah

untuk menjawab permasalahan penelitian melalui proses analisis data. Untuk

keperluan itu sajian data perlu dikemas dalam bentuk yang sistematik, proses

analisis. Melalui pemahaman terhadap sajian data ini peneliti dapat melakukan

analisis data untuk dapat merumuskan temuan – temuan dalam penelitian dan

mengemukakan simpulan akhir penelitian” (Nugrahani, 2014: 176).

c. Penarikan Simpulan

Tahap terakhir dari seluruh kegiatan analisis data kualitatif model miles &

huberman adalah kesimpulan. Menurut Sidiq dan Choiri (2019:84) “Kesimpulan

dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah temuan baru yang sebelumnya

belum pernah ada. Model analisis data yang terdapat dalam buku Miles dan

Huberman yaitu Qualitatif data analisis”. Pada dasarnya model analisis data ini

didasarkan pada pandangan paradigma yang positivisme. Miles and Huberman

mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara

terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sampai jenuh.

Penarikan simpulan merupakan kegiatan penafsiran terhadap hasil analisis

dan interpretasi data. “Penarikan simpulan ini hanyalah salah satu kegiatan dalam

konfigurasi yang utuh” (Nugrahani 2014:176). Lagi menurut Nugrahani (2014:177)

Penarikan simpulan akhir sebaiknya dibuat secara singkat, jelas dan lugas agar

mudah dipahami. Simpulan dari penelitian harus sesuai dengan hal – hal berikut.

(1) Tema/topik dan judul penelitian; (2) Tujuan penelitian; (3) Pemecahan

28
permasalahan; (4) Data – data dalam penelitian ; (5) Temuan – temuan dari hasil

analisis data dalam penelitian; dan (6) Teori/ilmu yang relevan.

Menurut Miles dan Huberman ada tiga jenis kegiatan dalam analisis data

yaitu reduksi, merupakan sesuatu yang terpisah dengan analisis. Yaitu suatu bentuk

analisis yang mempertajam, memilih, memfokuskan, membuang, menyusun data di

mana kesimpulan akhir dapat digambarkan. Yang kedua display data, merupakan

model pendiskripsian kesimpulan dan pengambilan tindakan. Ketiga adalah

penarikan kesimpulan atau verifikasi yang merupakan pengambilan keputusan dari

permulaan pengumpulan data, alur sebab akibat dan proporsi – proporsi lain.
30

Anda mungkin juga menyukai