Anda di halaman 1dari 43

Pelaksanaan Pembelajaran Paduan Suara Kegiatan

Ekstrakulikuler di SMK Negeri 3 Kota Bekasi

Ricky Tri Yudika


1208617025

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MUSIK


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………………..…… 2


A. Latar Belakang …………………………………………………………………….… 3
B. Fokus Penelitian ……………………………………………………………………... 3
C. Rumusan Masalah …………………………………………………………………… 3
D. Manfaat Penelitian …………………………………………………………………... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………………………...… 4
A. Landasan Teori ……………………………………………………………………… 4
1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran …………………………………………… 4
1.1 Belajar …………………………………………………………………..…… 4
1.2 Pembelajaran ………………………………………………………………… 4
1.3 Komponen – komponen Pembelajaran ……………………………………… 4
1.4 Ciri – ciri Pembelajaran …………………………………………………...… 5
1.5 Faktor – Faktor dan Langkah – Langkah Pelaksanaan Pembelajaran ………. 5
1.6 Pembelajaran Seni Musik …………………………………………………… 6
2. Ekstrakulikuler ………………………………………………………………...… 7
2.1 Pengertian Ekstrakulikuler ……………………………………………...…… 7
2.2 Tujuan dan Fungsi Ekstrakulikuler …………………..……………………… 7
3. Paduan Suara ………………………………………………………………..…… 9
3.1 Pengertian Paduan Suara ………………………………………………..…… 9
3.2 Jenis-jenis Suara ……………………………………………………….…… 10
3.3 Komponen Paduan Suara ………………………………………………...… 11
3.4 Teknik Vokal dalam Bernyanyi ……………………………………………. 17
3.5 Bernyanyi dalam Paduan Suara ……………………………………………. 21
B. Kerangka Berpikir………………………………………………………………...… 22
BAB III METODE PENELITIAN ………………………………………………………..….... 27
A. Jenis Penelitian ……………………………………………………………………….… 27
B. Waktu dan Tempat Penelitian ……………………………………………………..…… 27
C. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………………………………... 27
D. Teknik Analisis Data …………………………………………………………………… 27
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………...… 29
GLOSARIUM ………………………………………………………………………………..… 31
LAMPIRAN WAWANCARA ………………………………………………………………… 33
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penampilan seni musik mulai berkembang, baik dalam formasi


band, akustik, okestra, dan seni suara. Bermacam-macam formasi tersebut
berkembang sangat pesat seiring perkembangan jaman, begitu juga dengan
seni suara. Terdapat perkembangan dalam bentuk solo, duet, duet, trio,
maupun paduan suara

Paduan suara merupakan salah satu kegiatan musik dari cabang


seni vokal yang terdiri dari sekumpulan personil yang terbagi lagi dalam
beberapa kategori suara. Kata paduan suara berarti suara-suara yang
dipadukan, tentunya lebih dari satu penyanyi. (Sitompul, 1999: 1)
berpendapat bahwa: paduan suara adalah suatu kumpulan penyanyi yang
menyanyi bersama. Secara umum, paduan suara dapat diartikan himpunan
dari sejumlah penyanyi yang dikelompokkan menurut jenis suaranya.1

Bentuk paduan suara secara umum adalah kelompok penyanyi baik


sejenis maupun campuran. Sejenis artinya terdiri dari wanita atau pria saja
(homogen) atau campuran pria dan wanita (hetrogen) dengan kelompok
usia yang dikehendaki, atau kelompok anak-anak, remaja, dewasa, hingga
orang tua.

Terdapat berbagai macam kelompok paduan suara, baik dalam


instansi pendidikan maupun non pendidikan organisasi keagamaan dan
kemasyarakatan, seperti Paduan Suara Gereja, Vihara, PKK, Dharma
Wanita. Setiap kelompok paduan suara memiliki karakter dan prestasi
yang berbeda-beda. Hal tersebut dapat dilihat dalam proses berlatih dan
hasil yang dicapai. Adanya kemampuan anggota paduan suara yang
beragam, dibutuhkan pelatih dengan metode pembelajaran yang beragam
pula.
1
Istarto, Yulius, Skripsi: “Pembentukan Choral Sound : Studi Kasus Pada “Voice Of Satya Wacana
Christian University” (Bandung: UPI,2012), Hal.3

3
Ekstrakulikuler yang bergerak di bidang seni vokal, khususnya
paduan suara adalah Paduan Suara SMK Negeri 3 Kota Bekasi yang
merupakan salah satu unit kegiatan yang bergerak dalam bidang seni.
Dalam pelaksanaannya, terdapat kegiatan belajar mengajar, dengan
metode pembelajaran yang bervariasi sehingga membuat ekstrakulikuler
ini berkembang.

Anggota paduan suara SMKN 3 Kota Bekasi memiliki kemauan


keras untuk belajar tentang teknik paduan suara. hal tersebut memberi
pengaruh besar terhadap pembelajaran vokal di ekstrakulikuler ini. Tidak
hanya berlatih bernyanyi dengan baik, anggota kelompok paduan suara ini
juga dilatih untuk bernyanyi dengan benar, dengan memperhatikan teknik
vokal yang terdiri dari intonasi, artikulasi, frasering dan interpretasi serta
ekspresi. Dengan menggunakan teknik vokal yang benarm maka anggota
paduan suara SMKN 3 Kota Bekasi tidak hanya dilatih untuk dapat
bernyanyi dengan baik saja, namun juga dengan pengetahuan musik yang
dapat mendukung penampilan dan produksi suara yang digunakan untuk
bernyanyi. Adapaun teknik vokal yang digunakan dalam latihan ini berupa
teknik vokal klasik.

Namun pada pelaksanaan ekstrakurikuler paduan suara yang


diselenggarakan tiap minggunya, terdapat permasalahan yang menghambat
jalannya kegiatan ini dengan baik, terlihat dari kegiatan paduan suara
yang tidak kondusif, hal ini disebabkan akibat dari kurangnya management
pengelolaan yang membuat peserta kurang inisiatif untuk mengikuti
latihan, hal ini paling terlihat dari kehadiran dan keseriusan siswa pada
saat latihan paduan suara. Serta dipihak lain, adanya faktor-faktor yang
membuat kegiatan ini tidak berjalan sebagaimana mestinya. Tentunya
permasalahan ini langsung berimbas kepada turun naiknya prestasi dan
minat siswa untuk mengikuti kegiatan ini, yang pada hakekat sebenarnya,
tujuan dari pelaksanaan itu sendiri adalah mendisiplinkan siswa dalam
latihan, membentuk kerja sama dalam kelompok, serta membentuk peserta
didik menjadi siswa yang kreatif dan mempunyai keterampilan dalam
bernyanyi yang terbentuk dalam aspek kognitif, psikomotorik dan efektif.

5
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis ingin meneliti
pelakanaan pembelajaran paduan suara yang baik untuk digunakan di
Ekstrakulikuler Paduan Suara SMKN 3 Kota Bekasi, guna meningkatkan
potensi dan melatih anggotanya. Dengan demikian peneliti memberikan
judul “Strategi pembelajaran Paduan Suara Kegiatan Ekstrakulikuler di
SMK Negeri 3 Kota Bekasi”

B. Fokus Penelitian
Penelitian ini difokuskan untuk mengetahui pelaksanaan
pembelajaran paduan suara yang diterapkan di SMK Negeri 3 Kota
Bekasi.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan fokus penelitian, maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah bagaimana penerapan strategi dan pelaksanaan
pembelajaran paduan suara di SMK Negeri 3 Kota Bekasi.

D. Manfaat Penelitian
1. Akademisi atau institusi program studi seni musik
Bagi akademisi atau institusi program studi seni musik adalah
penelitian ini dapat menjadi kontribusi bagi kepustakaan dengan
harapan dapat menjadi inspirasi dalam memperbaiki pelaksanaan
pembelajaran yang lebih kogmitif.
2. Penulis
Manfaat bagi penulis adalah dapat menambah wawasan dalam
pelaksanaan pembelajaran bidang vokal khususnya paduan suara
3. Paduan Suara SMK Negeri 3 Kota Bekasi
Manfaat bagi Paduan Suara SMK Negeri 3 Kota Bekasi adalah
dapat menjadi gambaran atau deskripsi tertulis tentang pelaksanaan
pembelajaran paduan suara yang digunakan di Ekstrakulikuler Paduan
Suara SMK Negeri 3 Kota Bekasi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran

1.1 Belajar

Belajar merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan, belajar


merupakan langkah-langkah atau prosedur yang ditempuh (Hamalik, 2001:29)
sehingga dapat dikatakan “belajar sebagai suatu kegiatan yang berproses dan
merupakan unsur yang penting dalam setiap penyelenggaran setiap jenis dan
jenjang Pendidikan”. Hal ini berrati bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian
tujuan pendidikan itu tergantung dari proses yang dialami siswa, baik ketika di
sekolah, lingkungan rumah atau keluarga.
1.2 Pembelajaran

Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur


manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling
mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran memiliki hakikat
perencanaan atau perancangan (design) sebagai upaya untuk membelajarkan
siswa. Itulah sebabnya dalam belajar, siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru
sebagai salah satu sumber belajar yang dipakai untuk mecapai tujuan
pembelajaran yang diinginkan. Di dalam pembelajaran terdapat perencanaan dan
juga pelaksanaan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran adalah menyusun
langkah-langkah yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan.
1.3 Komponen – komponen Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran akan melibatkan pada beberapa aspek yaitu (1) materi
pelajaran, (2) tujuan pembelajaran, (3) karakteristik siswa, (4) kemampuan guru dan (5)
sarana atau fasilitas yang dimiliki sekolah, Suharto (dalam jurnal Harmonia, 2007).
7
Kemudian Djamarah (2002:48), mengatakan bahwa terdapat beberapa komponen yang
mempengaruhi dalam pembelajaran yang meliputi: tujuan pembelajaran, materi
pembelajaran, pendidik, siswa, metode, evaluasi, dan alat (sarana dan prasarana).

1.4 Ciri – Ciri Pembelajaran

Menurut Darsono dkk (2008:25), ciri-ciri pembelajaran dapat dikemukakan


sebagai berikut:
1. Pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan secara
sistematis
2. Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa
dalam belajar
3. Pembelajaran dapat menyediakan bahwa belajar yang menarik dan
menantang
4. Pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan
menarik
5. Pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar yang aman dan
menyenagkan bagi siswa.

1.5 Faktor – Faktor dan Langkah – Langkah Pelaksanaan Pembelajaran

Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan guru/pelatih wajib


memperhatikan faktor-faktor yang mendukung pelaksanaan pembelajaran.
Menurut Sabri (2007:21), adapula faktor-faktor tersebut antara lain

1. Anak didik sangat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar


mengajar karena anak didik merupakan sipenerima informasi untuk
tercapainya tujuan pembelajaran
2. Guru/pelatih suara adalah subjek pembelajaran anak didik yang
bertugas membimbing dan mengarahkan cara belajar anak didik agar
mencapai hasil pembelajaran yang optimal
3. Kurikulum mencakup landasan program dan perkembangan yang
berisikan materi atau bahan kajian yang telah disesuaikan dengan
tingkat kemampuan anak didik
4. Penggunaan metode dalam pembelajaran sekalupun pelaksanaan
ekstrakulikuler
5. Lingkumgan sangat mempengaruhi pelaksanaan pembelajaran karena
anak didik menemukan masukan dan pengetahuan dari lingkungan.

Menurut Sabri (2007:23) Langkah-langkah dalam pelaksanaan


pembelajaran menjadi seperti berikut:

a. Menelaah tujuan ekstrakulikuler, penjabaran materi dan penyesuaian


pendekatan, metode dan sarana dalam proses belajar mengajar.
b. Menyusun persiapan mengajar dengan mencantumkan komponen
pembelajaran seperti tujuan, materi, proses belajar mengajar dan
partiture lagu yang akan dinyanyikan.
c. Pelaksanaan proses belajar mengajar
d. Pelaksanaan penilaian.

1.6 Pembelajaran Seni Musik

Pembelajaran dilakukan dengan sengaja, urut, dan sistematis dalam pola


kegiatan yang terorganisasi dengan baik. Adapun tujuan utama pembelajaran
mengarah pada kebaikan atau perilaku yang baik sehingga pembelajaran dapat
dikatakan berhasil..

Musik merupakan bahasa manusia yang mengandalkan bunyi dan makna


bunyi melibatkan variasi bunyi, dinamika, irama, dan tempo untuk
mengkomunikasikan makna-makna kepada Tuhan maupun sesama manusia
sertalingkungannya (Jamalus 2008:43), sedangkan bahasa musik dapat
disampaikan melalui bentuk antara lain musik vokal, instrumental, dan musik
campuran antara vokal dan instrumental.

Pembelajaran seni musik guru hendaknya tidak hanya menggunakan salah


satu metode saja dalam mengajar. Agar pembelajaran tidak membosankan, guru
harus dapat menggabungkan beberapa metode dalam pembelajaran seni musik,
seperti metode ceramah, Tanya jawab, drill, demonstrasi, bermain peran, dan
eksperimen. Adapun penggunaan metode pembelajaran musik tersebut menurut

9
jamalus dan Mahmud (1981: 37-38) yaitu Metode ceramah, Metode demonstrasi,
Metode Tanya jawab, Metode eksperimen.

Agar menarik dan mudah dimengerti siswa, dalam pembelajaran seni


music hendaknya guru juga menggunakan lagu model. Yang dimaksud lagu model
ialah lagu yang mengandung unsur-unsur musik yang akan diajarkan kepada
siswa seperti irama, melodi dan bentuk komposisi,paduan nada, warna nada, dan
unsur ekspresif (jamalus,1981: 40). Penggunakan lagu model, diharapkan siswa
akan lebih aktif dalam proses belajar mengajar. Sehingga materi yang diajarkan
akan cepat diserap oleh siswa.

2 Ekstrakulikuler

Kegiatan Ekstrakulikuler atau biasa disebut ekskul merupakan kegiatan tambahan yang
dilakukan di luar jam pelajaran sekolah yang dilakukan di lingkungan sekolah maupun di luar
sekolah dengan tujuan untuk mendapatkan tambahan keterampilan, wawasan dan
pengetahuan serta membantuk untuk membentuk karakter peserta didik sesuai dengan
minat dan bakat masing-masing.

2.1 Pengertian Ekstrakulikuler

Tidak hanya diberikan pembelajaran rutin pada jam pelajaran di dalam Pendidikan
informal, peserta didik juga diberikan wadah untuk mengembangkan potensi diri atau
juga sebagai pembinaan peserta didik. Melalui bimbingan dan pelatihan guru, siswa
mendapatkan hal positif dari kegiatan ektrakulikuler yang diikutinya. Minat dan bakat
para siswa yang terlihat dengan mengikuti kegiatan ekstrakulikuler diharapkan dapat
mengasah kretivitasnya dan mengembangkan potensi diri yang dimili siswa.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 060/U/1993


dan Nomor 080/U/1993, kegiatan ektrakulikuler adalah kegiatan yang diselenggarakan di
luar jam pelajaran sekolah yang tercantum dalam susunan program sesuai dengan
keadaan dan kebutuhan sekolah, dan dirancang secara khusus agar sesuai dengan faktor
minat dan bakat siswa. Menurut Noor (2012: 75) ekstrakulikuler adalah kegiatan
Pendidikan di lau mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu
pengembangan siswa sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat dan minat siswa melalui
kegiatan secara husus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang
berkompeten dan berkewenangan di sekolah/madrasah.

2.2 Tujuan dan Fungsi Ekstrakulikuler

Menurut Sutisna (1989: 69) tujuan kegiatan ekstrakulikuler terbagi menjadi tiga,
yaitu bersifat individual, bersifat sosial dan sivic serta etis. Tujuan yang bersifat individual
dapat dijabarkan seperti berikut.

1) Menggunakan waktu yang konstruktif, siswa tidak menghabiskan waktu untuk


hal-hal yang kurang menunjang masa depannya.
2) Mengembangkan kepribadian, bagaimanapun setiap siswa masih dapat
membentuk kepribadiannya, dan dengan ekstrakulikuler siswa akan belajar
menjadi orang seperti apa dia di lingkungan, teman maupun masyarakat.
3) Mencapai realisasi diri untuk maksud-maksud baik, setiap orang butuh
pengakuan. Apabila dengan ekstrakulikuler siswa dapat berprestasi, maka
realisasi dirinya tercapat sehingga siswa akan terus termotivasi
mengambangkan diri.
4) Mengembangkan inisiatif dan tanggung jawab, orang yang dibutuhkan di
masyarakat nanti ialah orang yang mau hidup di dalam kebersamaan.
5) Belajar menjadi kepemimpinan dan turut aktif dalam pertemuan-pertemuan.

Adapun tujuan yang bersifat sosial.


1) Memperoleh pengalaman dalam bekerja dengan orang lai, sehingga
menjadikan wahana belajar bekerja sama dalam kelompok
2) Memberikan rekreasi mental dan fisik yang sehat karena berinteraksi dengan
orang lain.
3) Mengembangkan tanggung jawab kelompok yang demokratis.
4) Belajar mempraktekan hubungan manusia yang baik di tengah masyarakat
5) Memupuk hubungan yang baik antara guru dengan siswa.

Tujuan ekstrakulikuler yang bersifat sivic dan etis, dijabarkan sebagai berikut.
1) Memupuk ikatan persaudaraan antara siswa-siswi tanpa membedakan dareh,
suka, agama, dan status ekonomi. Hal ini memberikan pehamanan bahwa

11
tidak semua orang pada tempat yang sama.
2) Membangun minat dan gairah terhadap program sekolah
3) Menyediakan sarana dimana siswa dapat menyumbang pada kesejahteraan
dirinya sendiri.
Menurut Mulyono (2014: 188) secara khusus kegiatan ekstrakurikuler
memiliki tujuan dan fungsi untuk sebagai berikut.
1) Meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam
hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam semesta.
2) Menyalurkan dan mengembangkan potensi dan bakat siswa sehingga menjadi
kreatif dan karya yang tinggi.
3) Melatih sikap disiplin, kejujuran, kepercayaan, dan tanggung jawab dalam
menjalankan tugas
4) Memberikan bimbingan dan arahan serta pelatihan kepada siswa agar
memiliki fisik yang sehat, bugar, kuat, cekatan dan terampil.
5) Memberikan peluang kepada siswa agar memiliki kemampuan untuk
berkomunikasi secara baik, secara verbal maupun non verbal.

Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang disusun guna menunjang


pencapaian tujuan kurikulum. Bentuk-bentuk kegiatan ekstrakurikuler
mempertimbangkan tingkat pemahaman dan kemampuan siswa serta tuntutantuntutan
lokal di mana sekolah maupun lembaga berada. Sehingga menurut Mulyono (2014: 189)
melalui kegiatan ekstrakurikuler diharapkan siswa mampu belajar dan memecahkan
masalah yang berkembang di lingkungan sekitar.

3 Paduan Suara

3.1 Pengertian Paduan Suara

Harahap (2005: 1) mengungkapkan bahwa, paduan suara berasal dari kata suara
yang terpadu yang terdiri dari paduan suara besar atau kecil. Dengan demikian paduan
suara adalah bernyanyi secara serentak, terpadu dengan keselarasan volume yang baik dan
terkontrol, mengikuti keselarasan harmoni dan juga memberikan interpretasi yang sedekat-
dekatnya pada kemauan komposer. Paduan suara merupakan bentuk penyajian musik vokal
yang dihadirkan oleh suatu grup, baik secara unisono maupun dalam beberapa suara.
Wujud paduan suara (sehingga disebut paduan suara) adalah perpaduan antar suara
menjadi satu warna suara, yaitu warna paduan suara dengan memperhatikan
keseimbangan antar kelompok suara, satu ekspresi, dan merupakan satu kesatuan yang
utuh, Suharto ( 2009 ). Suara paduan suara adalah bunyi serempak dari banyak anggota
paduan suara. Untuk mencapai suara koor, syarat yang harus dilatih anatara lain warna
vokal yang disuarakan harus sama dan jangan ada penonjolan warna suara perorangan,
Simanungkalit (2008:44).

Paduan suara ialah sebuah ansambel musik, terdiri dari penyanyipenyanyi yang
terbagi menjadi beberapa suara dan menghasilkan perpaduan antar suara tersebut menjadi
satu kesatuan yang utuh, menjadi satu warna. Penyajian paduan suara dapat dibedakan
menjadi dua bentuk, menurut Simanungkalit (2008:46) yaitu:

a. Paduan Suara Kecil

Bentuk-bentuk paduan suara kecil, antara lain:

a Bentuk duet : sajian musik vokal oleh 2 orang penyanyi

b. Bentuk trio : sajian musik vokal oleh 3 orang penyanyi

c. Bentuk kwartet : sajian musik vokal oleh 4 orang penyanyi

d. Bentuk kuintet : sajian musik vokal oleh 5 orang penyanyi

e. Sekstet : sajian musik vokal oleh 6 orang penyanyi

f. Septet : sajian musik vokal oleh 7 orang penyanyi

g. Octet : sajian musik vokal oleh 8 orang penyanyi

Meskipun jumlah anggotanya kecil, bentuk-bentuk tersebut dapat dikatakan


paduan suara asalkan dalam penyajiannya terdiri dari berbagai jenis suara. Apabila
lainnya menyajikan satu jenis suara belum dapat dikatakan sebagai paduan suara
yang sesungguhnya. Bentuk paduan suara seperti itu dinamakan unisono, yaitu sajian
vocal oleh beberapa orang yang hanya menyajikan satu jenis suara.

b. Paduan Suara Besar

13
Pengertian paduan suara besar dapat dilihat dari jumlah anggota yang besar atau
banyak, namun jumlah anggota yang banyak tersebut belum ditetapan jumlah
minimumnya, tetapi salah satu ciri bahwa itu paduan suara besar dengan adanya
seorang dirigent (conductor) yang memimpin kelompok paduan suara tersebut.
Berikut hal-hal yang harus disiapkan untuk membentuk paduan suara:

a. Pemilihan anggota
b. Partiture lagu
c. Pelatih
d. Jadwal Latihan
e. Dirigen
f. Instrument pengiring
g. Personal pengiring

3.2 Jenis-jenis Suara

Paduan suara merupakan himpunan dari sejumlah penyanyi yang dikelompok


kelompokkan menurut jenis suaranya. Jenis-jenis suara wanita dan anak-anak
digolongkan menjadi: sopran, mezzo-sopran, dan alto. Sedangkan pria menjadi:
tenor, baritone, dan bass. (Sitompul, 1998)

Sopran umumnya memiliki ciri suara yang terang dan ringan, wilayah nada suara
sopran merupakan yang tertinggi dari suara lainnya. Alto, suara ini bunyinya “dalam‟,
dan dalam pembawaannya terkesan berat, jangkauan nadanya lebih rendah daripada
sopran, kemudian di antara suara sopran dan alto, terdapat suara mezzo-sopran,
jangkauan nadanya berada di antara sopran dan alto, ciri suaranya tidak terlalu berat
namun juga tidak terlalu ringan. Untuk suara pria, tenor merupakan suara yang
memiliki jangkauan nada tertinggi di antara semua suara pria, cirinya suara ini juga
terdengar ringan, terang dan nyaring. Lalu ada suara bass yang mempunyai
jangkauan nada terendah dari semua suara pria maupun wanita, pembawaannya
berat dan dalam. Di antara tenor dan bass dapat ditemui suara baritone, sama halnya
seperti mezzo-sopran, suara baritone juga tidak terlalu ringan ataupun terlalu berat

Ketika membentuk sebuah kelompok paduan suara, pertama-tama yang harus


diperhatikan ialah berdasarkan warna suara atau timbre. Jika hal ini kurang
diperhatikan, maka kelompok paduan suara yang akan terbentuk juga akan
mengalami hambatan dalam usaha pengembangan selanjutnya. Pelatih akan
kesulitan menyamakan warna suara anggota paduan suara tersebut. Kemampuan
menjangkau nada tinggi atau nada rendah menjadi pertimbangan kedua setelah
warna suara. Dengan begitu pelatih paduan suara menjadi lebih mudah dalam
menyelenggarakan latihan karena warna suara sudah tebilang sama, sehingga tinggal
menyentuh hal-hal lainnya.

Paduan suara biasa dinyanyikan dalam empat suara, namun bukan berarti jumlah
penyanyinya hanya empat suara. Paduan suara yang memiliki kualitas baik adalah
paduan suara yang antar suaranya seimbang. Jika komposisinya soprannya ada 9,
tidak bisa jika formasi suara yang lain hanya ada 2. Dengan sopran yang berjumlah 9,
maka paling tidak alto diisi oleh 5 hingga 6 orang, tenor 6 orang dan bass 7 orang.
Jenis suara wanita dan anak-anak digolongkan menjadi: sopran, mezzo-sopran, dan
alto. Sedangkan untuk pria menjadi: tenor, baritone, dan bass. Paduan suara campur
meliputi suara sopran, alto, tenor, dan bass. Paduan suara wanita dan anak-anak
termasuk ke dalam kategori paduan suara sejenis.

3.3 Komponen Paduan Suara

Jamalus (1981:96), mengatakan bahwa ada beberapa komponen yang memegang


peranan penting dalam paduan suara, yakni: pimpinan atau pengaba, anggota,
pengiring, bahan atau komposisi.

a. Pimpinan

Sitompul (1988: 9-13) mengungkapkan bahwa pengaba atau yang sering disebut
sebagai dirigen atau conductor perlu memiliki kemampuan dan keterampilan yang
dibutuhkan untuk menjadi seorang pengaba, antara lain:
1) Hal-hal yang berhubungan dengan musik

Bersama dengan paduan suara yang dipimpinnya, dirigen bertujuan


menyelenggarakan musik secara benar dan setia sesuai dengan naskah
partiturnya. Maka seorang pemimpin paduan suara perlu memiliki pengetahuan
yang baik, antara lain meliputi: teori, harmoni, ilmu bentuk, kontrapun, dll.
15
Semua teori yang sudah dipelajari seorang dirigen masih harus dituangkan dalam
praktek.
a. Pendengaran musikal yang baik

Seorang pemimpin paduan suara harus mempunyai pendengaran musical


yang baik, dapat membedakan benar dan salah, mengenai notasi dan
membawakan dinamika lagu misalnya. Dirigen harus jeli dan saat menemukan
suatu kesalahan dalam latihan, baik adanya jika dilakukan perulangan setelah
diberikan contoh yang baik bagaimana notasi atau dinamika yang tepat
dibawakan. Selain itu, pedengaran yang baik dan terlatih terhadap berbagai
unsur di dalam musik dan penyelenggaraannya juga penting, seperti melodi,
harmoni, kerapihan irama, kebersihan intonasi, “blend” dan balans suara
yang baik, dan sebagainya
b. Persaan ritme yang mantap

Kepekaan dan kejelian menangkap irama atau ritme bagi seorang


pemimpin paduan suara merupakan hal yang paling penting, karena akan
mempengaruhi bagaimana penyajian dan interpretasi musik yang akan
dibawakan.
c. Pengetahuan tentang repertoire

Perbendaharaan musik seorang pemimpin paduan suara harus terus


berkembang, dan bukan hanya dari segi kuantitasnya namun juga ragam dan
gaya. Seorang pemimpin paduan suara perlu memiliki pergaulan yang luas
mengenai musik, jadi tidak hanya mengenal ataupun menyukai satu aliran
saja. Jika pemimpin paduan suara hanya menyukai lagu-lagu bernuansa
romantik saja, pengetahuan anggota paduan suara yang hanya menggunakan
dirigen atau pelatih sebagai sumber belajar juga tidak akan mengenal lagu-
lagu dengan gaya yang lain, misalnya lagu renaissance yang cara
menyanyikannya ditarik-tarik saja bahkan terkesan melayang-layang, atau
lagu negro yang dinyanyikan boleh dengan hentakan-hentakan, tidak lagi
menggunakan cara menyanyi melayang-layang atau ditarik melainkan diberi
penekanan-penekanan. Maka diperlukan pengetahuan musik yang luas dari
seorang pemimpin paduan suara, sehingga ketika menemui lagu baru maka
ketika membaca partiturnya saja sudah memiliki bayangan bagaimana lagu
tersebut harus dibawakan, karena ini yang akan menjadi sumber materi untuk
paduan suara yang dipimpinnya.
2) Hal-hal yang berhubungan dengan paduan suara

Pemimpin paduan suara ialah orang yang akan memimpin dan


mengendalikan paduan suara itu, maka agar dapat berjalan dengan baik
pemimpin paduan suara harus mengenal, memahami dan menguasai lagunya,
struktur susunannya maupun kemampuannya, perlu diketahui baik-baik.
3) Hal-hal yang menyangkut terkait seni dan direksi

Tugas pemimpin paduan suara ketika membawakan lagu ialah menjaga dan
memelihara kekompakan dan kerapihan di dalam persembahan lagu. Cara-cara
memimpin itu memakai isyarat atau gerak aba-aba dengan kedua tangan menurut
pola tertentu. Penguasaan gerak atau aba-aba itu oleh dirigen masih harus diberi
“nyawa‟, karena gerakan-gerakan tangan ini akan bersifat sugestif bagi anggota
paduan suara yang akan menerapkannya pada pembawaan lagu.
4) Hal-hal yang sifatnya “non-musik”, yaitu secara langsung tidak ada hubungannya
dengan musik

Hal yang sifatnya non-musik maksudnya sifat dan kepribadian dari sang
pemimpin paduan suara. Pemimpin paduan suara (pelatih) harus mempunyai
kepribadian yang stabil dan cara-cara berlatih yang effisien, efektif dan
menyenangkan, tidak lekas marah, mampu bersikap fair dan adil dan didukung
kesehatan yang mantap.

Menjadi pemimpin paduan suara perlu untuk mempunyai kemampuan dan


keterampilan-keterampilan seperti telah dikemukakan di atas, karena pemimpin
paduan suara merupakan posisi penting yang merupakan motor bagaimana sebuah
kelompok paduan suara akan dibawa, seperti, pendengaran musikal yang baik,
perasaan ritme/irama dan birama yang mantap, pengetahuan tentang repertoir,
pedengaran yang baik dan terlatih terhadap berbagai unsur di dalam musik dan
penyelenggaraannya, seperti melodi, harmoni, kerapihan irama, kebersihan intonasi,
“blend” dan balans suara yang baik, dan sebagainya. Pemimpin paduan suara juga
17
perlu mengenal, memahami dan menguasai lagunya, menjaga dan memelihara
kekompakan dan kerapihan di dalam persembahan lagu. Pemimpin paduan suara
(pelatih) pun harus mempunyai kepribadian yang stabil dan cara-cara berlatih yang
effisien, efektif dan menyenangkan, tidak lekas marah, mampu bersikap fair dan adil
dan didukung kesehatan yang mantap.

b. Anggota

Paduan suara tentu tidak akan terbentuk tanpa memiliki anggota, maka harus
ditentukan dulu siapa anggota atau penyanyinya. Anggota paduan suara erat
kaitannya dengan jenis paduan suara. Menurut Prier (2003: 13), jenis-jenis paduan
suara ada empat jenis dan sudah umum dipakai di Indonesia, yakni: 1) paduan suara
anak-anak, 2) paduan suara remaja, 3) paduan suara dewasa, dan 4) paduan suara
sejenis. Penjabarannya sebagai berikut:
1) Paduan suara anak

Paduan suara anak sebaiknya beranggotakan 40 hingga 50 anak. Bila


jumlahnya terlalu kecil, agak sukar untuk bernyanyi dengan lembut sedangkan
bila jumlahnya terlalu besar menimbulkan kesulitan dalam menjaga ketertiban.
Ciri khas paduan suara anak memiliki suara yang murni, polos, tidak dibuat-buat,
serta mengandung suatu eindahan sehingga bernyanyi dalam satu suarapun
sudah indah, namun dapat dicoba untuk membawakan dua hingga tiga suara dan
lebih bagus lagi jika dibawakan dengan iringan. Ditambahkan Prier (2003: 13)
persoalan khusus pada paduan suara anak terdiri atas: a) pembentukan suara, b)
ketepatan nada, dan c) bahan nyanyian yang masih terbatas karena jangan
sampai terlalu sederhana namun juga jangan terlalu rumit.

2) Paduan suara remaja

Paduan suara remaja sebaiknya memiliki jumlah anggota antara 15-50 orang,
di bawah 15 orang belum dapat dikatakan sebagai paduan suara, sedangkan lebih
dari 50 orang akan menimbulkan kurang terjaganya kekompakan. Ciri khasnya
ada pada semangat remaja dalam bernyanyi terutama dalam lagu yang
mencerminkan semangat, misalnya lagu-lagu perjuangan atau lagu-lagu daerah
yang memiliki ritme agak cepat. Persoalan khusus untuk putera yang berumur
antara 12-13 tahun ialah mengalami mutasi suara karena memasuki masa
pubertas, sehingga akan mengalami kesulitan dalam menyanyikan nada-nada
yang terlalu tinggi atau terlalu rendah. Siswa yang berumur belasan tahun
biasanya masuk ke jenjang pendidikan SMP. Prier (2003: 13) mengungkapkan
kemungkinan komposisi paduan suaranya adalah: a) Sopran1 Sopran2 Alto
(S1S2A) tanpa putera yang suaranya telah berubah dan b) Sopran Alto Tenor
(SAT) dengan putera yang suaranya telah berubah.
3) Paduan suara dewasa

Jumlah anggota dalam paduan suara dewasa setidak-tidaknya 20 anggota dan


tidak ada batas maksimum. Sebagai bahan perbandingannya adalah sebagai
berikut: S = 3, A = 2, T = 2, B = 3. Paduan suara Sopran Alto Tenor Bass (SATB) bagi
orang dewasa dianggap mempunyai bunyi yang paling bulat dan seimbang karena
masing-masing suara sudah dapat berdiri sendiri terutama bila lagunya bergaya
polifon. Dikatakan dalam Prier (2003: 14) paduan suara dewasa apabila dilatih
dengan baik dapat berkembang mencapai mutu profesional dan ke arah ekspresi
musik yang disertai dengan tarian dan sebagainya.

4) Paduan suara sejenis

Jumlah anggota dalam paduan suara sejenis antara 25-30 orang. Paduan
suara sejenis terdiri atas: a) suara sejenis wanita Sopran1 Sopran2 Alto (S1S2A)
dan Sopran Mezzo-sopran Alto (SMsA), b) suara sejenis pria Tenor1 Tenor2 Bass
(T1T2B) dan Tenor Bariton Bass (TBrB), dan c) suara sejenis anak-anak Sopran
Alto (SA). Menurut Prier (2003: 14), paduan suara dengan 2 atau 3 suara jika
dinyanyikan dengan halus akan tampak suatu keindahan meskipun tidak diiringi.

Jadi, anggota paduan suara tergantung juga dari jenis paduan suaranya.
Berdasarkan anggotanya, ada empat jenis paduan suara yang umum di Indonesia,
paduan suara anak-anak, paduan suara remaja, paduan suara dewasa, dan
paduan suara campur.
c. Pengiring

19
Bernyanyi dalam paduan suara tanpa iringan alat musik dinamakan a capella.
Namun jika menggunakan iringan, iringannya bisa satu alat music (umumnya
piano atau gitar), dua alat musik bahkan bisa satu orkestra penuh. Iringan yang
unik misalnya lonceng, triangle, jimbe, kendang, dll. Iringan hendaknya memberi
dukungan kepada paduan suara dalam penyajiannya, misalnya mengisi
kekosongan, menjadikan semakin semarak, dll. Menjadi pengiring paduan suara
tentu menjadikan pengiring sebagai tim kerja paduan suara, maka harus
mengikuti latihan dan semua proses yang penyanyi lewati pula.
Untuk menjadi pengiring paduan suara yang baik, dalam hal ini dengan alat
musik piano, seseorang perlu latihan untuk harmoni (progresi akor dan
bagaimana menyuarakannya) agar dapat lebih kaya dalam mengembangkan pola
chords yang digunakan dalam sebuah lagu, dan agar nantinya mampu
mengembangkan bunyi yang dihasilkan dari akor yang dimainkan. Harmonisasi
perlu dilatih agar bagus, dan nantinya dapat tercipta suatu kesatuan yang baik.
Dengan memiliki pengetahuan harmoni yang baik, maka dapat membuat
aransemen yang enak dan paham posisi sebagi musisi, sebagai pengiring.

Jadi, menjadi seorang pengiring paduan suara harus memiliki kemampuan


untuk bermain alat musik dan memiliki pengetahuan harmoni yang baik, serta
mengikuti latihan paduan suara karena posisinya sama penting dengan penyanyi
paduan suara

d. Bahan atau komposisi

Bahan atau komposisi menjadi hal yang penting pula, karena latihan dan
penggarapan lagu tidak akan mungkin terlaksana tanpa adanya bahan lagu yang
akan dinyanyikan. Untuk paduan suara siswa, lagu yang dipakai tidak terlalu
sederhana dan tidak terlalu sulit pula, sederhana maksudnya dari segi lirik, notasi,
dan akornya. Lirik lagunya sederhana, berisi kisah keseharian dan umumnya
memuat rima. Akor yang digunakan juga tidak terlalu banyak perpindahan. Lagu
yang biasa dibawakan oleh paduan suara anak adalah lagu anak, lagu daerah,
lagu popular, serta lagu nasional. Melodinya sederhana dengan range nada yang
tidak terlalu jauh dan sesuai dengan ambitus siswa. Menurut Wulandari (2012:
10), wilayah suara anak terdiri dari 3 jenis yaitu wilayah suara tinggi, sedang, dan
rendah.

3.4 Teknik Vokal dalam bernyanyi

Dalam bernyanyi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lains: teknik
pernapasan, sikap badan, frasering, teknik resonansi, artikulasi, vibrasi, dan
intonansi, Oktara (2011:41).

3.4.1 Sikap Tubuh atau Sikap Badan

Sikap badan yang benar sangatlah penting sebab berpengaruh terhadap sirkulasi
pernapasan yang merupakan unsur terpenting dalam bernyanyi dan langsung
berakibat pada pembentukan suara (Pranadjaja dalam Sukrisno, 2015:3). Menurut
Linggono (2008:92), untuk dapat menyanyi dengan baik, diperlukan sikap tubuh yang
rileks namun penuh tenaga. Tubuh yang rileks adalah sikap yang baik dan benar.
Secara fisik, sikap bernyanyi adalah seluruh bagian tubuh harus selalu dalam keadaan
tidak kaku. Menggerakan kaki, tangan, kepala dan badan seperlunya. Secara
psikispun, dalam menyanyi perlu jiwa yang lentur atau tidak tegang. Pikiran harus
positif dan jiwa perlu dilarutkan pada gerak musik. Sikap tubuh waktu bernyanyi
merupakan hal yang penting. Untuk menjaga agar tidak menimbulkan ketegangan,
maka berlatih untuk tidak selalu mengangkat bahu dan tidak menggerakan dada
keatas harus dikuasi oleh seoarang penyanyi.
3.4.2 Pernapasan

Pernapasan untuk bernyanyi menurut Linggono (2008:52-54), berbeda dengan


pernapasan untuk aktivitas lain atau pada umumnya. Maka, untuk menentukan
bentuk pernapasan yang tepat dalam bernyanyi perlu diketahui macam-macam jenis
pernapasan. Ada tiga jenis pernapasan yang dapat digunakan dalam setiap
aktivitasnya, yaitu antara lain: penapasan dada, pernapasan perut, dan pernapasan
diafragma. Berbagai macam pernapasan tersebut memiliki cara dan keperuntukan
tersendiri; pernapasan dada, pernapasan perut dan, pernapasan diafragma.

Teknik pernapasan merupakan unsur terpenting dalam seni vocal (menyanyi).


Jamalus dalam Sukrisno (2015:3) sebab menurutnya, suara terbentuk dari udara yang
21
dihirup, tanpa nafas tidak akan bisa bersuara. Orang yang memiliki pernapasan yang
buruk tidak mungkin bisa bersuara dengan baik. Sebaliknya orang yang bisa
menguasai atau mengatur pernafasannya akan pula sanggup menguasai dan
mengatur suaranya.

a. Pernapasan Dada

Cara pernapasan ini menggunakan daya tampung dada dalam pernapasan


(mengembang dan mengempisnya paru-paru). Dengan demikian maka volume udara
yang didapat hanya sedikit, sebatas daya tampung dan kemampuan mengembang
rongga dada. Cara pernapasan ini tidak bisa digunakan untuk menyanyi karena sangat
pendek dan tidak mampu memberi dukungan pencapaian pada nada tinggi, apalagi
nada panjang.

b. Pernapasan Perut

Pernapasan perut adalah cara bernapas dengan menggunakan perut sebagai daya
tampung pernapasan, sehingga mengembang dan mengempisnya paru-paru selalu
diikuti mengembang dan mengempisnya perut. Meskipun mampu menampung udara
lebih banyak dibanding dengan pernapasan dada, cara pernapasan perut ini belum
cukup baik untuk dimanfaatkan sebagai pendukung kegiatan bernyanyi. disebut
belum cukup baik, karena teknik pernapasan perut ini selain tidak cukup panjang,
juga sulit dikontrol dan dimanfaatkan sebagai pengantar nada yang stabil.

c. Pernapasan Diafragma

Pernapasan diafragma ini sebagai jenis pernapasan terbaik dari semua jenis
pernapasan. Karena jenis pernapasan ini mampu menampung udara cukup banyak
dan dapat dikendalikan dengan baik. Pernapasan diafragma menggunakan dua
rongga tubuh sekaligus, yaitu rongga dada dan rongga perut, dan diatur oleh
difragma.

Difragma adalah sekat diantara rongga dada dan rongga perut yang dalam sistem
pernapasan ini adalah pengendali besar kecilnya udara yang dikeluarkan. Sehingga
dengan demikian udara yang masuk cukup besar dan dikendalikan. Dalam bidang
menyanyi, sangat mutlak diperlukan penguasaan terhadap teknik pernapasan ini,
karena dalam menyanyi diperlukan napas-napas panjang untuk menggapai nada
tinggi dan rangkaian nada yang panjang dalam lagu. Oleh sebab itu menjadi syarat
utama bagi calon penyanyi untuk belajar dan menguasai teknik pernapasn diafragma
ini.

3.4.3 Artikulasi

Menurut Destiannisa (dalam jurnal Harmonia, 2012:162-163) menjelaskan


Artikulasi adalah teknik pengucapan agar ucapan yang terdengar lebih jelas. Teknik ini
juga berkaitan dengan teknik lain seperti diksi dan pembentukan suara. Teknik
artikulasi memperhatikan pada ucapan-ucapan huruf hidup (vokal) dan huruf mati
(konsonan).

Suatu bentuk lirik dalam nyanyian suatu karya musik terdapat suatu pesan yang
akan disampaikan. Agar pesan dan kata-kata tersebut dapat dimengerti, maka saat
bernyanyi harus memperhatikan artikulasi atau cara pelafalan kata demi kata dengan
baik dan jelas sehingga memberikan pengertian yang jelas kepada pendengar, Oktara
(2011:42).

3.4.4 Resonasi

Resonansi adalah fenomena yang ada sangkut pautnya dengan banyaknya rongga
dalam tubuh manusia. Setiap orang yang menyanyi, resonansi akan timbul dari suara
yang dihasilkan. Oleh sebab itu resonansi membantu memperbesar luas suara dan
memperkuat daya tahan suara. Ruang resonansi utama terdapat di dalam kepala,
dengan banyak bilik udara yang besar atau kecil, dan berpengaruh terhadap
pembentukan suara. Getaran-getaran pita suara menjalar ke dalam bilik-bilik yang
meresonansi suara, Linggono (2008:105).

Resonansi adalah suatu gejala ‘bunyi kembali’ dari suatu ruangan, semacam gema
yang timbul karena adanya ruangan yang memiliki dinding-dinding yang keras
sehingga sanggup memantulkan suara. Hal yang sama seperti ini dapat terjadi pada
manusia. Tapa ruang resonansi pita suara hanya mampu menimpulkan bunyi yang
lemah sekali, karena panjangnya hanya 1,5-2 cm. Baru dengan adanya ruangan udara

23
yang beresonansi, suara manusia tidak hanya diperkeras tetapi terutama dapat
diperindah dengan nada-nada yang gemilang.

3.4.5 Intonasi

Intonasi adalah teknik yang berhubungan dengan ketepatan nada (pitch). Ini
sangat bersifat individu. Artinya, setiap anggota paduan suara harus memiliki
kepekaan nada yang kuat sehingga mampu mengendalikan tinggi suaranya, dan tidak
lagi terdengar nada-nada fals yang muncul saat penyajian. Satu orang terdengar fals
maka rusaklah paduan suara itu. Jika banyak yang fals maka suara menjadi keruh.
Penguasaan ini akan menjamin nada-nada fals pada grup itu. Sangat dianjurkan
seluruh anggota paduan suara mampu membaca notasi musik. Latihan ini harus sering
dilakukan, terutama saat vokalisi. Cara ini akan berguna baik yang sudah mampu
membaca notasi maupun yang belum, Suharto (2009).

Alasan mengapa nada-nada dinyanyikan kurang tepat yaitu; (1) suasana


bernyanyi terlalu tegang (2) kosentrasi dalam bernyanyi kurang (3) para penyanyi
kehabisan napas (4) nada yang diulang atau ditahan melelahkan (5) para penyanyi
kurang peka akan keselarasan dalam gabungan suara (6) kurang mahir membidik
lompatan nada (7) nada-nada pada batas wilayah suara sukar dikuasai (8) nada-nada
pada batas suara sukar dinyanyikan (9) huruf-huruf dengan warna gelap dan terang
mempengaruhi tinggi nada (10) kecenderungan mengikuti tangga nada lain (11)
tergelincir waktu mengayunkan nada.

3.4.6 Frasering

Frasering adalah teknik pemenggalan kalimat lagu. Teknik ini terkait juga dengan
teknik pernafasan, dan interpretasi. Teknik ini penting karena salah mengiterpretasi,
terutama dalam pemenggalan kalimat, akan mengurangi keindahan termasuk juga
maknanya, Suharto (2009).

Menurut Linggono (2008:108), frasering adalah pemenggalan kalimat musik


menjadi bagian-bagian yang lebih pendek, tetapi tetap mempunyai kesatuan arti.
Tujuan frasering adalah agar dapat memenggal kalimat musik lebih tepat sesuai
dengan isi kalimat. Dengan demikian usaha untuk mengungkapkan suatu lagu dapat
lebih mendekati kebenaran yang terkandung didalamnya sesuai dengan pesan lagu
tersebut.

3.4.7 Vibrasi

Vibrasi umumnya diterapkan di setiap akhir kalimat dari sebuah lagu. Seseorang
penyanyi memang perlu memperindah suara dengan memberikan vibrasi pada lagu
yang dibawakan. Vibrasi dapat diartikan sebagai upaya untuk memperindah lagu
dengan jalan memberi gelombang atau suara yang mengalun teratur, Oktara
(2011:43).

Vibrasi adalah suatu bentuk suara yang bergetar dan bergelombang. Dalam teknik
olah vokal, vibrasi merupakan tahap finishing. Jika diibaratkan dengan memasak,
vibrasi merupakan bumbu penyedap rasa yang membuat masakan terasa sempurna,
lezat dan membangkitkan selera. Bila menyanyi diibaratkan memasak, maka vibrasi
merupakan unsur penting dalam menyanyi, Linggono (2008:85). Lebih lanjut menurut
Destiannisa (2012:162), vibrasi boleh digunakan asal jangan terlalu besar intensitasnya
dan jangan menonjolkan individu. Sebaiknya hanya beberapa saja kecuali dia solois.

3.4.8 Pembawaan dan Interpretasi

Teknik ini cukup penting terutama berkaitan dengan bagaimana lagu itu
dinyanyikan. Pesan lagu, karakter lagu, sampai pada bagian-bagian lagu (termasuk
tanda-tanda ekspresi atau dinamik) harus bisa ditangkap oleh pelatih dengan baik.
Tugas ini banyak dilakukan oleh pemimpin atau pelatih paduan suara. Penafsiran dan
pengungkapan yang baik akan membawa penampilan paduan suara lebih baik pula.
Pelatih harus bekerja keras untuk mencermati seluruh isi partitur lagu dan
menerapkannya dalam paduan suaranya. Kegiatan ini bisa dilakukan secara bertahap
mulai saat proses latihan sampai pada tahap penggosokan (finishing).

Linggono mengatakan seorang penyanyi harus dapat membawakan lagu dengan


baik dari suatu ciptaan sesuai dengan jiwa lagu tersebut, misalnya sedih, gembira,
semangat dan sebagainya. Sebuah lagu yang gembira harus pula disertai dengan
mimik atau gerakan yang gembira pula. Bernyanyi dengan “perasaan” berarti
25
bernyanyi dengan “hati”. Sebelum menyanyikan lagu, alangkah baiknya jika sudah
menghayati apa yang akan dinyanyikan. Karena selama bernyanyi harus menghayati
isi nyanyian dengan perasaan atau hati.

3.5 Bernyanyi dalam Paduan Suara

Beberapa faktor penting dalam bernyanyi selain teknik sikap tubuh, pernafasan,
membentuk suara, artikulasi, resonansi, intonasi, frasering, pembawaan dan
interpretasi, yaitu keterpaduan (blend), keseimbangan (balance) dan sonoritas

3.5.1 Faktor Keterpaduan (Blend)

Beberapa syarat untuk mencapai keterpaduan menurut Sitompul (1986:45)


adalah: tinggi rendah nada (pitch), kualitas suara yang baik, pengguna register yang
sama, pengguna vibrato yang terkendali, dan tingkat dinamik yang sama.

Ciri utama music paduan suara menurut Suharto (2009) yaitu bulat, menyatu
(blend). Suara-suara dari banyak peserta dan kelompok suara yang berbeda harus
menjelma menjadi satu warna dan satu bahasa yaitu warna paduan suara. Beberapa
syarat untuk mencapai blend di dalam lingkungan satu kelompok suara: Tinggi nada
(pitch) harus tepat-bersih. Nada yang tidak tepat antar suara menjadikan suara keruh.
Di sinilah perlunya pemanasan (vokalizi) sebelum membawakan lagu. Kualitas suara
yang baik ini tergantung dari cara membentuk suara dan cara membentuk vokal
(vowels). Menggunakan register yang sama. Penggunaan register yang berbeda (ada
yang falseto dan ada yang suara leher), juga antara sopran dan alto yang jauh warnanya
menjadikan suara tidak padu

3.5.2 Keseimbangan (Balance)

Faktor keseimbangan tidak lepas dari blend. Jika dalam blend adalah untuk
menciptakan kesamaan atau kepaduan antar personil dan kelompok suara maka teknik
keseimbangan ini untuk menciptakan keseimbangan antar kelompok suara.
Keseimbangan ini untuk menghindari tidak ada kelompok suara yang paling dominan
suaranya. Keseimbangan ini bisa meliputi kekuatan, warna, dinamik, irama, dan
sebagainya (Suharto, 2009).
Dalam paduan suara harus ada keseimbangan antara suara sopran, alto, tenor
dan bass. keseimbangan ini untuk menghindari adanya kelompok suara yang
mendominasi suara dalam lagu yang sedang dinyanyikan, keseimbangan ini bisa
meliputi kekuatan suara, irama dan sebagainya, Simanungkalit (2008:68).

3.5.3 Sonoritas (Kenyaringan dan kemerduan suara)

Sonoritas yang dimaksud adalah kenyaringan dan kemerduan suara. Segera


setelah peserta mulai bernyanyi, sudah ada kesan bagi pendengar bahwa suaranya
merdu, nyaring, Simanungkalit (2008:68). Dari pendapat ahli tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa sonoritas dalam paduan suara merupakan perpaduan kualitas suara
dengan membunyikan suara yang bening/ jernih dan merdu pada saat bernyanyi.

B. Kerangka Berpikir

Pendidikan seni atau yang disebut senI budaya merupakan mata pelajaran kesenian yang
telah tercantum di dalam kurikulum sekolah, yang termasuk di dalamnya Pendidikan musik.
Selain sebagai mata pelajaran formal yang tercantum di kurikulum juga dapat dipelajari
melalui kegiatan ekstrakulikuler. Salah satu bentuk kegiatan ekstrakuliker yaitu paduan
suara.

Paduan suara adalah bentuk dari penyajian vokal secara bersama dalam suatu kelompok
dengan memadukan berbagai jenis suara menjadi satu kesatuan yang utuh yang terdiri dari
satu suara atau lebih. Sehingga, ikatan dan tujuan tersebut memiliki tanggung jawab
bersama-sama dalam paduan suara. Pembeljaran paduan suara merupakan kebutuhan
sekolah yang sangat penting karena itu merupakan media pengembangan keterampilan,
minat, dan bakat setiap siswa dalam bidang seni khususnya olah vokal yang didalamnya
terdapat nilai-nilai Pendidikan moral bagi siswa. Oleh karena itu, SMK Negeri 3 Kota Bekasi
mengadakan kegiatan ekstrakulikuler paduan suara di sekolah.

Dalam penelitian ini kerangka berpikir pembelajaran ekstrakulikuler paduan suara


di SMK Negeri 3 Kota Bekasi sebagai berikut.

Paduan Suara SMK Negeri 3 Kota Bekasi Ekstrakulikuler

Pembelajaran
Persiapan 27
Pelaksanaan Proses Pembelajaran

Evaluasi

Keberhasilan Pembelajaran
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode deskriptif,


yaitu metode yang menjabarkan mengenai hal yang akan diteliti dalam bentuk kata-
kata.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil lokasi SMK Negeri 3 Kota Bekasi yang
berlokasi di Jl. Mutiara Gading Timur No.1, RT.003/RW.001, Mustika Jaya, Kec.
Mustika Jaya, Kota Bekasi, Jawa Barat 17158. Penelitian ini dilakukan pada semester
genap tahun ajaran 2020/2021.
C. Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara
Menurut Esterberg dalam Sugiyono (2015:72) wawancara adalah pertemuan
yang dilakukan oleh dua orang untuk bertukar informasi maupun suatu ide
dengan cara tanya jawab, sehingga dapat dikerucutkan menjadi sebuah
kesimpulan atau makna dalam topik tertentu.
Wawancara dalam penelitian dilaksanakan kepada responden yaitu guru atau
pelatih paduan suara yang dijadikan sampel untuk mendapatkan data yang
diperlukan guna memperlancar penelitian yang sedang dilakukan. Metode
wawancara guna melengkapi data yang lebih spesifik dan akurat sesuai dengan
tujuan penelitian.
2. Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang
berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,
lengger, agenda dan sebagainya, Arikunto (2010:274). Teknik dokumentasi
digunakan untuk mengumpulkan keterangan peristiwa yang tercatat dalam
gambar-gambar yang dapat menunjukkan bukti dari suatu kegiatan.
D. Teknik Analisa Data
1. Diskursus
Teori diskursus mengasumsikan bahwa semua objek dan tindakan adalah
penuh makna dan bahwa makna-makna objek dan tindakan dianugerahkan oleh

29
sistem pengaturan-pengaturan yang secara historis bersifat khusus (Howarth,
Norval dan Stravrakakis, 2000: hal.2). Setiap diskursus adalah kontruksi politik
dan sosial, dimana posisi subjek dari pelaku menunjukkan dan memberikan
makna terhadap objek dan praktek.
2. Triangulasi

Triangulasi menurut Sugiyono (2011) diartikan sebagai teknik yang bersifat


menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang
telah ada. Peneliti melakukan triangulasi tentunya ada maksud tertentu yang ingin
dilakukan. Selain peneliti mengumpulkan data yang akan digunakan dalam
penelitian, juga sekaligus menguji kredibilitas suatu data melalui berbagai teknik
pengumpulan data dan berbagai sumber data.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, S. (2007). Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching, Quantum Teaching. Jakarta:
Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Peneliitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Darsono, Max, & dkk. (2000). Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang.

Destiannisa, A. (2012). Implementasi Metode Pendekatan Kognitif dalam Pembelajaran Paduan


Suara. Harmonia Journal Of Arts Research and Education Online, Vol.12 No.2.

Djamarah Syaiful, B. (2022). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Hamalik, O. (2001). Prose Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Harahap, J. (2005). Perkenalan Paduan Suara. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Istarto, Y. (2012). Pembentukan Choral Sound: Studi Kasus PAda "Voice Of Satya Wacana
Christian University:. Skripsi. Bandung.

Jamalus. (1998). Musik Dan Praktik Perkembangan Buku Sekolah Pendidikan Guru. Jakarta: CV
Titik Terang.

Linggono, B. (2008). Seni Musik Nonklasik Untuk Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta:
Direktorat Pembinaan Menengah Kejuruan.

Noor, R. (2012). Membangun Karakter melalui Kegiatan Ekstrakurikuler. Yogyakarta: Insan


Madani.

Oktara, B. (2011). Jago Teknik Vokal. Jakarta: Gramedia.

Simanungkalit, N. (2008). Teknik Vokal Paduan Suara. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Simanungkalit, N. (2008). Teknik Vokal Paduan Suara. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Sitompul, B. (1986). Paduan Suara Dan Pemimpinnya. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kulitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

31
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Bandung: Alfabeta.

Suharto. (2009, Maret). Retrieved from


https://sriambarwangi.wordpress.com/2009/03/27/pembinaan-paduan-suara-di-perguruan-
tinggi/

Suharto. (2015). Strategi Belajar Mengajar. UNNES.

Sukrisno, C. (2015). Pembelajaran Vokal dengan Metode Solfegio Pada Paduan Suara Gracia
Gita Suara di GKJ Cilacap Utara Kabupaten Cilacap. Jurnal Seni Musik Online, Vol 4,
No.1.

Tamala, A. (2016). Strategi Inovasi Pembelajaran Seni Musik Di SMP Negeri 34 Semarang.
Skripsi. Semarang.
GLOSARIUM

Solo : Tunggal,Komposisi untuk seorang pemain, sendiri atau diiringi

Duet : Gubahan musik dua suara

Trio : gubahan musik tiga orang

Vocal : bunyi / bahasa yang dihasilkan dari pita suara tanpa ada hambatan dari
indra kecap

Kognitif : Psikomotorik kecerdasan dalam ilmu pengetahuan, kemampuan


menerima pembelajaran

Instrumental : Lagu yang dibawakan oleh alat musik

Irama : Tempo dan ketukan yang menyatakan fell atau penjiwaan sebuah lagu.

Tempo : Kecepatan ketukan dalam lagu

Dinamika : Berkenaan dengan volume dan kelembutan

Ansambel : Group musik instrumental

Sopran : Vokal wanita tinggi atau sebutan bagi alat musik dengan wilayah yang
tinggi.

Mezzo-sopran : Vokal wanita menengah jangakuan suara tinggi

Alto : Vokal wanita jangkauan rendah,atau alat musik wilayah menengah

Tenor : Vokal pria jangkauan suara tinggi,atau alat musik yang wilayah rendah

Bass : Vokal pria jangkauan re dah,atau alat musik yang wilayah sangat rendah

Timbre : Kualitas atau warna suara / nada .

Baritone : Alat musik

33
Repertoire : Daftar rencana sandiwara, opera, balet, komposisi music, lagu, atau
peran yang telah dipersiapkan dan dipelajari oleh artis, grup music, orchestra, atau kelompok
sandiwara sebelum mengadakan pertunjukan di depan penonton.

Renaissance : Klasifikasi jaman

Melodi : Gabuangan dari nada yang disusun

Birama : Pengelompokan ketukan-ketukan dalam hitungan bentuk lagu

Repertoire : Daftar lagu-lagu

Harmoni : Perpaduan bunyi yang selaras.

Balans : Keseimbangan

Progresi akor : Gerak akord dalam sebuah lagu.


LAMPIRAN WAWANCARA

Lampiran Pertanyaan
1. Bagaimana asal usul terbentuknya kegiatan ekstrakulikuler paduan
suara di SMK Negeri 3 Kota Bekasi?
2. Berapa jumlah pengajar dan siswa yang mengikuti
kegiatan ekstrakulikuler paduan suara di SMK Negeri 3 Kota
Bekasi?
3. Apakah ekstrakulikuler paduan suara bermanfaat dalam menunjang
keterampilan siswa di SMK Negeri 3 Kota Bekasi?
4. Apakah ekstrakulikuler paduan suara dapat menunjang prestasi sekolah
di bidang kesenian?
5. Strategi pembelajaran apa yang digunakan ekstrakulikuler paduan suara
di SMK Negeri 3 Kota Bekasi?
6. Bagaimana teknik vokal yang diajarkan pengajar kepada siswa
ekstrakulikuler paduan suara di SMK Negeri 3 Kota Bekasi?
7. Bagaimana pengajar mengelompokkan siswa sesuai jenis suara?
8. Kapan dan dimana kegiatan ekstrakulikuler paduan suara di SMK Negeri 3
Kota Bekasi?
9. Bagaimana pengajar memulai pelaksaan kegiatan ekstrakulikuler paduan
suara di SMK Negeri 3 Kota Bekasi?
10. Permasalahan apa yang di hadapi pengajar saat memberikan pengajaran
Paduan Suara kepada siswa di SMK Negeri 3 Kota Bekasi?
11. Apakah ada kendala yang di hadapi Ekstrakulikuler Paduan Suara di SMK
Negeri 3 Kota Bekasi? Adakah solusi yang telah sekolah lakukan untuk
mengatasi kendala tersebut?

35
Lampiran Hasil Wawancara

No. Pertanyaan Jawaban


1.1 Bagaimana asal usul terbentuknya Ekstrakulikuler paduan suara terbentuk
kegiatan ekstrakulikuler paduan dikarenakan sekolah belum mempunyai
suara di SMK Negeri3 Kota Bekasi? ekstrakulikuler dalam bidang seni, sehingga salah
satu seorang guru kesenian senior memulai
ekstrakulikuler kesenian di bidang paduan suara.
Karena sekolah membutuhkan kelompok paduan
suara untuk mengiringi kegiatan upacara serta
sebagai wadah mengembangkan minat, bakat
dan kreativitas di bidang olah vocal.
1.2 Berapa jumlah pengajar dan siswa Ekstrakulikuler paduan suara di SMK Negeri 3 Kota
yang mengikuti kegiatan Bekasi memiliki 2 orang pelatih. Satu seorang guru
ekstrakulikuler paduan suara di kesenian dan pelatih dari luar sekolah. Sedangkan
SMK Negeri 3 Kota Bekasi? siswa/i yang terdaftar berjumlah kurang lebih 30
orang.
2.1 Apakah ekstrakulikuler paduan Iya, karena siswa/i diharapkan mampu benyanyi
suara bermanfaat dalam dengan teknik vocal dan olah suara dan
menunjang keterampilan siswa di memaknai arti kekompakan dalam keberagaman.
SMK Negeri 3 Kota
Bekasi?

2.2 Apakah ekstrakulikuler paduan Ya, diharapkan kelompok paduan suara mampu
suara dapat menunjang prestasi bersaing di perlombaan antar sekolah.
sekolah di bidang kesenian?
3.1 Strategi pembelajaran apa yang SMK Negeri 3 Kota Bekasi menggunakan stategi
digunakan ekstrakulikuler pembelajaran ekspositori, yaitu menekankan
paduan suara di SMK Negeri kepada proses penyampaian materi dari seorang
3Kota Bekasi? guru kepada siswa dengan maksud agar siswa
mampu menguasai materi secara optimal;
strategi pembelajaran kooperatif, yaitu system
pengelompokan/tim kecil yang mempunyai latar
belakang kemampuan atau jenis kelamin yang
bebeda.
Guru atau pengajar mengelompokan
ekstrakulikuler paduan suara menjadi 3-4
kelompok dari kelas 10 maupun kelas 11 dan 12
sesuai dengan pembagian suara yang terbentuk.
3.2 Bagaimana teknik vokal yang Teknik vocal yang diajarkan dengan melatih sikap
diajarkan pengajar kepada siswa tubuh, pernafasan, pembentukan suara dan
ekstrakulikuler paduan suara di pengucapan artikulasi, resornasi dan
SMK Negeri 3 Kota Bekasi? interprestasi.

3.3 Bagaimana pengajar Dalam proses ini apabila jumlah siswa yang mengikuti
mengelompokkan siswa sesuai proses latihan dirasa cukup memadai, pengajar akan
jenis suara? membagi menjadi paduan suara dengan 4 suara
campuran yaitunya sopran, alto, tenor, dan bass
4.1 Kapan dan dimana kegiatan Pelaksanakan ektrakurikuler paduan suara
ekstrakulikuler paduan suara di dilaksanakan setiap hari sabtu.
SMK Negeri 3 Kota Bekasi?
4.2 Bagaimana pengajar memulai Pengajar memulai kegiatan ekstrakulikuler
pelaksaan kegiatan paduan suara dengan :
ekstrakulikuler paduan suara di a. Pengisian Absensi Kehadiran
SMK Negeri 3 Kota Bekasi? Pengisian daftar hadir ini berfungsi untuk melihat
keaktifan dan respon siswa dalam mengikuti
ekstrakurikuler
paduan suara.
b. Pengambilan Nada Dasar
Pengajar melakukannya dengan membunyikan
nada pada keyboard sehingga para siswa dapat
menyamakan suara mereka pada nada tersebut.

37
Pengambilan nada dasar bertujuan untuk
menentukan nada dasar yang sesuai dengan
range vocal yang dimiliki siswa. Setelah
mendapatkan nada dasar suara, pengajar
mengajak seluruh siswa untuk menyanyikan
tangga nada secara bersamaan. Tangga nada
yang telah dipaparkan oleh pengajar dimulai
dengan solmisasi tangga nada dasar C dan
melakukan pengulangan agar siswa benar-benar
mengerti dan mampu melakukannya dengan baik
dan benar.
c. Melatih Tangga Nada
Pengajar melakukan pelatihan kepada seluruh
siswa satu persatu untuk menyanyikan tangga
nada dan arpeggio untuk melihat dan menilai
setiap siswa yang melakukan pengulangan
dengan baik dan siswa yang masih belum
mengerti atau belum tepat dalam membawakan
tangga nada dan arpeggio tersebut. Dalam hal ini
pengajar melatih dengan cara memainkan tangga
nada pada keyboard dan diikuti oleh masing-
masing siswa. Disinilah seorang pengajar dapat
menentukan apakah para siswa sudah mampu
atau belum dalam memainkan atau menyanyikan
setiap tangga nada. Jika masih ada siswa yang
dianggap belum tepat menyanyikan tangga nada
dan arpeggio dengan baik, pengjar akan terus
melakukan pengulangan permainan tangga nada
sampai semua anak dianggap baik atau tepat
dalam menyanyikan tangga nada yang dipaparkan
pengajar. Hal ini dilakukan bertujuan agar siswa-
siswa terbiasa dengan nada-nada yang dilatihkan
dan dapat dengan cepat menangkap nada-nada
yang ada pada lagu yang akan dilatihkan.

d. Membaca Not Angka Lagu


Semua siswa membaca dan memahami not angka
pada lagu Indonesia Raya secara bersamaan.
Untuk menyanyikan lagu tersebut dalam bentuk
not angka pengajar memulai dengan melatih dan
mencobakan per frase lagu terlebih dahulu. Ini
bertujuan agar siswa mampu memahami dan
menyanyikan lagu Indonesia Raya secara
perlahan namun tepat. Apabila siswa dirasa
sudah mampu menyanyikan per bagian frase lagu
barulah pengajar meminta siswa untuk
menyanyikan lagu tersebut secara keseluruhan.
e. Menyanyikan Lagu Indonesia Raya Dengan
Lirik
Pengajar mengajak seluruh siswa untuk mulai
menyanyikan lagu Indonesia Raya dengan
menggunakan lirik lagu tersebut. Dalam proses ini
pengajar juga melatih pelafasan artikulasi siswa
seperti dengan cara latihan pelafasan vocal
a,i,u,e,o. Pelatihan pelafasan vocal a,i,u,e,o
dibunyikan pengajar menggunakan solmisasi do,
re, mi, fa, sol dengan siklus nada naik dan turun.
Pelatih memaparkan kepada siswa bagaimana
pelafasan yang
baik sehingga penyebutan atau pelafasan

39
artukulasi siswa bisa lebih tepat.

5.1 Permasalahan apa yang dihadapi Beberapa masalah yang dihadapi pengajar antara
pengajar saat memberikan lain :
pengajaran Paduan Suara a. Tidak disiplinnya siswa dalam proses latihan
kepada siswa di SMK Negeri 3 ekstrakurikuler paduan suara.
Kota Bekasi?
b. Kurangnya motivasi dari orang tua murid.
c. Ketepatan nada masih sering siswa
membunyikan dengan nada-nada yang fals
d. Pengucapan artikulasi lagu
e. Dalam pembagian suara, satu kelompok suara
masih sering terpengaruh oleh
kelompok suara lainnya.
Apakah ada kendala yang di Kendala yang dihadapi adalah minimnya tenaga
hadapi Ekstrakulikuler Paduan pengajar dan pelatih, minimnya minat siswa/i
Suara di SMK Negeri 3 untuk berperan aktif karena siswa/i merasa
Kota Bekasi? ekstrakulikuler ini bukan pembelajaran
formal/wajib dan dilakukan di luar jam sekolah.
Lampiran Pernyataan Narasumber

Narasumber

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Dian Marfika, S.Pd


Tempat/Tanggal Lahir : Banyumas, 20 Maret 1985
Alamat : Kp. Ciketing Rawamulya RT 005 RW
001 Bekasi, Jawa Barat
Pekerjaan : Guru

Menyatakan bahwa telah menjadi narasumber guna memberikan data yang


diperlukan dalam rangka penyelesaian Ujian Tengah Semester Mata Kuliah
Pendalaman Metode Penelitian, oleh saudara Ricky Tri Yudika dengan judul
“Pelaksanaan Pembelajaran Paduan Suara di SMK Negeri 3 Kota Bekasi”

Bekasi, 16 April 2021

Dian Marfika

41
Biodata/CV Narasumber

Nama : Dian Marfika, S.Pd


Jenis kelamin : Perempuan
Tempat Tanggal Lahir : Banyumas, 20 Maret 1985
Domisili : Kp. Ciketing Rawamulya RT 005 RW
001 Bekasi, Jawa Barat
Profesi : Guru
Riwayat Berkesenian : Beliau merupakan guru/pengajar dalam bidang
kesenian di SMK Negeri 3 Kota Bekasi. Pada masa
pendidikan di bangku kuliah, beliau aktif dalam
kesenian teater dan paduan suara. beliau merupakan
salah satu guru yang membantu dan berperan
banyak di ekstrakulikuler paduan suara SMK Negeri
3 Kota Bekasi.
Lampiran Biodata Penulis

43

Anda mungkin juga menyukai