Anda di halaman 1dari 3

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

Resusitasi Cairan

1. Pengertian Resusitasi cairan adalah proses penggantian cairan tubuh saat


(Definisi) pasien dalam kondisi kritis dan kehilangan terlalu banyak
cairan, baik dalam bentuk air maupun darah. Prosedur ini
dilakukan dengan pemasangan selang infus. Tubuh
membutuhkan cairan untuk berfungsi dengan baik
2. Anamnesis 1. Riwayat pembatasan konsumsi cairan
2. Riwayat kehilangan cairan (diare, muntah, pendarahan) dan
perkiraan jumlah dan isi cairan
3. Faktor komorbid, seperti kelainan ginjal, hati, jantung, serta
edema anasarka
4. Pemeriksaan 1. Tanda Syok
fisik a. Tekanan darah diastolik < 100mmHg
b. Denyut jantung > 90 kali per menit
c. Capillary refill time > 2 detik
d. Laju pernafasan > 20 kali per menit
e. National Early Warning Score (NEWS) ≥ 5
2. Tanda Deplesi Intravaskular
a. Membran mukosa kering
b. Penurunan turgor kulit
c. Hipotensi ortostatik dan peningkatan ortostatik denyut
nadi
d. Akral dingin
e. Penurunan jugular venous pressure (JVP)
f. Nadi cepat dan lemah
3. Tanda Overload Cairan
a. Edema paru
b. Peningkatan berat badan
c. Membran mukosa lembab
d. Edema perifer
e. JVP meningkat

5. Kriteria 1. Memenuhi kriteria no. 1 dan no. 3


diagnosis 2. Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik no 1
6. Diagnosis kerja Resusitasi Cairan
7. Diagnosis 1. Syok hipovolemik
banding 2. Syok kardiogenik
3. Syok distributive
4. Edema paru akut
8. Pemeriksaan 1. DPL dan profil koagulasi
penunjang 2. EKG
3. Laktat serum
4. Kimia serum seperti elektrolit, BUN dan kreatinin
5. Pemeriksaan DL, BGA
6. Pulseoxymetri
9. Tata laksana 1. Syok Hemoragik
Pada syok hemoragik, resusitasi cairan dimulai dengan dosis
inisial bolus 1 liter kristaloid hangat secepat mungkin.
Pemberian kristaloid dapat dilakukan sebanyak 3 – 4 kali
jumlah perdarahan. Pada pasien dengan keadaan
hemodinamik tidak stabil yang berkelanjutan atau
perdarahan yang sedang berlangsung (perdarahan internal
maupun eksternal) resusitasi dengan komponen darah
diperlukan. Komponen darah yang dapat diberikan adalah
PRC, FFP dan platelet. Resusitasi cairan diberikan sebagai
upaya sementara sampai terjadinya kontrol perdarahan.
Sementara, tindakan emergensi yang dapat dilakukan
adalah mengendalikan perdarahan dengan
pemasangan splint pada tulang panjang, splint pada tulang
pelvis dan balut tekan pada luka terbuka.
2. Syok Kardiogenik
Resusitasi cairan pada syok kardiogenik dilakukan sebagai
terapi dan penegakan diagnosis terhadap sumber masalah
syok. Resusitasi cairan dilakukan dengan pemberian fluid
challenge, yaitu 100 – 250 ml normal saline. Pada syok
kardiogenik yang disebabkan oleh masalah volume,
pemberian fluid challenge akan memperbaiki tanda vital
pasien. Resusitasi cairan pada syok kardiogenik diikuti
dengan pertimbangan penggunaan vasopressor.
3. Syok Neurogenik
Pemberian cairan resusitasi diberikan sebagai terapi suportif
pada syok neurogenik. Infus cepat 1 – 2 liter kristaloid
melalui 2 jalur vena diberikan pada pasien dengan syok
neurogenik. Resusitasi cairan pada jenis syok ini diikuti
dengan pemberian vasopresor dan stabilisasi medulla
spinalis, karena volume bukan merupakan masalah utama
pada syok neurogenik.
4. Syok Septik
Resusitasi cairan pada syok septik tidak berbeda dengan
syok distributif lain, seperti syok neurogenik. Resusitasi
dilakukan dengan pemberian infus cepat 1 – 2 liter kristaloid
selama 1 – 2 jam. Resusitasi cairan pada syok septik dapat
diikuti dengan pemberian vasopresor.
5. Ketoasidosis Diabetik
Pada ketoasidosis diabetik yang menyebabkan syok
hipovolemik, resusitasi cairan dilakukan dengan
pemberian normal saline sebanyak 1 – 2 liter. Resusitasi
cairan pada ketoasidosis diabetik diikuti dengan
pemantauan pH darah dengan AGD, keton darah,  kadar
glukosa dan natrium darah.[7,9]
6. Luka Bakar
Penentuan kebutuhan cairan untuk resusitasi pasien luka
bakar dilakukan dengan penghitungan luas luka bakar (total
body surface area) dengan Wallace Rule of Nines (pasien
dewasa), Lund Browder (dewasa dan anak) atau Palmar
Method. Resusitasi cairan luka bakar dilakukan selama 24
jam pertama onset luka bakar dan dihitung dengan rumus
Parkland berdasarkan total body surface area (TBSA), yaitu
2 ml/kgBB/%TBSA pada pasien luka bakar dewasa, 3
ml/kgBB/%TBSA pada pasien luka bakar anak-anak, dan 4
ml/kgBB/%TBSA pada pasien sengatan listrik menurut
American College of Surgeons atau 3 – 4 ml/kgBB/%TBSA
menurut Australian and New Zealand Burn
Association (ANZBA). Pemberian cairan terbagi menjadi dua,
yaitu 50% cairan diberikan dalam 8 jam pertama onset luka
bakar dan 50% lainnya diberikan selama 16 jam berikutnya.
[7,13,20,21]
7. Syok Hipovolemik Akibat Gejala Gastrointestinal
Penentuan kebutuhan cairan untuk rehidrasi awal pasien
dengan dehidrasi akibat gejala gastrointestinal seperti
muntah dan diare dapat dilakukan berdasarkan kadar
natrium plasma, metode Morgan-Watten, metode Daldiyono,
dan derajat dehidrasi berdasarkan Manajemen Terpadu
Balita Sakit (MTBS).
10. Edukasi Menjelaskan tentang penyebab penyakit, penyakit, komplikasi
yang dapat terjadi, rencana pengobatan kepada keluarga pasien
11. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam

12. Tingkat I/II/III/IV


evidens
13. Tingkat A/B/C
rekomendasi
14. Indicator -
15. Kepustakaa Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: KMK
n HK. 01.07/1186/2022 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter di FKTP.
Omar A, Zainudin NM, Clinical Practical Guidelines on
Pneumonia and Respiraory Tract Infection

Anda mungkin juga menyukai