Anda di halaman 1dari 25

DAFTAR ISI

BAB I. Pendahuluan ..................................................................................................................................................... 3


1.1 Latar Belakang ............................................................................................................................................. 3
1.2 Tujuan .......................................................................................................................................................... 3
1.3 Ruang Lingkup.............................................................................................................................................. 4
BAB II. Metodologi ....................................................................................................................................................... 5
2.1 Umum .......................................................................................................................................................... 5
2.2 Lokasi Studi dan Kelompok Sasaran ............................................................................................................ 5
2.3 Kerangka Sampel ......................................................................................................................................... 8
2.4 Pembentukan Kerangka dan Penentuan Sampel Terpilih ............................ Error! Bookmark not defined.
2.4.1 Mengaktifkan Aplikasi C-Survey dan Digunakan untuk Memilih LokasiError! Bookmark not defined.
2.4.2 Pengumpulan Informasi Lokasi Populasi Kunci .................................... Error! Bookmark not defined.
2.4.3 Pemetaan Populasi Kunci...................................................................... Error! Bookmark not defined.
2.4.4 Pembentukan dan Penomoran Lokasi .................................................. Error! Bookmark not defined.
2.5 Metode Sampling.......................................................................................... Error! Bookmark not defined.
2.5.1 Metode Respondent Driven Sampling (RDS) ........................................ Error! Bookmark not defined.
2.5.2 Pengelolaan Lapangan untuk survei RDS kelompok LSL ....................... Error! Bookmark not defined.
2.5.3 Metode Time Location Sampling (TLS) ................................................. Error! Bookmark not defined.
2.5.4 Penarikan Responden ........................................................................... Error! Bookmark not defined.
2.5.5 Cara Penggantian Responden ............................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB I. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Epidemi Human Immuno-deficiency Virus (HIV) secara global masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang serius. Secara umum wilayah Indonesia masih berkisar 0,32%, namun pada beberapa kelompok
populasi berisiko tinggi telah terlihat peningkatan prevalensi yang signifikan dan stabil sejak tahun 1990-an,
terutama pada kelompok Wanita Penjaja Seks (WPS), Lelaki Seks dengan Lelaki (LSL), dan Waria (Pemodelan
Epidemi HIV, 2015).
Pelaksanaan Surveilans HIV generasi kedua di Indonesia telah dimulai dengan pelaksanaan Sero Surveilans
HIV tahun 1988 dan Surveilans Perilaku mulai dilaksanakan tahun 1996. Sistem surveilans generasi kedua
mengalami evolusi, yaitu dengan mengintegrasikan surveilans biologis pada surveilans perilaku, kemudian
dikenalkan konsep populasi sentinel, sehingga diharapkan adanya hasil yang lebih representatif atau mewakili sub-
populasi berisiko yang ada. Rencana pengembangan surveilans akan diperluas dengan surveilans insiden HIV,
pengembangan surveilans pediatrik dan dewasa dengan HIV terutama memonitor trend akses terhadap ARV,
menilai kepatuhan pengobatan, dan penurunan angka kematian akibat AIDS.
Seperti kita ketahui untuk lebih memahami dinamika epidemi dan faktor-faktor utama yang mengubahnya
terutama tingkat penularan HIV, tahun 2006 mulai dilaksanakan Surveilans Terpadu HIV dan Perilaku (STHP).
Dengan tersedianya data tersebut kita mendapatkan gambaran yang lengkap tentang besaran masalah yang ada,
faktor-faktor penyebab, pengetahuan dan seberapa jauh respon yang telah ada dan diketahui oleh masyarakat.
Oleh karena itu untuk dapat memberikan gambaran epidemi yang terjadi pada Kelompok Populasi Paling Berisiko
dalam terjadinya epidemi HIV di Indonesia, maka perlu dilakukan Surveilans Terpadu Biologi dan Perilaku (STBP)
yang berkesinambungan. STBP mulai dilaksanakan pada tahun 2009, 2011, 2013, 2015 di 2 kelompok lokasi yang
berbeda, dan 2018 pada 59 kabupaten/kota di Indonesia.
STBP Tahun 2022 dirancang untuk dapat menangkap angka prevalensi nasional HIV sama seperti STBP 2018
serta dilakukan pada kabupaten/kota yang sama seperti STBP 2018 untuk melihat kecenderungan dan prevalensi
nasional. Jumlah sampel responden yang ikut serta hampir mirip dengan STBP sebelumnya. Selain itu, STBP ini juga
akan memeriksa Hepatitis B dan C, di semua kabupaten/kota tidak seperti pada STBP 2018 yang hanya melakukan
pemeriksaan di DKI dan Jawa Barat. Kita ketahui bersama bahwa Hepatitis B, C, HIV dan IMS, mempunyai beberapa
kesamaan dalam cara penularan, dan cara pencegahan, sehingga kelompok populasi berisikonya pun terdapat
irisan antara Hepatitis B, C, HIV dan IMS.
Keberhasilan upaya pencegahan infeksi HIV bergantung pada perubahan perilaku berisiko, dari risiko tinggi
ke risiko yang lebih rendah. Survei ini akan memadukan data pemeriksaan biologis dengan informasi mengenai
perubahan perilaku berisiko mencakup peningkatan penggunaan kondom dan pengurangan jumlah pasangan
seksual di antara mereka yang aktif secara seksual, penurunan pemakaian bergantian alat suntik pada kelompok
pemakai narkotika psikotropika dan zat adiktif lainnya (Napza Suntik), peningkatan akses terapi rumatan
methadon, dan penundaan hubungan seksual pertama kali pada kalangan remaja. Kelompok Populasi Paling
Berisiko yang akan dicakup dalam STBP tahun 2022 ini adalah WPS, Pelanggan WPS, Penasun, Waria, dan LSL.

1.2 Tujuan
Kegiatan STBP pada populasi berisiko tinggi 2022-2023 bermaksud untuk memberikan informasi lebih lanjut
tentang pengetahuan dan kesadaran tentang HIV di kalangan kelompok berisiko, perilaku pengambilan risiko dan
pencarian kesehatan, dan prevalensi HIV, sifilis, gonore, klamidia, hepatitis B dan C, serta program penanggulangan
HIV dan AIDS di Indonesia.
Tujuan dari pelaksanaan STBP Pada Populasi Berisiko Tinggi ini adalah:
a. Menentukan kecenderungan prevalensi Gonore, Klamidia, Sifilis, HIV dan Hepatitis B dan C di antara
Populasi Risiko Tinggi di Indonesia.
b. Menentukan kecenderungan tingkat pengetahuan dan persepsi tentang penularan dan pencegahan
HIV dan Hepatitis B dan C pada populasi berisiko tinggi di kabupaten/kota di Indonesia.
c. Menentukan kecenderungan tingkat perilaku berisiko tertular/menularkan HIV di antara populasi
berisiko tinggi di beberapa kota di Indonesia.
d. Mengukur cakupan intervensi pengendalian HIV dan Infeksi Menular Seksual (IMS) serta dampaknya
pada kelompok sasaran program-program Kementrian Kesehatan RI.
e. Mendukung dalam penentuan kebijakan program pengendalian HIV AIDS dan IMS di beberapa
kelompok dan kabupaten/kota di Indonesia.

1.3 Ruang Lingkup


Buku ini berisi tentang acuan penentuan metodologi dan organisasi lapangan kegiatan STBP 2022-2023.
Sasaran pembaca adalah:
a. Kementerian Kesehatan RI
b. Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota
c. Pengelola program HIV dan Hepatitis
d. LSM
e. Aktivis HIV dan Hepatitis
f. Akademisiecara khusus pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan STBP 2022-2023
BAB II. Metodologi

2.1 Umum
Populasi sasaran STBP 2022-2023 adalah populasi kunci. Hal ini dikarenakan kelompok tersebut
memungkinkan memiliki kontribusi lebih besar terhadap penyebaran Hepatitis dan HIV dibanding kelompok
masyarakat lainnya. Populasi kunci adalah Penasun, Waria, lelaki seks lelaki (LSL); wanita pekerja seks (WPS) dan
pelanggan.
Berdasarkan kontribusinya terhadap epidemi HIV, populasi sasaran STBP 2022-2023 dikelompokkan
menjadi:
a. Wanita Pekerja Seks (WPS) adalah wanita yang memberikan layanan seksual sebagai sumber penghidupan
utama maupun tambahan, dengan imbalan uang, barang atau jasa.
b. Pelanggan WPS adalah lelaki yang berhubungan seks dengan WPS, sesekali atau secara teratur.
c. Waria adalah kependekan dari wanita-pria, yang berarti seseorang yang terlahir secara biologis sebagai
laki-laki tetapi mengidentifikasikan dirinya sebagai perempuan atau waria.
d. Lelaki seks dengan lelaki (LSL) adalah lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki baik sekali, sesekali atau
secara teratur.
e. Pengguna Napza suntik (Penasun) adalah orang yang menggunakan napza secara suntik dan bukan untuk
pengobatan medis.

Kriteria calon responden pada kegiatan STBP adalah sebagai berikut:


a. Wanita Pekerja Seks (WPS) adalah Wanita yang berusia minimal 15 tahun memberikan layanan seksual
sebagai sumber penghidupan utama maupun tambahan, dengan imbalan uang, barang atau jasa. wanita
tersebut telah berhubungan seks dengan minimal satu pelanggan dalam satu bulan terakhir, berada di
lokasi survei pada saat kunjungan tim survei, dan dapat berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia .
b. Pelanggan WPS adalah lelaki berumur minimal 15 tahun, yang pernah berhubungan seks tiga bulan terakhir
dengan wanita pekerja seks, berada di lokasi survei pada saat kunjungan tim survei, dan dapat
berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia.
c. Waria adalah lelaki yang berusia minimal 15 tahun tetapi mengidentifikasikan dirinya sebagai perempuan
atau Waria, berpenampilan waria, dan pernah berhubungan seks dengan laki-laki minimal sekali dalam
setahun terakhir, berada di lokasi survei pada saat kunjungan tim survei, dan dapat berkomunikasi
menggunakan bahasa Indonesia.
d. Lelaki seks dengan Lelaki (LSL) adalah lelaki yang berusia minimal 15 tahun, pernah berhubungan seks
dengan laki-laki minimal sekali dalam setahun terakhir, dikenali sebagi LSL oleh Petugas penyeleksi, dan
dapat berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia.
e. Pengguna Napza Suntik (Penasun) adalah pria atau wanita berumur minimal 15 tahun menggunakan napza
secara suntik dan bukan untuk pengobatan medis, dikenali sebagi Penasun oleh Petugas penyeleksi, dan
dapat berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia.

2.2 Lokasi Studi dan Kelompok Sasaran


Untuk mengambarkan situasi Nasional pada tahun 2018 dilakukan pemilihan kabupaten/kota untuk masing-
masing populasi berdasarkan hasil estimasi poplasi kunci di tahun 2016 dan data cakupan tes HIV di tahun 2017,
kedua data tersebut dijadikan variable untuk memilih kabupaten/kota dengan menggunakan analisis kluster.
Sebagai catatan tidak semua kabupaten/kota di Indonesia memiliki populasi kunci, maka analisis kluster hanya
dilakukan di kabupaten/kota yang yang memiliki populasi kunci (eligible), dari semua kabupaten/kota eligible per
populasi dibuat menjadi enam strata kemudian dilakukan pemilihan kota dengan metode probabilities proportional
to size. Pada tahun 2018 terpilih 59 kabupaten/kota di 23 provinsi yang menjadi lokasi survey. Pada 2023 kegiatan
STBP akan dilakukan di kabupaten/kota yang sama dengan STBP 2018 untuk menggambarkan kecenderungan antar
survei, dan untuk memenuhi kebutuhan sampel di tingkat nasional maka ditambahkan kabupaten/kota baru yang
diprioritaskan pada wilayah yang pernah dilakukan STBP sebelumnya namun tidak dilakukan di tahun 2018, data
di kabupaten/kota tersebut tidak untuk mengukur kecenderungan namun untuk memberikan gambaran awal
(basline) sekaligus memperkuat analisis wilayah intervensi dan non intervensi di Indonesia, berikut ini jumlah
kabupaten/kota STBP 2018 dan 2023 untuk masing-masing populasi :
Tabel 1 Perubahan Jumlah Kabupaten/Kota STBP

Populasi Kabupaten/Kota Eligible Jumlah Kabupaten/kota 2018 Jumlah Kabupaten/kota 2023


WPS 512 18 31
LSL 511 24 30
Waria 465 21 18
Penasun 352 19 17
Pelanggan 512 22 23

Responden survei merupakan sampel yang diambil secara random dari kelompok-kelompok sasaran yang
tinggal dan bekerja di lokasi survei, dipilih melalui lokasi tempat biasa mereka bekerja pada waktu yang ditetapkan
(metode TLS) atau memanfaatkan jejaring komunitas populasi kunci untuk menoninasikan anggota jejaring sebagai
sample (metode RDS) . Sehingga, hasil survei diharapkan dapat mewakili kondisi di lokasi survei tersebut dan
diharapkan dampat menggambarkan situasi di tingkat nasional.
Untuk mewujukan hal tersebut dibutuhkan perhitungan besar sampel minimum agar data yang terkumpul
dapat dianalisis untuk melihat kecenderungan antar waktu, melihat prevalens populasi di setiap kabupaten/kota,
dan menggambarkan situasi di tingkat nasional. Untuk dampat menghitung kecenderungan antar tahun di setiap
populasi digunakan rumus uji hipotesis beda 2 proposi (uji 2 arah) dengan sebagai berikut:

Besar Sampel
N : Jumlah minimal sampel per populasi kunci per lokasi
DEFF : Design effect Z
1-α : Nilai Z pada tingkat kepercayaan 95%, yaitu 1,96
1-b : Nilai Kekuatan tes 90%, yaitu 0.84
P1 : Antisipasi Proporsi populasi 1
P2 : Antisipasi Proporsi populasi 2
Merujuk pada Pedoman WHO dalam perhitungan besar sampel ditetapkan besaran Design effect (Deff) sebesar 2
dengan tingkat kepercayaan (1-a) 95% serta kekuatan tes (1-b) 90%, kemudian untuk asumsi prevalensi (P1)
menggunakan hasil STBP 2018-2019. Hasil perhitungan sampel minimum untuk setiap populasi adalah sebagai
berikut:
Tabel 2 Sampel minimum untuk menilai perubahan prevalensi antar waktu per populasi secara nasional

Populasi DEFF P1 P2 D Z1-α Z1-β n (Nasional)


LSL 2 2 17.9% 21.2% 1.96 0.842 4,528
Penasun 2 2 19.9% 15.4% 1.645 0.842 1,770
Waria 2 2 15.8% 11.5% 1.645 0.842 1,571
WPS 2 2 2.7% 1.4% 1.96 0.842 3,724
Pelanggan 2 2 1.6% 0.8% 1.96 0.842 5,983
Besar sampel pada setiap kelompok sasaran dirancang cukup untuk menggambarkan perilaku berisiko
populasi kunci di setiap kabupaten/kota, maka dilakukan kembali perhitungan sampel minimum untuk setiap
populasi kunci di setiap kabupaten/kota dengan rumus :
Besar Sampel
n : Jumlah minimal sampel per populasi kunci per lokasi
D : Design effect Z
1-α : Nilai Z pada tingkat kepercayaan 95%, yaitu 1,96
P : Proporsi yang diharapkan
d : Presisi

Ukuran sample setiap kabupaten/kota dihitung dengan mempertimbangkan baseline prevalensi HIV di tahun
sebelumnya dengan tingkat kepercayaan sebesar 95% di kabupaten prioritas dan 90% di non prioritas. Nilai presisi
masing-masing kota (d) berkisar antara 1% sampai 10% (persen absolut) tergantung pada prevalensi awal, Di
kabupaten dengan prevalensi di bawah 5%, maka nilai d harus berada dalam kisaran 1% hingga 3%, sedangkan di
kabupaten dengan prevalensi di atas 5%, nilai d harus antara 3% dan 10% (dengan meningkatnya prevalensi dasar,
d juga harus meningkat), kemudian ditetapkan besaran Design effect (Deff) sebesar 2. Apabila besar sampel
minimum lebih tinggi dari estimasi populasi kunci maka dilakukan asjustment dengan Faktor koreksi terbatas
dengan menggunakan estimasi jumlah populasi spesifik KP untuk kabupaten dan Ukuran sampel dapat disesuaikan
dengan nilai optimal untuk setiap kabupaten. Diusulkan bahwa ukuran sampel tidak boleh melebihi 400 per
populasi di setiap kabupaten, berikut ini penetapan sample minimal per kabupaten/kota :

Tabel 3 Alokasi Sample setiap Kabpaten/kota per jenis populasi

Populasi
Provinsi Kab/kota Total
LSL Penasun Waria WPS Pelanggan
Nanggroe Aceh Darussalam Aceh Besar 64 64
Nanggroe Aceh Darussalam Aceh Timur 89 89
Nanggroe Aceh Darussalam Simeulue 64 72 136
Sumatera Barat Kota Padang 238 64 302
Sumatera Selatan Kota Palembang 222 216 438
Sumatera Selatan Kota Prabumulih 196 196
Sumatera Selatan Ogan Komering Ulu 221 110 331
Sumatera Utara Kota Medan 64 64
Sumatera Utara Kota Pematang Siantar 149 149
Kep. Bangka Belitung Kota Pangkal Pinang 273 324 597
Kep. Riau Kota Batam 260 64 290 400 1,014
Kep. Riau Kota Tanjung Pinang 64 64
Lampung Kota Bandar Lampung 275 64 182 158 679
Banten Kota Cilegon 149 149
Banten Kota Tangerang Selatan 231 82 313
Banten Tangerang 167 167
DKI Jakarta Jakarta Barat 216 400 400 1,016
DKI Jakarta Jakarta Selatan 329 286 400 1,015
DKI Jakarta Jakarta Timur 261 261
DKI Jakarta Jakarta Utara 248 400 332 980
DI Yogyakarta Kota Yogyakarta 295 108 210 400 1,013
Jawa Barat Bandung Barat 100 100
Jawa Barat Bekasi 123 123 400 646
Jawa Barat Bogor 191 167 218 576
Jawa Barat Kota Bandung 343 230 143 235 951
Jawa Barat Kota Bekasi 204 376 322 902
Jawa Barat Kota Bogor 378 378
Jawa Barat Kota Depok 351 160 102 400 400 1,413
Populasi
Provinsi Kab/kota Total
LSL Penasun Waria WPS Pelanggan
Jawa Barat Kota Sukabumi 143 188 400 731
Jawa Barat Purwakarta 76 76
Jawa Barat Sukabumi 125 125
Jawa Tengah Banyumas 76 76
Jawa Tengah Kota Pekalongan 252 400 652
Jawa Tengah Kota Salatiga 149 149
Jawa Tengah Kota Surakarta 282 282
Jawa Tengah Kota Tegal 200 200
Jawa Timur Banyuwangi 113 216 329
Jawa Timur Kota Blitar 103 103
Jawa Timur Kota Madiun 184 137 321
Jawa Timur Kota Mojokerto 64 64
Jawa Timur Kota Probolinggo 75 75
Jawa Timur Kota Surabaya 324 277 135 225 400 1,361
Jawa Timur Pamekasan 64 64
Jawa Timur Sumenep 144 169 176 489
Bali Badung 240 64 304
Bali Buleleng 325 325
Bali Gianyar 164 64 228
Bali Kota Denpasar 360 295 400 1,055
Nusa Tenggara Barat Kota Mataram 267 267
Nusa Tenggara Timur Kota Kupang 274 400 674
Kalimantan Barat Kota Pontianak 78 289 367
Kalimantan Timur Kota Balikpapan 202 180 382
Sulawesi Selatan Kota Makassar 329 250 203 400 1,182
Sulawesi Utara Kota Manado 388 198 193 779
Maluku Kota Ambon 64 194 258
Maluku Maluku Tenggara Barat 64 99 163
Papua Kota Jayapura 312 400 712
Papua Mimika 134 189 323

2.3 Metode Sampling


Pada STBP 2022-2023 menggunakan metode sampling berbeda-beda berdasarkan kelompok sasaran. Untuk
populasi laki-laki seks laki-laki (LSL) mengunakan metode Responden Driven Sampling (RDS) untuk menjaga
konsistensi dengan pelaksanaan STBP 2018, hasil pemetaan populasi kunci di tahun 2022, mengindikasikan bahwa
populasi LSL sulit diidentifikasi di lokasi berkumpul “tongkrongan“ (Hotspot populasi LSL) dan hasil pemetaan juga
mengungkap 16% LSL yang tidak pernah datang ke hotspot. Serupa dengan populasi LSL populasi Pengguna Napza
Suntik (Penasun) juga menggunakan metode RDS untuk menjaga konsistensi dengan pelaksanaan STBP 2018, selain
itu hasil pemetaan mengidentifikasi 30% penasun tidak datang ke hotspot fisik. Populasi Waria akan menggunakan
metode Time Location Sampling (TLS) untuk menjaga konsistensi dengan 2018, selain itu populasi ini juga mudah
diidentifikasi di hotpot fisik yang ada di setiap kabupaten/kota. Serupa dengan Waria populasi WPS juga akan
menggunakan metode TLS, metode ini digukan untuk menjaga konsistensi dengan tahun 2018, populasi ini juga
mudah diidentifikasi di hotpot fisik (hanya 8% yang tidak datang ke hotspot), dari sisi fesibilitas hotpot populasi ini
teridentifikasi mencapai 7,000 melalui pemetaan populasi kunci. Untuk populasi pelanggan WPS akan dilakukan di
lokasi (hotpot) yang sama dengan WPS, metode sampling yang digunakan sama dengan WPS (TLS), hal ini konsisten
dengan metode 2018, hasil pelaksanaan 2018 menginformasikan bahwa populasi ini mudah untuk dilibatkan dalam
STBP.
Tabel 4 Metode Sampling per Populasi

Metode Sasaran
RDS (Respondent Driven Sampling) LSL, Penasun
TLS (Time-Location Sampling) Waria, WPS, Pelanggan WPS

2.3.1 Metode Respondent Driven Sampling (RDS)


Untuk populasi yang menggunakan metode sampling Respondent Driven Sampling (RDS) digunakan alur
pengumpulan informasi yang berbeda. Metode Respondent Driven Sampling (RDS) ini merupakan bagian dari Chain
Referral Sampling (CRS) seperti halnya Snowball Sampling dan Network Sampling. Keunggulan dari metode RDS
adalah sampel yang didapat merupakan sampel yang berpeluang (probability sample) sehingga dapat dilakukan
analisis secara statistik termasuk penghitungan standard error. Metode RDS ini digunakan untuk menangkap
informasi dari kelompok yang sulit dijangkau atau populasi tersembunyi karena perilakunya yang berisiko (sehingga
mereka “menyembunyikan diri” atau mengkamuflase diri seperti populasi umum). Analisis RDS memerlukan
perangkat lunak khusus (RDS Analyst).
Metode RDS adalah sebuah teknik sampling secara jemput bola (snowball) berdasarkan pada kuota
perekrutan, yang diawali dengan perekrutan pertama atau yang dikenal sebagai Seed, dan seed yang mendasari
gelombang nol utk merekrut responden yang akan membentuk gelombang perekrutan pertama (dan seterusnya).
Didalam teori, kehomogenan sampel bisa dicapai paling tidak sesudah 4 gelombang perekrutan. RDS berawal dari
sejumlah kecil peserta yang dipilih secara purposif yang biasanya disebut seed, yang seharusnya dipilih
seheterogen mungkin untuk memastikan bahwa sembarang anggota kelompok memiliki kemungkinan besar untuk
direkrut.
Pada metode RDS terdapat beberapa istilah dan definisi yang dapat dilihat dibawah ini:
1. Kupon adalah undangan berpartisipasi studi RDS yang dapat juga kesempatan tersebut diberikan ke orang
lain.
2. Manajemen kupon adalah mengelola penomeran kupon dan perekrutan orang.
3. Populasi target adalah sebuah set dari orang-orang yang mana peneliti hendak melakukan perkiraan. Di
Indonesia populasi target adalah pria yang berhubungan kelamin dengan pria atau dapat juga orang-orang
yang menyuntikkan narkoba.
4. Ukuran jaringan sosial adalah jumlah hubungan yang seseorang punyai dengan anggota dari populasi target.
5. Penyeleksian adalah sebuah wawancara awal singkat dengan orang-orang yang berkeinginan mendaftar
dalam studi yang mencari verifikasi keanggotaan dalam populasi target dan memohon persetujuan.
6. Seed adalah seorang partisipan yang direkrut oleh peneliti dan yang memulai rantai perekrutan.
7. Responden adalah anggota dari populasi target yang telah menyediakan persetujuan dan menyelesaikan
wawancara utama.
8. Rekan adalah seseorang yang menjadi bagian dari jaringan sosial yang sedang disurvei.
9. Rekrut adalah seseorang yang menerima kupon dan yang hadir untuk mendaftar dalam studi, tapi juga harus
disaring kelayakanannya.
10. Perekrut adalah seseorang yang telah melengkapi survei dan merekrut rekan-rekan mereka dengan kupon
survey.
11. Rantan perekrut adalah sebuah set dari seluruh partisipan yang terkait dengan sumber tertentu
12. Gelombang adalah sebuah set dari partisipan yang memberi jumlah rekrutmen dari satu sumber.
13. Drop in Center (DIC) adalah lokasi tetap dimana studi berlangsung.
14. Kunjungan 1 adalah kunjungan pertama dimana seorang partisipan diwawancara, menyediakan sampel
biologis dan menerima insentif utama untuk melengkapi seluruh proses survei.
15. Kunjungan 2 adalah kunjungan kedua yang mana seorang perekrut menerima insentif sekunder untuk
merekrut partisipan layak pilih yang melengkapi Kunjungan 1.
16. Insentif utama adalah uang, barang, dan/atau jasa yang disediakan oleh partisipan untuk melengkapi
Kunjungan 1.
17. Insentif sekunder adalah uang, barang, dan/atau jasa yang disediakan oleh partisipan untuk setiap partisipan
baru yang dapat mereka rekrut yang telah melengkapi Kunjungan 1.
2.3.1.1Pemilihan Seed

Awal Langkah survei dengan metode RDS adalah melakukan pemilihan seed, langkah ini penting karena seed
menjadi penentu akan berjalan tidak nya sebuah gelombang, Sehingga pemilihan seed akan mengarahkan untuk
merekrut beragam orang berdasarkan karakteristik sosio-demografi dan perilaku. Pemilihan seed dilakukan dengan
menjalankan Informative Assessment dengan menggali apakah setiap calon seed mengetahui kedalaman dan
keragaman populasi kunci tersebut, dalam hal ini LSL dan Penasun

Tabel 5 Prosedur menggali informasi dan besar jaringan yang dimiliki oleh calon Seed

1 Apakah anggota populasi Apakah Anda tahu atau menghabiskan waktu dengan anggota
kelompok kunci membentuk populasi kelompok kunci lainnya
jaringan sosial?
2 Apakah jumlah anggota populasi Dalam sebuah survei dari LSL 18 tahun, tinggal di kota A, tanyakan:
kunci survei besar? (Pertanyaan Berapa banyak orang yang Anda kenal yang juga mengenal Anda,
ini terkait dengan kriteria survei mereka berusia 18 tahun dan mereka tinggal di kota A? Berapa
kelayakan) dan berapa besar banyak dari orang-orang ini Anda melihatnya dalam sebulan
populasi kunci yang dikenal terakhir?
3 Apakah anggota populasi kunci Tolong katakan padaku tentang bagaimana Anda (populasi survei)
membentuk beragam ikatan teman-teman dan kenalan berinteraksi satu sama lain. Kegiatan apa
jaringan sosial? yang mereka lakukan bersama-sama? Apakah (populasi kunci) pergi
keluar bersama-sama ketika mereka tidak bekerja / sekolah?
4 Bagaimana struktur dari jaringan Apakah Anda tahu anggota populasi survei yang bekerja di / berasal
sosial? Apakah ada dari bagian lain kota? (apabila diduga anggota populasi kunci tsb
kelompokkelompok dan jika memiliki geografis, misalkan dekat pantai atau tengah kota yang
demikian, Anda bisa menemukan berbeda)
jembatan untuk memasukkan Apakah Anda tahu anggota populasi survei yang tipe yang berbeda
mereka? dari Anda [mis lebih tua dibandingkan pria muda yang berhubungan
seks dengan laki-laki; jalan dibandingkan berdasarkan pekerja seks
perempuan]? (apabila diduga anggota populasi kunci tsb memiliki
jaringan sosial yang berbeda)
5 Bagaimana stigmatisasi / Apakah ada potensi untuk terjadinya Bottleneck (jaringan tidak
diskriminasi adalah populasi? tersebar dan tertutup), pada kelompok mana kemungkinan terjadi
Bottleneck tersebut
6 Berapa dan bagaimana tingkat Besar jaringan dan kemungkinan saling dapat terhubung, dan
jangkauan komunitas, layanan, berinteraksi satu dengan yang lain
interaksi dengan populasi?

Mengambil keputusan pemilihan Seed didasarkan pada kemampuan dan besar jaringan yang dimilikinya
serta kemampuan komunikasi yang dimilikinya.

Hasil dari penilaian tersebut, maka pilih Seed yang dapat merekrut beragam jenis anggota jaringan target
penasun. Seed direkrut sebagai orang yang dapat memotivasi orang lain untuk ikut dalam program dan mereka
harus mendukung tujuan dari program ini. Di samping itu seed ini diusahakan berasal dari orang dengan
karakteristik yang beragam, karakteristik tersebut misalnya umur, jenis kelamin, wilayah tempat tinggal, status
sosial dan ekonomi, dan sebagainya (seperti tabel). Berpeluang terpilih Seed apabila semakin beragam kenalan di
komunitas yang terkait dan
umumnya diusulkan kepada para anggota pekerja dari target populasi untuk bertindak sebagai seed. Seed tersebut
seharusnya dikenal baik dan diterima luas oleh kalangan mereka dan diusahakan berasal dari berbagai kelompok
umur dan tinggal di wilayah yang berbeda di kota yang disurvei serta dari latar belakang sosial ekonomi yang
beragam. Sebagai contoh untuk pelaksanaan di Kota X, seed dipilih dari setiap daerah tongkrongan yang tersebar
di seluruh wilayah Kota X. Karakteristik dari setiap seed di Kota X dapat dilihat seperti tabel berikut: Sebaran Seed
di Kota X menurut Wilayah tongkrongan dan Karakteristik.

Tabel 6 Karakteristik Responden Setiap Seed

Usia Status Pekerjaan Menikah


Seed <= 20 Mahasiswa/ Tidak
>20 tahun Pekerja Pengangguran Menikah
tahun Pelajar Menikah
1 - √ - √ - - √
2 √ - √ √ - √ √
3 - √ - - √ √ -

Dalam proses pemililhan seed sebisa mungkin dibangun dari keragaman karakter populasi di setiap
jejaringnya, untuk itu perlu dilakukan pemilihan seed yang lebih beragam agar responden yang akan terekrut
memiliki pola yang beragam meski dalam perkembangannya setiap seed tidak mesti akan merekruit populasi yang
homogen. Berikut ini contoh keragaman jaringan di setiap populasi kunci yang dapat dijadikan acuan dalam
pemilihan seed .

Tabel 7 Keragaman Jaringan Populasi Kunci yang Dimiliki oleh Calon Seed

Keragaman calon seed LSL Keragaman calon seed Penasun


Status perkawinan, usia, pendidikan Status perkawinan, usia, pendidikan
Area letak tempat mereka tinggal (Utara, Selatan, Timur, Area letak tempat mereka tinggal (Utara, Selatan,
Barat, dan Tengah) Timur, Barat, dan Tengah)
Identitas diri Lama menggunakan Naza
Berhubungan seks dengan perempuan Pola membeli Napza (pantungan, mandiri)
Menjual Seks Jenis Napza yang disuntikan
Bekerja Bekerja
Memiliki posisi penting di publik Memiliki posisi penting di publik
Pernah di jangkau LSM Pernah dijangkau LSM

Pada awalnya dipilih sebanyak 3 seed namun apabila dalam tenggang waktu survei, besar sampel belum
terpenuhi bisa ditambahkan beberapa seed lagi. Sesudah para seed memahami prosedur survei dengan baik, seed
diwawancarai dan diambil spesimen biologisnya. Setelah tahapan ini selesai, mereka akan diberikan 3 (tiga) kupon
perekrutan yang tidak dapat digandakan (kupon berwarna) yang diberi nomor dalam sebuah cara sedemikian rupa
sehingga akan memungkin bagi para pelaksana survei untuk menelusuri jejak dari siapa merekrut siapa sehingga
setelah survei selesai bisa dibuat diagram pohon untuk mengetahui hierarki perekrutan.

2.3.1.2Penomoran dan Pengkodean Kupon

Penomoran kupon RDS menjadi titik kritikal dalam pelaksanaan RDS, penomeran akan dilakukan oleh
manager kupon menggunakan aturan penomeran standar RDS, dalam STBP kali akan disepakati penomoran RDS
akan dimulai dari 3 (tiga) digit awal berupa 2 digit kode kota dan 1 digit populasi yang sudah ditentukan mengikuti
table dibawah ini:
Tabel : Kode 3 (tiga) digit awal RDS
kd_kota Kota urut Kd_kota_RDS_Penasun Kd_kota_RDS_LSL
1101 Simeulue 01 012
1105 Aceh Timur 02 022
1275 Kota Medan 03 031
1371 Kota Padang 04 041 042
1672 Kota Prabumulih 05 052
1871 Kota Bandar Lampung 06 061 062
2171 Kota Batam 07 071 072
3171 Jakarta Selatan 08 082
3172 Jakarta Timur 09 091
3175 Jakarta Utara 10 102
3201 Bogor 11 111 112
3202 Sukabumi 12 121
3217 Bandung Barat 13 131
3271 Kota Bogor 14 142
3272 Kota Sukabumi 15 151
3273 Kota Bandung 16 161 162
3275 Kota Bekasi 17 171
3276 Kota Depok 18 181 182
3372 Kota Surakarta 19 192
3373 Kota Salatiga 20 201
3376 Kota Tegal 21 212
3471 Kota Yogyakarta 22 222
3528 Pamekasan 23 232
3572 Kota Blitar 24 242
3574 Kota Probolinggo 25 252
3576 Kota Mojokerto 26 262
3578 Kota Surabaya 27 271 272
3603 Tangerang 28 282
3672 Kota Cilegon 29 292
3674 Kota Tangerang Selatan 30 301 302
5103 Badung 31 311 312
5108 Buleleng 32 322
5171 Kota Denpasar 33 332
5271 Kota Mataram 34 342
7171 Kota Manado 35 352
7371 Kota Makassar 36 361 362
9412 Mimika 37 372

Kupon akan membawa pesan netral yang tidak akan mungkin mengidentifikasi pemegang sebagai seorang
Penasun atau LSL tetapi akan merinci informasi tentang bagaimana mengakses Drop-In Center (termasuk nomor
telepon). Setiap perekrut akan menerima tiga kupon dengan penomoran yang spesifik untuk diberikan kepada 3
(tiga) teman komunitas dalam jejaring responden, kopon tersebut sebaiknya diberikan kepada teman yang
memiliki jejaring luas agar seed dapat terus hidup (perekrutan berjalan). Kupon wajib dibawa karena akan
digunakan untuk penomeran responden berikutnya. Penomeran kupon dalam STBP kali ini dapat mengikuti
prosedur sebagai berikut: Apabila calon responden merupakan seed awal makan penomeran dilakukan dengan
menggunakan 3 (tiga) digit awal RDS ditambahkan 1 digit nomer seed, sebagai contoh kasus seseorang ditunjuk
menjadi seed ke 2 populasi LSL di Jakarta Utara, maka yang bersangkutan akan mendapatkan nomor 1022, tiga
digit (102) merupakan kode RDS LSL di Jakarta Utara dan digit ke-4 (2) merujuk informasi yang bersangkutan
merupakan seed ke-2. Kemudian setelah yang bersangkutan selesai melakukan pegambilan data maka yang
bersangkutan akan menerima 3 nomer kupon yaitu: 10221, 10222, dan 10223. Kemudian apabila pemilik kupon
10222 hadir ke DIC dan terlibat dalam STBP, maka setelah selesai akan menerima 3 kupon kembali dengan
menamahkan urut nomor 1,2, dan 3 setelah nomer kopon yang bersangkutan yaitu nomer: 102221, 102222, dan
102223. Prosedur penomoran yang sama akan dilakukan pada reponden selanjutnya. hingga seed dinyatakan mati
atau rangkaian STBP dinyatakan selesai.

Pemberian kupon dan tata cara perekrutan responden harus didasarkan pada naskah yang dibacakan dan
dimengerti oleh perekrut (terlampir) , dan dilakukan setiap kali akan melakukan perekrutan. Proses perekrutan
akan tergambarkan dalam diagram pohon, diagram ini akan membantu tim dalam memonitoring jalannya
Pendataan di lapangan sekaligus mengidentifikasi kesalahan penomeran, diagram pohon akan ditampilkan dalam
web site dengan alamat XXXX.XXXXX yang dapat diakses oleh pihak yang terlibat dalam STBP. Berikut ini simulasi
dari diagram pohon sebagai hasil dari perekrutan:

Gambar 1 Simulasi diagram pohon hasil rekruitment responden

2.3.1.3Pengelolaan Lapangan untuk survei RDS kelompok LSL dan Penasun

Pelaksanaan STBP dengan Metode RDS akan dilakukan di Drop in Center (DIC), pemilihan DIC harus
memperhatihan sebaran keberadaan populasi yang akan mengjangkau DIC (sebisa mungkin mudah diakses), selain
itu DIC sebaiknya di lokasi yang sudah dikenali populasi dan tidak ada resistensi terhadap populasi kunci. Dari sisi
pelaksanaan, lokasi DIC juga sebaiknya menyediakan tempat untuk proses wawancara yang kondusif dan
pengambilan darah yang ideal.

2.3.1.4 Pengaturan Lokasi Wawancara

Proses wawancara membutuhkan lingkungan yang kondusif, untuk itu perlu dipersiapkan lokasi
wawancara yang nyaman dan dapat menjaga privasi responden, Adapun kriteria lokasi wawancara yang
dimaksud sebagai berikut:
1. Tersembunyi dan tidak menarik perhatian masyarakat
2. Mudah dalam akses
3. Tenang dan Privasi terjaga
4. Keleluasaan yang cukup
5. Memiliki ruang pribadi untuk wawancara yang bersifat rahasia
6. Partisipan nyaman menunggu saat akan diwawancarai
7. Lokasi sebaiknya memiliki ruang untuk menunggu dengan nyaman, tempat screening dan pengurus kupon,
dapur kecil, dua ruang tertutup untuk wawancara, dan pemeriksaan Biologis, serta toilet.

2.3.1.5 Jam Buka Lokasi Wawancara


Jam operasinal DIC harus disampaikan kepada perekrut untuk disampaikan kembali kepada populasi yang
akan direkrut. Perekrut harus menyampaikan jam oprasional kepada calon responden yang tertarik terlibat hal ini
dilakukan untuk menghindari kedatangan responden di waktu yang tidak tepat yang berakibat adanya kekecewaan
calon responden yang dapat membuat responden menolak terlibat. adapun rekomendasi waktu jam buka untuk
wawancara, adalah sebagai berikut:
1. Lokasi RDS ditutup ketika waktu rehat makan siang
2. 1-2 jam setiap hari digunakan untuk perjanjian
3. Jam operasi harus ditulis dengan jelas pada kupon rujukan dan pembayaran
4. Maksimum lima wawancara dari masing-masing pewawancara dijadwalkan setiap harinya

2.3.1.6 Perlengkapan yang harus tersedia di lokasi wawancara


Sebelum memulai wawancara pengawas harus memastikan segala perlengkapan sudah tersedia, hal ini ditujukan
agar proses wawancara tidak terganggu. Setiap perlengkapan harus tersedia di setiap meja petugas, berikut ini
adalah perlengkapan yang harus tersedia di lokasi wawancara :
1. Lembar seleksi (dengan pertanyaan ukuran jaringan (lampiran)
2. Lembar Screening
3. Kupon
4. Test Kit
5. Buku Perjanjian
6. Kartu rujukan responden
7. Kalender
8. Device untuk menginput excel RDS
9. Device yang sudah diinstalkan aplikasi kuesioner offline
10. Formulir pencatatan petugas pelaksana utk RDS
11. Insentif

2.3.1.7Pengelolaan Survei Metode RDS


Manajer kupon bertanggungjawab atas lalu lintas kedatangan calon peserta. Para peserta disarankan untuk
menelepon sebelum datang (membuat perjanjian). Mereka yang menelpon akan diminta nomor kuponnya dan
dicatat untuk waktu tertentu. Tingkat kehadiran (Return rate) akan dimonitor dalam buku perjanjian. Para peserta
yang datang dengan perjanjian akan diwawancara penyeleksi lebih dahulu dari mereka yang datang tanpa
perjanjian. Penyeleksi akan menyambut calon peserta, kemudian mengecek bahwa yang direkrut belum
berpartisipasi dalam survei, membawa kupon, dan memeriksa kriteria yang memenuhi syarat. Bila sudah sesuai
penyeleksi akan merujuk orang ini ke pengawas untuk kemudian pengawas yang akan merujuk ke pewawancara
yang ada. Manajer Kupon akan mengevaluasi durasi waktu tunggu dan memberikan perjanjian untuk hari yang
sama atau hari yang lain jika diperlukan. Berikut ini contoh pengisian buku perjanjian

Tabel 8 Contoh pengisian Buku Perjanjian Kedatangan responden


Rencana Kedatangan Kedatangan
Nomer Kupon 08.30- 10:30- 13.00- 15:00-
Tanggal Tanggal Jam
10.00 12.00 14.30 16:30
2111 01/02/23 v 01/02/23 11.00
21111 02/02/23 v 02/02/23 13.00
21112 02/02/23 v 02/02/23 13.30
211113 03/02/23 v 03/02/23 09.00
21113 04/02/23 v 04/02/23 15.00

Seorang manager kupon juga berperan dalam mengelola kupon, membayarkan uang kepada peserta dan
mengelola buku log kupon atau buku perjanjian jika diperlukan. Manager kupon bertanggung jawab untuk
medokumentasikan pelaksanaan RDS, pendokumentasian RDS dilakukan menggunakan excel macro yang dibuat
untuk memudahkan pencatatan (lihat pedoman organisasi lapangan).
Sesudah menyelesaikan wawancara dan pengumpulan spesimen biologis, peserta akan ke manager kupon
dengan kartu RDS-nya. Manager kupon akan melakukan prosedur pengisian excel RDS untuk masing masing seed,
dengan langkah berikut:
1. Tentukan nomer urut responden di setiap seed secara berurutan dimulai dari nomer 1
2. Isi tanggal perekrutan sesuai tanggal kedatangan responden
3. Tananyakan nomor kupon RDS kemudian salin ke dalam kolom “nomer kupon”
4. Tentukan nomer RDS yang akan di rekrut oleh responden dengan menyalin nomer kupon yang dimiliki dan
menambahkan 1 digit di belakannya dengan angka 1 sampai dengan 3 pada masing-masing kolom
5. Salin kembali nomor RDS yang akan direkrut ke kupon yang akan dibagikan responden kepada jejaringnya
6. Manajer kupon akan menyerahkan 3 kupon dan menjelaskan prosedur (termasuk tanggal kadaluarsa kupon,
cara mengakses DIC, dan insentif yang akan diterima oleh responden) dan juga kriteria jejaring yang dapat
direkrut selanjutnya oleh responden

Kegiatan STBP untuk metode RDS akan dilakukan dalam periode waktu tidak lebih dari 3 bulan atau dapat
berakhir ketika ukuran sampel telah tercukupi. Tanggal kadaluarsa kupon akan disesuaikan dengan periode
tersebut. Manager kupon harus menetapkan tanggal kadaluarsa kupon dan mencantumkannya dalam setiap kupon
yang diberikan kepada perekrut, untuk kupon yang diedarkan di periode awal pendataan akan diberikan waktu
kadaluarsa yang dekat (1 minggu) dengan asumsi kemungkinan perekrut menemukan orang yang direkrut lebih
besar, namun seiring waktu kemungkinan ini akan semakin sulit maka manager kupon dapat melonggarkan waktu
kadaluarsa kupon hingga (2 minggu). Manager kupon harus menyampaikan hal ini kepada Perekrut, sehingga
perekrut harus mengajak jejaringnya di waktu kupon tersebut masih valid, karena jika melebihi waktu yang
ditentukan maka calon responden dianggap tidak sah dan perekrut tidak akan mendapatkan kompensasi yang telah
dijanjikan.
Manajer kupon juga akan menjelaskan kepada responden tentang kriteria orang untuk dapat mengikuti
kegiatan ini dan menjelaskan bahwa responden akan menerima kompensasi Rp. 40.000 untuk setiap orang yang
direkrutnya, proses rekrutment akan dinyatakan valid jika orang tersebut telah diambil data perilaku dan data
biologisnya. Orang yang berhasil direkrut harus diberitahukan untuk membawa kupon RDSnya saat datang ke DIC
karena kupon tersebut digunakan untuk memvalidasi untuk mengklaim pembayaran haknya, mereka juga
disarankan untuk menelepon DIC sebelum datang untuk membuat perjanjian, supaya tidak harus menunggu untuk
waktu yang lama.
Manager kupon akan menggunakan buku pembayaran RDS untuk mencatat semua responden, buku ini akan
membantu proses pembayaran baik kepada perekrut maupun kepada yang direkrut. Pembayaran kepada perekrut
yang telah membawa orang yang direkrut tidak akan diproses sebelum yang direkrut telah menyelesaikan
keikutsertaannya (berhasil diwawancara dan diambil spesimen biologisnya). Perekrut harus menunjukan kartu
RDS-nya untuk klaim pembayaran. Buku pembayaran RDS akan merinci lembar pembayaran untuk masing-masing
seed dan yang direkrut berikutnya. Buku pembayaran RDS akan dikelola sebagai berikut:

2.3.1.8 Alur implementasi RDS

Pemilihan DIC menentukan keberhasilan pelaksanaan RDS, pemilihan DIC sebaiknya dikonsultasikan
dengan tim pusat dan melibatkan Korlap di setiap provinsi. Setelah DIC ditetapkan Korlap dan Pengawas melakukan
diskusi dengan semua pihak yang mengetahui jejaring sosial populasi kunci untuk menentukan siapa yang akan
menjadi calon seed. Calon seed terpilih akan langsung ditetapkan menjadi responden dan apabila sudah
meneyelesaikan pendataannya mereka akan menjadi perekrut awal, perekrut akan mencari rekan mereka yang
masih dalam satu jejaring sosial untuk dijadikan calon rekrut, mereka akan dimintakan kesediaannya untuk terlibat
dalam STBP, apabila bersedia perekrut akan menjadikan mereka rekrut (orang yang diberi kupon), rekrut akan
datang ke DIC untuk dilakukan penyeleksian oleh penyeleksi, apabila dinyatakan layak maka rekrut akan
mendapatkan informed concern dari pewawancara. Apabila responden bersedia berpartisipasi dalam STBP maka
pewawancara wajib meminta tanda tangan responden sebagai bukti kesediaanya terlibat dalam STBP dan
dilanjutkan dengan proses wawancara. Dalam proses wawancara pewawancara wajib mengikuti petunjuk yang ada
dalam setiap pertayaan, dan tidak boleh mengarahkan jawaban responden. Setelah selesai menjawab semua
pertanyaan yang relevan dengan responden, maka responden akan diarahkan untuk melakukan pengambilan
spesiment biologis, pegambilan specimen dilakukan oleh petugas biologis, jenis specimen biologis setiap populasi
berbeda, untuk populasi LSL selain diambil darah juga dilakukan pengambilan swab anal, sedangkan Penasun hanya
diambil darah. Setelah wawancara dan pengambilan spesimen biologis selesai dilakukan, maka meneger kupon
akan melakukan pembekalan kepada responden yang akan menjadi perekrut, pembekalan dilakukan agar perekrut
memahami proses rekrutment calon rekrut. Setelah pembekalan responden akan diberikan insentif utama dan
kartu rujukan, saat penyerahan kartu rujukan pegawas harus menjelaskan fungsi kartu rujukan dan prosedur
penyerahan hasil serta dijelaskan mekanisme pembayaran insentif sekunder pada kunjungan ke-2.
Pelaksana Mutu Baku
no Kegiatan
Tim Pusat Korlap Pengawas Penyeleksi Pewawancara Petugas Bio Manager Kupon Persyaratan Waktu output

terdapat pilihan DIC yang memenugi


1 Penentuan DIC Mulai 1 hari Lokasi DIC ditetapkan
syarat

Dilakukan indentifikasi terhadap


2 Pemilihan seed 1 hari Seed terindentifikasi
calon seed

3 Seleksi populasi calon responden telah datang ke DIC 15 menit responden benar dari populasi kunci

Responden terpilih mendapatan


4 informed concern penjelasan hak dan kewajiban dan 10 menit Persetujuan responden
diberikan kesempatan bertanya
Tempat yang nyaman untuk
wawancara dan memberikan Responden menjawab semua
5 Wawancara 60 menit
kesempatan responden untuk pertanyaan yang relevan
menjawab pertanyaan apa adanya
menjelaskan prosedur pengambilan
Sample Darah dan Swab Anal berhasil
6 Pengambilan Sample biologis spesiment biologis 30 menit
diperoleh dari responden

responden telah selesai diambil responden mengetahui kriteria yang


7 Pembekalan responden 5 menit
data perilaku dan biologis akan direkrut

responden telah mendapatkan


8 Pembayaran kunjungan 1 insentif untama dibayarkan
pembekalan

Menjelaskan furngsi kartu rujukan


Responden mendapatkan kartu rujukan
menjelaskan prosedur penyerahan
9 Penyerahan kartu rujukan 10 menit dan mendapatkan akses hasil
hasil
pemeriksaan

orang yang direkrut telah diambil


10 Pembayaran kunjungan 2 5 menit Insentif sekunder dibayarkan
data perilaku dan biologisnya

Gambar 2 Standar Operational Prosedur Implementasi STBP dengan metode RDS

2.3.2 Metode Time Location Sampling (TLS)


Metode Time Location Sampling (TLS) akan diterapkan pada tiga populasi, yaitu: Waria, WPS, dan Klien WPS.
Pemilihan responden dengan Metode ini dilakukan secara bertahap (multi stage random sampling). Pada tahap
pertama dilakukan pemilihan hotspot terpilih berdasarkan hasil pemetaan populasi tahun 2022, karena proses
pemetaan 2022 sejak awal sudah dirancang sebagai listing untuk pelaksanaan STBP kali ini, data hasil pemetaan
masih dianggap relevan karena dilakukan di tahun 2022. Dalam proses pemetaan tersebut dilakukan identifikasi
Jumlah populasi saat kedataangan tim pemetaan, kemudian dilakukan wawancara kepada informan di lokasi untuk
menayakan waktu puncak keberadaan populasi di lokasi, selain itu jika tim belum yakin dengan Jumlah populasi di
hotpot dilakukan kunjungan ulang ke hotspot di waktu lainnya. Data setiap kunjungan akan dijadikan kerangka
sample dalam memilih hotspot. Setelah hotspot terpilih maka petugas pendataan yang dipimpin pengawas akan
melakukan pemilihan sampel di hotspot tersebut.

2.3.2.1Kerangka Sampel

Pembuatan kerangka sampel untuk populasi yang menggunakan metode TLS akan dilakukan oleh tim pusat.
Sebelum menetapkan kerangka sampel final, tim pusat akan memastikan kembali kepada Koordinator lapangan
apakah ada hotspot yang belum terpetakan dalam pemetaan 2022 atau apakah pada saat ini ada hotspot yang
sudah tidak beroprasi lagi, jika ada maka koordinator lapangan harus memutahirkan angka pemetaan tersebut
dengan kondisi saat ini. Setalah dilakukan pemutahiran maka dilakukan pembuatan kerangka sampel final dengan
setidaknya mengidentifikasi minimal dua waktu pemetaan yaitu estimasi pasa saat waktu puncak dan pada saat
malam minggu.
2.3.2.2Pemilihan Hotspot

Proses pemilihan hotspot akan dilakukan oleh tim pusat dengan menggunakan metode PPS, tim akan
mengurutkan semua hotspot di setiap kota per populasi dengan menggunakan panduan geocode yang
dikumpulkan saat pemetaan, untuk hotspot dengan populasi kurang dari lima akan digabungkan dengan hotspot
lainnya baik yang ada di urutan sebelumnya atau sesudahnya hingga tidak ada lagi hotspot yang populasinya
dibawah lima. Jumlah hotspot terpilih di setiap kabupaten/kota akan sangat bergantung pada alokasi sample di
kabupaten/kota tersebut, jumlah hotspot terpilih akan dihitung dengan membagi Jumlah populasi di satu
kabupaten/kota dengan jumlah kuota hotspot, sedangkan kuota hotspot sendiri didapatkan dari sebaran jumlah
populasi di setiap hotspot, yaitu menggunakan nilai quartil pertama hotspot di kerangka sampel dengan asumsi
setidaknya 75% hotspot memiliki populasi sebesar itu. Selama pendataan, ada kemungkinan di hotspot terpilih
tersebut tidak memiliki jumlah populasi sebanyak kuota, Defisit itu akan diserap sebagai bagian dari inflasi ukuran
sampel untuk non-respons.
2.3.2.3Pemilihan responden
Pemilihan responsen di setiap hotspot dilakukan oleh pengawas dan dibantu oleh tim lapangan. Pemilihan
dilakukan dengan metode simple random sampling (SRS) dengan cara sebagai berikut:

a. Hitung jumlah populasi yang ada pada lokasi dan waktu terpilih
b. Setiap hotspot di satu kabupaten/kota akan mendapatkan alokasi kuota yang sama
c. Proses pemilihan di setiap hotspot dilakukan sebanyak tiga kali, sehingga kuota per hospot akan dibagi
menjadi empat fase.
d. Sebelum memilih, tunggu hingga 15 menit untuk memastikan total populasi yang ada (untuk mengantisipasi
populasi yang keluar masuk lokasi)
e. Pemilihan responden pertama dilakukan saat tim sampai di lokasi hotspot, responden dipilih secara acak
dengan metode SRS dari mereka yang ada di lokasi tersebut.
f. Pemilihan responden berikutnya akan dipilih dari populasi yang baru tiba di lokasi setelah 60 menit (estimasi
wawancara seorang responden) di lokasi tersebut dengan metode SRS.
g. Pemilihan responden berikutnya akan dipilih dari populasi yang baru tiba di lokasi setelah 120 menit di lokasi
tersebut dengan metode SRS.
h. Pemilihan responden terakhir akan dipilih dari populasi yang baru tiba di lokasi setelah 180 menit di lokasi
tersebut dengan metode SRS.
Skema pemilihan responden di suatu lokasi pada slot waktu tertentu dengan 2 pewawancara (skenario
menggunakan contoh pemilihan 2 responden, hal tersebut dapat berbeda di lapangan) adalah sebagai berikut:

Gambar 3 Skema pemilihan responden

Setelah mendapatkan responden, langkah selanjutnya adalah melakukan informed concern kepada
responden terpilih dan dilanjutkan dengan proses wawancara perilaku. Proses wawancara akan menggunakan
aplikasi Offline Survey. Aplikasi ini dapat di pasang (instal) di tablet atau handphone berbasis android. Pewawacara
dapat mempelajari proses wawancara melalui pedoman wawancara dengan Offline Survey. Pewawancara harus
simpan (save) hasil wawancara dalam gawai dan baru diperbolehkan mengirim file, apabila pengawas sudah
mereview jawaban responden dan menyetujui hasil pengisian file tersebut.

2.3.2.4 Lama Pendataan di hotspot


Setiap hotspot yang dipilih hanya akan dikunjungi satu kali oleh tim, Panjang interval pengambilan sampel
harus cukup panjang untuk memungkinkan tim merekrut jumlah responden yang dibutuhkan untuk memenuhi
kuota. Jika setiap responden membutuhkan kira-kira satu jam untuk menyelesaikan seluruh proses, dan jika
interval waktunya 4-5 jam, maka setiap pewawancara harus dapat menyelesaikan 4-5 responden per malam. Jika
ada tiga pewawancara per tim, ini berarti antara 12 dan 15 responden dapat direkrut
2.3.2.5Prosedur Pendokumentasian TLS
Informasi untuk menghitung bobot sampling akan dikumpulkan dalam basis data yang dikembangkan di
tingkat pusat untuk setiap kelompok populasi kunci di setiap kabupaten. Informasi yang dibutuhkan untuk
menghitung bobot diantaranya : Identitas Kabupaten/kota, Ukuran total (jumlah populasi kunci) untuk semua
hospot di kabupaten/kota, dan Kuota target per kabubapaten. Berikut ini contoh pembuatan dokumentasi hotspot
di tinggkat pusat

Tabel 9 Dokumentasi Populasi dan sampel di Tingkat Pusat per populasi

Provinsi Kabupaten Total


No Jenis Populasi Kuota Sampel
/kota Populasi Kunci
1 Jawa Barat Bandung LSL 3450 400
2 Jawa Barat Bandung Penasun 120 67
3 Jawa Barat Bandung Waria 345 125
4 Jawa Barat Bekasi WPS 634 300
5 Jawa Barat Bekasi Pelanggan 350

Untuk dapat menghitung bobot juga perlu dilakukan pendokumentasiaan proses di lapangan,
pendokumentasian dilakukan terhadap setiap hotspot terpilih dengan memuat informasi : ID Hotspot; jumlah
populasi yang diharapkan didapatkan di hotspot (pada saat pemilihan kluster); Jumlah populasi aktual (pada saat
peristiwa pengambilan sampel); dan jumlah populasi yang dipilih (termasuk semua non-respons). Jika jumlah
populasi yang dipilih di bawah ukuran kuota hotspot – jumlah sebenarnya yang dipilih harus dicatat

Tabel 10 Dokumentasi Populasi dan sampel di Tingkat Kabupaten/kota per populasi

2.3.2.6Prosedur perhitungan rate partisipasi dan non respons


Setiap orang yang terpilih menjadi responden akan langsung diberi nomor ID responden, setelah itu responden
akan mengikuti rangkaian pendataan hingga akhir. Setiap responden akan memiliki status akhir yang akan dicatat
dalam formulir harian pengawas (terlampir), catatan ini akan diimput kedalam database terpisah. Database ini
akan mencatat status per orang yang direkrut dengan informasi sebagai berikut:
1. ID responden
2. ID hotspot
3. Kode status
a. Menolak untuk terlibat dengan perekrut (khusus TLS)
b. Menolak persetujuan
c. Wawancara tidak lengkap
d. Menolak pengambilan darah
e. Pengumpulan sampel darah dan atau usap gagal
f. Berhasil menyelesaikan semua komponen studi
Responden dengan status a hingga d akan dinyatakan sebagai non respons, perhitungan non respon akan dilakukan
setelah proses pendataan selesai di setiap kabupaten/kota. Perhitungan sampel setiap populasi sudah menetapkan
perkiraan non respon, sehingga tidak ada sampel pengganti apabila calon responden menolak berpartisipasi atau
menyudahi pengumpulan data.
2.3.2.7Kekuatan dan Keterbatasan dari TLS
a. Kekuatan
• Dianggap keterwakilan atau mendekati cluster sampling
• Efisien untuk jarang atau sulit dijangkau populasinya
• Tidak perlu daftar lengkap individu dalam kelompok populasi kunci
b. Keterbatasan
• Butuh "peta" lengkap dari venueday- waktu
• Cukup sulit untuk divalidasi
• Bias terhadap mereka yang kerap hadir di tempat mangkal, tapi tidak memasukan mereka yang jarang hadir

2.3.2.8 Alur implementasi TLS

Implementasi TLS dimulai dengan melakukan pemilihan hotspot, pemilihan hotspot didahului dengan
proses finalisasi listing. Listing diperoleh dari hasil pemetaan populasi kunci tahun 2022, namun sebelum dilakukan
pemilihan tim pusat memberikan kesempatan masing-masing Koordinator lapangan untuk memperbaharui data
hasil pemetaan tersebut dengan situasi terkini. Setelah listing sudah dinyatakan final maka tim puasat akan
melakukan pemilihan hotpot di masing-masing kabupaten/kota, informasi hotspot terpilih akan diserahkan kepada
Koordinator lapangan dan diteruskan kepada masing-masing pengawas. Pengawas dibantu oleh tim lapngan
lainnya akan melakukan pemilihan sampel di setiap hotspot dengan menggunakan prosedur yang telah ditetapkan.
Hasil pemilihan responden kemudian disampaikan kepada pewawancara untuk diberikan informed concern.
Apabila responden bersedia berpartisipasi dalam STBP maka pewawancara wajib meminta tanda tangan
responden sebagai bukti kesediaanya terlibat dalam STBP dan dilanjutkan dengan proses wawancara. Dalam
proses wawancara pewawancara wajib mengikuti petunjuk yang ada dalam setiap pertayaan, dan tidak boleh
mengarahkan jawaban responden. Setelah selesai menjawab semua pertanyaan yang relevan dengan responden,
maka responden akan diarahkan untuk melakukan pengambilan spesiment biologis, pegambilan specimen
dilakukan oleh petugas biologis, jenis specimen biologis setiap populasi berbeda, untuk WPS selain diambil darah
juga dilakukan swab vaginal, untuk waria selain darah juga diambil swab anal, dan untuk pelanggan hanya diambil
darah. Setelah wawancara dan pengambilan spesimen biologis selesai dilakukan maka langkah selanjutnya adalah
penyerahan kartu rujukan, saat penyerahan kartu rujukan pegawas harus menjelaskan fungsi kartu rujukan dan
prosedur penyerahan hasil, selain menyerahkan kartu pengawas juga memberikan kompensasi kepada setiap
responden yang selesai.
Pelaksana Mutu Baku
no Kegiatan
Tim Pusat Korlap Pengawas Pewawancara Petugas Bio Persyaratan Waktu output

Mulai korlap mendapatkan hasil pemetaan


1 Finalisasi hasil listing 3 hari Update data Listing hotspot
terakhir

Data semua hotspot sudah Daftar Hotspot terpilih


2 Pemilihan hotspot 2 hari
terpetakan setidaknya di dua waktu Kuota per hotspot

Daftar responden terpilih


3 Pemilihan responden Memastikan semua populasi hadir 5 jam
rencana pendataan

Responden terpilih mendapatan


4 informed concern penjelasan hak dan kewajiban dan 10 menit Persetujuan responden
diberikan kesempatan bertanya
Tempat yang nyaman untuk
wawancara dan memberikan Responden menjawab semua
5 Wawancara 60 menit
kesempatan responden untuk pertanyaan yang relevan
menjawab pertanyaan apa adanya
menjelaskan prosedur pengambilan
Sample Darah, Swab Vagin, dan Swab
6 Pengambilan Sample biologis spesiment biologis 30 menit
Anal berhasil diperoleh dari responden

Menjelaskan furngsi kartu rujukan


Responden mendapatkan kartu rujukan
Selesai menjelaskan prosedur penyerahan
7 Penyerahan kartu rujukan 10 menit dan mendapatkan akses hasil
hasil
pemeriksaan

Gambar 4 Standar Operational Prosedur Implementasi STBP dengan metode TLS


Lampiran

Naskah Proses Rekrutmen Peserta Survei

Panduan saat akan membagikan kupon dan proses rekrutmen kepada peserta survei.

Terdapat tiga kupon untuk digunakan ketika merekrut orang lain yang Anda kenal siapa (menyebutkan perilaku).
Harap pastikan bahwa orang yang anda beri kupon tersebut memang layak (tambahkan kriteria kelayakan) dan
belum pernah menerima kupon ini dari orang lain (artinya belum pernah berpartisipasi dalam survei ini). "
“Mari ke pertanyaan tentang berapa banyak orang yang dikenal dan mereka mengenal anda dan anda telah melihat
mereka dalam satu bulan terakhir yang juga (kriteria inklusi Penasun/LSL). Jumlah yang anda berikan adalah
______.”
“Ketika sudah memutuskan kepada siapa untuk memberikan kupon, jangan berikan kupon kepada orang asing
yang anda tidak begitu kenal. Saat ini dapatkah Anda memikirkan tiga (dua atau satu) orang yang anda maksudkan
pada jawaban diatas, kepada siapa anda akan memberikan kupon? berikan kupon untuk berbagai jenis orang yang
anda kenal (misalnya, usia yang berbeda, tingkat pendapatan yang berbeda, dari lokasi yang berbeda di kota ini,
wanita dan pria (penasun)."
“Tolong beri tahu anggota tim anda bahwa penelitian ini bersifat anonim dan rahasia dan bahwa informasi yang
diberikan digunakan untuk mengembangkan program kesehatan. Jika seseorang menerima kupon, beri tahu
mereka alamat tempat mereka dapat diwawancarai dan beri tahu mereka bahwa mereka dapat menelepon nomor
di kupon untuk membuat janji. Juga, jelaskan kepada mereka bahwa survei akan memakan waktu setidaknya satu
jam. Anda juga dapat menjelaskan bahwa jika mereka memilih, mereka dapat menerima HIV dan hasil tes lainnya
dan menerima konseling pra dan pasca sukarela”
“Silakan lihat kuponnya. Setiap kupon memiliki dua bagian dengan nomor unik yang terisi. Ini adalah nomor khusus
untuk orang yang anda beri kupon. Ada tanggal kedaluwarsa pada kupon. Tolong beritahu rekrutan Anda untuk
datang ke survei sebelum tanggal kedaluwarsa ini. "
“Tolong beri bagian atas (kupon perekrutan) kepada orang yang Anda rekrut. Bagian bawah (kupon penggantian)
adalah agar Anda dapat mengklaim penggantian ketika merekrut salah satu rekan Anda. ” dilakukan setelah
wawancara selesai.
“Setelah Anda memberikan kupon kepada rekan, dan mereka mendaftar ke ruang belajar dan menyelesaikan
wawancara, Anda dapat mengambil penggantian setelah wawancara teman anda selesai”
“Hanya Anda yang bisa merekrut rekan anda dengan kupon Anda. Jika Anda memiliki orang lain yang merekrut
rekan anda yang sama untuk Anda,maka Anda tidak memenuhi syarat untuk menerima penggantian uang Anda.
Ingat untuk menjaga bagian bawah kupon karena Anda tidak akan dapat mengklaim insentif Anda tanpa itu. ”

"Terima kasih atas partisipasinya. Apakah ada pertanyaan?”


Buku Rencana Kedatangan
PROVINSI :
KABUPATEN KOTA :
DIC :
KODE SASARAN :
SEED :
NO HALAMAN :
NOMOR FOMULIR : MK1-
(MK1 -PROV-KAB-DIC-KODE SASARAN-SEED-NO. HALAMAN)

no Rencana Kedatangan Kedatangan


Nomer Kupon 08.30- 10:30- 13.00- 15:00-
Tanggal Tanggal Jam
10.00 12.00 14.30 16:30
Formulir tracking kupon
PROVINSI :
KABUPATEN KOTA :
NAMA DIC :
NAMA MANAJER KUPON :
KELOMPOK SASARAN :
NOMOR SEED :
NOMOR HALAMAN :
NOMOR FOMULIR : MK2-
(MK2 -PROV-KAB-DIC-KODE SASARAN-SEED-NO. HALAMAN)

ID Kupon yang diberikan


Tanggal Nomer Kupon
Responden Kupon 1 Kupon 2 Kupon 3

Anda mungkin juga menyukai