Anda di halaman 1dari 14

7.

ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK KELAINAN TIROID

Semester :6
Modul : Ketrampilan Klinis 4
Waktu : 200 menit

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah melakukan skill lab ini, mahasiswa diharapkan dapat :
1. Mempraktekkan ketrampilan anamnesa kasus kelainan tiroid
2. Mempraktekkan ketrampilan pemeriksaan fisik kelainan tiroid
3. Menggunakan skoring kelainan tiroid untuk mendiagnosa kelainan tiroid
4. Mengenali kasus penyakit endokrin yang bersifat darurat khususnya komplikasi
tirotoksikosis meliputi gejala dan tanda dan membuat diagnosis beradasarkan dugaan dan
kelainan klinis (skor menurut Burch-Wartofsky)

B. ALAT DAN BAHAN


1. Penlight
2. Termometer
3. Stetoskop
4. Kertas
5. Pasien standart

C. RENCANA PEMBELAJARAN
Durasi 200 menit (100 menit daring dan 100 menit luring)
Panduan 100 menit pertama dilakukan secara sinkronus :
Tutor 1. Instruktur melakukan pretest terkait materi skill
2. Instruktur membimbing/memandu mahasiswa melakukan anamnesis dan
pemeriksaan kelainan tiroid serta menilai kegawatan pada tiroid (krisis tiroid)
3. Instruktur melakukan penilaian terhadap penampilan setiap mahasiswa dalam
melakukan anamnesis dan pemeriksaan kelainan tiroid, dengan video yang
dikirimkan kepada masing-masing instruktur dengan durasi maksimal 8 menit
100 menit kedua dilakukan secara asinkronus :
1. Instruktur mengamati dan memberikan feedback terhadap tugas video mahasiswa
saat melakukan anamnesis dan pemeriksaan pada tiroid
2. Instruktur memberikan penilaian dengan i-class maksimal hari Sabtu, 12 Maret
2022 jam 12.00
Tugas 100 menit pertama dilakukan secara sinkronus :
Mahasiswa 1. Mahasiswa mengerjakan soal pretest dari instruktur
2. Mahasiswa memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh instruktur terkait
anamnesis kelainan tiroid
3. Mahasiswa memperhatikan instruktur ketika memandu melakukan anamnesis dan
pemeriksaan kelainan tiroid serta menilai kegawatan pada tiroid (krisis tiroid)
4. Membuat tugas video anamnesis dan pemeriksaan kelainan tiroid paling lambat
hari Jumat, 11 Maret 2022 jam 10.00
100 menit kedua dilakukan secara asinkronus :
1. Mahasiswa membuat tugas video
2. Mahasiswa mempraktekkan anamnesis dan pemeriksaan kelainan tiroid
D. DASAR TEORI
Penentuan diagnostik
Kelainan fungsi tiroid dapat mengakibatkan hipertiroid maupun hipotiroid. Kedua kelainan
tersebut dapat dilakukan tes diagnostik menggunakan skor/index. Skor untuk menentukan
hypertiroid berbeda dengan skor untuk menentukan hypotiroid.
Pada kasus dengan kecurigaan ada pembesaran kelenjar thyroid (struma) maupun tanpa
pembesaran dapat dilakukan anamnesis untuk menentukan gejala, sedangkan pemeriksaan
fisik dilakukan untuk menentukan tanda.

PEMERIKSAAN FISIK THYROID


ANATOMI Kelenjar Thyroid.
Kelenjar thyroid berbentuk seperti kupu-kupu, terdapat dileher depan. Terdiri dari 2 lobus
yang teletak disepanjang trakea. Kedua lobus dihubungkan dengan daerah yang menyempit
disebut isthmus

Letak anatomis kelenjar Thyroid

E. PROSEDUR PEMERIKSAAN FISIK


 INSPEKSI
Waktu memeriksa kelenjar tiroid hendaknya diperhatikan arah sinar yang tepat, sehingga
masih member gambaran jelas pada kontur, relief, tekstur kulit maupun benjolan.
Posisi pasien sebaiknya duduk selama pemeriksaan dengan leher terlihat sampai dada
atas.Pastikan posisi pasien nyaman. Pemeriksa ada di sebelah depan penderita. Sebelum
pemeriksaan, tangan pemeriksa dicuci terlebih dahulu.
Dengan dagu penderita agak diangkat, perhatikan struktur di bagian bawah-depan leher.
Bila diperlukan atau kurang pencahayaan di kamar periksa, dapat diamati dengan sinar
senter kecil dari arah tangensial.
Amati adanya pembesaran & scar / bekas operasi.
Untuk memastikan serta melihat gambaran lebih jelas pembesaran kelenjar
tiroid/gondok/ struma/goiter maka penderita diminta untuk membuat gerakan menelan.
Bila kelenjar tiroid ini ikut bergerak saat menelan dipastikan ada pembesaran
tiroid/gondok.
Inspeksi dengan manuver penderita diminta gerakan menelan

 PALPASI
Posisi pemeriksa dibelakang penderita. Pemeriksa bisa dalam posisi berdiri atau duduk
setinggi penderita. Penderita menoleh ke kanan untuk memeriksa tiroid kanan, kemudian
menoleh ke kiri untuk memeriksa tiroid kiri. Dengan jari telunjuk (dan atau jari tengah)
kedua tangan meraba daerah tiroid (kedua lobus dan isthmus). Kedua daerah tiroid
diperiksa dengan bantuan penderitadiminta melakukan gerakan menelan.
Catat:
1. ukuran
2. bentuk
3. permukaan
4. adanya nodul
5. konsistensi
6. nyeri tekan
7. mobilitas
8. adanya thrill/getaran

1. Ukuran: catat pembesarannya


Untuk keperluan epidemiologi, gradasi pembesaran kelenjar tiroid menggunakan
klasifikasi Perez (modifikasi), sebagai berikut :
Derajat 0 : subjek tanpa gondok
Derajat IA: subjek dengan gondok teraba membesar tetapi tidak terlihat meskipun
leher sudah ditengadahkan maksimal
Derajat IB: subjek dengan gondok teraba membesar tetapi terlihat dengan sikap
kepala biasa, artinya leher tidak ditengadahkan
Derajat II: subjek dengan gondok terlihat – visible
Derajat III: subjek dengan gondok besar sekali, terlihat dari beberapa meter
2. bentuk: rata/difus atau irreguler
3. permukaan halus atau berbenjol
4. Nodul: adakah nodul, jumlahnya?, letaknya?, ukurannya? Nyeri tekan?, mobilitas?
5. Konsistensi: lunak (normal), kenyal (goiter), keras (keganasan)
6. Nyeri tekan: bila positif kemungkinan tyroiditis.
7. Mobilitas: bagaimana terhadap struktur dibawahnya? Pasien disuruh menelan.
8. Teraba thrill (getaran akibat bruits)

 PERKUSI
Pemeriksaan dari arah depan kanan penderita, perkusi dilakukan ujung lobus paling
bawah ke belakang/menyamping ke kedua lobus tyhroid. Juga diperlukan perkusi di
daerah retrosternal apabila terdapat pembesaran kearah daerah tersebut
 AUSKULTASI
Dengarkan adanya bruits pada tiap lobus yang ditimbulkan karena peningkatan aliran
darah ke thyroid akibat kolateral pembuluh darah karena malignancy.

PEMERIKSAAN FISIK PADA HIPERTIROID


1. Pemeriksaan umum status gizi kurang/underweight
2. Kulit:
 alopecia,
 palmar eritem (kemerahan pada telapak tangan) gambar bawah
 Flushing
 Basah di kedua telapak tangan (hiperhidrosis)

 Miksedema pretibial : kelainan ditemukan di atas sendi engkel agak di lateral, non
pitting, warna kulit ungu kemerahan
3. Tangan:
 berkeringat
 fine finger tremor
Pasien meluruskan tangan ke depan dan diletakkan kertas di atasnya. Amati getaran
/ tremor yang ditimbulkan

 onchylosis (kelaianan pd kuku)

onchylosis (kelainan pd kuku)

4. Pulsus: sinus takikardi (frekuensi > 100 x/menit, reguler) atau atrial fibrilasi (pulsus
deficit, irreguler biasanya > 100 x/menit �lebih jelas dengan pemeriksaan EKG/rekam
jantung)
5. Mata:
 Staring : mata membelalak seperti ketakutan
 Dalrymple sign: apertura palpebra yang lebar
 Von Graefe sign / lid lag: keterlambatan gerak palpebra mengikuti gerak bola mata
ke bawah
 Stelwag sign: gerakan kedip mata berkurang
 Joffroy sign: gerakan memandang ke atas tanpa diikuti kerut kulit dahi
 Moebius sign: kesulitan konvergensi mata
 Periorbital edema

TANDA HIPOTIROID:
Kelainan pada mata
F. INDEKS DIAGNOSTIK UNTUK MENILAI FUNGSI THYROID
A. HIPERTIROID
Indeks Wayne
Gejala Skor Tanda Skor
Ya/ tdk Ya/tdk
Sesak bila bekerja +1 Kelenjar tiroid teraba +3 / -3
Berdebar – debar +2 Bising kelenjar tiroid +2 / -2
Kelelahan +2 Exopthalmos +2
Lebih suka udara panas -5 Kelopak mata tertinggal/lid lag +1
Lebih suka udara dingin +5 Gerakan hiperkinetik +4 / -2
Keringat berlebihan +3 Tangan panas +2 / -2
Kegugupan/kegelisahan +2 Tremor halus jari +1
Nafsu makan bertambah +3 Tangan basah +1 / -1
Nafsu makan berkurang -3 Fibrilasi atrium +4
BB naik -3 Nadi teratur :
BB turun +3  < 80 x / mnt -3
 80 – 90 x / menit 0
 > 90 x/ menit +3
Jumlah Jumlah
Keterangan :
Nilai < 10 : Eutiroid , Nilai 10 – 19 : meragukan , Nilai > 20 : Hipertiroid .

Indek New Castle


Keterangan Grade Skor
Usia 15 – 24 0
25 – 34 +4
35 – 44 +8
45 – 54 +12
> 55 +16
Gangguan jiwa Ada / tidak ada -5 / 0
Keragu raguan Ada / tidak ada -3 / 0
Kegelisahan Ada / tidak ada -3 / 0
Nafsu makan meningkat Ada / tidak ada +5 / 0
Struma Ada / tidak ada +3 / 0
Bising kelenjar tiroid Ada / tidak ada +18 / 0
Eksopthalmos Ada / tidak ada +9/0
Kelopak mata tertinggal/lid lag Ada / tidak ada +2 / 0
Tremor halus jari (fine finger tremor) Ada / tidak Ada +7 / 0
Rata – rata frekuensi nadi permenit > 90 +16
80 - 90 +8
<80 0

Jumlah
Keterangan :
Nilai : ( -11 ) – ( + 23 ) : Eutiroid Nilai : ( + 24 + - ( + 39 ) : meragukan
Nilai : ( + 40 ) – ( + 80 ) : Hipertiroid.
B. HIPOTIROID
Index Billewicz
Keterangan Grade Skor
Keluhan
Keringat sedikit Ada / tidak + 6 / -2
Kulit kering Ada / tidak +3 / -6
Tidak tahan dingin Ada / tidak +4 / -5
BB bertambah Ada / tidak +1 / -1
Konstipasi Ada / tidak +2 / -1
Suara serak Ada / tidak +4 / -6
Kesemutan Ada / tidak +5 / -1
Pendengaran berkurang Ada / tidak +2 / -1
Tanda
Gerakan lambat Ada / tidak +11 / -3
Kulit kasar Ada / tidak +7 / -7
Kulit dingin Ada / tidak +3 / -2
Udem perianal Ada / tidak +4 /-6
Nadi < 60 x / menit Ada / tdak +4 / -4
Reflek tendo achiles melambat Ada / tidak +15 / -6
Keterangan :
Nilai : +19 : Hipotiroid. Nilai -24 s/d 19 : meragukan
Nilai –24 : Eutiroid

G. SKENARIO
Kasus 1
Seorang wanita usia 40 tahun datang dengan keluhan berdebar-debar, berat badan turun,
dan tangan berkeringat, sesak nafas, mudah gugup, tidak tahan udara panas, nafsu makan
baik
Nadi irreguler 140 x/menit, mata membelalak, kelopak mata tertinggal, tangan basah
1. Cari informasi & pemeriksaan lain yang perlu ditambahkan!
2. Tentukan skor hipertiroid dengan index Wayne !

Kasus 2
Laki-laki usia 45 th datang dengan keluhan sulit BAB, kulit kering & jarang berkeringat.
Merasa tambah gemuk, terdapat kesemutan di tungkai kanan & kiri.
Pada pemeriksaan leher, teraba benjolan dileher depan, kulit kasar & dingin, HR 54 x/menit
1. Cari informasi & pemeriksaan lain yang perlu ditambahkan!
2. Tentukan skor hipotiroid dengan index Billewicz !
H. CHECK LIST
Nilai
No Aspek ketrampilan dan medis yang dilakukan
0 1 2
Persiapan pemeriksaan
 Penderita duduk nyaman.
1
 Meminta penderita untuk membuka baju dari leher sampai dada depan.
 Meminta penderita untuk mengangkat dagu.
Langkah-Langkah Pemeriksaan Kelenjar Thyroid
INSPEKSI :
 Melakukan inspeksi tiroid dari depan
PALPASI :
 Pemeriksa ada di belakang penderita (berdiri atau duduk setinggi penderita)
 Melakukan interpretasi 8 hal sebagai berikut:
1. ukuran : Klasifikasi Perez
2. bentuk
3. permukaan
2 4. adanya nodul
5. konsistensi
6. nyeri tekan
7. mobilitas
8. adanya thrill/getaran
PERKUSI :
 Melakukan perkusi di kelenjar tiroid
AUSKULTASI :
 Mendengarkan bruit tiap lobus tiroid (khususnya lobus kanan)

Pemeriksaan fungsi tiroid (hiper dan hipotiroid)


1. Anamnesis gejala hipertiroid, melakukan skor indeks Wayne serta
3 menginterpretasi hasil skor
2. Anamnesis gejala hipotiroid, melakukan skor indeks Billewicz serta
menginterpretasi hasil skor
Jumlah
Keterangan skor 0 : mahasiswa tidak melakukan
1 : mahasiswa melakukan namun belum tepat
2 : mahasiswa benar-benar melakukan dengan tepat
KRISIS TIROID

A. DASAR TEORI
Krisis tiroid (=thyroid storm) adalah suatu komplikasi tirotoksikosis yang amat membahayakan
dan harus segera diberikan penatalaksanaan.Karena angka mortalitas cukup tinggi (10-70 %),
sehingga kecurigaan klinis krisis tiroid saja cukup untuk menjadi dasar kita untuk mengadakan
tindakan agresif. Kecurigaan diagnosis klinis krisis tiroid didasarkan atas dugaan dan kelainan
klinis.
Hampir semua kasus krisis tiroid diawali oleh faktor pencetus atau penyakit.
Berdasarkan tes faal tiroid kita tidak dapat membedakan kasus krisis tiroid dan kasus
tirotoksikosis tanpa komplikasi. Tirotoksikosis adalah sindroma hipermetabolisme dan
hiperaktivitas di sebagian besar tubuh manusia, disebabkan karena kadar fT4 dan/atau fT3
meningkat. Dapat disebabkan karena tidak terkendalinya produksi hormone pada morbus Graves,
struma multinoduler toksik, tiroiditis atau radiasi kelenjar, tiroiditis otonom, karsinoma atau
jaringan tiroid ektopik. Penyebab utama dan tersering dari tirotoksikosis adalah penyakit Graves.
Manifestasi klinik tirotoksikosis:
Gejala-gejala (nervositas, capek, lemah lesu, keringat berlebihan, tidak tahan hawa panas,
tremor, hiperaktivitas, palpitasi, nafsu makan bertambah, berat badan turun dan gangguan
menstruasi).
Tanda-tanda (hiperaktivitas, takikardi, aritmia atrial/atrial fibrilasi, hipertensi sistolik, kulit yang
basah-halus dan hangat, tremor pada jari-jari tangan (fine finger tremor), mata
membelalak/eksoftalmos, lid lag sign positif (kelambatan gerak palpebra mengikuti gerak bola
mata ke bawah), Joffroy sign positif (gerakan memandang ke atas tanpa diikuti kerut kulit dahi),
hiperrefleksi dan kelemahan otot).
Tanda yang mengarah ke penyakit Graves yaitu : gondok difus, oftalmopati, dermopati dan
akropakhi tiroid.
Karena tolok ukur biokimiawi krisis tiroid tidak ada maka diagnosis didasarkan atas dugaan dan
kelainan klinis.
Dugaan krisis tiroid didasarkan atas trias:
1. Menghebatnya gejala dan tanda tirotoksikosis
2. Hipertermia
3. Penurunan kesadaran
Faktor-faktor pencetus (precipitating factors) yang menimbulkan krisis tiroid antara lain:
 infeksi
 stress emosional
 penyakit akut, misal infark miokard akut, stroke, tromboemboli paru
 gangguan psikosis akut
 tindakan bedah non tiroid
 partus/proses persalinan
 pasca terapi radionuklir dengan radioiodine
 pasca tiroidektomi
 pasca pemberian terapi iodine dosis tinggi (iodine exposure)
 pemeriksaan radiologi dengan kontras Iod (radiocontrast dye)
 terputusnya pengobatan dengan obat anti tiroid
 terapi dengan amiodarone
 manipulasi berlebihan pada kelenjar tiroid
Kalau trias ini terlihat, barulah kita gunakan skor Burch-Wartofsky, yang menekankan tiga gejala
pokok: hipertermi, takikardi dan disfungsi susunan saraf.
Kriteria diagnostik untuk krisis tiroid (Burch-Wartofsky, 1993)
Disfungsi pengaturan panas Skor Disfungsi kardiovaskuler Skor
Suhu 37,2 – 37,7 C o
5 Takikardia 99-109 5
37,8 – 38,2 C
o
10 110-119 10
38,3 – 38,8 C
o
15 120-129 15
38,9 – 39,3 C
o
20 130-139 20
39,4 – 39,9 C
o
25 ≥ 140 25
≥ 40 C
o
30 Gagal jantung
Efek pada susunan saraf pusat Tidak ada 0
Tidak ada 0 Ringan (udem kaki) 5
Ringan (agitasi) 10 Sedang (ronki basal) 10
Sedang (delirium, psikosis, letargi berat) 20 Berat (udem paru) 15
Berat (koma, kejang)
30 Fibrilasi atrium
Disfungsi gastrointestinal-hepar Tidak ada 0
Tidak ada Ada 10
Ringan (diare, nausea/muntah/nyeri perut) 0
Berat (ikterus tanpa sebab yang jelas) 10 Riwayat pencetus
Negatif 0
20 Positif 10
Interpretasi : sangat mungkin > 60; mungkin 45-60; impending 25-44; mungkin bukan < 25.
Menilai kesadaran
Penilaian tingkat kesadaran mulai dari keadaan komposmentis hingga koma :
 Komposmentis, yaitu sadar sepenuhnya, baik terhadap dirinya maupun terhadap
lingkungannya. Pasien dapat menjawab pertanyaan pemeriksa dengan baik.
 Apatis, yaitu keadaan dimana pasien tampak segan dan acuh tak acuh terhadap
lingkungannya.
 Delirium, yaitu penurunan kesadaran disertai kekacauan motorik dan siklus tidur bangun
yang terganggu. Pasien tampak gaduh gelisah, kacau, disorientasi dan meronta-ronta.
 Somnolen (letargia), yaitu keadaan mengantuk yang masih dapat pulih penuh bila dirangsang,
tetapi bila rangsang berhenti, pasien akan tertidur kembali.
 Sopor (stupor), yaitu keadaan mengantuk yang dalam. Pasien masih dapat dibangunkan
dengan rangsang yang kuat, misalnya rangsang nyeri, tetapi pasien tidak terbangun
sempurna dan tidak dapat memberikan jawaban verbal yang baik.
 Semi-koma, yaitu penurunan kesadaran yang tidak memberikan respon terhadap rangsang
verbal, dan tidak dapat dibangunkan sama sekali, tetapi refleks (kornea, pupil) masih baik.
Respon terhadap rangsang nyeri tidak adekuat.
 Koma, yaitu penurunan kesadaran yang sangat dalam, tidak ada gerakan spontan dan tidak
ada respon terhadap rangsang nyeri.
Takikardia :suatu keadaan klinis yang ditandai adanya denyut jantung yang regular dengan
frekuensi antara 120 – 160 kali permenit.
Atrial fibrilasi :suatu kelainan irama jantung yang ditemukan dari pemeriksaan elektrokardiografi
dengan ciri : tidak ditemukan adanya gelombang P dan gelombang R memiliki jarak yang
berbeda-beda.
B. SKENARIO
SKENARIO KASUS 1
Seorang perempuan usia 36 tahun dengan benjolan di leher, difus, berdebar-debar, lemah lesu,
mudah capek.Tangan penderita basah di kedua telapaknya. Menstruasi sering tidak teratur. Suami
penderita mengatakan bila istrinya akhir-akhir ini mudah tersinggung.
Pemeriksaan fisik : KU : tampak lemah, kurus, kesadaran komposmentis
Tanda vital : Tekanan darah = 170/70 mmHg
Nadi = 120 kali/menit, reguler
Frekuensi nafas = 22 kali/menit
Suhu = 37 C
o

Mata : Lid lag sign positif, Joffroy sign positif


Leher : teraba pembesaran kelenjar tiroid, difus, nyeri tekan tidak ada; ikut bergerak saat gerakan
menelan, terdengar bruit.
Jantung : tidak ditemukan kardiomegali, tidak ada gallop; frekuensi denyut jantung 120 kali/menit,
reguler.
Paru : dalam batas normal.
Abdomen : tidak ada nyeri perut
Ekstremitas : fine finger tremor +/+
Basah di kedua telapak tangan
Dirawat di bangsal penyakit dalam, pada hari ketiga mendadak timbul panas dengan suhu 39 C, o

kesadaran somnolen, denyut jantung 128 kali/menit, ireguler. Gambaran EKG dengan kesan atrial
fibrilasi.
Pada hari keempat, kesadaran koma, timbul kejang, dan panas semakin tinggi hingga 40,2 C, sklera
o

mata ikterik +/+, denyut jantung 140 kali/menit, ireguler. Gambaran EKG dijumpai infark miokard
akut dan atrial fibrilasi.
Instruksi :
1. Susunlah resume abnormalitas yang ditemukan !
2. Lakukan penghitungan skor krisis tiroid pada perawatan hari ketiga !
3. Lakukan penghitungan skor krisis tiroid pada perawatan hari keempat !

SKENARIO KASUS 2
Seorang perempuan usia 55 tahun dengan benjolan di leher, difus, berdebar-debar, lemah lesu,
mudah capek. Tangan penderita basah di kedua telapaknya.
Hasil laboratorium :
Kadar T4 serum : 90 µg/ml (normal 4,5-11,7 µg/ml)
Kadar T3 serum : 8,5 µg/ml (normal 0,8-1,8 µg/ml)
Kemudian penderita minta dioperasi benjolan di lehernya.
Pemeriksaan fisik : KU : tampak lemah, kurus, kesadaran komposmentis
Tanda vital : Tekanan darah = 170/70 mmHg
Nadi = 120 kali/menit, reguler
Frekuensi nafas = 28 kali/menit
Suhu = 37 C
o

Mata : Lid lag sign positif, Joffroy sign positif


Leher : teraba pembesaran kelenjar tiroid, difus, nyeri tekan tidak ada; ikut bergerak saat gerakan
menelan, terdengar bruit.
Jantung : tidak ditemukan kardiomegali, tidak ada gallop; frekuensi denyut jantung 120 kali/menit,
reguler.
Paru : ronki basal +/+
Abdomen : dalam batas normal.
Ekstremitas : fine finger tremor +/+
Basah di kedua telapak tangan
Pada hari ketiga setelah operasi, mendadak timbul panas dengan suhu 39,2 C, kesadaran somnolen,
o

denyut jantung 128 kali/menit, reguler serta diare positif


Pada hari keempat, kesadaran koma, timbul kejang, panas semakin tinggi hingga 40,2 C, dan sesak
o

nafas, sklera mata ikterik +/+, denyut jantung 136 kali /menit, reguler. Pemeriksaan radiologis toraks
dikesankan gambaran udem paru.
Instruksi :
1. Susunlah resume abnormalitas yang ditemukan !
2. Lakukan penghitungan skor krisis tiroid pada perawatan hari ketiga !
3. Lakukan penghitungan skor krisis tiroid pada perawatan hari keempat !

C. CHECK LIST
Bobot
Nilai
No Aspek komponen yang dinilai skor
0 1
1 Memilih kriteria diagnostik krisis tiroid, manakah diantara skor A, B atau C 1
yang merupakan skor Burch-Wartofsky ?

2 Menemukan dan menyebutkan resume abnormalitas yang ditemukan 2


Interpretasi hasil skor Burch-Wartofsky
3 3
Keterangan :
Nilai 0: bila jawaban salah atau tidak benar semua
Nilai 1: bila jawaban benar semua

D. DAFTAR PUSTAKA
1. Djokomoeljanto, eds. Buku Ajar Tiroidologi Klinik, Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Semarang 2007.
2. Adam JMF, eds. Penatalaksanaan Endokrin Darurat. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia
Makassar 2002.

Anda mungkin juga menyukai