PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan hak dasar setiap orang untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan. Setiap warga negara berhak untuk memiliki
akses terhadap pelayanan kesehatan promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif, yang bermutu dan dibutuhkan, dengan biaya yang
terjangkau (Bhisma Murti, 2010). Sistem pembiayaan kesehatan
dalam suatu negara merupakan salah satu pendukung tercapainya
cakupan semesta yang diharapkan. Sistem pembiayaan yang tepat
untuk suatu negara adalah sistem yang mampu mendukung
t e r c a p a i n y a c a k u p a n s e m e s t a . Pembiayaan Kesehatan yang kuat , s t a b i l d a n
berkesinambungan memegang peranan yang amat vital untuk
penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam rangka mencapai
berbagai tujuan penting dari pembangunan kesehatan di suatu
negara diantaranya adalah pemerataan pelayanan kesehatan dan
akses (equitable access to health care) dan pelayanan yang
berkualitas
(assured quality). Oleh karena itu reformasi kebijakan kesehatan di
suatu negara seyogyanya memberikan fokus penting kepada
kebijakan pembiayaan kesehatan untuk menjamin terselenggaranya
kecukupan (adequacy), pemerataan (equity), efisiensi (efficiency)
dan
efektifitas (effectiveness) dari pembiayaan kesehatan itu sendiri.
Organisasi kesehatan dunia (WHO) sendiri memberi fokus strategi
pembiayaan kesehatan yang memuat isu-isu pokok, tantangan,
tujuan utama kebijakan dan program aksi itu pada umumnya adalah
dalam area sebagai berikut:
1. Meningkatkan investasi dan pembelanjaan publik dalam bidang
Kesehatan
2. Mengupayakan pencapaian kepesertaan semesta dan
penguatan permeliharaan Kesehatan masyarakat miskin
3. Pengembangan skema pembiayaan praupaya termasuk
didalamnya asuransi kesehatan social (SHI)
4. Penggalian dukungan nasional dan internasional
5. Penguatan kerangka regulasi dan intervensi fungsional
6. Pengembangan kebijakan pembiayaan kesehatan yang
didasarkan pada data dan fakta ilmiah
7. Pemantauan dan evaluasi.
Implementasi strategi pembiayaan kesehatan di suatu negara
diarahkan kepada beberapa hal pokok yakni; kesinambungan
pembiayaan program kesehatan prioritas, reduksi pembiayaan
kesehatan secara tunai perorangan (out of pocket funding),
menghilangkan hambatan biaya untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan, pemerataan dalam akses pelayanan, peningkatan
efisiensi dan efektifitas alokasi sumber daya (resources) serta
kualitas pelayanan yang memadai dan dapat diterima pengguna jasa.
Tujuan pembiayaan kesehatan adalah tersedianya pembiayaan
kesehatan dengan jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil dan
termanfaatkan secara berhasil-guna dan berdaya-guna, untuk
menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan guna
meningkatkan derajat Kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Mekanisme pembayaran merupakan suatu cara untuk menetapkan
insentif perilaku bagi pelaku pelayanan yang kompleks, yang
mempengaruhi hubungan antara pelaku dan pembayaran, baik pasien
atau pihak ketiga. Mekanisme pembayaran ini menentukan jumlah
dan aliran uang dari pembayar pihak ketiga atau pasien, atau
keduanya, ke pelaku pelayanan dalam pemberian pelayanan.
Mekanisme pembayaran menetapkan baik unit atau kombinasi
pelayanan yang merupakan dasar pembayaran pelaku maupun tarif
yang harus dibayarkan untuk pemberian pelayanan. Jenis-jenis
pembayaran :
A. Pembayaran berdasarkan pelayanan (fee for service).
FFS Ini adalah jenis sistem pembayaran yang paling disukai oleh
fasilitas kesehatan. Dengan sistem ini, pembayaran dilakukan per
jenis pelayanan yang telah diberikan dengan tarif yang telah
ditentukan oleh Fasilitas Kesehatan. Pembayaran per item
pelayanan, yaitu Tindakan diagnosis, terapi, pelayanan
pengobatan dan Tindakan diidentifikasikan satu persatu kemudian
dijumlahkan dan ditagih rekeningnya. Sistem pembayaran fee for
service ini dinilai oleh para dokter sebagai mekanisme
pembayaran yang paling “adil”, karena dalm sistem ini, insentif
terkait erat dengan kinerja para dokter. Semakin banyak pasien
yang ditanganin oleh seorang dokter, maka insentif yang akan
diterima akan semkain banyak pula. Fee for Service ada yang
tarifnya tetap dan ada yang tarifnya ditentukan belakangan,
setelah menghitung semua sumber daya yang digunakan untuk
melakukan suatu pelayanan. Dengan demikian, sistem ini
membebankan semua risiko finansial kepada pembayar/pasien.
Walaupun sistem ini sudah banyak ditinggalkan dalam asuransi
Kesehatan modern, namun sistem ini masih menjadi favorit
Faskes, terutama Fasilitas Kesehatan swasta karena:
1) Faskes bisa lebih fleksibel dalam menggunakan sumber daya
2) otonomi faskes lebih tinggi untuk menentukan jenis
pelayanan yang diberikan
3) besaran pembayaran berbanding lurus dengan intensitas
pelayanan
Potensi kelemahan sistem ini antara lain:
1. kemungkinan Supplier-Induced-Demand tinggi
2. kecenderungan untuk memberikan pelayanan yang tidak
dibutuhkan oleh pasien (unnecessary services)
3. kemungkinan over utilisasi tinggi
Untuk meminimalisir kelemahan sistem ini, maka diperlukan
pemantauan yang berkelanjutan atas potensi abuse dan
tinjauan utilisasi yang berkesinambungan untuk mencegah
terjadinya overutilisasi (GIZ, 2012)
Keuntungan FFS yaitu;
1. Merupakan mekanisme yang baik untuk memberikan
imbalan yang sesuai dengan tingkat kesulitan keadaan
pasien
2. Pendapatan dokter dapat dihubungkan dengan beban
pekerjaannya
3. Dokter tergerak untuk membuat catatan prakteknya secara
lebih baik
4. Pasien mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi dokter
agar memberikan pelayanan terbaik untuk dirinya.
Kerugian FFS yaitu :
1. Merangsang dokter untuk memberikan pelayanan
berlebihan dengan dasar motivasi ekonomi (menaikkan
pendapatan)
2. Dokter cenderung memberikan pelayanan medik ke
kasus-kasus yang memberikan keuntungan paling besar
3. Mempunyai tedensi meningkatkan inflasi pelayanan
Kesehatan
4. Sulit untuk Menyusun anggaran sebelumnya.
Kapitasi (Prospective Payment System)
Pembayaran dengan jumlah yang ditetapkan berdasarkan jumlah
orang yang menjadi tanggung jawab dokter(biasanya setiap tahun).
Pasien dengan kategori yang berbeda, misalnya berumur lebih dari
75 tahun, mungkin dikenai angka kapitasi yang berbeda pula.
Konsep kapitasi (capitation concept system) adalah sebuah konsep
atau sistem pembayaran yang memberi imbalan jasa pada “health
providers” (pemberi pelayanan Kesehatan/PPK) berdasarkan jumlah
orang (capita) yang menjadi tugas/kewajiban PPK yang
bersangkutan untuk melayaninya, yang diterima oleh PPK yang
bersangkutan dimuka (prepaid) dalam jumlah yang tetap, tanpa
memperhatikan jumlah kunjungan, pemeriksaan, tindakan, obat dan
pelayanan medik lainnya yang diberikan oleh PPK tersebut.
Beberapa masalah dalam pembayaran kapitasi
a. Yang positif
- Memberikan pelayanan yang berkualitas tinggi, dengan
menegakkan diagnostic yang tepat dan memberikan
pengobatan atau Tindakan yang tepat. Dengan pelayanan
yang baik ini, pasien akan cepat sembuh dan tidak Kembali ke
PPK untuk konsultasi atau Tindakan lebih lanjut yang
merupakan biaya tambahan.
- Memberikan pelayanan promotive dan preventif untuk
mencegah insiden kesakitan. Apabila angka kesakitan
menurun, maka peserta tertentu tidak perlu lagi berkunjung ke
PPK yang akan berakibat utilisasi menjadi lebih rendah dan
biaya pelayanan menjadi lebih kecil
- Memberikan pelayanan yang pas, tidak lebih dan tidak kurang,
untuk mempertahankan efisiensi operasi dan tetap memegang
jumlah pasien JPK sebagai income security. Hal ini akan
berfungsi baik jika situasi pasar sangat kompetitif, dimana
untuk mencari pasien baru relatif sulit.
b. Yang negative
- Jika kapitasi yang diberikan terpisah-pisah antara pelayanan
rawat jalan tingkat pertama dan rujukan dan tanpa diimbangi
dengan insentif yang memadai untuk mengurangi rujukan, PPK
akan dengan mudah merujuk pasiennya ke spesialis. Dengan
merujuk waktunya untuk memeriksa menjadi lebih cepat.
- Mempercepat waktu pelayanan sehingga tersedia waktu yang
lebih banyak untuk melayani pasien non JPK yang “dinilai”
membayar lebih banyak. Artinya mutu pelayanan dapat
dikurangi, karena waktu pelayanan yang singkat. Jika ini
terjadi, pada kapitasi parsial pihak JPK, pada akhirnya dapat
memikul biaya lebih besar karena efek akumulatif penyakit.
Pasien yang tidak mendapatkan pelayanan rawat jalan yang
memadai akan menderita penyakit yang lebih berat, akibatnya
biaya pengobatan sekunder dan tersier menjadi lebih mahal.
- Tidak memberikan pelayanan dengan baik, supaya kunjungan
pasien kapitasi tidak cukup banyak. Untuk jangka pendek
strategi ini mungkin berhasil tetapi untuk jangka Panjang hak
ini akan merugikan PPK sendiri.
REFERENSI