Proses komunikasi mengacu pada langkah-langkah di mana komunikasi terjadi antara komunikator dan
komunikan. Joseph R. Dominick secara lengkap menyebutkan adanya 9 unsur komunikasi, yaitu: sumber,
proses enkode, pesan, saluran, proses dekode, penerima, potensi umpan balik dan kemungkinan adanya
gangguan. Berikut adalah unsur-unsur komunikasi.
1. Komunikator
Komunikator adalah pihak baik perorangan, kelompok maupun lembaga yang berbicara untuk menyampaikan
pesan di dalam suatu proses komunikasi.
2. Proses Mengkode
Proses mengkode adalah proses, sehingga suatu pesan menjadi siap untuk dikirim atau disampaikan atau
dibicarakan. Proses mengkode dilakukan oleh encoder atau komunikator. Dalam proses mengkode, pesan
dikemas agar mudah dipahami oleh penerima pesan.
3. Pesan
Pesan adalahh sesuatu yang akan disampaikan dalam proses komunikasi. Sesuatu tersebut bisa berupa
informasi, teknologi, pengetahuan, sikap tertentu, opini tertentu, dan lain sebagainya. Pesan disampaikan
berupa lambang-lambang yang memiliki makna atau arti, baik dalam bentuk lambang-lambang verbal maupun
non verbal.
Saluran komunikasi adalah melalui mana suatu pesan dapat diterima oleh komunikan. Saluran
komunikasi dibedakan menjadi saluran bermedia (media komunikasi) dan saluran tanpa media (komunikasi
intrapersonal).
Sedangkan saluran bermedia terdiri dari non media massa (berupa manusia: kurir dan benda: telepon,
surat). Selanjutnya, media merupakan suatu alat atau sarana yang dapat membantu penyampaian pesan dalam
proses komunikasi. Media komunikasi merupakan peralatan yang dalam penggunaannya dapat meningkatkan
efektivitas dan efisiensi proses komunikasi yang berlangsung. Media komunikasi berfungsi untuk meningkatkan
jumlah orang yang terlibat dalam proses komunikasi, bahkan dapat mengatasi batas ruang dan waktu.
Proses membuka kode adalah proses menterjemahkan suatu pesan komunikasi oleh penerima pesan.
Proses ini merupakan proses dimana penerima pesan memiliki makna terhadap lambang-lambang dalam pesan
komunikasi yang dikirimkan.
6. Komunikan
Komunikan adalah pihak yang menerima pesan dalam suatu proses komunikasi. Beberapa istilah serupa
dengan komunikan adalah penerima pesan (receiver), penangkap
pesan (decoder), pendengar (audience), pemirsa, pembaca. Istilah tersebut disesuaikan dengan kontek
komunikasi.
7. Efek
Efek adalah pengaruh komunikasi yang terjadi pada komunikan sebagai konsekuensi karena menerima pesan
dalam proses komunikasi. Efek yang terjadi akan sangat bervariasi. Suatu proses komunikasi bisa tanpa efek
atau bisa sampai pada efek yang kuat bagi penerima pesan.
Efek yang terjadi bisa berupa efek kognitif (bertambahnya pengetahuan atau pemahaman), efek afektif
(perubahan sikap), maupun efek psikomotorik (peningkatan keterampilan).
8. Umpan Balik
Umpan balik merupakan reaksi atau respon yang diberikan oleh komunikan kepada komunikator setelah ia
menerima pesan. Umpan balik dapat diartikan juga sebagai informasi tentang keberhasilan penerima dalam
menangkap pesan.
Umpan balik dapat bernilai nol atau sebaliknya akan bermunculan selama proses komunikasi. Komunikasi
interpesonal cenderung memiliki umpan balik yang penuh, sedangkan komunikasi massa bisa memungkinkan
umpan balik nol.
Gangguan atau hambatan komunikasi adalah berbagai hal penyebab suatu proses komunikasi tidak berjalan
secara efektif. Gangguan komunikasi dapat terjadi dimana saja selama berlangsungnya proses komunikasi.
Hambatan bisa berasal dari komunikatornya selama proses enkoding, pesannya sendiri, saluran komunikasi,
maupun penerima informasi dalam melakukan proses dekoding.
Proses komunikasi menurut Berlo adalah kegiatan yang berjalan secara dinamis, unsur-unsur didalamnya
bergerak aktif, proses ini terus dilakukan hingga membentuk persepsi yang sama atau pesan yang dikirimkan.
Tahapan-tahapan dalam proses komunikasi harus dilalui agar tujuan dari pesan dapat tercapai, ketercapaian
tersebut didukung oleh unsur-unsur yang ada di setiap tahap proses komunikasi yakni sumber, pesan, saluran,
penerima, efek, umpan balik dan lingkungan atau situasi.
1. Komunikasi formal, yaitu komunikasi yang terjadi diantara organisasi atau perusahaan yang tata
caranya sudah diatur dalam struktur organisasinya. Contohnya seminar.
2. Komunikasi informal, yaitu komunikasi yang terjadi pada sebuah organisasi atau perusahaan yang tidak
ditentukan dalam struktur organisasi serta tidak mendapat kesaksian resmi yang mungkin tidak
terpengaruh kepada kepentingan organisasi atau perusahaan. Contohnya kabar burung, desas-desus
dan sebagainya.
3. Komunikasi nonformal, yaitu komunikasi yang terjadi antara komunikasi yang bersifat formal dan
informal, yaitu komunikasi yang berhubungan dengan pelaksanaan tugas pekerjaan organisasi atau
perusahaan dengan kegiatan yang bersifat pribadi anggota organisasi atau perusahaan tersebut.
Contohnya rapat mengenai ulang tahun perusahaan.
Dengan demikian jelas bahwa inisiatif komunikator menjadi hal penentua, demikian pula kemampuan
komunikator yang memegang peranan kesuksesan proses komunikasinya.
2. KOMUNIKASI EKSTERNAL
Komunikasi yang terjadi antara organisasi atau perusahaan dengan pihak masyarakat yang ada diluar organisasi
atau perusahaan tersebut. Komunikasi eksternal dimaksudkan untuk memperoleh pengertian, kepercayaan,
bantuan dan kerjasama dengan masyarakat.
Komunikasi dengan pihak luar bisa terbentuk:
1. Eksposisi, pameran, promosi, dan sebagainya
2. Konferensi pers
3. Siaran televisi, radio dan sebagainya
4. Bakti sosial
1. Komunikasi antar individu dengan individu yang lain. Komunikasi ini terjadi secara nonformal maupun
informal, individu bertindak sebagai komunikator mampu mempengaruhi individu yang lain.
2. Komunikasi antar individu dengan lingkungan yang lebih luas. Komunikasi ini terjadi karena individu
yang dimaksud memiliki kemampuan yang tinggi untuk mengadakan hubungan dengan lingkungan
yang lebih luas.
3. Komunikasi antar individu dengan dua kelompok atau lebih. Pada komunikasi ini individu berperan
sebagai perantara antara dua kelompok atau lebih, sehingga dituntut kemampuan yang prima untuk
menjadi penyelaras yang harmonis.
1. Komunikasi satu arah, yaitu komunikasi yang berjalan satu pihak saja (one way communication).
2. Komunikasi dua arah, yaitu komunikasi yang bersifat timbal balik (two ways communication).
3. Komunikasi ke atas, yaitu komunikasi yang terjadi dari bawahan terhadap atasan.
4. Komunikasi ke bawah, yaitu komunikasi yang terjadi dari atasan terhadap bawahan.
5. Komunikasi kesamping, yaitu komunikasi yang terjadi diantara orang yang mempunyai kedudukan
sejajar.
SOSIALISASI
A. DEFINISI SOSIALISASI
Sosialisasi adalah proses mempelajari norma, nilai, peran, dan semua persyaratan lainnya yang diperlukan
untuk memungkinkan berpartisipasi yang efektif dalam kehidupan sosial.
B. TUJUAN SOSIALISASI
Secara umum, tujuan sosialisasi adalah untuk membentuk kepribadian. Kepribadian terbentuk melalui
proses mempelajari pola-pola kebudayaan. Kebudayaan dipelajari meliputi nilai-nilai, norma-norma,
beserta sanksi-sanksi yang akan diterima bila terjadi penyimpangan
C. TIPE SOSIALISASI
Sosialisasi secara umum dibagi menjadi dua tipe, yaitu: sosialisasi formal dan sosialisasi informal.
1. Sosialisasi formal memiliki aturan yang mengikat dan harus dipatuhi. Contohnya, aturan yang tertulis
pada UUD 1945.
2. Sosialisasi informal, yaitu sosialisasi yang bersifat kekeluargaan di masyarakat atau pergaulan.
Contohnya, interaksi sosial dalam keluarga.
D. BENTUK SOSIALISASI
- Sosialisasi primer adalah bentuk sosialisasi yang terjadi pada tahap awal yang dijalani manusia, yaitu
sosialisasi semasa kanak-kanak ketika belajar perannya sebagai anggota keluarga ataupun masyarakat.
Contohnya, orang tua mengajarkan anak untuk bersikap jujur.
- Sosialisasi sekunder adalah bentuk sosialisasi pada proses sosialisasi selanjutnya yang dilakukan oleh
pihak-pihak di luar keluarga. Contohnya, sosialisasi yang dilakukan di lingkungan sekolah dalam proses
belajar mengajar.
E. AGEN SOSIALISASI
Agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang berperan dalam proses sosialisasi nilai dan norma. Terdapat 5
macam agen sosialisasi umata yang ada dalam masyakarat, yaitu: keluarga, lembaga pendidikan,
kelompok permainan, lingkungan kerja, dan media massa.
1. Keluarga merupakan agen sosialisasi primer yang memiliki intensitas tinggi untuk mengawasi
perkembangan pola perilaku anggota keluarga. Tujuan keluarga adalah membentuk ciri khas
kepribadian individu sejak dini.
2. Lembaga pendidikan merupakan agen sosialisasi sekunder yang memiliki tujuan menanamkan nilai
kedisiplinan dan berorientasi mempersiapkan bekal pendidikan generasi muda di masa mendatang.
3. Kelompok permainan merupakan agen yang melakukan sosialisasi melalui teman sebaya atau
kelompok bermain.
4. Lingkungan kerja yaitu sosialisasi yang dilakukan dalam lingkungan kerja untuk mencapai kesuksesan
dan keunggulan dalam kerja.
5. Media massa adalah alat penyampaian pesan yang bersifat umum.
F. PENGARUH SOSIALISASI
Pengaruh sosialisasi antara lain:
A. KESELARASAN INDIVIDU DAN LINGKUNGAN SOSIAL.
Sosialisasi yang efektif dapat menginspirasi individu untuk berpikir dan bertindak sesuai dengan
kepentingan sosial melalui beberapa tahap yang meliputi hal-hal berikut:
1. Tahap persiapan (preparatory stage). Tahap ini dialami sejak manusia dilahirkan, yaitu saat seorang
anak memperiapkan diri untuk mengenal dunia sosialnya.
2. Tahap meniru (play stage). Pada tahap ini, seorang anak belajar beberapa peran yang dilihatnya, tetapi
belum mengerti serta tidak menyadari aturan dan objek permainan.
3. Tahap siap bertindak (game stage). Pada tahap ini, seorang anak mula menyadari objek permaian dan
peran pihak lain yang berinteraksi dengannya.
4. Tahap penerimaan norma kolektef (generalized stage). Pada tahap ini, seorang anak telah dianggap
dewasa karena sudah dapat menempatkan dirinya pada posisi masyarakat secara luas.
B. KOMITMEN SOSIAL
Komitmen sosial adalah suatu tindakan untuk melakukan sesuatu dalam proses sosialisasi ketika individu
memiliki kebebasan berpeartisipasi aktif dalam suatu komunitas sosial dan kebebasan dalam mengekspresikan
diri. Individu mulai memberi pengaruh atau melakukan sosialisasi kepada kelompoknya.
G. MEDIA SOSIALISASI
Media sosialisasi adalah pihak-pihak yang memiliki peran penting dalam memengaruhi, melaksanakan atau
melakukan sosialisasi. Ada beberapa jenis media sosialisasi dalam proses sosialisasi pada manusia, yaitu:
KELUARGA
TEMAN SEPERGAULAN
LEMBAGA PENDIDIKAN FORMAL
MEDIA MASSA DAN TEKNOLOGI
MEDIA AGEN LAINNYA
Sosialisasi adalah suatu upaya menanamkan nilai budaya kepada individu agar dapat menjadi warga
masyarakat yang baik. Dengan sosialisasi, manusia sebagai makhluk biologis menjadi manusia yang berbudaya,
yang cakap menjalankan fungsinya dengan tepat sebagai individu dan sebagai anggota kelompok. Ada banyak
teori sosiologi menurut para ahli, yaitu:
1. Teori sosialisasi Soerjono Soekanto. Sosialisasi adalah suatu proses anggota masyarakat mempelajari
norma-norma dan nilai-nilai sosial dimana ia menjadi anggota.
2. Teori sosialisasi Peter L. Berger. Sosialisasi adalah suatu proses dimana seorang anak belajar menjadi
seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat.
3. Teori sosialisasi Charlotte Buhler. Sosialisasi adalah proses yang membantu individu-individu belajar
dan menyesuaikan diri, bagaimana cara hidup dan berpikir kelompoknya agar dia dapat berperan dan
berfungsi dalam kelompoknya.
1. Menurut Koentjaraningrat. Pengertian lembaga sosial adalah suatu sistem tata kelakuan dan hubungan
yang berpusat kepada aktivitas untuk memenuhi kompleksitas kebutuhan khusus dalam kehidupan
manusia.
2. Menurut Soerjono Soekanto. Pengertian lembaga sosial adalah himpunan norma dari segala tingkatan
yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok dalam kehidupan masyarakat.
3. Menurut Peter L. Berger. Pengertian lembaga sosial adalah suatu prosedur yang menyebabkan
perbuatan manusia ditekan oleh pola tertentu dan dipaksa bergerak melalui jalan yang dianggap sesuai
dengan keinginan masyarakat.
1. Lembaga sosial yang memenuhi kebutuhan sosial dan kekerabatan. Contohnya perkawinan, keluarga
dan pengasuhan anak.
2. Lembaga sosial yang berusaha memenuhi kebutuhan manusia untuk mata pencaharian hidup,
memproduksi, menimbun, dan mendistribusikan barang. Contohnya pertanian, periakanan,
peternakan, koprasi dan perdagangan.
3. Lembaga sosial yang bertujuan memenuhi kebutuhan pendidikan. Contohnya SD, SMP, SMA,
perguruan tinggi, tempat-tempat kursus, dan pesantren.
4. Lembaga sosial yang bertujuan memenuhi kebutuhan ilmiah manusia. Contohnya ilmu
pengetahuan, metode ilmiah, dan penelitian.
5. Lembaga sosial yang bertujuan memenuhi kebutuhan rohani atau batin dalam menyatakan rasa
keindahan dan kreasi.
6. Lembaga sosial yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusia untuk berhubungan dengan Tuhan.
Contohnya masjid, pura, gereja, mecaru, odalan, mekarya, tahlilan, kebaktian dan lain sebagainya.
7. Lembaga sosial yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan untuk mengatur kehidupan
berkelompok serta bernegara. Contohnya pemerintahan, kepolisian, kehakiman dan partai politik.
8. Lembaga sosial yang bertujuan mengurus kebutuhan jasmani manusia. Contohnya pemeliharaan
kesehatan, kecantikan, dan kedokteran.
C. FUNGSI LEMBAGA
Fungsi lembaga sosial yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat adalah sebagai berikut.
1. Memberikan pedoman pada anggota-anggota masyarakat, bagaimana mereka harus bersikap atau
bertingkah laku dalam menghadapi masalah-masalah yang muncul atau berkembang di lingkungan
masyarakat, termasuk yang menyangkut hubungan pemenuhan kebutuhan.
2. Menjaga keutuhan masyarakat yang bersangkutan
3. Memberikan pengarahan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian sosial, yaitu
sistem pengawasan masyarakat terhadap anggota-anggotanya.
Fungsi lembaga sosial menurut Horton dan Hunt terbagi menjadi dua yaitu fungsi manifest atau fungsi nyata
dan fungsi laten atau fungsi terselubung.
1. Fungsi manifest yaitu fungsi lembaga sosial yang disadari dan diakui oleh seluruh masyarakat
2. Fungsi laten yaitu fungsi lembaga sosial yang tidak di sadari atau bahkan tidak di kehendaki atau jika di
ikuti dianggap sebagai hasil sampingan dan biasanya tidak dapat diramalkan.
Proses pertumbuhan lembaga sosial dibedakan menjadi 4 macam, yaitucara (usage), kebiasaan (folkways), tata
kelakuan (mores), dan adat istiadat (customs).
1. Cara (Usage)
Cara (usage) merupakan rujukan dari perbuatan. Mempunyai kekuatan yang sangatlemah dibadingkan
kebiasaan (folkways). Suatu penyimpangan terhadapnya tak akan mengakibatkan hukuman yang berat. Contoh
cara (usage) yaitu cara minum, cara makan, cara duduk, dan lain sebagainya.
2. Kebiasaan (Folkways)
Kebiasaan (folkways) yaitu perbuatan yang diulang-ulang dalam bentuk yang sama, merupakan bukti
bahwa orang banyak menyukai perbuatan tersebut. Contoh kebiasaan (folkways) yaitu kebiasaan memberi
hormat kepada orang yang lebih tua usianya, mendahulukan orang yang sudah lanjut usia ketika sedang
mengantri, berangkat sekolah setiap pagi, kebiasaan bersikap jujur, dan lain sebagainya.
3. Tata kelakuan (Mores)
Tata kelakuan (mores) yaitu kebiasaan yang dianggap sebagai cara berperilaku dan diterima oleh
masyarakat. Tata kelakuan penting karena:
1. Tata kelakukan memberikan batasan-batasan pada perilaku individu dan merupakan alat untuk
memerintahkan sekaligus melarang seseorang.
2. Tata kelakukan mengidentifikasikan individu dengan kelompoknya.
3. Tata kelakukan menjaga solidaritas antar anggota masyarakat.
4. Tata kelakukan yang kekal serta kuat integrasinya dengan pola-pola perilaku masyarakat, dapat
meningkatkan kekuatan mengikatnya menjadi custom.
Contoh tata kelakuan (mores) yaitu melarang pembunuhan, melarang pemerkosaan, melarang menikahi
saudara kandung, dan lain sebagainya.
1. Merupakan sistem pola-pola pemikiran dan pola-pola yang tersusun atau berstruktur
2. Bersifat kekal
3. Memiliki satu atau beberapa tujuan
4. Mempunyai alat-alat perlengkapan untuk mencapai tujuan
5. Memiliki lambang yang merupakan identitas
6. Mempunyai tradisi tertulis (formal) maupun tidak tertulis (informal)
7. Mencakup kebutuhan dasar
8. Merupakan suatu cara (bertindak) yang mengikat
G. TIPE LEMBAGA SOSIAL BERDASARKAN FUNGSI
Lembaga sosial diklasifikasikan dalam beberapa tipe, ada yang menurut penerimaannya dalam masyarakat,
sudut sistem nilai, dan sudut penerimaannya. Menurut John Lewis dan John Philip Gilin, tipe lembaga sosial
diklasifikasikan sebagai berikut.
1. Lembaga Pendidikan
2. Lembaga Ekonomi
3. Lembaga Kebudayaan
4. Lembaga Keagamaan
5. Lembaga Politik
6. Lembaga Keluarga
7. Lembaga Hukum
8. Lembaga Kesehatan
DINAMIKA SOSIAL
Para ahli di bidang sosial sepakat bahwa kehidupan manusia tidak statis tetapi akan selalu berubah (dinamis),
kondisi inilah yang disebut sebagai dinamika sosial. Menurut para ahli, pengertian dinamika sosial adalah
sebagai berikut.
1. Menurut More, dinamika sosial diartikan sebagai suatu perubahan penting dalam struktur sosial, pola-
pola perilaku dan sistem interaksi sosial, termasuk di dalamnya perubahan nilai, norma, dan fenomena
kultural.
2. Menurut Selo Soemardjan, pengertian dinamika sosial adalah segala perubahan-perubahan pada
lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya,
termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap-sikap, dan pola-pola perikelakuan diantara kelompok-kelompok
dalam masyarakat.
3. Menurut Hans Garth dan C. Wright Mills, pengertian dinamika sosial adalah apapun yang terjadi
(kemunculan, perkembangan, dan kemunduran), dalam kurun waktu tertentu terhadap peran,
lembaga, atau tatanan yang meliputi struktur sosial.
4. Menurut Samel Koenig, pengertian dinamika sosial adalah modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam
pola-pola kehidupan manusia.
5. Menurut Soerjono Soekanto, dinamika sosial berarti bahwa manusia dan masyarakat selalu
berkembang serta mengalami perubahan. Perubahan akan selalu ada dalam setiap kelompok sosial.
Ada yang mengalami perubahan secara lambat, maupun mengalami perubahan secara cepat
Dari berbagaimacam definisi dinamika sosial di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa dinamika sosial
merupakan hal-hal yang berubah dari waktu ke waktu, oleh karena itu dinamika sosial juga membahas
perubahan struktur sosial dari waktu ke waktu.
Teori evolusi diilhami oleh pemikir-pemikiran Darwin, Herbert Spencer, Emile Durkheim dan Ferdinand
Tonnies. Teori evolu menyatakan bahwa:
1. Masyarakat berubah dari tingkat peradaban sederhana ke tingkat peradaban yang lebih kompleks.
2. Pembagian kerja didasarkan pada aspek senioritas bukan pada aspek kompetensi personal
3. Tonnies berasumsi bahwa perubahan selalu linier dalam arti perubahan pasti berjalan mengarah pada
pola-pola kehidupan yang lebih ideal.