Muntah pada bayi merupakan hal yang sering dikeluhkan oleh orang tua bila berkunjung ke dokter. Muntah atau gumoh (regurgitasi) pada bayi bisa merupakan suatu kelainan bisa juga tidak. Kelainan yang paling sering menyebabkan muntah pada bayi adalah refluks gastroesofagus (RGE), yaitu kembalinya isi lambung ke kerongkongan dan dapat terus keluar lewat mulut menjadi gumoh atau muntah. Gastroesophageal reflux secara umum didefinisikan sebagai bagian retrograde dari isi lambung ke dalam esofagus dengan atau tanpa regurgitasi/muntah. Kandungan lambung tersebut dapat berupa air liur, minuman/makanan yang tertelan, sekresi pancreas dan sekresi cairan empedu. Regurgitasi terjadi pada hampir 70% bayi berusia 4 bulan dan 25% diantaranya merupakan masalah bagi orang tua. Prevalensi refluks gastroesofageal 22% lebih tinggi pada bayi prematur. Kejadian refluks gastroesofageal fisiologis yang normal pada bayi dapat dibedakan dari penyakit refluks gastroesofageal patologis, yang disertai dengan gejala yang mengganggu atau komplikasi terkait refluks gastroesofageal. Refluks dapat menjadi patologis dan menimbulkan penyakit saat pajanan esofagus terhadap isi lambung yang asam maupun tidak menyebabkan komplikasi seperti esofagitis, kesulitan minum, kegagalan penambahan berat badan, gangguan tidur, gangguan pernapasan, pendarahan saluran cerna, atau apnea. 1.2. Tujuan Tujuan penulisan referat ini adalah untuk mengetahui tentang GER meliputi definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, diagnosis, tatalaksana, komplikasi, dan prognosis penyakit tersebut. 1.3. Manfaat Penulisan referat ini diharapkan dapat menambah pemahaman dan memperluas wawasan penulis ataupun pembaca mengenai GER. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Refluks castroesofagus (RGE) didefinisikan sebagai pasase isi lambung kedalam esofagus yang berlargsung secara involunter. Istilah manefestasi klinis GER adalah regurgitasi. Regurgitasi (spitting up atau gastroesophageal reflux) merupakan keluarnya sebagian susu saat atau setelah bayi menyusu. Bayi yang mengalami regurgitasi fisiologis, volume susu yang yang mengalir keluar dari murut biasanya 1-2 sendok makan, terlihat aktif, nyaman, mengalami peningkatan berat badan yang baik, dan tidak mengalami gangguan pernapasan. Sebagain besar episode regurgitasi pada bayi sehat berlangsung <3 menit, terjadi setelah makan, dan tidak bergejala atau berkaitan dengan gejala ringan. 2.2 Patofisiologi Penyakit RGE terjadi bila terdapat ketidakseimbangan antara faktor yang mencegah RGE (defence mechanisms) dan menyebabkan RGE (aggressiv factors). Regurgitasi terjadi dikarenakan ukuran lambung bayi yang masih sangat kecil (seukuran bola pingpong) dan katup lambung yang belum kuat. Sampai usia 4 bulan, lambung bayi hanya dapat menampung susu dalam jumlah kecil setiap kali minum. Volume susu yang terlalu banyak akan menyebabkan regurgitasi. Katup lambung bayi juga belum dapat menutup dengan erat sehingga susu yang sudah berada didalam lambung dapat mengalir kembali ke mulut jika volume susu terlalu besar atau jika bayi langsung berbaring setelah minum. Regurgitasi umumnya terjadi saat bayi minum susu terlalu banyak, saat bersendawa, atau menelan terlalu banyak udara. Bayi dapat menelan udara jika minum terlalu cepat atau saat menangis. Mekanisme primer refluks gastroesofageal pada bayi adalah TLESR yang menurunkan tekanan LES hingga setara atau di bawah tekanan intragastrik. Relaksasi LES terjadi melalui batang otak, dengan jalur aferen dan vagal untuk melepaskan nitric oxide (NO) Mekanisme TLESR tidak berkaitan dengan proses menelan. Refluks gastroesofageal merupakan fenomena normal pada bayi prematur yang dicetuskan oleh asupan diet cair dan posisi tubuh terkait usia. Gastric tube yang melalui esophageal sphincter meningkatkan frekuensi refluks gastroesofageal akibat penutupan LES yang terganggu. 2.3 Manifestasi Klinis Gejala GER dapat ditemukan secara tidak sengaja pada anak normal. Regurditas merupakan gejala klinis yang paling sering dijumpai. Regurgitasi akan berkurang pada dan menghilang saat bayi mencapai usia 18-24 bulan, yaitu saat ukuran lambung lebih besar dan katup lambung lebih kuat. Regurgitasi yang patalogis dapat disertai disertai gangguan napas (tersedak, batuk, atau bunyi napas yang tidak biasa), lebih banyak 2 sendok makan setiap kali regurgitasi, atau berat badan bayi yang sulit naik. Saat regurgitasi susu akan mengalir keluar dengan sendirinya. Tanda dan gejala berkaitan dengan GER : - Intoleransi minum - Hematemesis - Gangguan pertumbuhan - Apnea - Desaturasi oksigen - Bradikardi - Perburukkan penyakit paru - Merintih 2.4 Diagnosis Umumnya diagnosis ditegakkan berdasarkan penilaian klinisi terhadap gejala yang berkaitan dengan GER. Umumnya tidak dilakukan pemeriksaan invasif untuk GER, namun ada beberapa metode untuk mendiagnosis GER - Fluoroskopi dengan kontras - pH-metri - Multichannel intraesophageal impedance monitoring 2.5 Tatalaksana Non Farmakologis a. Parental reassurance Orang tua perlu diberikan pengertian tentang masalah yang ada, karena penjelasan yang tepat diharapkan dapat mengurangi kecemasan orang tua. Menangis tidak menambah beratnya refluks, meskipun menangis dapat meningkatkan tekanan intraabdomen, keadaan ini juga meningkatkan rekanan Spinhter esofageal bagian bawah sehingga dapat mencegah terjadinya refluks. Keberhasilan parental ressurance memang sulit untuk dinilai, karena kecemasan orang tua tidak akan hilang selama gejala klinis pada bayinya tidak berkurang b. Thickening formula Setelah minum susu posisikan bayi tegak (45-60o) selama 30 menit Pastikan tidak ada yang menekan bagian perut bayi dan sendawakan bayi Jangan paksakan bayi untuk minum susu lebih banyak dari yang diinginkan Bisa memberikan thickening formula pada bayi yang sudah diberikan susu formula. Cara membuat thickening formula adalah dengan cara mencampurkan 5 gram tepung beras atau 1 sendok takar kedalam 100 ml susu formula. c. Posisi tubuh Posisi head-up angle adalah manajemen awal yang umum dilakukan. Selain itu posisi tubuh dengan left lateral positioning/pronasi. Posisi LLP signifikan menurunkan episode GER Farmakologis - Sukralfat Sukralfat merupakan formula berbasis alginate, terdiri dari sukrosa, sulfat, dan aluminium, yang akan membentuk gel dengan asam. Terdapat bukti bahwa natrium alginat dan natrium bikarbonat dapat mengurangi refluks asam dan berkontribusi menurunkan kejadian muntah. - Prokinetik Prokinetik dapat mengurangi regurgitasi melalui efeknya terhadap tekanan SEB, peristaltik esofagus atau klirens esofagus, dan atau pengosongan lambung. - Metoklopramid - Domperidon BAB 3 KESIMPULAN Regurgitasi merupakan suatu keaadan fisiologis yang sering ditemukan pada bayi, namun dapat berkembang menjadi patologis apabila frekuensi regurgitasnya >5x dalam sehari dan banyaknya lebih dari 2 sendok makan setiap regurgitasi atau berat badan bayi yang sulit naik sehingga menimbulkan masalah bagi anak. Tatalaksana regurgitasi perlu dipahami secara tepat agar penanganan dapat dilakukan sedini mungkin untuk mencegah komplikasi. Tatalaksana nonmedikamentosa empiris dengan intervensi minimal merupakan terapi lini pertama pada bayi dengan refluks gastroesofageal fisiologis dan penyakit refluks gastroesofageal tanpa komplikasi. Tatalaksana medikamentosa pada bayi dengan penyakit refluks gastroesofageal dipertimbangkan saat penanganan konservatif tidak berhasil. DAFTAR PUSTAKA Hegar, Badriul. 2013. Gumoh Pada Bayi. IDAI. Available at : https://www.idai.or.id/artikel/klinik/keluhan-anak/gumoh-pada-bayi Leung, Alexander KC., Kam Lun Hon. 2019. Gastroesophageal Reflux in Children: An Update Review. Doi : 10.7573/dic.212591 Marsubrin, P. M., Mulyana, K., & Roeslani, R. D. (2019). Refluks Gastroesofageal pada Bayi Prematur. Majalah Kedokteran UKI, 35(3), 128-136. Schwarz, Steven M. 2019. Pediatric Gastroesophageal Reflux. Medscape. Available at : https://emedicine.medscape.com/article/930029-overview#a1 Yolanda, Natharina. 2016. Bedanya ‘Gumoh’ dan Muntah Pada Bayi. IDAI. Available at : https://www.idai.or.id/artikel/klinik/keluhan-anak/bedanya- %E2%80%98gumoh%E2%80%99-dan-muntah-pada-bayi Yusuf, S. (2008). Pendekatan tatalaksana refluks gastroesofagus (RGE) pada anak. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala, 8(2), 115-123.