Anda di halaman 1dari 28

MUNTAH PADA ANAK

Pembimbing :
dr. Jamar Hasan Sp,A
Oleh:
KIKI LUHITA SARI
61112017

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM


KKS SMF ILMU KESEHATAN ANAK
RSUD EMBUNG FATIMAH
KOTA BATAM
MEI 2016

Latar Belakang
Muntah pada anak merupakan keadaan yang cukup merisaukan orang

tua dan mendorong mereka sesegera mungkin mencari pertolongan


untuk mengatasinya.
Muntah sebenarnya merupakan simptom/gejala, bukan suatu
penyakit.
Refluks gastroesofagus merupakan hal yang sangat umum terjadi pada
tahun pertama kehidupan. 50% pada bayi berumur 2 bulan
mengalami regurgitasi 2 kali sehari atau lebih.
Muntah dapat sebagai awal penyakit saluran cerna atau diluar saluran
cerna baik berupa infeksi, inflamasi atau kelainan anatomi.
Peningkatan tekanan intracranial dapat bermanifestasi awal berupa
muntah, begitu juga adanya infeksi sitemik dapat menimbulkan
muntah. Tidak semua obat anti muntah dapat diberikan kepada setiap
anak karena penanganannya ditujukan kepada penyebab muntah
sendiri.

Definisi
Muntah merupakan pengeluaran isi lambung/esofagus

dengan paksa.
Pengeluaran isi lambung ini berlangsung dengan kekuatan
secara aktif akibat adanya kontraksi abdomen, pilorus,
elevasi kardia, disertai relaksasi sfingter esofagus bagian
bawah dan dilatasi esofagus.
Muntah merupakan reflek protektif tubuh karena dapat
berfungsi melawan toksin yang tidak sengaja tertelan.
Muntah merupakan usaha mengeluarkan racun dari tubuh
dan bisa mengurangi tekanan akibat adanya sumbatan atau
pembesaran organ yang menyebabkan penekanan pada
saluran pencernaan.

Epidemiologi
Sindrom Muntah Siklik terjadi sebanyak 1,9% pada

anak-anak sekolah.
Refluks gastroesofagus merupakan hal yang sangat
umum terjadi pada tahun pertama kehidupan. 50%
pada bayi berumur 2 bulan mengalami regurgitasi 2
kali sehari atau lebih. Prevalensi tertinggi yaitu 67%
terjadi sekitar bayi berumur 4 bulan dan kemudian
prevalensi menurun menjadi 1% pada saat bayi
berumur 1 tahun

Etiologi
Reseptor muntah:

traktus gastrointestinal
visera (hati, ginjal, pankreas, jantung, paru)
canalis vestibularis
Chemoreceptive Trigger Zone (CTZ)
Supraneuron
Gastroenteritis adalah penyebab utama muntah pada anak.

Patofisiologi

Patofisiologi

Fase Muntah
Fase Nausea

sensasi psikis yang tidak nyaman yang mendahului rasa atau


keinginan untuk muntah. Muntah yang disebabkan oleh peningkatan
tekanan intrakranial dan obstruksi saluran gastrointestinal tidak
didahului oleh fase nausea.
Fase Retching
Otot pernafasan dan diafragma berkontraksi menyebabkan tekanan
intratorakal menjadi negatif.
Fase Emesis/ Ekspulsif/ Muntah
Apabila fase retching mencapai puncaknya dan didukung oleh
kontraksi otot abdomen dan diafragma, akan berlanjut menjadi
muntah jika tekanan tersebut dapat mengatasi mekanisme anti
refluks dari sfingter esofagus bagian bawah.

Sindroma Muntah
Muntah siklik

Kelainan fungsional gastrointestinal yang dapat diidentifikasi dengan


adanya 3 atau lebih episode mual dan muntah yang berlangsung
selama hitungan jam hingga hari yang diselingi dengan masa bebas
gejala hingga beberapa minggu atau bulan.
Muntah psikogenik
Berjalan kronis, terkait dengan stres atau makan, tidak ada nausea
dan anoreksia, muntah dapat dipicu oleh dirinya sendiri dengan
memaksakan muntah atau memasukan tangannya kedalam mulut
Abdominal migraine
Suatu sindrom dengan gejala abdominal periodik. Biasanya
terdapat famili dengan riwayat migraine.

Bahan Muntahan
Alimentary Vomiting

Muntahan yang berisi makanan yang belum dicerna atau baru sebagian dicerna,
terkadang dalam jumlah yang berlebih. Tipe ini yang paling sering didapatkan dan
dapat terjadi segera atau beberapa jam setelah makan.
Acid Vomiting
tampak sebagai sejumlah kecil cairan mukus berwarna keputihan dan mengandung
material busa dengan pH<5, yang mungkin terjadi selama atau selesai makan dan
terkadang terjadi pada waktu malam hari.
Bilious vomiting
ekspulsi dari cairan berwarna hijau kekuningan yang tebal. Memikirkan adanya total
(atresia) atau sebagian (stenosis) obstruksi saluran cerna yang berada di distal dari
ampulla Vater.
Bloody vomiting
Muntah berwarna merah terang atau seperti kopi yang dapat diakibatkan oleh adanya
perdarahan yang baru terjadi maupun sedang terjadi pada saluran cerna bagian atas
(esofagus, lambung, atau duodenum)

Diagnosis
Anamnesis

Usia anak
Usia anak memegang peranan penting dalam penelusuran
etiologi muntah karena masing-masing diagnosis adalah
spesifik pada usia-usia tertentu.
Waktu terjadinya mual atau muntah
- Akut: episode pendek dan tiba-tiba
- Kronik: episodenya relatif ringan tapi sering terjadi, lebih
dari 1 bulan.
- Siklik: berulang, episode berat tetapi diselingi periode
asimptomatik.

Pendekatan etiologi muntah akut:


Usia neonatus atau bayi:
Apabila disertai demam dapat dipikirkan infeksi seperti
sepsis, meningitis, infeksi saluran kemih, tonsillitis, otitis
media akut, gastroenteritis.
Apabila tidak ada tanda infeksi dapat dipikirkan hipertrofi
pilorus stenosis, kelainan metabolik, neurologi, atau
endokrin.
Pada usia anak
Apabila disertai demam dengan keadaan umum yang baik,
dipikirkan gastroenteritis terutama apabila disertai diare
Apabila disertai letargi/gangguan kesadaran dapat
dipikirkan adanya kelainan neurologi, metabolik, endokrin,
obat-obatan, toksin, alkohol

Gejala lain yang menyertai:


Nyeri abdomen yang menyertai muntah bisa disebabkan oleh ulserasi,
obstruksi usus. Muntah akan meredakan rasa nyeri dan mual pada
ulserasi dan obstruksi saluran cerna, tapi tidak berpengaruh terhadap
nyeri akibat peradangan.
Defisit neurologis dan tanda peningkatan tekanan intrakranial merupakan
indikasi adanya proses intrakranial sebagai penyebab muntah.
Gejala sistem saraf pusat seperti nyeri kepala, pandangan kabur, perubahan
status mental, dan kaku kuduk, merupakan tanda lesi intrakranial. Muntah
pada lesi saraf pusat dapat tidak didahului oleh mual.
Vertigo dan tinitus menyertai penyakit pada telinga/labirin.
Adanya massa pilorus pada epigastrium (olive sign)merupakan tanda
hypertrophic pyloric stenosis.
Nyeri tekan abdomen bisa disebabkan oleh proses inflamasi dalam rongga
perut, seperti pankreatitis, kolesistitis, atau peritonitis.
Pemeriksaan colok dubur dilakukan pada kecurigaan apendisitis dan
Hirschsprung disease. Pemeriksaan colok dubur pada Hirschprungs
diseaseditandai oleh ampula rekti yang kosong, dan feses yang menyemprot

Pemeriksaan penunjang:

Pemeriksaan penunjang:
Sangat spesifik tergantung pemeriksaan-pemeriksaan sebelumnya:
Work up sepsis: kultur darah, urin, CRP, dan lain-lain
Pelacakan adanya gangguan metabolik: analisis gas darah, ammonia, dan
lain-lain
Pemeriksaan laboratorium, meliputi:
-Pemeriksaan elektrolit
-Bilirubin dan transaminase hepar pada kasus yang dicurigai hepatitis
-Urinalisis apabila dicurigai infeksi saluran kemih
-Amilase dan lipase darah untuk menegakkan pankreatitis
-Pemeriksaan cairan serebrospinal pada kasus infeksi intrakranial
-Pemeriksaan radiologis terutama dibutuhkan untuk kasus bedah, meliputi:
Foto polos abdomen untuk melihat gambaran udara usus, foto abdomen
dengan kontras sesuai indikasi, ultrasonografi, endoskopi mungkin
diperlukan untuk kasus muntah yang disebabkan oleh gastritis atau ulkus.

Diagnosis Banding
Possetting

Pengeluaran sedikit isi lambung sehabis makan, biasanya


meleleh keluar dari mulut. Sering didahului oleh bersendawa.
Ruminasi
Suatu kebiasaan abnormal, mengeluarkan isi lambung,
mengunyahnya, kemudian menelannya kembali.
Regurgitasi
Keluarnya isi lambung ke dalam esofagus. Keadaan ini
mungkin normal atau dapat pula abnormal. Setiap refluks
tidak selalu disertai regurgitasi atau muntah, tetapi setiap
regurgitasi pasti disertai refluks.

Komplikasi
Komplikasi Fisik

Mallory-Weiss Syndrome: laserasi linier pada


mukosa perbatasan esofagus dan lambung
Komplikasi Metabolik
gangguan elektrolit dan asam-basa
Komplikasi Psikologis
perilaku anoreksia pada anak-anak

Penatalaksanaan
Umum
a. Efek Lokal
Robekan biasanya hanya menimbulkan perdarahan kecil sehingga tidak diperlukan
suatu tindakan. Sebaliknya robekan esofagus (sindroma Burhave) memerlukan
tindakan radikal.
b. Efek Metabolik
muntah berulang dan berkepanjangan dapat terjadi gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit yang memerlukan cairan dan elektrolit pengganti (Ringer laktat),
kemudian disusul dengan pemberian cairan dan elektrolit untuk rumatan
c. Aspirasi
Aspirasi isi lambung yang masif memerlukan pemberian antibiotika dan kadangkadang kortikosteroid.
d. Efek Nutrisi
Bila muntah terus menerus dan diperkirakan akan menimbulkan terjadinya gangguan
gizi atau penyembuhan muntah akan berlangsung lama, kadang-kadang diperlukan
pemberian nutrisi parenteral
1.

2. Simptomatik
Obat Antiemetik
Antikolinergik

Hyocine, Buskopan, Holopon, Atropin

Antihistamin

Dimenhydrinate

(Dramamin,

Antimo),

Meclozine

(Tavegyl), Promethazine (fenergan, Avropeg)

Fenotiazin

Proklorperazine

(Stemetil),

Pervenazin

(Avomit),

Tietilperazine maleat (Torecan)

Antagonis dopamin

Metoklopramid (Vomitrol), Domperidone (Motilium)

Meningkatkan asetilkolin

Metoklopramid

Langsung pada reseptor muskarinik

Betanechol

Berdasarkan pengaruhnya terhadap motilitas usus, obat yang biasa


diberikan sebagai obat simptomatik untuk muntah dapat dibagi
menjadi 2 golongan:
Golongan I.
Golongan stimulan motor gastrointestinal : merupakan bahan
(seringkali neurotransmiter atau sejenis) yang meningkatkan aktifitas
otot polos. Selain merangsang motilitas juga merangsang sekresi yang
tidak terbatas pada usus saja. Contoh: Betanechol, yang pada anak
hanya digunakan pada RGE
Golongan II.
Golongan obat prokinetik : Obat ini menormalisir gangguan motilitas
otot sehingga mempunyai sifat memperbaiki koordinasi aktifitas
peristaltik. Protipe dari golongan ini adalah metoklopramide yang
mempunyai efek antagonis terhadap reseptor dopamin (antagonis
tingkat gastrointestinal, tetapi juga mempunyai pengaruh pada tingkat
susunan syaraf pusat sehingga dapat terjadi efek samping neurologik

Obat yang sering dipakai mengobati muntah dan gangguan motilitas


lambung:
a. Metoklopramid
Cukup efektif, cara kerja adalah blokade reseptor dopamine di CTZ (chemo
receptive trigger zone), sehingga dapat mengontrol baik nause maupun muntah
secara sentral. Perlu diingat, obat ini dapat menyebabkan reaksi distonia dan
diskinetik serta krisis okulogirik
b. Domperidone
Dapat dikatakan lebih aman. Dapat diberikan per oral atau supositoria. Untuk
mencegah nausea dan muntah pada pengobatan sitostatika, dosis per oral 1
mg/kg bb/hari (lebih efektif dari metoklopramid 0,5 mg/kg bb/hari). Dosis pada
anak-anak 0,2-0,4 mg/kg bb/hari per oral, interval 4-8 jam.
c. Cisapride
Pada anak juga efektif untuk mencegah refluks dan memperbaiki klerens dari
refluks material di esofagus. Dosis 0,2-0,4 mg/kg bb/hari.
d. Betanekhol
Suatu kholinester dengan cara kerja selektif pada muskarinik reseptor, efek
kerjanya cukup panjang. Pada anak-anak dipakai untuk terapi RGE, dosis 0,6
mg/kg bb/hari, dibagi 3 dosis, per oral atau 0,15-0,2 mg/kg bb/hari sub kutan.

Pencegahan dan pendidikan


Anak diistirahatkan (sebaiknya di tempat tidur)
sampai merasa lebih enak
Minuman diberikan dengan menggunakan sendok,
sedikit demi sedikit yang dinaikkan secara
bertahap setiap 15 menit
Dapat diberikan minuman manis seperti jus
(kecuali jeruk dan anggur karena terlalu asam),
sirup, atau madu (umur di atas 1 tahun)
Hindarkan makanan padat selama 6 jam
Berikan rasa nyaman (turunkan suhu tubuh)
Hindarkan aktivitas berlebihan setelah makan

Prognosis
Pasien dengan gejala muntah tergantung pada derajat
dehidrasi dan penatalaksanaan dehidrasi, etiologi
penyakit yang menyebabkan muntah, serta
komplikasi yang terjadi dari muntah itu sendiri.

Kesimpulan
Muntah merupakan pengeluaran isi lambung/esofagus dengan paksa.

Usaha mengeluarkan isi lambung akan terlihat sebagai kontraksi otot


dinding perut. Muntah harus dibedakan dari posseting,ruminasi,
regurgitasi dan refluks gastroesofageal.
Muntah dapat dikatakan salah satu dari mekanisme pertahanan tubuh
yang mengindentifikasi dan berupaya mengeluarkan agen yang
merugikan yang telah tertelan. Meskipun muntah terkesan hal yang
sederhana tetapi gejala ini dapat mengartikan begitu banyak
kemungkinan penyebab yang mendasarinya mulai dari keadaan yang
ringan dan masih dalam batas normal, tetapi juga mungkin merupakan
keadaan yang serius. Muntah yang berkepanjangan dan berulang pada
anak akan menimbulkan keadaan yang lebih buruk dan apabila tidak
ditangani dengan adekuat akan menyebabkan komplikasi yang berat.
Pengenalan dan pendekatan diagnosis sangat diperlukan.

Daftar Pustaka
1.

Ismail R dan Wahyu H. Muntah Pada Anak. Dalam: Suharyo, ed. Gastroenterologi Anak Praktis. 1988. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI. Hal. 109-115.

2.

Markum AH, Ismael S, Alatas H. Muntah Pada Bayi. Dalam: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. 1985. Jakarta: Infomedika. Hal.
311.

3.

Suraatmaja, Sudaryat. Gastroenterologi Anak. 2005. Jakarta: Sagung Seto. Hal. 155-169.

4.

Putra, Deddy S. Muntah Pada Anak. Diunduh dari: www.dr-deddy.com/artikel-kesehatan/4-muntah-pada-anak.pdf . Diakses


pada tanggal 11 Oktober 2010.

5.

Sudarmo, Subijanto M. Penatalaksanaan Muntah pada Bayi dan Anak. Diunduh dari:
www.pediatrik.com/buletin/20060220-hw0gpy-buletin.pdf . Diakses pada tanggal 11 Oktober 2010.

6.

Ravelli, Alberto. Recurrent Vomiting. Dalam: Guandalini, Stefano ed. Essential Pediatric Gastroenterology, Hepatology, and
Nutrition. 2005. USA: McGraw-Hill Medical Publishing. Hal. 3-14.

7.

Laney, Wayne. The Gastrointestinal Tract & Liver. Dalam: Rudolph, Abraham ed. Rudolphs Fundamentals of Pediatrics.
2002. USA: McGraw-Hill Medical Publishing. Hal. 466-472.

8.

Sondheimer, Judith. Vomiting. Dalam: Walker, Allan ed. Pediatrics Gastrointestinal Disease. 2004. USA: BC Decker. Hal.
203-209.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai