Anda di halaman 1dari 2

Sains Agama dan Tuhan

Sains seringkali menjerumuskan manusia untuk meninggalkan agama dan Tuhan.


Pertumbuhan atheisme dan agnostisisme di dunia sebagian besar disumbang oleh
pertumbuhan sains. Banyak ilmuwan beranggapan bahwa agama merupakan kepercayaan
kuno yang sudah tak relevan lagi bagi kehidupan modern yang ditopang oleh sains dan
teknologi. Semenjak Galileo Galilei dihukum oleh gereja akibat penemuan sains yang
dilakukan dan diajarkannya, hubungan antara sains dan agama seakan tak pernah akur.

Akan tetapi, dalam Islam, hubungan agama dan sains seperti 2 sisi mata uang, keduanya
saling mendukung: agama mendorong sains, sementara sains bermanfaat untuk meningkatkan
keimanan dalam agama. Oleh karena itu, ummat Islam perlu memahami hubungan di antara
keduanya dalam hubungan yang harmonis.

1. Evolusi Sains Dalam Masyarakat Kuno


Pada masa lalu, orang hanya mengandalkan mitos-mitos yang diwariskan secara
turun-temurun untuk menjelaskan gejala-gejala alam. Misalnya, gerhana matahari
disebabkan oleh raksasa yang jahat akan memangsa bulan atau matahari. Atau tubuh
manusia menjadi panas karena diganggu oleh makhluk halus.
Orang-orang akhirnya menganggap bahwa mitos tidak lagi relevan untuk menjelaskan
gejala alam di sekitar mereka. Mereka akhirnya melakukan pengamatan terhadap
alam. Hasilnya adalah mereka menemukan keteraturan di alam ini, contohnya saja
matahari terbit dari timur.

2. Sains dan Agama di Abad Pertengahan


Setelah runtuhnya kerajaan-kerajaan kuno, seperti Babilonia, Mesir, Yunani, Romawi,
Persia, dan lain-lain, kekuatan agama kembali muncul dalam bentuk yang berbeda.

Agama-agama baru itu dibawa oleh paraNabi berdasarkan pesan wahyu dari Tuhan.
Para pengikutnya semakin berkembang dari generasi ke generasi sampai sekarang.

Segala kegiatan yang berperspektif sains, sepanjang bertentangan dengan dogma


gereja, didakwa menyebarkan bidat, sehingga harus dihukum. Galileo Galilei, seorang
ilmuwan Eropa abad pertengahan, merupakan salah satu korban dari hukum ini.
Akan tetapi, hal itu tidak terjadi di Dunia Islam. Pada abad pertengahan itu, para
ilmuwan Muslim justru sangat leluasa mengeksplorasi filsafat dan ilmu pengetahuan,
tanpa harus bertentangan dengan agama. Pada zaman itu, ilmuwan Muslim justru
menjadi penopang utama peradaban manusia. Discourse, literasi, riset, dan penemuan
penemuan baru justru berkembang sangat pesat di Dunia Islam selama abad
pertengahan. Hal ini sangat didukung oleh motivasi keagamaan, dukungan penguasa
Muslim, keterbukaan, dan perdagangan.

3. Renaissance Dan Reformasi Gereja

Sains memiliki cara pandang yang unik terhadap alam semesta: menawarkan narasi
logis dan empiris tentang alam semesta. Di dalam al-Quran bahkan ditegaskan bahwa
sains (ilmu pengetahuan) bisa menuntun orang-orang yang beriman menemukan
Tuhan. Hubungan Islam dan sains itu diadaptasi oleh gereja semenjak kemunculan
Gerakan Renaissance di Eropa, sebagai bagian dari reformasi gereja. Pada era ini,
kehendak untuk memahami Tuhan menjadikan agama menjadi pendorong utama
semua usaha perolehan sains.

4. Agama dan Pertumbuhan Awal Sains


Hubungan agama dan sains pada zaman itu memposisikan sains untuk memperkuat
dogma dogma agama. Ketika kitab suci mengatakan bahwa Tuhan menciptakan alam,
maka sains bekerja untuk membuktikan betapa sempurnanya hukum yang mengatur
alam. Sempurnanya hukum alam menjadi bukti kuat tentang betapa hebatnya Tuhan
yang menciptakan hukum alam.

5. Agama dan Perkembangan Sains Mutakhir


Gambaran Tuhan dalam agama-agama kuno yang secara aktif menciptakan dunia,
dengan tangannya sendiri menciptakan manusia, melibatkan diri melalui mukjizat
dalam berbagai peristiwa dunia dan menjanjikan surga dan neraka menjadi tidak
relevan dan tergusur oleh sains. Jika sains sudah membuang Tuhan sebagai aktor yang
mengatur dunia, apakah Tuhan akan dilupakan? Apakah Tuhan akan tamat?
Bagaimana Tuhan akan kembali?

Anda mungkin juga menyukai