Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN KEGIATAN KBLK LEMBANG

DISUSUN OLEH
Shoofi sazkiatun/26 (X IPS 1)
Desri azzahra/05 (X IPS 1)
Karlina Safitri/12 (X IPS 1)
Risna febri yanti/22 (X IPS 1)
Renaldi Ramdani/20 (X IPS 1)

SMA NEGEI 1 KERTASARI


KAB.BANDUNG
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, penulis
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan “Laporan kegiatan
KBLK lembang” dengan baik. Adapun laporan perjalanan ini telah penulis usahakan semaksimal
mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan
laporan ini. Untuk itu penulis tidak lupa menyampaikan bayak terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu penulis dalam pembuatan makalah ini.

Kertasari,23 February 2023

Tempat dan waktu kegiatan


Lembang,17 February 2023

Panitia/pembimbing
Bapak Endang, Spd
Bapak Reza dani pratama ,S.T.r.Kom
1.1. Latar Belakang

Kawasan Lembang merupakan salah satu lokasi wisata di Bandung yang paling sering
dikunjungi oleh wisatawan. Lembang terletak di Kabupaten Bandung Barat yang terkenal
sebagai salah satu kawasan dataran tinggi di Indonesia. Kabupaten Bandung Barat merupakan
hasil pemekaran dari wilayah Kabupaten Bandung yang berbatasan langsung dengan Kabupaten
Purwakarta dan Kabupaten Subang di sebelah utara, sedangkan di sebelah timur berbatasan
dengan Kabupaten Bandung dan Kota Cimahi, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten
Bandung dan Kabupaten Cianjur, dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Cianjur. Letak
geografis yang terletak pada ketinggian antara 1.312 hingga 2.084 meter di atas permukaan laut
membuat Lembang memiliki suhu rata–rata berkisar antara 17º-27ºC. Kekayaan alam yang subur
membuat Lembang memiliki pemandangan alam yang sangat indah. Suasana yang asri
menjadikan wilayah Lembang

sebagai tempat yang cocok dan dicari oleh orang-orang yang ingin berlibur. Udara yang
dingin serta ditumbuhi banyak pepohonan menjadikan kawasan Lembang sebagai lokasi wisata
favorit terutama bagi para wisatawan yang berasal dari kota-kota besar sekitar Bandung untuk
melepaskan penat dari hiruk pikuk maupun kejenuhan rutinitas di daerah perkotaan sehari-hari.
Wisatawan asal Bandung juga tidak kalah banyak dengan wisatawan yang berasal dari luar kota
Bandung yang menjadikan Lembang sebagai destinasi favorit untuk berwisata. Meskipun saat
hari libur wilayah Lembang selalu dipenuhi dengan kemacetan dimana-mana dan dipenuhi oleh
kendaraan yang berasal dari luar kota terutama Jakarta, tapi hal tersebut tidak menyurutkan
keinginan wisatawan untuk datang berkunjung ke tempat-tempat wisata di daerah Lembang.
Berikut merupakan tabel data kunjungan wisatawan di Kabupaten Bandung Barat.
1.2. PEMBAHASAN

BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG

Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang, adalah Balai Inseminasi Buatan pertama
didirikan di Indonesia. BIB Lembang merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang dikelola
oleh Pemerintah Pusat, dalam hal ini Kementerian Pertanian. Balai ini dibangun pada tahun
1975, dan diresmikan oleh Menteri Pertanian Prof. DR. Ir. Toyib Hadiwidjaya dan Wakil
Perdana Menteri Selandia Baru Mr. Hon B Talboys, sebagai Balai Inseminasi Buatan (BIB)
pertama di Indonesia dan diresmikan pada tanggal 3 April 1976. BIB Lembang diberi mandat
pemerintah untuk memproduksi semen beku ternak sapi perah dan sapi potong, dalam rangka
memenuhi kebutuhan semen beku untuk Inseminasi Buatan (IB). Sebelum dibangun BIB
Lembang, Indonesia masih bergantung pada semen beku impor untuk kebutuhan IB. Melalui
keberadaan BIB Lembang, Indonesia telah mampu memenuhi sebagian kebutuhan semen beku
sapi secara mandiri. Sejak berdiri hingga saat ini BIB Lembang telah memproduksi semen beku
38 juta dosis dan didistribusikan ke daerah- daerah pelaksana IB sebanyak 34 juta dosis.

Balai Inseminasi Buatan Lembang terletak di Desa Kayu Ambon, Kecamatan Lembang,
Kabupaten Bandung Barat, tepatnya 17 km arah utara kota Bandung.
Ternak yang dipelihara di balai merupakan pejantan yang bersertifikat yang merupakan
hasil seleksi dan Uji yaitu dengan Uji Zuriat pada sapi perah, dan Uji Performans pada sapi
potong,

serta secara rutin melaksanakan replacement (peremajaan) agar dapat menghasilkan pejantan
yang produktif.

Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa)

Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) adalah salah satu Unit Pelaksana Teknis
(UPT) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian yang berada di bawah koordinasi
langsung Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. Balitsa, terletak di bawah kaki
Gunung Tangkuban Parahu, Desa Cikole, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat,
Provinsi Jawa Barat pada ketinggian tempat ± 1.250 mdpl.Lembaga ini berdiri pada tahun 1940
dan sampai dengan tahun 1962 lembaga ini bertempat di Bogor, Jawa Barat dengan status
sebagai Kebun Percobaan yang bernama Balai Penyelidikan Pertanian Kebun Percobaan
Margahayu di bawah Balai Penyelidikan Teknik Pertanian (BPTP). Selanjutnya, pada tahun
1962 sampai dengan 1973 lembaga ini bertempat di Pasar Minggu, Jakarta Selatan dan berganti
nama menjadi Kebun Percobaan Margahayu di bawah Lembaga Penelitian Hortikultura (LPH).
Sedangkan, pada tahun 1973 sampai dengan tahun 1980, lembaga ini berganti nama lagi menjadi
Cabang Lembaga Penelitian Hortikultura di bawah Lembaga Penelitian Hortikultura (LPH)
Pusat. Pada saat itu, tenaga peneliti yang tergabung dalam Lembaga tersebut dibagi dalam empat
disiplin ilmu, yaitu : Pemuliaan, Hama dan Penyakit, Sosial Ekonomi, dan Teknologi Hasil
Pertanian.Pada tanggal 2 Desember 1980 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian
No.861/Kpts/Org/12/1980, cabang Lembaga Penelitian Hortikultura berubah nama menjadi Balai
Penelitian Tanaman Pangan (Balitan) Lembang dan bertanggung jawab langsung kepada Pusat
Penelitian dan Pengambangan Tanaman Pangan di Bogor di bawah lingkup Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian.

GUNUNG TANGKUBAN PARAHU

Gunung Tangkuban Parahu adalah salah satu gunung yang terletak di daerah
Cikole,Lembang. Gunung ini memiliki ketinggian 2.083. Konon menurut masyarakat setempat,
Gunung Tangkuban Perahu Bandung merupakan bukti nyata dari cerita rakyat “Sangkuriang”.
Gunung tersebut terbentuk karena amukan Sangkuriang yang tidak jadi menikahi ibu
kandungnya sendiri (Dayang Sumbi), sehingga perahu yang telah ia buat untuk syarat menikahi
ibunya yang cantik tersebut di tendang sampai terlempar jatuh dan terbalik akhirnya menjadi
sebuah gunung yang kita kenal sebagai Gunung Tangkuban Perahu Bandung (diambil dalam
bahasa sunda) yang dalam bahasa indonesia tangkub artinya terbalik. Di tempat itu juga terdapat
kawah yang menimbulkan bau belerang. Kini Gunung Tangkuban Perahu Bandung merupakan
suatu objek wisata yang ramai dikunjungi wisatawan lokal dan asing. Udaranya sejuk,
pemandangannya indah dan terdapat pula para pedagang yang menjajakan berbagai Kuliner
Khas Bandung, Kerajinan Bandung, dan souvenir-souvenir lainnya.

Untuk menjelajahi Gunung Tangkuban Perahu yang sangat luas kita bisa melalui jalan
setapak, atau menyewa seekor kuda yang bisa mengantar kita mengelilingi Gunung Tangkuban
Perahu Bandung untuk menikmati keindahan alam dan berfoto bersama teman-teman di sana.

1.3 Kesimpulan

Pelaksanaan inseminasi buatan pada sapi merupakan salah satu Pelaksanaan inseminasi
buatan yang sangat memudahkan bagi kelompok Masyarakat peternak sapi untuk mengawinkan
sapi, dan juga dapat Mempercepat waktu,tenaga serta tidak harus meminjam pejantan dari Orang
lain untuk pembuntingan sapi mereka. Hanya saja dalam Pelaksanaan penyuntikan sapi secara
inseminasi buatan terlalu keseringan Dan tidak ada kawin secara alami.Adapun proses
pembayaran yang Dilakukan peternak sapi, yaitu jika petugas sudah melaksanakan Penyuntikan
maka peternak sapi menberikan sejumlah uang atau bayaran Kepada petugas inseminator.
Peternak sapi mengatakan tidak membeli Sperma tapi memberikan sejumlah uang sesuai dengan
tarif yang Ditentukan oleh pihak inseminator sebagai upah jasa.

Pendapatan dan keuntungan usahatani sayuran polikultur yaitu: Untuk Usahatani yang
dijalankan selama 1 tahun, petani yang mengusahakan Usahatani sayuran polikultur sawi,
kangkung, bayam dan selada. Rata-rata Produksi sawi adalah 13,952.43 Kg/Luas Lahan/Tahun,
rata-rata produksi Kangkung adalah 10,195.54 Kg/Luas Lahan/Tahun, rata-rata produksi bayam
Adalah 6,154.54 Kg/Luas Lahan/Tahun, rata-rata produksi selada adalah 2,891.50 Kg/Luas
Lahan/Tahun. Rata-rata pendapatan sayuran polikultur Adalah Rp 69,662,782.67/Luas
Lahan/Tahun. Rata-rata keuntungan sayuran Polikultur adalah Rp 50,806,906.52/Luas
Lahan/Tahun. Sedangkan Pendapatan per hektarnya sebesar Rp 447,241,241.09/Tahun dan
Keuntungan Rp 319,784,732.57 /Tahun. Dapat dilihat dari keuntungan yang didapat oleh Petani
responden, usahatani sayuran polikultur ini sangat menguntungkan dan Bisa meningkatkan
pendapatan para petani.
Asal-usul Gunung Tangkuban Perahu dikaitkan dengan legenda Sangkuriang, yang
dikisahkan jatuh cinta kepada ibunya, Dayang Sumbi/Rarasati. Untuk menggagalkan niat
anaknya menikahinya, Dayang Sumbi mengajukan syarat supaya Sangkuriang membuat sebuah
telaga dan sebuah perahu dalam semalam.

1.4 Penutup

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentu nya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatas nya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungan nya dengan judul makalah
ini.Penulis banyak berharap para pembaca yang budi man dusi memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi sempurna nya makalah ini dan dan penulisan makalah
dikesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya
juga para pembaca yang budiman pada umumnya.

Anda mungkin juga menyukai