Anda di halaman 1dari 6

Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.

com

Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan


Volume 7, Edisi 3, September 2022, hal. 993–998 ISSN
2502-4825 (cetak), ISSN 2502-9495 (daring)

Persepsi pasien tentang penularan tuberkulosis: Studi kualitatif


dalam kluster tuberkulosis

Dyah Wulan Sumekar Rengganis Wardani1*), Endro Prasetyo Wahono2, Bayu Anggileo
Pramesona1

1Departemen Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung, Indonesia


2Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Lampung, Indonesia

INFORMASI ARTIKEL ABSTRAK

Klaster spasial-temporal tuberkulosis (TB) yang signifikan menunjukkan tempat tinggal orang yang rentan dan menunjukkan
Riwayat artikel: kemungkinan penularan lokal. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa terdapat klaster spasial-temporal TB di

beberapa daerah, namun hanya sedikit yang mempelajari persepsi pasien terhadap penularannya. Penelitian ini bertujuan
Diterima 11 April 2022 Diterima
untuk mempelajari pengalaman dan interpretasi tentang mekanisme penularan pasien TB BTA positif di cluster spasial-
21 Juli 2022 Diterbitkan 10
September 2022 temporal di Bandar Lampung dan mengidentifikasi kemungkinan penularan lokal. Sebuah studi kualitatif fenomenologi

dilakukan untuk mengidentifikasi pengalaman dan interpretasi Jumlah sampel adalah 15 pasien. Informasi yang dikumpulkan

dalam penelitian ini meliputi sumber penularan TB, lama kontak dan mekanisme penularan; yang diperoleh melalui
Kata kunci: wawancara mendalam dengan menggunakan kuesioner. Data dianalisis dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Hasil

Persepsi pasien penelitian menunjukkan bahwa persepsi informan terhadap sumber penularan TB bukan berasal dari informan lain di klaster,

TBC melainkan dari kontak internal, tetangga, dan rekan kerja. Lama kontak pertama sampai informan didiagnosis sebagai

Penularan penderita TB berkisar antara tiga bulan sampai beberapa tahun. Mekanisme penularan terdiri dari berbicara langsung,

Studi kualitatif mengobati pasien TB, minum dengan gelas yang sama dan merokok dengan rokok yang sama. Oleh karena itu, program

pengendalian TB harus mempertimbangkan transmisi lokal dan mekanisme intervensi TB yang lebih baik. Lama kontak

pertama sampai informan didiagnosis sebagai penderita TB berkisar antara tiga bulan sampai beberapa tahun. Mekanisme

penularan terdiri dari berbicara langsung, mengobati pasien TB, minum dengan gelas yang sama dan merokok dengan rokok

yang sama. Oleh karena itu, program pengendalian TB harus mempertimbangkan transmisi lokal dan mekanisme intervensi

TB yang lebih baik. Lama kontak pertama sampai informan didiagnosis sebagai penderita TB berkisar antara tiga bulan sampai

beberapa tahun. Mekanisme penularan terdiri dari berbicara langsung, mengobati pasien TB, minum dengan gelas yang sama

dan merokok dengan rokok yang sama. Oleh karena itu, program pengendalian TB harus mempertimbangkan transmisi lokal

dan mekanisme intervensi TB yang lebih baik.

Artikel akses terbuka ini berada di bawahCC–BY-SAlisensi.

ABSTRAK
Kata kunci:
Cluster spasial–temporal tuberkulosis (TB) yang menyediakan informasi
Persepsi pasien signifikan dimana orang yang rentan berada dan menunjukkan kemungkinan
TBC penularan lokal. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan adanya TB
Penularan
spasial–temporal cluster di beberapa daerah, tetapi hanya sedikit yang
Studi kualitatif
mempelajari persepsi pasien terhadap penularan. Penelitian ini bertujuan
untuk mempelajari pengalaman dan interpretasi tentang mekanisme
* ) Penulis yang sesuai
penularan pasien TB BTA positif di cluster spasial – temporal TB di Bandar
Dyah Wulan Sumekar Rengganis Wardani Lampung dan mengidentifikasi kemungkinan penularan lokal. Penelitian
fenomenologi kualitatif dilakukan untuk mengidentifiksi pengalaman dan
Departemen Kesehatan Masyarakat Fakultas interpretasi tersebut dengan jumlah sampel 15 pasien. Informasi yang
Kedokteran Universitas Lampung Jl. dikumpulkan meliputi sumber penularan TB, lama kontak dan mekanisme
Soemantri Brojonegoro No. 1 Gedong penularan; yang diperoleh melalui wawancara mendalam dengan
Meneng, Bandar Lampung 35145, Indonesia
menggunakan kuesioner. Analisis data menggunakan pendekatan kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi informan tentang sumber
Email: dyah.wulan@fk.unila.ac.id
penularan TB bukan dari informan lain di cluster, melainkan dari kontak
DOI: 10.30604/jika.v7i3.1316 rumah, tetangga, dan rekan kerja. Lama kontak pertama sampai informan
terdiagnosis sebagai pasien TB berkisar antara tiga bulan hingga beberapa
Hak Cipta @penulis tahun. Mekanisme penularannya berupa berbicara langsung, mengobati
penderita TBC, minum dengan gelas yang

Tersedia online di: https://aisyah.journalpress.id/index.php/jika/


Email: jurnal.aisyah@gmail.com
Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan, 7(3), September 2022, –994
Dyah Wulan Sumekar Rengganis Wardani, Endro Prasetyo Wahono, Bayu Anggileo Pramesona

sama dan merokok dengan rokok yang sama. Oleh karena itu, program
penanggulangan TB harus mempertimbangkan penularan lokal dan
mekanismenya untuk intervensi TB yang lebih baik.

Artikel akses terbuka ini berada di bawahCC–BY-SAlisensi.

PERKENALAN pada klaster spasial-temporal TB di Bandar Lampung.

Kluster spasial-temporal adalah sekelompok pasien yang


mengkluster koordinat geografis berdasarkan variabel tertentu
dari domain waktu dan ruang. Variabel tersebut dapat
didasarkan pada kesamaan tanggal diagnosis pasien atau METODE
kesamaan tempat tinggal atau lokasi kerja pasien (Kulldorff,
2010). Fenomena ini juga terkait dengan kasus tuberkulosis Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif fenomenologis
(TB). Klaster spasial-temporal TB dapat didefinisikan sebagai untuk mengidentifikasi pengalaman dan interpretasi pasien TB
klaster pasien TB karena kesamaan tanggal diagnosis TB serta BTA positif tentang sumber penularan TB, lama kontak, dan
kesamaan lokasi tempat tinggal pasien (Liu et al., 2012; Maciel mekanisme penularan. Penelitian dilakukan selama Juni–
et al., 2010) . Banyak peneliti telah memverifikasi bahwa klaster November 2017 mengikuti periode klaster spasial–temporal TB
spasial-temporal TB terdapat di sejumlah negara. Penelitian di pada Januari–Desember 2016 di Bandar Lampung, Indonesia.
Spanyol menunjukkan bahwa selama periode 1 Januari 2008–31 Cluster terdiri dari 15 pasien TB BTA-positif yang memiliki
Desember 2010 terdapat 20 klaster spasial-temporal TB, kesamaan waktu diagnosis TB dalam waktu tiga bulan serta
kebanyakan ditemukan di Barcelona (Gomez-Barosso et al., lokasi perumahan. Radius cluster adalah 1,98 kilometer.
2013). Penelitian di Bandar Lampung, Indonesia, juga Populasi penelitian adalah pasien TB dalam klaster spasial-
menunjukkan adanya dua klaster spasial-temporal TB selama temporal TB periode Januari-Juli 2016 sebanyak 15 pasien TB
Januari–Juli 2012 (Wardani et al., 2014). Selain itu, penelitian di BTA positif. Kriteria kelayakan adalah ketersediaan untuk
Bandar Lampung juga menunjukkan bahwa selama tahun berpartisipasi dalam penelitian ini. Sampel penelitian ini adalah
2012–2015 terjadi dinamika klaster yaitu pergerakan klaster seluruh populasi yaitu 15 pasien TB BTA positif, karena semua
spasial-temporal TB di beberapa wilayah Bandar Lampung populasi secara sukarela setuju untuk berpartisipasi dalam
(Wardani & Wahono, 2020). penelitian ini. Variabel penelitian terdiri dari sumber penularan,
lama kontak, dan mekanisme penularan. Data yang
Informasi tentang lokasi klaster spasial-temporal TB sangat dikumpulkan dalam penelitian meliputi pengumpulan data
berharga untuk mendukung program pengendalian TB karena klaster sekunder dan data primer. Data sekunder dikumpulkan dari
menyediakan lokasi tempat tinggal sebagian besar pasien TB. Dengan Puskesmas tempat klaster spasial-temporal TB berada dan
demikian, program pengendalian TB dapat lebih difokuskan pada area terdiri dari identitas pasien TB BTA-positif. Data primer meliputi
berisiko tinggi dan menyoroti kondisi area tersebut (Alvarez-Hernández sumber penularan, lama kontak, dan mekanisme penularan
et al., 2010; Li et al., 2016). Penelitian menunjukkan bahwa klaster TB yang diperoleh melalui wawancara mendalam dengan
sebagian besar terjadi di daerah dengan determinan sosial yang rendah. menggunakan kuesioner dan dilanjutkan dengan triangulasi
Hal ini sesuai dengan tinjauan yang menetapkan bahwa determinan dengan anggota keluarga terdekat responden yang
sosial, secara langsung atau melalui faktor risiko TB (kondisi perumahan mengetahui aktivitas sehari-hari responden. Pedoman
yang buruk, ketahanan pangan yang buruk, dan akses kesehatan yang kuesioner yang digunakan untuk wawancara mendalam
buruk), mempengaruhi kejadian TB (Lönnroth et al., 2009; Rasanathan et meliputi pertanyaan tentang kemungkinan sumber penularan
al., 2011; Wardani & Wahono, 2019; Wardani & Wahono, 2019b, 2019a). dengan menggali riwayat kemungkinan interaksi dengan
Beberapa peneliti telah menunjukkan bahwa klaster TB spasial-temporal pasien TB dan menyebutkan detail informasi terkait; responden
terjadi di daerah dengan kepadatan penduduk tinggi, indeks deprivasi juga ditanya tentang status sumber penularan yang
tinggi, atau tingkat kejadian TB yang tinggi. Peneliti juga bersangkutan, apakah sebagai anggota keluarga, tetangga,
merekomendasikan temuan mereka dalam mendukung program rekan kerja, atau status lain yang memungkinkan; wawancara
pengendalian TB (Alvarez-Hernández et al., 2010; Li et al., 2016; Wardani juga dilakukan untuk menggali informasi lebih lanjut tentang
et al., 2014; Wardani & Wahono, 2020). lama kontak dengan sumber penularan; serta kegiatan apa saja
yang telah dilakukan beserta kemungkinan sumber
Klaster TB spasial-temporal juga menunjukkan penularannya. Data yang diperoleh dari wawancara mendalam
kemungkinan penularan lokal dari pasien TB ke anggota kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif,
masyarakat lainnya. Beberapa peneliti telah mengidentifikasi yang terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut: 1) transkripsi:
kemungkinan penularan lokal berdasarkan identifikasi transkripsi wawancara mendalam; 2) pengkodean: memberi
kesamaan genotipe pasien TB baik dalam klaster tertentu atau label pada unit transkrip yang bermakna; 3) kategorisasi:
melalui gabungan surveilans epidemiologi klaster dan evaluasi ulang dan pengkodean ulang dengan label untuk
molekuler untuk mengidentifikasi terjadinya transmisi lokal kategori atau subkategori yang lebih spesifik; dan 4) tema:
(Lindquist et al., 2013; Moonan et al. ., 2004). Di sisi lain, jalur identifikasi pola di antara dan di dalam kategori.
penularan lokal berdasarkan persepsi penderita TB belum
diketahui dan dipelajari. Selain itu, persepsi pasien digunakan
untuk menjelaskan proses penularan TB yang sebenarnya
menurut persepsi pasien. Oleh karena itu, penelitian ini
bertujuan untuk mengidentifikasi kemungkinan penularan lokal HASIL DAN DISKUSI
berdasarkan persepsi pasien, meliputi sumber penularan,
Informan terdiri dari 10 laki-laki dan 5 perempuan. Sebagian
besar berusia 31–50 tahun (80,0%); berpendidikan rendah/kurang

Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan ISSN 2502-4825 (cetak), ISSN 2502-9495 (online)
Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan, 7(3), September 2022, – 995
Dyah Wulan Sumekar Rengganis Wardani, Endro Prasetyo Wahono, Bayu Anggileo Pramesona

pendidikan di atas 9 tahun (66,7%); dipekerjakan paruh waktu 2014). Sebagian besar informan dalam penelitian ini yang
(73,3%) seperti misalnya pekerja pabrik, pekerja konstruksi, atau menyatakan bahwa sumber penularannya adalah anggota keluarga
pengemudi atau tidak memiliki pekerjaan (26,7%); memiliki dan inhouse contact memiliki tingkat pendidikan yang lebih rendah;
pendapatan keluarga bulanan kurang dari US$167; dan tidak 66,7% informan memiliki tingkat pendidikan yang rendah, hal ini
memiliki aset produktif seperti rumah sewa atau toko. terkait dengan rendahnya pengetahuan tentang penularan TB dan
Enam dari lima belas informan menganggap sumber berdampak pada peningkatan kemungkinan penularan melalui
penularan TB berasal dari tetangganya. “Tetangga” merujuk kontak serumah atau keluarga. Hasil ini juga sejalan dengan
pada tetangga dekat yang bertemu dengan informan setiap penelitian di Zambia, yang menemukan bahwa rendahnya tingkat
hari. Dua informan mengatakan bahwa sumber penularan TB pendidikan mendorong rendahnya pengetahuan tentang jalur
mereka adalah anggota keluarga yang tinggal di sebelah penularan TB (Boccia et al., 2011). Frekuensi keterlibatan langsung
informan. Selain itu, dua informan menyatakan sumber tanpa alat pelindung serta rendahnya pengetahuan TB
penularannya adalah kerabat dekat yang sering berkunjung ke kemungkinan besar menjadi faktor risiko yang relevan untuk
rumah, dan dua informan menyatakan sumber penularan TB penularan.
adalah anggota keluarga besarnya yang tinggal serumah atau Selain kontak internal, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tetangga dan rekan kerja juga berpotensi

kontak serumah. Ketiga informan lainnya menyatakan bahwa menjadi sumber penularan. Temuan ini mendukung penelitian yang dilakukan di Cape Town, Afrika Selatan dan

sumber penularan TB adalah rekan kerja. Sebagian besar Thailand, yang menemukan bahwa tetangga dan rekan kerja merupakan sumber penularan TB. Selain itu,

informan tidak mengetahui bahwa tetangga atau rekan reinfeksi sering terjadi di luar rumah tangga, yaitu dari rumah sekitar dan lingkungan kerja (den Boon et al., 2007;

kerjanya menderita TB. Meskipun persepsi informan tentang Ngamvithayapong-Yanai et al., 2019). Pada penelitian ini, sebagian besar informan dengan tetangga dan rekan

sumber penularan TB mereka adalah sumber yang disebutkan kerja yang dianggap sebagai sumber penularan menyatakan tidak tahu dan belum mendapat informasi bahwa

di atas, tetangga atau rekan kerjanya menderita TB berat. Situasi ini terkait dengan stigma masyarakat bahwa penderita

TB akan dikucilkan. Karena itu, anggota keluarga pasien TB cenderung tidak mengungkapkan kondisi pasien TB

kepada tetangga, rekan kerja, atau masyarakat. Penelitian di Blantyre, Malawi juga menunjukkan bahwa anggota

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa persepsi keluarga penderita TB tidak ingin status anggota keluarga penderita TB terungkap ke tetangga atau masyarakat.

informan tentang periode dari kontak pertama dengan pasien Hal ini terkait dengan stigma di masyarakat bahwa TB berhubungan dengan HIV/AIDS (Monk et al., 2018).

TB hingga diagnosis menderita TB bervariasi dari 3 bulan Penelitian di Thailand juga menunjukkan bahwa pemeriksaan rutin tahunan untuk guru di tempat kerja dapat

hingga beberapa tahun. Merujuk pada hasil, durasi bergantung memungkinkan deteksi dini TB. Hal ini menunjukkan bahwa infeksi TB ditularkan di tempat kerja karena

pada kedekatan hubungan informan dengan pasien TB. penderita TB tidak menyampaikan bahwa dirinya mengidap TB kepada rekan kerjanya (Ngamvithayapong-Yanai

Informan dengan in-house contact sebagai sumber penularan et al., 2019)). Malawi juga menunjukkan bahwa anggota keluarga pasien TB tidak ingin status anggota keluarga

TB menyatakan bahwa jangka waktu dari kontak sampai penderita TB terungkap ke tetangga atau masyarakat. Hal ini terkait dengan stigma di masyarakat bahwa TB

terdiagnosis adalah 3 bulan. Selain itu, informan dengan berhubungan dengan HIV/AIDS (Monk et al., 2018). Penelitian di Thailand juga menunjukkan bahwa pemeriksaan

tetangga atau rekan kerja sebagai sumber penularan TB rutin tahunan untuk guru di tempat kerja dapat memungkinkan deteksi dini TB. Hal ini menunjukkan bahwa

menunjukkan durasi yang lebih lama—6 bulan atau 1 tahun infeksi TB ditularkan di tempat kerja karena penderita TB tidak menyampaikan bahwa dirinya mengidap TB

hingga diagnosis TB. kepada rekan kerjanya (Ngamvithayapong-Yanai et al., 2019)). Malawi juga menunjukkan bahwa anggota

Peserta menggambarkan kegiatan yang paling sering dilakukan keluarga pasien TB tidak ingin status anggota keluarga penderita TB terungkap ke tetangga atau masyarakat. Hal

dengan tetangga sebagai sumber penularan TB adalah berbicara ini terkait dengan stigma di masyarakat bahwa TB berhubungan dengan HIV/AIDS (Monk et al., 2018). Penelitian

langsung dengan tetangga, seperti ketika mengunjungi di Thailand juga menunjukkan bahwa pemeriksaan rutin tahunan untuk guru di tempat kerja dapat

tetangganya atau sebaliknya. Kegiatan yang dilakukan oleh memungkinkan deteksi dini TB. Hal ini menunjukkan bahwa infeksi TB ditularkan di tempat kerja karena

informan yang mengidentifikasi keluarga sebagai sumber penderita TB tidak menyampaikan bahwa dirinya mengidap TB kepada rekan kerjanya (Ngamvithayapong-Yanai

penularan TB adalah berbicara secara langsung serta membantu et al., 2019)).

dan merawat anggota keluarga seperti membelikan sesuatu untuk Status pasien TB tidak diungkap sehingga kegiatan dibagi
mereka, memandikan, memberi makan, atau memberi mereka antara orang sehat dan pasien TB. Dalam penelitian ini, aktivitas
minuman. Sedangkan untuk informan dengan rekan kerja sebagai bervariasi dari percakapan langsung hingga minum dari gelas
sumber penularan TB, kegiatan yang paling sering dilakukan adalah yang sama dan berbagi rokok, yang semuanya terkait dengan
berbagi rokok dan minum dari gelas yang sama. Selain itu, semua interaksi sosial. Penelitian di Cape Town juga menunjukkan
informan menyatakan bahwa aktivitas mereka dengan tetangga, bahwa tempat-tempat dengan interaksi sosial yang tinggi
keluarga, dan rekan mereka dilakukan tanpa alat pelindung diri seperti bar (dia telah/ bar lokal di Cape Town) memiliki potensi
seperti masker. tinggi untuk penularan TB ((Murray et al., 2009). Kegiatan yang
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi informan terjadi antara anggota keluarga dan kontak serumah dalam
terhadap sumber penularan TB tidak berasal dari informan lain penelitian ini terdiri dari berbicara langsung dan merawat
dalam klaster spasial-temporal TB. Hal ini tidak menunjukkan (mandi, makan, dan memberi makan). minuman) kontak dalam
bahwa tidak ada transmisi lokal di klaster tersebut, karena rumah yang tidak disertai alat pelindung diri seperti masker
persepsi informan mengenai sumber transmisi melibatkan sehingga meningkatkan resiko penularan kepada anggota
orang-orang terdekatnya, yaitu kontak serumah, keluarga, keluarga yang sehat. et al., 2011).
tetangga, atau rekan kerja. Selain itu, sumber penularan
dengan waktu tersingkat sampai diagnosis adalah in-house
contact. Hasil ini sejalan dengan penelitian di Bandar Lampung
yang menemukan bahwa sumber transmisi terkuat adalah
transmisi internal rumah, diikuti oleh transmisi kerja dan
transmisi dari rumah sekitar (Wardani & Wahono, 2018). Hasil KESIMPULAN DAN SARAN
ini juga didukung oleh penelitian di Lima, Peru, yang
menunjukkan bahwa keluarga dengan TB resistan obat ganda Berdasarkan hasil yang telah dipaparkan di atas, persepsi
memiliki peluang untuk menularkan TB dalam 3 tahun pertama, pasien terhadap penularan TB pada klaster TB spasial-temporal
dengan kepadatan kejadian 2.360 per 100.000 orang ke tidak berasal dari pasien TB lain dalam klaster tersebut, dalam
anggota keluarga lainnya (Grandjean et al., 2011). Penelitian di domain spasial dan waktu yang sama. Namun masih terdapat
Pakistan juga menunjukkan bahwa indeks kasus TB BTA-positif potensi penularan TB lokal pada klaster spasial-temporal TB.
tertinggi ditemukan pada kontak serumah (Khan et al., Penularan ini karena aktivitas penderita TBC dan orang sehat
cenderung tidak menampakkan kondisinya karena negatif

Persepsi pasien tentang penularan tuberkulosis: Studi kualitatif dalam kluster tuberkulosis
Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan, 7(3), September 2022, – 996
Dyah Wulan Sumekar Rengganis Wardani, Endro Prasetyo Wahono, Bayu Anggileo Pramesona

stigma di masyarakat tentang TB dan kurangnya pengetahuan Kulldorff, M. (2010).Panduan Pengguna SaTScan untuk Versi 9.0.
tentang penularan TB. Oleh karena itu, program pengendalian TB,
Li, L., Xi, Y., & Ren, F. (2016). Distribusi Ruang-Waktu
terutama di negara-negara dengan beban klaster spasial-temporal
Analisis Karakteristik dan Kemiripan Lintasan Tuberkulosis di
TB yang besar, harus mencakup peningkatan pengetahuan Beijing, China.Jurnal Internasional Penelitian Lingkungan dan
masyarakat tentang penularan TB untuk mengurangi stigma negatif Kesehatan Masyarakat,13(291). https://doi.org/10.3390/
seputar TB serta menargetkan kontak dekat pasien TB untuk ijerph13030291
mengurangi penularan TB di rumah. .
Lindquist, S., Allen, S., Field, K., Ghosh, S., Haddad, MB, Narita,
M., & Oren, E. (2013). Klaster Tuberkulosis Berdasarkan Genotipe untuk
Aksi Kesehatan Masyarakat, Washington, USA.Penyakit Menular yang
Muncul,19(3), 493–495.
PERTIMBANGAN ETIS
Liu, Y., Li, X., Wang, W., Li, Z., Hou, M., He, Y., Wu, W., Wang, H.,
Penelitian ini mendapat persetujuan etik dari Fakultas Liang, H., & Guo, X. (2012). Investigasi cluster ruang-waktu dan
Kedokteran Universitas Lampung, Indonesia, No. 1052/UN26.8/ hot spot geospasial untuk terjadinya tuberkulosis di Beijing.
DL/2017. Jurnal Internasional Tuberkulosis dan Penyakit Paru-Paru,16(4),
486–491. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.5588/ijtld.11.0255
Pendanaan

Lönnroth, K., Jaramillo, E., Williams, BG, Dye, C., & Raviglione, M.
Penulis tidak menerima dukungan dari organisasi mana pun (2009). Pendorong Epidemi Tuberkulosis: Peran Faktor Risiko
untuk karya yang dikirimkan. dan Determinan Sosial.Ilmu Sosial & Kedokteran, 68,
2240–2246.
Pernyataan Benturan Kepentingan https://doi.org/10.1016/j.socscimed.2009.03.041

Kami menyatakan bahwa tidak ada konflik kepentingan aktual atau


Maciel, E., Pan, W., Dietze, R., L, PR, Vinhas, S., Ribeiro, F., Palaci,
M., Rodrigues, RR, Zandonade, E., & Golub, JE (2010). Pola
potensial sehubungan dengan artikel ini.
Spasial Kejadian Tuberkulosis Paru dan Hubungannya dengan
Status Sosial Ekonomi di Vitoria, Brazil. Jurnal Internasional
Tuberkulosis dan Penyakit Paru-Paru, 14(11), 1395–1402.

REFERENSI
Monk, EJM, Kumwenda, M., Nliwasa, M., Mpunga, J., & Corbett,
Alvarez-Hernández, G., Lara-Valencia, F., Reyes-Castro, P.a, & EL (2018). Faktor-faktor yang mempengaruhi pengingatan pesan
Rascon-Pacheco, R.a. (2010). Analisis Penentu Spasial dan Sosial kesehatan tuberkulosis 2 tahun setelah penemuan kasus aktif di Blantyre,
Ekonomi Tuberkulosis di Hermosillo, Meksiko, 2000-2006.Jurnal Malawi. Jurnal Internasional Tuberkulosis dan Penyakit Paru-Paru, 22(9),
Internasional Tuberkulosis dan Penyakit Paru-Paru,14(6), 708– 1007–1015.
713.
Moonan, PK, Bayona, M., Quitugua, TN, Oppong, J., Dunbar, D.,
Boccia, D., Hargreaves, J., De Stavola, BL, Fielding, K., Schaap, A., Jost, KC, Burgess, G., Singh, KP, & Weis, SE (2004). Menggunakan
Godfrey-Faussett, P., & Ayles, H. (2011). Hubungan Antara Posisi Teknologi GIS untuk Mengidentifikasi Daerah Penularan dan
Sosial Ekonomi Rumah Tangga dan Prevalensi Tuberkulosis di Kejadian Tuberkulosis.Jurnal Internasional Kesehatan Geografis,
Zambia: Studi Kasus-Kontrol.PloS Satu,6(6). https://doi.org/ 3(23). https://doi.org/10.1186/1476-072X-3-23
10.1371/journal.pone.0020824
Murray, EJ, Marais, BJ, Mans, G., Beyers, N., Ayles, H., Wallman,
Braveman, P.a, Egerter, S.a, & Mockenhaupt, RE (2011). S., & Obligasi, V. (2009). Sebuah metode multidisiplin untuk
Memperluas Fokus: Kebutuhan untuk Mengatasi Determinan memetakan potensi 'hot spot' penularan tuberkulosis di
Sosial Kesehatan.Jurnal Pengobatan Pencegahan Amerika, komunitas beban tinggi.Jurnal Internasional Tuberkulosis dan
40, S4-18. Penyakit Paru-Paru,13(6), 767–774.
https://doi.org/10.1016/j.amepre.2010.10.002
Ngamvithayapong-Yanai, J., Luangjina, S., Thawthong, S.,
den Boon, S., van Lili, SWP, Borgdoff, MW, Enarson, DA, Bupachat, S., & Imsangaun, W. (2019). Stigma terhadap
Verver, S., Bateman, ED, Irusen, E., Lombard, CJ, White, NW, tuberkulosis dapat menghalangi investigasi kontak non-rumah
Villiers, C. De, & Beyers, N. (2007). Prevalensi Tinggi Tuberkulosis tangga: sebuah studi kualitatif di Thailand.Jurnal Internasional
pada Pasien yang Diobati Sebelumnya, Cape Town, Afrika Tuberkulosis dan Penyakit Paru-Paru,9(1), 15–23.
Selatan.Penyakit Menular yang Muncul,13(8), 1189– 1194.

Rasanathan, K., Sivasankara Kurup, A., Jaramillo, E., & Lönnroth, K.


Gomez-Barosso, D., Rodriguez-Valin, E., Ramis, R., & Cano, R. (2011). Penentu Sosial Kesehatan: Kunci Pengendalian
(2013). Analisis spatio-temporal tuberkulosis di Spanyol, 2008 – Tuberkulosis Global.Jurnal Internasional Tuberkulosis dan
2010.Jurnal Internasional Tuberkulosis dan Penyakit Paru-Paru, Penyakit Paru-Paru,15(6), S30-6. https://doi.org/10.5588/
17(6), 745–751. ijtld.10.0691
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.5588/ijtld.12.0702
Wardani, DWSR, & Wahono, EP (2019). Analisis Spasial dari
Grandjean, L., Crossa, A., Gilman, RH, Herrera, C., Bonilla, C., Akses Kesehatan Pasien Tuberkulosis di Bandar Lampung.
Jave, O., & Cabrera, JL (2011). Tuberkulosis pada Kontak Rumah Dalam Hadiyanto, B. Warsito, & Maryono (Eds.),Web Konferensi
Tangga dari Multidrug-Resistant.Jurnal Internasional E3S 125, 16001 ICENIS 2019(Vol. 1, Edisi 201 9). Ilmu EDP.
Tuberkulosis dan Penyakit Paru-Paru,15(Januari), 1164–1169.

Khan, T., Ahmed, Z., Zafar, M., Nisar, N., Qayyum, S., & Shafi, K. Wardani, DW, Lazuardi, L., Mahendradhata, Y., & Kusnanto, H.
(2014). Penemuan kasus aktif tuberkulosis paru sputum positif (2014). Kejadian Tuberkulosis Berkelompok di Bandar Lampung,
pada kontak serumah pasien tuberkulosis di Karachi, Pakistan. Indonesia.Jurnal Kesehatan Masyarakat Asia Tenggara WHO, 3
Jurnal Asosiasi Dokter Dada,2(1), 25–31. https://doi.org/ (2). https://doi.org/10.4103/2224-3151.115828
10.4103/2320- 8775.126507

Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan ISSN 2502-4825 (cetak), ISSN 2502-9495 (online)
Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan, 7(3), September 2022, – 997
Dyah Wulan Sumekar Rengganis Wardani, Endro Prasetyo Wahono, Bayu Anggileo Pramesona

Wardani, DW, & Wahono, E. (2018). Model Prediksi dari


Penularan Tuberkulosis Berdasarkan Faktor Risiko dan Posisi
Sosial Ekonomi di Indonesia.Jurnal Kedokteran Komunitas India,
43(2).

Wardani, DW, & Wahono, E. (2020). Dinamika Ruang-Waktu


Klaster Tuberkulosis di Indonesia.Jurnal Kedokteran Komunitas
India,45(1),43–47.
https://doi.org/10.4103/ijcm.IJCM

Wardani, DWSR, & Wahono, E. (2019a). Kondisi Perumahan as


Faktor Risiko Infeksi Tuberkulosis.Jurnal Penelitian & Pengembangan
Kesehatan Masyarakat India,10(3), 626–629.

Wardani, DWSR, & Wahono, E. (2019b). Utama


Determinan Penundaan Konversi Sputum Tuberkulosis di
Indonesia.Jurnal Kedokteran Komunitas India,44(1), 53– 57.
https://doi.org/10.4103/ijcm.IJCM

Persepsi pasien tentang penularan tuberkulosis: Studi kualitatif dalam kluster tuberkulosis
Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan, 7(3), September 2022, – 998
Dyah Wulan Sumekar Rengganis Wardani, Endro Prasetyo Wahono, Bayu Anggileo Pramesona

Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan ISSN 2502-4825 (cetak), ISSN 2502-9495 (online)

Anda mungkin juga menyukai