Anda di halaman 1dari 35

Seminar hasil

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH


DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS
PARU DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS BUNTU MALANGKA
KABUPATEN MAMASA
miktam

598 1705 062

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Pancasakti


Latar belakang

Kecamatan Buntu Malangka merupakan wilayah di Kabupaten


Mamasa dengan jumlah penderita TB paru yang cukup tinggi.
Berdasarkan Data presentase rumah sehat di wilayah kerja Puskesmas
Malangka, menunjukkan bahwa masih banyak rumah di wilayah
tersebut yang masuk dalam kategori rumah tidak sehat, yaitu 559
rumah (70,58%). Dan hanya 247 rumah (31,19%) yang merupakan
rumah dengan kategori rumah sehat (Puskesmas Buntu Malangka,
2021).
RUMUSAN MASALH

Bagaimana hubungan kondisi fisik rumah


dengan kejadian Tuberkulosis Paru di wilayah kerja
Puskesmas Buntu Malangka Kabupaten Mamasa
tahun 2023.
TUJUAN PENELITIAN

Tujuan Tujuan
Umum khusus

Mengetahui hubungan
a. Mengetahui hubungan kepadatan hunian dengan kejadian TB Paru di
kondisi fisik dengan wilayah kerja Puskesmas Buntu Malangka Kabupaten Mamasa

b. Mengetahui hubungan ventilasi rumah dengan kejadian TB Paru di


kejadian Tuberkulosis
wilayah kerja Puskesmas Buntu Malangka Kabupaten Mamasa
Paru di wilayah kerja c. Mengetahui hubungan pencahayaan dengan kejadian TB Paru di
wilayah kerja Puskesmas Buntu Malangka Kabupaten Mamasa
Puskesmas Buntu
d. Untuk mengetahui hubungan kelembaban dengan kejadian TB Paru di
Malangka Kabupaten wilayah kerja Puskesmas Buntu Malangka Kabupaten Mamasa

Mamasa.
MANFAAT PENELITIAN

Menambah dan
mengembangkan ilmu
Diharapkan dapat
pengetahuan yang menambha informasi terkait
dimiliki terkait TBC hubungan kondisi fisik
rumah dengan kejadian TB
Paru, sehingga dapat
melakukan upaya-upaya
pencegahan agar tidak
tertular, serta sebagai dasar
penyusunan program
Diharapkan menjadi intervensi yang sesuai
salah satu acuan serta kepada masyarakat.
pembanding bagi peneliti
lainnya
Faktor yang mempengaruhi terjadinya
TB paru :
Lingkungan Fisik Rumah
Jenis lantai
Jenis dinding
Pencahayaan
Kelembapan
Ventilasi
Kepadatan hunian

Faktor Faktor Lingkungan Biologis Kontak Pajanan M.


Serumah dengan penderita TB tuberculosisi

KERANGKA
Lingkungan

TEORI Faktor Lingkungan Sosial Tingkat


Pendidikan Status Ekonomi
Kepadatan Penduduk

Faktor Individu
- Umur Infeksi
- Jenis kelamin awal/primer
- Status imunisasi
- Kebiasaan merokok
- Kebiasaan membuang ludah
sembarangan
- TB-MDR
- Keadaan lain (kerusakan hati,
ginjal, gagal jantung, gangguan
Sakit TB Paru
mata)
Dasar Pemikiran Veriabel yang
Pencahayaan yang kurang
Diteliti Terjadinya penularan kuman
akan menyebabkan TB biasanya terjadi di dalam
kelembapan yang tinggi di satu ruangan, dimana
dalam rumah dan sangat percikan atau droplet berada
berpotensi bagi dalam waktu yang lama.
berkembangbiaknya kuman Ventilasi yang mengalirkan
TB paru udara dapat mengurangi
jumlah percikan, sementara
sinar matahari langsung
Kelembaban yang tinggi yang masuk ke dalam
merupakan media yang baik ruangan dapat membunuh
untuk bakteri-bakteri Luas bangunan yang tidak
bakteri.
patogen penyebab penyakit sebanding dengan jumlah
termasuk tuberkulosis. penghuninya akan
menyebabkan rumah terlalu
penuh (overcrowded).
KERANGKA KONSEP

Pencahayaan Kelembapan

Rumah Rumah

KEJADIAN TUBERKULOSIS

Luas Ventilasi Kepadatan Hunian


BAB 4
Metode Penelitian
Jenis
Penelitian

Penelitian kuantitatif dengan metode analitik


observasional yang menggunakan desain Cross
Sectional untukdan
b) Waktu menganalisis
Lokasi faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian TB paru di
wilayah kerja Puskesmas Buntu Malangka
Kabupaten Mamasa.
BAB 4
Waktu Dan Lokasi Penelitian
Waktu dan Lokasi Penelitian

Dilaksanakan di wilayah
Dilaksanakan Pada Kerja Puskesmas Buntu
bulan Juli-Agustus Malangka Kabupaten
Tahun 2023 Mamasa Provinsi
sulawesi barat
BAB 4
Populasi & sampel
POPULASI DAN SAMPEL

Sampel dalam penelitian


ini menggunakan teknik
Populasi dalam
Probality Sampling
penelitian ini sebanyak
(random Sampling)
236 rumah
Metode pengumpulan data

Data primer di peroleh dari hasil wawancara yang dilakukan


kepada responden, serta pengamatan dan pengukuran lansung
mengenai variable penelitian

Data sekunder di peroleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten


Mamasa dan Puskesmas Buntu Malangka
Pengolahan & Penyajian Data

Pengolahan data Penyajian data

Data Coding

Dalam bentuk tabel distribusi,


Data Re-check frekuensi, dan tabel hasil uji
statistic yang menunjukkan
Entry/input Data nilai hubungan antar variable
yang disertai dengan narasi.

Data Cleaning
Analisis Data

Analisis Univariat

Analisis
Data

Analisis Bivariat
hasil & pembahasan
Gambaran Umum Lokasi penelitian
Puskesmas
Buntu
Malangka

Jumlah penduduk sebanyak Wilayah Kerja : 6 Desa


5069 jiwa

1. Buntu Malangka
• Laki-laki : 2666 jiwa 2. Salurindu
• Perempuan : 2403 jiwa 3. Penatangan
4. Kebanga
5. Taora
6. ranteberang
Karakteristik Responden

• 80 Responden
• Teknik simple random sampling
Menggunakan kuesioner

Jenis Kelamin

Pendidikan

Pekerjaan
Karakteristik Responden

JENIS KELAMIN
Responden

Jenis Kelamin
n %

Laki-laki 64 80,0

Perempuan 16 20,0

Total 80 100,0
Karakteristik Responden

PENDIDIKAN
Responden
Pendidikan
N %

Tamat SD/Sederajat 12 15,0

Tamat SLTP/Sederajat 31 38,8

Tamat SMU/Sederajat 25 31,3

Perguruan Tinggi 12 15,0

Total 80 100,0
ANALISIS UNIVARIAT

a. Kejadian Tuberkulosis Paru

Responden
Tuberkulosis Paru
N %

Ya 17 21,2

Tidak 63 78,8

Total 80 100,0

• Kejadian Tuberkulosis Paru terdiri dari responden yang terjangkit TB Paru dan
responden yang terjangkit TB Paru.
• Responden yang terjangkit TB Paru diperoleh melalui data rekam medis
Puskesmas Buntu Malangka Kabupaten Mamasa.
ANALISIS UNIVARIAT

b. Kepadatan Hunian

Kepadatan hunian yang diteliti adalah


perbandingan jumlah anggota keluarga yang
tinggal dalam satu rumah, dengan luas rumah
Responden
tersebut
Kepadatan Hunian

n %
Pengumpulan data terdiri dari
• data jumlah anggota keluarga (wawancara
Memenuhi Syarat 61 76,2
dan observasi)
• Data luas rumah (alat ukur roll meter)
Tidak Memenuhi Syarat 19 23,8

Total 80 100,0
Rumus kepadatan hunian
Kepadatan Hunian = Luas Rumah : Jumlah
Anggota Keluarga
ANALISIS UNIVARIAT
c. Ventilasi Rumah

Ventilasi rumah yang diteliti adalah


perbandingan luas ventilasi rumah dengan
Responden
luas lantai rumah tersebut
Ventilasi

n %

Pengumpulan data luas ventilasi dan luas lantai


menggunakan alat ukur roll meter (Panjang x
lebar) dan diinput di lembar observasi Memenuhi Syarat 69 86,2

Tidak Memenuhi Syarat 11 13,8


pengukuran → diperoleh dari hasil
perbandingan luas ventilasi dengan luas
lantai rumah dan disesuaikan dengan standar
PMK No. 1077 tentang Penyehatan Udara dalam
Total 80 100,0
Ruang Rumah yaitu luas ventilasi minmal 10%
dari luas lantai.
ANALISIS UNIVARIAT
d. Pencahayaan

merupakan intensitas sinar matahari yang Responden


masuk ke rumah
Pencahayaan

n %

Pengukuran pencahyaan menggunakan


instrument lembar observasi dan Luxmeter. Memenuhi Syarat 56 70,0

Tidak Memenuhi Syarat 24 30,0


Hasil pengukuran pencahayaan rumah
kemudian dibandingkan dengan standar
PMK No. 1077 tentang Penyehatan Udara Total 80 100,0

dalam Ruang Rumah yaitu ≥ 60 lux.


ANALISIS bivariat
a. Hubungan Antara Kepadatan Hunian dengan Kejadian
Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Buntu Malangka
Kabupaten Mamasa

Kejadian TB Paru
Total
Kepadatan Hunian Ya Tidak p Value

n % n % n %

TMS 15 88,2 4 6,3 19 23,8

0,001

MS 2 11,8 59 93,7 61 76,2

Jumlah 17 21,2 63 78,8 80 100,0

Terdapat hubungan yang signifikan antara Kepadatan hunian dengan


kejadian TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Buntu Malangka
Kabupaten Mamasa.
ANALISIS bivariat
b. Hubungan Antara Ventilasi Rumah dengan Kejadian
Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Buntu
Malangka Kabupaten Mamasa

Kejadian TB Paru
Total
Ventilasi Rumah Ya Tidak p Value

n % n % n %

TMS 7 41,2 4 6,3 11 13,8


0,001
MS 10 58,8 59 93,7 69 86,2

Jumlah 17 21,3 63 78,8 80 100,0

Terdapat hubungan yang luas ventilasi rumah dengan


kejadian TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Buntu
Malangka Kabupaten Mamasa.
ANALISIS bivariat
c. Hubungan Antara Pencahayaan dengan Kejadian Tuberkulosis
Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Buntu Malangka Kabupaten
Mamasa.

Kejadian TB Paru
Total
Pencahayaan Ya Tidak p Value

n % n % n %

TMS 15 88,2 9 14,3 24 30,0


0,001
MS 2 11,8 54 85,7 56 70,0

Jumlah 17 21,3 63 78,8 80 100,0

Terdapat hubungan yang siginifikan antara pencahayaan rumah


dengan kejadian TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Buntu
Malangka Kabupaten Mamasa.
ANALISIS bivariat
d. Hubungan Antara Kelembaban dengan Kejadian Tuberkulosis
Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Buntu Malangka Kabupaten
Mamasa.

Kejadian TB Paru
Total
Kelembaban Ya Tidak p Value

n % n % n %

TMS 17 94,4 1 1,6 18 22,5


0,001
MS 0 0,0 62 98,4 62 77,5

Jumlah 17 21,3 63 78,8 80 100,0

Terdapat hubungan yang siginifikan antara kelembaban rumah


dengan kejadian TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Buntu
Malangka Kabupaten Mamasa.
Pembahasan

a. Hubungan Antara Kepadatan Hunian dengan Kejadian Tuberkulosis Paru

Perumahan yang tidak cukup atau terlalu sempit dapat meningkatkan kejadian penyakit
pada masyarakat, dikarenakan ruangan-ruangan akan kekurangan oksigen sehingga akan
menyebabkan turunnya daya tahan tubuh serta memudahkan perpindahan penyakit dari
manusia yang satu ke manusia yang lain termasuk memuda penularan penyakit saluran
pernafasan (Jeafita. J, 2021).

b. Hubungan Antara Ventilasi Rumah dengan Kejadian Tuberkulosis

• Ventilasi udara sangat diperlukan karena akan mengurangi polusi udara yang ada didalam
rumah sehingga dapat mencegah seseorang menghirup polutan tersebut. Menghirup polutan
yang ada dalam ruangan, lama kelamaan dapat menggangu fungsi Paru yang berdampak
pada mudahnya terjangkit TB Paru (Erina Rahmadyanti, S. T. dkk, 2023).

• Ventilasi juga berfungsi sebagai tempat masuknya udara bersih ke dalam rumah, yaitu udara
yang mengandung kadar oksigen yang optimum bagi pernafasan (Aristatia, N., & Yulyani. V,
2021)
Pembahasan

c. Hubungan Antara pencahayaan dengan Kejadian Tuberkulosis Paru

• Cahaya mempunyai sifat yang dapat membunuh bakteri.


• Pencahayaan yang kurang akan menyebabkan kelembapan yang tinggi di dalam
rumah dan sangat berpotensi bagi berkembangbiaknya kuman TB paru.
• Kuman mudah mati apabila terkena sinar matahari, bahkan kuman Mycobacterium
tuberculosis akan mati dalam waktu 2 jam oleh sinar matahari.

d. Hubungan Antara kelembaban dengan Kejadian Tuberkulosis

• Bakteri Mycobacterium tuberculosis seperti halnya bakteri lain akan tumbuh dengan subur
pada lingkungan dengan kelembaban yang tinggi (Muhajirin M. dkk, 2022).

• Tingginya angka kuman udara seperti Mycobacterium tuberculosis, memungkinkan kontak


atau terhirup oleh manusia semakin tinggi sehingga berdampak pada peningkatan kasus TB
Paru yang semakin cepat pula (Romadhan, S. Dkk, 2019).
Kesimpulan

1. Terdapat hubungan yang signifikan antara kepadatan hunian dengan kejadian TB Paru di Wilayah
Kerja Puskesmas Buntu Malangka Kabupaten Mamasa.

2. Terdapat hubungan yang signifikan antara luas ventilasi rumah dengan kejadian TB Paru di Wilayah
Kerja Puskesmas Buntu Malangka Kabupaten Mamasa.

3. Terdapat hubungan yang signifikan antara pencahayaan rumah dengan kejadian TB Paru di Wilayah
Kerja Puskesmas Buntu Malangka Kabupaten Mamasa.

4. Terdapat hubungan yang signifikan antara kelembaban dengan kejadian TB Paru di Wilayah Kerja
Puskesmas Buntu Malangka Kabupaten Mamasa
saran

1. Bagi instansi kesehatan


Diharapkan Puskesmas Buntu Malangka untuk terus melakukan sosialisasi atau penyuluhan
mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian TB Paru terutama mengenai
kepadatan hunian, luas ventilasi, pencahyaan dan kelembaban sebagai upaya pengendalian
penyakit TB Paru.

2. Bagi Masyarakat
Diharapkan bagi masyarakat agar dapat meningkatkan pengetahuan berkaitan faktor yang
berhubungan dengan kejadian TB Paru dan terus menjaga agar kepadatan hunian, ventilasi
ruangan, pencahayaan, dan kelebaban udara sebagai upaya pencegahan penularan TB
Paru
DOKUMENTASI

Mengukur luas Ventilasi dan Luas Lantai


Mengukur Pencahayaan dengan alat ukur
Lux meter
Mengukur Kelembaban dengan alat
ukur Hygrometer
Wawancara dengan responden
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai