Anda di halaman 1dari 6

PENGARUH PEMBERIAN INFORMASI PADA PASIEN TERDUGA

TBC SEBELUM PENGAMBILAN SAMPEL DAHAK

TUGAS AKHIR
Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh
Gelar Ahli Madya Analis Kesehatan

Oleh:
Fadillah Hamzah Fauzi
NIM. 212215068

YAYASAN AN NASHER
AKADEMI ANALIS KESEHATAN AN NASHER
CIREBON
2024
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jawa Barat dengan jumlah penduduk 42.194.869 jiwa mempunyai konsekwensi
terhadap tingginya kasus Tuberkulosis (TB). Tahun 2023 ditemukan rata-rata kasus
penderita TB sebanyak 658,542 kasus, dimana diantaranya penderita TB Bakteri Tahan
Asam (BTA) positif baru yang sangat potensial menular. Menurut World Health
Organization (WHO), Indonesia merupakan salah satu negara dengan beban penyakit
Tuberkulosis (TBC) yang cukup tinggi.
Prevalensi TBC di Indonesia menunjukkan adanya tantangan serius dalam
penanganan dan pencegahan penyakit ini. Faktor-faktor seperti akses terhadap layanan
kesehatan, kepatuhan terhadap pengobatan, dan adanya kasus resistensi obat menjadi isu-
isu utama yang perlu diatasi dalam upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian
akibat TBC di Indonesia. Organisasi kesehatan seperti WHO terus bekerja sama dengan
pemerintah Indonesia untuk meningkatkan upaya pengendalian TBC melalui program-
program pencegahan, pengobatan, dan edukasi masyarakat.
Pemeriksaan mikroskopis dahak dalam diagnosa TB pemeriksaan yang sederhana
mudah dikerjakan, tidak mahal dan tidak memerlukan teknologi canggih. Pemeriksaan
lain untuk diagnosis TB seperti kultur tidak bisa dilakukan di semua laboratorium karena
memerlukan fasilitas dan kelengkapan alat yang canggih. Dengan demikian untuk
mendukung menegakkan diagnosa TB secara mikroskopis, pengumpulan dahak harus
dilakukan dengan benar agar diperoleh kualitas dahak yang memenuhi syarat. Spesimen
dahak yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan BTA adalah dahak yang kental,
berwarna kuning kehijauan, mukopurulen, dengan volume 2-3 ml tiap pengambilan dan
ditampung dalam pot dahak yang benar.
Beberapa sumber dapat mempengaruhi mutu hasil pemeriksaan laboratorium,
secara garis besar kesalahan dapat terjadi pada tiga tahap yaitu tahap pra analitik, analitik,
dan pasca analitik. Pada umumnya kesalahan pemeriksaan laboratorium sekarang terjadi
pada tahap pra analitik yang meliputi persiapan pasien, pengumpulan spesimen,
pengambilan spesimen sampai pada pengiriman spesimen ke ruang laboratorium.
Tersangka TB sering mengumpulkan spesimen berupa air liur, bukan dahak yang
mukopurulen. Hal ini tidak sesuai dengan syarat pengumpulan spesimen sehingga
memungkinkan hasil pemeriksaan yang tidak sesuai dengan hasil yang sebenarnya.
Spesimen yang tidak memenuhi syarat untuk pemeriksaan BTA, kemungkinan penemuan
BTA secara mikroskopis menjadi kecil dan bahkan tidak ditemukan. Dimana spesimen
dahak berkualitas baik merupakan syarat dalam menentukan kualitas sediaan yang baik,
dengan demikian maka kemungkinan penemuan BTA secara mikroskopis menjadi lebih
besar.
Berdasarkan uraian tersebut diatas kesalahan salah satunya berasal dari kualitas
spesimen yang dikeluarkan tidak memenuhi syarat pemeriksaan. Peneliti bermaksud
melakukan penelitian tentang Pengaruh Pemberian Informasi pada Pasien Terduga TBC
Sebelum Pengambilan Sampel Dahak Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan Mikroskopis
BTA di puskesmas kabupaten Karawang.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah pemberian informasi pada pasien terduga TBC berpengaruh terhadap
hasil pemeriksaan?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui pengaruh pemberian informasi tentang cara mendahak terhadap
kualitas dahak yang memenuhi syarat pemeriksaan BTA.

2. Untuk mengetahui pengaruh pemberian informasi tentang cara mendahak terhadap


kuantitas dahak yang memenuhi syarat pemeriksaan BTA.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Peneliti
Sebagai masukan perlunya mengetahui pemahaman pasien terhadap instruksi peneliti
dalam cara mendapatkan kualitas dahak yang memenuhi syarat, sehingga peneliti dapat
mengkoreksi dalam memberikan informasi cara mendahak kepada pasien agar mudah
dipahami.
1.4.2 Akademi
Untuk
1.4.3 Masyarakat
Untuk
1.5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengaruh Pemberian Informasi
Pengaruh pemberian informasi dapat menjadi alat yang efektif untuk mempengaruhi
orang lain. Sehingga, pengaruh pemberian informasi didasarkan pada asumsi bahwa orang
cenderung lebih mempercayai informasi yang berasal dari sumber yang mereka percayai.
Oleh karena itu, dengan memberikan informasi yang akurat dan relevan, sumber pengaruh
dapat meningkatkan kepercayaan penerima pengaruh dan, pada akhirnya, mempengaruhi
perilakunya. Pastikan informasi yang anda berikan akurat dan relevan dengan kebutuhan dan
kepentingan penerima pengaruh, sajikan informasi dengan cara yang menarik dan mudah
dipahami, Bersikaplah jujur dan terbuka.
Pengaruh pemberian informasi adalah suatu bentuk pengaruh yang dilakukan dengan
memberikan informasi kepada penerima pengaruh. Informasi yang diberikan dapat berupa
informasi tentang fakta, opini, atau argumen. Tujuan dari pemberian informasi adalah untuk
mengubah sikap, keyakinan, atau perilaku penerima pengaruh.
Dalam pengumpulan dahak pengaruh pemberian informasi pada pasien terduga
diambil sampel untuk diperiksa sputum/dahak.
2.2 Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi kronis yang dapat menyerang organ
tubuh termasuk paru-paru yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis(M. Tbc). TB
paru dikenal sebagai penyakit kronis dapat menurunkan daya tahan fisik penderitanya secara
serius, hal ini disebabkan terjadinya kerusakan jaringan paru yang bersifat permanen. Kuman
ini ditemukan oleh Robert Koch pada tahun 1882. M tbc merupakan bakteri gram negatif
berbentuk batang yang dapat dideteksi dalam dahak penderita. Dalam jaringan basil tubelkel
merupakan batang ramping lurus berukuran kira-kira 0,4 x 3 um. Bakteri ini tahan terhadap
pemberian asam-alkohol sehingga disebut juga sebagai BTA. Bakteri M tbc bersifat tidak
tahan panas, akan mati pada suhu 6°C selama 15-20 menit.
Sumber penularan umumnya adalah penderita TB yang dahaknya mengandung BTA.
Penderita ini disebut BTA positif bila tiga kali pemeriksaan dahak dengan pewarnaan asam,
menghasilkan sedikitnya dua sediaan yang terlihat BTA. Pada waktu batuk, bersin, tertawa
atau berbicara, penderita ini mengeluarkan droplet sputum yang kemungkinan berisi basil.
Makin dekat seseorang berada dengan penderita, makin banyak dosis TB yang akan terhirup.
Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya sehingga dapat melewati sistem pertahanan
mukosilier brokus, dan terus berjalan sehingga sampai di alveolus dan menetap. Infeksi
dimulai saat kuman TB berhasil berkembang biak dengan cara pembelahan diri di paru-paru,
yang mengakibatkan peradangan di dalam paruparu. Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh
dapat menghentikan perkembangan kuman TB. Sekitar 75% pasien TB adalah kelompok usia
yang paling produktif secara ekonomis (15 – 50 tahun). Angka prevalensi TB paru cenderung
meningkat disemua usia baik pada laki-laki maupun perempuan. Angka tertinggi pada
perempuan ditemukan pada usia 40-50 tahun dan pada laki laki usia 60 tahun.

2.3 Definisi Operasional


2.4 Hipotesa
Ada pengaruh
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian


3.2 Variabel Penelitian
3.3 Objek Penelitian
3.4 Waktu dan Tempat Penelitian
3.5 Teknik Pengumpulan Data
3.6 Instrumen Penelitian
3.7 Teknik Analisis Data

Anda mungkin juga menyukai