Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA ANAK DENGAN SLE (SYSTEMIC LUPUS ERYTHEMATOSUS)

Disusun Untuk Memenuhi Penugasan Mata Kuliah


Keperawatan Anak Sakit Kronis dan Terminal

Disusun Oleh :
Putri Arum Fatikasari
2021020097

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG
2022/2023

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................... 1


DAFTAR ISI................................................................................................................. 2
BAB 1 TINJAUAN MEDIS......................................................................................... 3
A. Definisi ............................................................................................................... 3
B. Etiologi ............................................................................................................... 3
C. Pathways ............................................................................................................ 4
D. Manifestasi Klinis .............................................................................................. 5
E. Pemeriksaan Penunjang ..................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN KEPERAWATAN .................................................................... 6
A. Pengkajian .......................................................................................................... 6
B. Daftar Diagnosa Keperawatan ......................................................................... 10
C. Intervensi Keperawatan ................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 17

2
BAB 1
TINJAUAN MEDIS

A. Definisi
Lupus berasal dari bahasa latin yang artinya anjing hutan atau serigala,
sedangkan erythematosus dalam bahasa Yunani berarti kemerah-merahan. Istilah lupus
erythematosus pernah digunakan pada zamanYunani kuuno untuk menyatakan suatu
penyakit kulit kemerahan di sekitar pipi yang disebabkan oleh gigitan anjing hutan.
Sistemik Lupus Eritematosus (SLE) adalah penyakit autoimun yang ditandai
dengan adanya inflamasi yang tersebar secara luas, yang mempengaruhi setiap organ
atau sistem dalam tubuh. Penyakit ini berhubungan dengan anti bodi kompleks imun
sehingga mengakibatkan kerusakan jaringan. (Lamont, David E, DO)
SLE (Sistemik Lupus Eritematosus) adalah suatu penyakit komplek yang
bersifat genetis dan di duga lebih dari satu gen menentukan seseorang akan terkena atau
tidak. (Moore Sharoon)

B. Etiologi
Penyebabnya belum diketahui secara pasti, ada beberapa faktor predisposisi
yang menimbulkan SLE, yaitu:
a. Faktor jenis kelamin
b. Faktor hormonal
c. Faktor genetic
d. Faktor lingkungan
e. Faktor agen infeksius seperti retrovirus dan endotoksin atau bacterial DNA

3
C. Pathways

Genetic, kuman, virus, lingkungan, obat-obatan tertentu

Gangguan imunoregulasi

^ sel T sepresor yang abnormal

^ antibody yang berlebihan

Antibody menyerang organ-organ tubuh (sel, jaringan)

Penumpukan kompleks imun dan kerusakan jaringan

NYERI AKUT Penyakit SLE HIPERTERMIA

Adanya penyakit inflamasi pada organ

Kulit Sendi Darah Paru-paru Ginjal Hati

GANGGUAN Atritis Hb Efusi pleura Protein urine Rusaknya


INTEGRITAS turun sintesa zat-
KULIT
GANGGUAN
POLA Protein zat tubuh
MOBILITAS
02 dan nutrient NAPAS
FISIK tubuh
menurun TIDAK
EFEKTIF
menurun DEFISIT
NUTRISI
ATP menurun
GANGGUAN
TUMBUH
INTOLERANSI AKTIVITAS KEMBANG

4
D. Manifestasi Klinis
Gejala klinis yang mungkin muncul pada pasein SLE yaitu:
a. Wanita muda dengan keterlibatan dua organ atau lebih
b. Gejala konstitusional: kelelahan, demam (tanpa bukti infeksi) dan penurunan berat
badan
c. Muskuloskeletal: artritis, artralgia, myositis
d. Kulit: ruam kupu-kupu (butterfly atau malar rash), fotosensitivitas, lesi membrane
mukosa, alopesia, fenomena Raynaud, purpura, urtikaria, vasculitis
e. Ginjal: hematuria, proteinuria, silinderuria, sindroma nefrotik
f. Gastrointestinal: mual, muntah, nyeri abdomen
g. Paru-paru: pleurisy, hipertensi pulmonal,lesi parenkhim paru
h. Jantung: perikarditis, endokarditis, miokarditis
i. Retikulo-endotel: organomegali (limfadenopati, splenomegali, hepatomegali)
j. Hematologi: anemia, leukopenia, dan trombositopenia
k. Neuropsikiatri: psikosis, kejang, sindroma otak organik, mielitis transversus,
gangguan kognitif neuropati kranial dan perifer

E. Pemriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Lab
- Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah bisa menunjukkan adanya antibodi antinuklear, yang
terdapat pada hampir semua penderita lupus. Tetapi antibodi ini juga bisa
ditemukan pada penyakit lain. Karena itu jika menemukan antibodi antinuklear,
harus dilakukan juga pemeriksaan untuk antibodi terhadap DNA rantai ganda.
Kadar yang tinggi dari kedua antibodi ini hampir spesifik untuk lupus, tapi tidak
semua penderita lupus memiliki antibodi ini. Pemeriksaan darah untuk
mengukur kadar komplemen (protein yang berperan dalam sistem kekebalan)
dan untuk menemukan antibodi lainnya, mungkin perlu dilakukan untuk
memperkirakan aktivitas dan lamanya penyakit.
- Analisa air kemih (menunjukan adanya darah atau protein)
2. Pemeriksaan Radiologi
Rontgen dada menunjukan pleuritis atau pericarditis

5
BAB II
TINJAUAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identifikasi Data
Nama, umur, jenis kelamin, agama, nama anggota keluarga yang tinggal dalam satu
rumah, alamat tempat tinggal keluarga dan diagnose keperawatan
2. Komposisi Keluarga
Umur penderita yang sering terjadi
3. Tipe Keluarga
Garis keturunan atau silsilah keluarga dari tiga generasi apakah ada yang menderita
penyakit lupus sebelumnya
4. Latar Belakang Budaya
Adat istiadat di tempat tinggal keluarga, suku bangsa, agama, sosial, budaya, rekreasi,
kegiatan pendidikan, kebiasaan makan dan berpakaian. Adanya pengaruh budaya pada
peran keluarga dan kekuatan struktur, bentuk rumah, bahasa yang digunakan sehari-
hari, komunikasi dalam keluarga, penggunaan tempat pelayanan kesehatan.
5. Pola Spiritual
Agama yang dianut dalam keluarga dan kegiatan agama yang diikuti.
6. Status Sosial Ekonomi Budaya
7. Pendidikan
Keadaan ekonomi yang rendah sangat berkaitan dengan masalah pendidikan, ini
disebabkan karena ketidakmampuan keluarga dalam mengatasi masalah yang mereka
hadapi dan kurangnya pengetahuan tentang masalah lupus pada salah satu anggota
keluarga, sehingga tidak mampu merawat balita dengan baik yang mengakibatkan
kondisi bertambah buruk, dan timbul komplikasi.
8. Aktivitas Rekreasi Keluarga
Identifikasi aktivitas dalam keluarga, frekuensi aktivitas tiap anggota keluarga dan
penggunaan waktu senggang.
9. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
Tahap perkembangan setiap anggota keluarga dari yang usia bayi sampai lanjut usia.
10. Riwayat Keluarga Sebelumnya

6
Riwayat kesehatan dalam keluarga adakah anggota keluarga yang pernah menderita
penyakit kronis, penyakit menular atau penyakit yang sifatnya herediter,dan riwayat
gangguan tumbuh kembang
11. Pengkajian Lingkungan
a. Karakteristik rumah
b. Lingkungan
c. Macam lingkungan tempat tinggal yang sempit, padat, sanitasi yang tidak
terjaga, lingkungan dengan keluarga ekonomi menengah ke bawah.
d. Mobilitas geografis keluarga, status rumah yang dihuni oleh keluarga apakah
rumah sendiri atau menyewa, sudah berapa lama tinggal di daerah tersebut, dan
pindah dari daerah mana.
e. Interaksi keluarga dengan masyarakat
12. Fasilitas Sosial dan Kesehatan
Tingkat ekonomi yang rendah dapat mengakibatkan sulitnya pengobatan dan
pemenuhan gizi pada balita serta ketidakefektifnya keluarga dalam mengunjungi
pelayanan kesehatan yang ada.
13. Fasilitas Transportasi
Transportasi merupakan sarana yang penting dan sangat diperlukan agar penderita
mendapatkan pelayanan kesehatan dengan segera. Ketiadaan sarana transportasi
menjadikan masyarakat enggan berkunjung ke pelayanan kesehatan sehingga kondisi
akan semakin memburuk.
14. Sistem Pendukung Dalam Keluarga
Dukungan keluarga untuk meningkatkan kesembuhan pasien
15. Struktur Keluarga
a. Pola komunikasi
Bahasa yang digunakan dalam percakapan sehari-hari di dalam keluarga dan
waktu yang sering digunakan untuk berkomunikasi.
b. Struktur peran
Apakah keluarga sudah menjalankan perannya dalam menjalankan fungsinya,
struktur kekuatan keluarga sejauh mana keluarga mampu mengambil keputusan
dengan tepat dalam mengatasi masalah obesitas yang diderita oleh salah satu
anggota keluarganya
16. Fungsi Keluarga
a. Fungsi afektif
7
Perlindungan psikologis dan rasa aman sangat di butuhkan oleh penderita lupus
karena gangguan mental berupa cengeng yang sebabnya di duga karena rasa
sakit di seluruh tubuhnya.
b. Fungsi sosialisasi
Fungsi afektif Tugas keluarga dalam menjalankan fungsi ini adalah bagaimana
keluarga mempersiapkan anggota keluarganya menjadi anggota masyarakat
yang baik, mampu menyesuaikan diri dan dapat berinteraksi dengan lingkungan
(Effendy, Nasrul, 1998).
c. Fungsi kesehatan
1) Mengenal masalah kesehatan
Tugas keluarga dalam menjalankan fungsi ini adalah sejauh mana pengetahuan
keluarga tentang masalah kesehatan yang terjadi dalam keluarga dalam hal yang
berkaitan dengan penyakit lupus ini.
2) Pola nutrisi
3) Pola aktivitas
Anak dengan lupus dalam beraktivitas sangat kurang karena disebabkan oleh
adanya rasa nyeri pada kulit sehingga pada anak, anak menjadi lemas dan malas
dalam beraktivitas.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Penyakit-penyakit infeksi yang pernah diderita oleh keluarga, misalnya
tuberculosis, hepatitits, diare dan penyakit kulit.
5) Pelayanan kesehatan yang pernah diterima
Pelayanan kesehatan yang pernah di terima yaitu posyandu karena di posyandu
keluarga dapat mengukur berat badan anak sehingga dapat mengetahui
penurunan berat badan balita dan dapat mengetahui balita tersebut mengalami
kelebihan gizi atau tidak.
6) Persepsi terhadap pelayanan kesehatan
Kurang aktifnya keluarga dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan yang
dapat mempengaruhi pengetahuan keluarga mengenai kesehatan terutama
obesitas.
1. Pemeriksaan Fisik Pada Anak dengan Obesitas
a. Status kesehatan umum
Perlu dikaji tentang kesadaran klien, gelisah, tekanan darah, nadi, frekuensi
pernapasan yang meningkatan, riwayat berta badan pada saat lahir, riwayat
8
imunisasi, riwayat tumbuh kembang (motorik halus dan kasar, sensoris, respon
verban, keadaan psikososial) (Laura A. T.; 1995, Karnen B ;19983).
b. Kepala
Dikaji tentang bentuk kepala, simetris adanya penonjolan, riwayat trauma, adanya
keluhan sakit kepala atau pusing, vertigo kelang ataupun hilang kesadaran.(Laura
A.Talbot;1995).
c. Mata
Adanya penurunan ketajaman penglihatan akan menambah stres yang di rasakan
klien. Serta riwayat penyakit mata lainya (Laura A. Talbot ; 1995))
d. Hidung
Adanya pernafasan menggunakan cuping hidung,rinitis alergi dan fungsi olfaktori
(Karnen B.;1994, Laura A. Talbot;1995)
e. Mulut dan laring
Dikaji adanya perdarahan pada gusi. Gangguan rasa menelan dan mengunyah, dan
sakit pada tenggorok. (Karnen B.:1994)).
f. Leher
Dikaji adanya nyeri leher, kaku pada pergerakaan, pembesran tiroid serta
penggunaan otot-otot pernafasan (Karnen B.;1994).
g. Thorak
• Inspeksi
Dada di inspeksi terutama postur bentuk dan kesemetrisan adanya peningkatan
diameter anteroposterior, retraksi otot-otot Interkostalis, sifat dan irama
pernafasan serta frekwensi peranfasan.(Karnen B.;1994, Laura A.T.;1995).
• Palpasi
Pada palpasi di kaji tentang kosimetrisan, ekspansi dan taktil fremitus (Laura
A.T.;1995).
• Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan diafragma
menjadi datar dan rendah. (Laura A.T.;1995).
• Auskultasi
Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan expirasi lebih dari 4
detik atau lebih dari 3x inspirasi, dengan bunyi pernafasan dan Wheezing.
(Karnen B .;1994)

9
h. Kardiovaskuler
Jantung di kaji adanya pembesaran jantung atau tidak, bising nafas dan hyperinflasi
suara jantung melemah. Tekanan darah dan nadi yang meningkat serta adanya
pulsus paradoksus, (Robert P.;1994, Laura A. T.;1995).
i. Abdomen
Perlu di kaji tentang bentuk, turgor, nyeri, serta tanda-tanda infeksi karena dapat
merangsang serangan gastrointestinal, serta adanya konstipasi karena kurang nutrisi
(Hudak dan Gallo;1997, Laura A.T.;1995).
j. Integumen
Dikaji adanya permukaan yang kasar, kering, kelainan pigmentasi, turgor kulit,
kelembapan, mengelupas atau bersisik, perdarahan, pruritus, ensim, serta adanya
bekas atau tanda urtikaria atau dermatitis pada rambut di kaji warna rambut,
kelembaban dan kusam. (Karnen B ;1994, Laura A. Talbot; 1995).
k. Ekstremitas
Di kaji adanya edema extremitas, tremor dan tanda-tanda infeksi pada extremitas
(Laura A.T.;1995).
l. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mengetahui cairan elektrolit
m. Analisa data
Data yang dikumpulkan harus dianalisa untuk menentukan masalah klien. Analisa
data merupakan proses intelektual yang meliputi pengelompokan data,
mengidentifikasi kesenjangan dan menentukan pola dari data yang terkumpul serta
membandingkan susunan atau kelompok data dengan standart nilai normal,
menginterprestasikan data dan akhirnya membuat kesimpulan. Hasil dari analisa
adalah pernyataan masalah keperawatan.

B. Daftar Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri akut (D. 0077) b.d agen pencedera fisiologis (mis.inflamasi, iskemia,
neoplasma)
2. Hipertermia (D. 0130) b.d proses penyakit (mis, infeksi, kanker)
3. Gangguan integritas kulit (D.0129) b.d kurang terpapar informasi tentang upaya
mempertahankan / melindungi integritas jaringan
4. Gangguan mobilitas fisik
5. Intoleransi aktivitas
10
6. Pola napas tidak efektif
7. Gangguan tumbuh kembang
8. Defisit nutrisi

C. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut (D. 0077) b.d agen pencedera fisiologis (mis.inflamasi, iskemia,
neoplasma)
SLKI (L.08066)
Tingkat nyeri
Keluhan nyeri menurun
Meringis menurun
Kesulitan tidur menurun
SIKI
Manajemen Nyeri (I.08238)
Observasi
Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Identifikasi skala nyeri
Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
Terapeutik
Berikan terapi nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
Control lingkungan yang memperberat nyeri
Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi pereda nyeri
Edukasi
Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi pereda nyeri
Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi
Pemberian analgetik, jika perlu

2. Hipertermia (D. 0130) b.d proses penyakit (mis, infeksi, kanker)


SLKI (l.141134)
Termoregulasi
Menggigil menurun
Kulit merah menurun
11
Suuhu tubuh membaik
Suhu kulit membaik
SIKI (I.15506)
Manajemen hipertermia
Observasi
Identifikasi penyebab hipertermia
Monitor suhu tubuh
Terapeutik
Sediakan lingkungan yang dingin
Lakukan pendinginan eksternal
Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
Edukasi
Ajurkan tirah baring
Kolaborasi
Pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu

3. Gangguan integritas kulit (D.0129) b.d kurang terpapar informasi tentang upaya
mempertahankan / melindungi integritas jaringan
SLKI (L. 14125)
Integritas kulit dan jaringan
Kerusakan jaringan menurun
Kerusakan lapisan kulit menurun
Kemerahan menurun
Suhu kulit membaik
Sensasi membaik
SIKI (I.11353)
Perawatan integritas kulit
Observasi
Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit
Terapeutik
Ubah posisi tiap 2 jam tirah baring
Gunakan produk berbahan petroleum atau minyak pada kulit kering
Gunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalergik pada kulit sensitive
Hindari produk berbahan dasar alcohol pada kulit kering
12
Edukasi
Anjurkan menggunakan pelembab (mis. Lotion, serum)
Anjurkan minum air yang cukup
Anjurkan menggunakan tabir surya SPF minimal 30 saat berada diluar rumah

4. Gangguan mobilitas fisik (D.0054) b.d nyeri


SLKI (L.05042)
Mobilitas fisik
Nyeri menurun
Kelemahan fisik menurun
SIKI (I. 05173)
Dukungan mobilisasi
Observasi
Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum mobilisasi
Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
Terapeutik
Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (mis, pagar tempat duduk)
Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan pergerakan
Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
Anjurkan mobilisasi dini
Anjurkan mobilisasi sederhana (mis, duduk di tempat tidur, duduk di sisi tempat
tidur, pindah dari tempat tidur ke kursi)

5. Intoleransi aktivitas (D.0057) b.d kelemahan


SLKI (L.05047)
Toleransi aktivitas
Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari meningkat
Warna kulit membaik
SIKI ( I.05186)
Terapi aktivitas
13
Observasi
Identifikasi defisit tingkat aktivitas
Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam aktivitas tertentu
Terapeutik
Fasilitasi fokus pada kemampuan yang dialami, bukan defisit yang dialami
Jadwalkan aktivitas dalam rutinitas sehari-hari
Berikan penguatan positif atas partisipasi dalam aktivitas
Edukasi
Ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipiilih
Anjurkan keluarga untuk memberi penguatan positif atas partisipasi dalam
aktivitas
Kolaborasi
Kolaborasi dengan terapis okupasi dalam merencanakan dan memonitor program
aktivitas, jjika sesuai

6. Pola napas tidak efektif (D.0005) b.d penurunan energi


SLKI (L.01004)
Pola napas
Frekuensi napas membaik
SIKI (I.01011)
Manajemen jalan napas
Observasi
Monitor pola napas
Monitor bunyi napas buatan
Terapeutik
Berikan minum hangat
Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
Anjurkan asupan cairan 2000ml/hari, jika tidak kontra indikasi
Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
Pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik jika diperlukan

14
7. Gangguan tumbuh kembang (D. 0106) b.d efek ketidakmampuan fisik
SLKI (L 10101)
Status perkembangan
Keterampilan /perilaku sesuai usia meningkat
Respon sosial meningkat
Afek membaik
Pola tidur membaik
SIKI (I.10339)
Perawatan perkembangan
Observasi
Identifikasi pencapaian tugas perkembangan anak
Terpeutik
Minimalkan nyeri
Berikan sentuhan yang bersifat gentle dan tidak ragu-ragu
Minimalkan bisingan ruangan
Pertahankan lingkungan yang mendukung perkembangan optimal
Edukasi
Jelaskan orangtua dan atau pengasuh tentang millestone perkembangan anak dan
prilaku anak
Anjurkan orangtua berinteraksi dengan anaknya
Ajarkan anak keterampilan berinteraksi
Ajarkan anak teknik asertif
Kolaborasi
Rujuk untuk konseling, jika perlu

8. Defisit nutrisi (D.0019) b.d ketidakmampuan mengabsorbsi makanan


SLKI (L. 03030)
Status nutrisi
Porsi makanan yang dihabiskan meningkat
BB membaik
IMT membaik
Frekuensi makan membaik
Nafsu makan membaik
SIKI (I. 03119)
15
Manajemen nutrisi
Observasi
Identifikasi status nutrisi
Identifikasi makanan yang disukai
Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
Monitor asupan makanan
Monitor BB
Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
Lakukan oral hygne sebelum makan, jika perlu
Sajikan makanan menarik dan suhu yang sesuai
Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
Berikan suplemen makan, jika perlu
Edukasi
Anjurkan posisi duduk, jika mampu
Kolaborasi
Pemberian medikasi sebelum makan (mis, pereda nyeri, anti ematik jika perlu)
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient
yang dibutuhkan, jika perlu

16
DAFTAR PUSTAKA

PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Intevensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Wahyu Galih Saputri (2019). Gambaran Risiko Infeksi pada Pasien Anak dengan Systemic
Lupus Erythematosus (SLE) di Ruang Melati 4 INSKA RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.

Catatan Buku Register Ruang Melati 4 INSKA RSUP Dr. Sardjito Yoyakarta. (2019-2020).
Buku Register Ruang Melati 4 INSKA RSUP Dr. Sardjito Yoyakarta. Yogyakarta

17

Anda mungkin juga menyukai