Anda di halaman 1dari 6

PERTEMUAN 2

KEGIATAN PEMBELAJARAN
Persiapan Guru melakukan asesmen diagnostic (Non Kognitif dan Kognitif) Guru menyusun langkah-
langkah pembelajaran Guru menyiapkan Media pembelajaran
1. Peserta didik dan guru memulai dengan berdoa bersama.
2. Peserta didik disapa dan melakukan pemeriksaan kehadiran bersama dengan guru.
3. Peserta didik bersama denganguru membahas tentang kesepakatan yang akan
diterapkan dalam pembelajaran daring dan luring.
4. Peserta didik diberikan penjelasan bahwa beberapa pertemuan ke depan akan
Pendahuluan mengikuti pembelajaran secara daring,dan materi hari ini adalah materi yang
mendasari seluruh jenis kegiatan pembelajaran di teknik fabrikasi logam. Dengan
(10 menit) demikian wajib dikuasai peserta didik dan diminta untuk fokus dan menyiapkan
catatan apabila dibutuhkan.
5. Peserta didik dan guru berdiskusi melalui pertanyaan pemantik:
a. Apakah kamu tahu proses bagaimana sebuah jembatan dibuat?
b. Apakah kamu pernah mendengar istilah fabrikasi?
1. Peserta didik mendapatkan pemaparan secara umum tentang pengertian
perkembangan teknologi
2. Dengan metode tanya jawab guru memberikan pertanyaan mengenai:
a. Pengertian perkembangan teknologi
Inti b. Contoh perkembangan teknologi di dunia industri
(160 menit) c. Bidang industri yang menggunakan proses fabrikasi.
3. Peserta didik diberikan kesempatan untuk melakukan studi pustaka (browsing
dan/atau mengunjungi perpustakaan) guna mengeksplorasi:
a. Perkembangan teknologi di bidang industri yang berhubungan dengan
fabrikasi.
b. Proses fabrikasi di bidang teknologi
c. Proses fabrikasi di industri pesawat, kapal, perminyakan dan lainya yang
memanfaatkan teknologi
4. Peserta didik diminta melaporkan hasil studinya dan kemudian bersama-sama dengan
dibimbing oleh guru mendiskusikan hasil laporannya.
5. Peserta didik diminta mengamati perkembangan teknologi di industri dan kontruksi
6. 6. Peserta didik diminta untuk mengerjakan soal latihan
Penutup (10 1. Peserta didik dapat melakukan/memberikan penilaian baik dalam bentuk
menit) narasi/gambar/emotikon tertentu.untuk menunjukkan tentang pemahaman tentang
topic pada hari ini.
2. Peserta didik dapat menuliskan pertanyaan yang ingin diketahui lebih lanjut dalam
kolom komentar.
3. Peserta didik mengomunikasikan kendala yang dihadapi selama mengerjakan
4. 4. Peserta didik menerima apresiasi dan motivasi dari guru.
REFLEKSI GURU
 Apakah ada kendala pada kegiatan pembelajaran ?
 Apakah semua peserta didik aktif dalam kegiatan pembelajaran?
 Apa saja kesulitan peserta didik yang dapat diidentifikasi pada kegiatan pembelajaran?
 Apakah peserta didik yang memiliki kesulitan ketika berkegiatan dapat teratasi dengan baik?
 Apa level pencapaian rata-rata peserta didik dalam kegiatan pembelajaran ini?
 Apakah seluruh peserta didik dapat dianggap tuntas dalam pelaksanaan pembelajaran?
 Apa strategi agar seluruh siswa dapat menuntaskan kompetensi?

ASESMEN FORMATIF

Pengetahuan yang dinilai:

Soal:
PENILAIAN Asesmen Tertulis (terlampir)
PENGETAHUAN

TUGAS WAWANCARA (terlampir)

PENILAIAN
Keterampilan yang
KETERAMPILAN dinilai:

Rubrik Penilaian (terlampir)

PENILAIAN Sikap yang dinilai:


SIKAP
Rubrik penilaian :

REFLEKSI PESERTA DIDIK

DAFTAR PUSTAKA

Buku Fabrikasi Logam dan Teknologi Pengelasan


Lampiran

1. ASESMEN TERTULIS

Soal:
Asesmen Tertulis

TUGAS DISKUSI
1. Bentuklah kelompok maksimal 5 orang
2. Cermati permasalahan yang akan didiskusikan, antara lain:
a. Apakah kamu tahu perkembangan teknologi di bidang pengelasan dan fabrikasi logam?
b. Bagaimana proses perkembangan teknologi di Indonesia?
c. Contohkan perkembangan teknologi yang ada di Indonesia!
3. Diskusikan dengan kelompok saudara,
4. Presentasikan pada teman sekelas saudara!

TUGAS WAWANCARA
1. Jelaskan ap aitu perkembangan teknologi!
2. Berikan contoh perkembangan teknologi yang dijumpai di sekitarmu!

2. MATERI AJAR
Sejarah Pengelasan dan Perkembangan Teknologinya
Sejarah dan perkembangan teknologi pengelasan – Sobat Allpro dimanapun berada, dalam bukunya yang berjudul
Teknologi Pengelasan Logam, terbitan Pradnya Paramita tahun 2004, Prof. Harsono Wiryosumarto, Guru besar
teknik mesin ITB menyatakan pada bab awal bukunya bahwa,
“Pengelasan bukan tujuan utama konstruksi, melainkan merupakan sarana untuk mencapai aspek keekonomisan
pembuatan / manufaktur yang lebih baik.”
Sebagaimana kita lihat di sekililing kita saat ini, kontribusi teknologi pengelasan dalam industri konstruksi sangat
luas. Meliputi pembangunan jembatan, perkapalan, bejana tekan, pipa pesat, pipa saluran, kendaraan rel, rangka
baja, konstruksi mesin, dan lain sebagainya. Luasnya aplikasi teknologi las ini dikarenakan bangunan dan/atau
mesin yang dibuat dengan menggunakan teknik penyambungan las menjadi lebih ringan dan proses
pembuatannya juga lebih sederhana. Dengan demikian sehingga total biaya yang diperlukan menjadi lebih
ekonomis.
Secara singkat, kita definisikan bahwa las merupakan sambungan setempat dari beberapa batang logam dengan
menggunakan energi panas. Sampai saat ini telah lebih dari 40 jenis pengelasan yang digunakan. Misal untuk
membentuk ikatan antara atom-atom atau molekul-molekul dari logam yang disambungkan. Klasifikasi dan metode
pengelasan akan kita ulas lebih lanjut pada artikel yang lain.

Sejarah Pengelasan
Pada zaman dahulu, teknik penyambungan logam telah dilakukan dengan sumber energi panas yang masih terbatas
menggunakan kayu bakar / arang dengan temperatur yang masih rendah. Orang pada waktu itu sudah bisa
melakukan proses pembrasingan logam paduan emas-tembaga dan pematrian paduan timbal-timah.
Pada akhir abad ke-19, energi listrik sudah bisa digunakan dengan mudah, sehingga memicu perkembangan
pembangkitan panas dengan temperatur yang jauh lebih tinggi dari panas kayu bakar/arang. Kemudian turut
memajukan teknologi pengelasan dengan pesat, sebagaimana teknologi las busur, las resistansi listrik, las termit, las
gas yang telah banyak digunakan pada waktu ini.
Serta inovasi metode pengelasan sejak tahun 1950 sampai dengan sekarang seperti las plasma, las elektron,
las laser, dan las gesek tekan atau friction stir welding. Rangkuman sejarah perkembangan teknologi
pengelasan sejak akhir abad ke-19 sampai dengan akhir abad ke-20
Welder atau juru las adalah pelaksana proses pengelasan untuk menyambung dua logam, alumunium atau material
lainnya yang dapat dilakukan penyambungan dengan metode panas. Profesi juru las sering kali disepelekan oleh
masyarakat umum, pahadal apabila ahli dalam bidang pengelasan gajinya bisa sangat tinggi. Karenanya welder yang
sudah dapat dikatakan mahir akan mempunyai sertifikat hingga bisa menyebut welder tersebut adalah kompeten
dalam mengelas. Terkadang di industri juga dapat melaksanakan sertifikasi sendiri guna memberi kompetensi
kepada karyawannya.
Namun biasanya untuk sertifikasi di indonesia dilaksakan oleh lembaga sertifikasi profesi (LSP). Lembaga
sertifikasi adalah wadah kompetensi di Indonesia yang mendapat lisensi dari (Badan Nasional Sertifikasi Profesi).
Kebutuhan welder di indonesia semakin meningkat, kondisi seperti ini berbanding lurus dengan pembangunan di
Indonesia juga semakin meningkat. Banyak project yang membutuhkan konstruksi logam hingga memerlukan
proses pengelasan.

Gaji Welder
Gaji seorang welder atau juru las sangat bervariasi mulai dari 4 hingga 10 juta per bulan, gaji dapat berubah jika kita
sering lembur atau overtime. Bahkan di luar negeri gaji welder dapat mencapai 20 juta perbulan, ada juga welder di
perusahaan pengeboran minyak yang digaji perjamnya 200$. Hal tersebut tergantung pada kemampuan dan jenis
pekerjaan yang dikerjakan oleh Welder tersebut.

Gaji Welder dengan kualifikasi khusus


Underwater adalah Salah satu kualifikasi khusus welder atau dikenal dengan pengelasan bawah air. Underwater
welding adalah proses pengeasan yang dilakukan di bawah air, umumnya laut. Welder ini merupakan tenaga
spesialis khusus pengelasan basah yang banyak digunakan dalam maintenance dan perbaikan struktur kapal,
konstruksi pipa air, konstruksi pipa minyak dan gas, konstruksi jembatan di atas air maupun konstruksi rig atau
pengeboran lepas pantai.
Selama ini pekerjaan pengelasan bawah air ini masih banyak ditangani oleh tenaga kerja asing. Dikarenakan untuk
ini belum banyak SDM profesional dari Indonesia untuk pengelasan bawah air. Padahal pekerjaan di bidang ini
sangat banyak, karena Indonesia merupakan negara dengan wilayah sebagian besar terdiri dari perairan dan laut.
Perlu diketahui bahwa welder jenis Underwater memiliki potensi penghasilan yang sangat luar tinggi. Gaji yang
diterima terhitung berdasarkan durasi jam yakni ketika 1 jam mereka dibayar 200US$ (Kisaran Rp 2.200.000,-). Jika
dalam sehari bekerja dalam 8 jam itu artinya mendapatkan penghasilan Rp 16.000.000,- perhari. Dan apabila
dikalikan 22 hari kerja saja dalam satu bulan maka seorang “welder” dapat menghasilkan Rp 352.000.000,-
perbulan!
Gaji welder atau juru las untuk skala nasional sangat berbeda beda tergantung keahliannya. Penghasilan total mulai
dari 3,5 juta sampai 10 juta dapat berubah tergantung jumlah lembur atau overtime. Rata-rata gaji Welder di
Indonesia kurang lebih Rp 5.250.000,- (berdasarkan info dari https://id.indeed.com) Info gaji berasal dari 19 poin
data yang dikumpulkan langsung dari karyawan, pengguna, dan lowongan di Indeed dalam kurun 24 bulan terakhir.
Gaji minimum berbeda beda untuk tiap wilayah yurisdiksi dan harus berkonsultansi langsung dengan perusahaan
tersebut agar mengetahui jumlah gaji sebenarnya. Sedangkan di luar negeri penghasilan seorang welder dapat
mencapai 20-30 juta per-bulan. Seorang welder senior dari Indonesia yang sudah berpengalaman di luar negeri, oleh
Supriyadi, gaji welder yang diterimanya adalah sebesar 2.200 dollar AS, belum termasuk lembur.
Pekerjaan mengelas berfungsi di berbagai infrastruktur industri, dari turbin listrik hingga kilang minyak dan
pipa tambang. Inilah yang membedakan welder dengan buruh migran lainnya, dengan keahliannya
mengelas yang sulit, para welder punya harga jual luar biasa.
Program Sertifikasi Welder
Sertifikasi Welder di Indonesia masih terbagi menjadi dua yaitu yang dirilis oleh Kemenaker dan BNSP (Badan
Nasional Sertifikasi Profesi). Pelaksanaan sertifikasi umumnya dilaksanakan oleh LSP (Lembaga Sertifikasi Profesi)
yang memiliki lisensi dari BNSP.
Program sertifikasi welder terdapat berbagai macam jenis sertifikat yaitu kelas welder dan juga posisi pengelasan
yang diujikan saat proses sertifikasi, seperti yang sudah dijelaskan di atas. Sertifikat welder sebagai bukti bahwa
seorang welder dikatakan kompeten/termpil sehingga mendapatkan gaji welder yang lebih tinggi dibandingkan
dengan yang tidak mempunyai sertifikat.
Berikut adalah kelompok sertifikasi welder yang banyak dilakukan:
Welder Kelas 1:
• Plate: 1G, 2G, 3G, 4G
• Pipe: 1G, 2G, 5G, 6G

Welder Kelas 2:
• Plate: 1G, 2G, 3G, 4G
• Pipe: 1G, 2G, 5G

Welder Kelas 3:
• Plate: 1G, 2G
• Pipe: 1G, 2G

Jenis Sertifikat Welder :


• BNSP.
• Migas.
• Kemenaker.
• International Institute of Welding (IIW) oleh Sertifikat International Welder.
Kualifikasi welder Kemenaker RI.

Setiap jenis pekerjaan pengelasaan harus dilakukan oleh welder yang memiliki kemampuan sesuai dengan
kualifikasi kompetensi yang dipersyaratkan. Bukti kemampuan atau level ketrampilan seorang welder salah satunya
adalah berupa sertifikat ahli las yang dikeluarkan oleh Kementerian Tenaga Kerja Republik Indonesia (Kemenaker
RI). Sedangkan Welder digolongkan menjadi 3 kelas yaitu:
• Welder kelas I.

Adalah welder yang memiliki kemampuan untuk melaksanakan pekerjaan las pada sambungan-sambungan yang
mengalami tekanan. (overdruk). Welder kelas I merupakan level tertinggi Contoh pengaplikasiannya adalah badan
silindris, dinding pipa-pipa sebagai penguat, penguat dinding, plendes sambungan pipa dan pipa bertekanan. Welder
dengan kualifikasi ini diijinkan melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan oleh welder kelas I dan II.
• Welder kelas II.

Adalah welder yang diperbolehkan melaksanakan pekerjaan las pada tangan, penyangga, isolasi, bagian dari dapur
pengapian ketel uap. Merupakan level menengah, dimana diperbolehkan melaksanakan pekerjaan yang dilakukan
oleh welder kelas III namun dilarang melakukan pekerjaan welder kelas I.
• Welder kelas III.

Adalah welder dengan kelas terendah, pekerjaan yang boleh dilakukan adalah diantaranya melakukan pengelasan
yang tidak menderita tekanan salat-salat bagian luar. Pekerjaan welder kelas I maupun kelas II tidak boleh dilakukan
welder jenis III.

Kualifikasi welder Plate dan Pipe


Welder juga dibedakan berdasarkan jenis obyek pekerjaannya, pembagian obyek kualifikasi ini adalah dikenal
dengan sebutan welder plate dan welder pipe.
• Welder plate.

Adalah welder yang diijinkan hanya untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan sambungan pelat. Namun pengertian
diatas juga masih dibedakan berdasarkan posisi pengelasan dan ketebalan pelat yang disambung. Kelas tertinggi
welder plate adalah ketika seorang welder mampu melakukan pekerjaan dengan posisi pengelasan 1G, 2G, 3G dan
4G dan seorang welder mampu melakukan pekerjaannya.
• Welder pipe.

Adalah juru las yang memiliki kemampuan khususnya pada pekerjaan sambungan pipa. Pengelasan pipa
memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi dibanding pengelasan pelat. Posisi pengelasan dan ukuran
diameter pipa yang disambung adalah penggolongan welder pipa. Kelas tertinggi welder pipe adalah posisi
pengelasan 1G, 2G, 5G dan 6G dan ketika seorang welder mampu mengerjakannya.

Sumber:
https://www.allpro.co.id/pengelasan/sejarah/
www.pengelasan.net
achmadarifin.com
https://www.detech.co.id/welder/

Anda mungkin juga menyukai