Anda di halaman 1dari 10

PERHITUNGAN WAKTU

KEDALUARSA REAGEN
CREATININE LABIOSIS
DENGAN MENGGUNAKAN
PENGUKURAN PH SECARA
REALTIME
S. Agmal
Abstarak

Reagen kreatinin yang terdiri dari piric acid 25 mmol/L dan buffer alkali bereaksi
dengan kreatinin membentuk kompleks adisi merah. Kompleks adisi merah ini
digunakan sebagai indikator dalam uji kreatinin dalam urin dan darah. Namun, reagen
creatinine dapat mengalami kedaluarsa sehingga dibutuhkan metode pengukuran dan
perhitungan waktu kedaluarsanya yang lebih efisien dan komprehensif. Penelitian
dilakukan untuk menyelidiki waktu kedaluarsa reagen creatinine menggunakan metode
pengambilan data secara otomatis dan real-time. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
suhu penyimpanan reagen creatinine berpengaruh terhadap waktu kedaluarsanya. Pada
suhu penyimpanan 2-8 derajat Celsius, waktu kedaluarsanya adalah 1,5 sampai 12
tahun, sedangkan pada suhu 15-30 derajat Celsius, waktu kedaluarsanya sekitar 2
minggu sampai 5 bulan.

Penelitian di danai dan difasilitasi sepenuhnya oleh


PT. Labiosis
Daftar Isi

1. Teori Dasar ...................................................................................................................................... 2


1.1. Reaksi Creatinine (keratinin) dan Cara dalam Mendeteksi Kandungan Creatinine.............. 2
1.2. Penyimpanan Reagent Creatinine ......................................................................................... 2
1.3. Mengapa disimpan pada suhu 15-30 derajat Celsius?..................................................................... 2
2. Rumusan Masalah ........................................................................................................................... 3
3. Metodologi ...................................................................................................................................... 3
3.1. Mengapa Menggunakan pengukuran PH dalam Perhitungan Kedaluarsa Reagen
Creatinine? ............................................................................................................................ 3
3.2. Mengapa Menggunakan Pengukuran Real-Time? ................................................................ 4
3.3. Alat dan Bahan...................................................................................................................... 4
3.4. Metoda Pengukuran .............................................................................................................. 4
3.5. Metoda Perhitungan .............................................................................................................. 5
4. Hipotesis/Perhitungan Secara Teoritik ............................................................................................ 6
5. Hasil 7
5.1. Hasil Perhitungan Waktu Kedaluarasa pada suhu 2°C ......................................................... 8
5.2. Hasil Perhitungan Waktu Kedaluarasa pada suhu 8°C ......................................................... 8
5.3. Hasil Perhitungan Waktu Kedaluarasa pada suhu 15°C ....................................................... 8
5.4. Hasil Perhitungan Waktu Kedaluarasa pada suhu 30°C ....................................................... 8
6. Kesimpulan ..................................................................................................................................... 9
7. Referensi ......................................................................................................................................... 9
1. Teori Dasar

1.1. Reaksi Creatinine (keratinin) dan Cara dalam Mendeteksi Kandungan Creatinine

Reagen kreatinin yang terdiri dari piric acid 25 mmol/L dan buffer alkali (Phosphate buffer 300
mmol/L) pH 12,7 bereaksi dengan kreatinin untuk membentuk kompleks adisi merah pada suhu
37 derajat Celsius. Reaksi ini dimulai dengan pembentukan ion oksalat dari kreatinin yang
kemudian bereaksi dengan piric acid membentuk kompleks adisi merah.
Proses reaksi kompleks adisi merah ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
Kreatinin direaksikan dengan sodium hypochlorite dan buffer alkali, yang menghasilkan ion
oksalat:
C4H7N3O + NaOCl + 2NaOH → Na2C2O4 + NaCl + 2H2O
Ion oksalat yang dihasilkan kemudian bereaksi dengan piric acid, membentuk kompleks adisi
merah:
Na2C2O4 + 2HOOCC6H2(NO2)3 → NaOOCC6H2(NO2)3(C2O4H) + NaNO3 + H2O
Kompleks adisi merah yang dihasilkan adalah senyawa kompleks organik yang stabil dan
berwarna merah. Senyawa ini digunakan sebagai indikator dalam uji kreatinin dalam urin dan
darah. Ketika kompleks adisi merah terbentuk, warna larutan berubah dari kuning ke merah,
yang dapat diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang tertentu.
Kompleks adisi merah ini juga sering disebut sebagai kompleks Jaffé, dinamai dari penemunya
reaksi ini, Ludwig Jaffé. Reaksi ini telah digunakan selama beberapa dekade sebagai metode
umum untuk pengukuran konsentrasi kreatinin dalam darah dan urin. Kompleks adisi merah
yang dihasilkan memiliki sifat fotometrik yang khas, yang memungkinkan pengukuran
konsentrasi kreatinin dalam sampel biologis dengan akurasi yang tinggi.

1.2. Penyimpanan Reagent Creatinine

Picric acid digunakan dalam berbagai aplikasi seperti pewarnaan histologi, analisis kimia, dan
produksi bahan peledak. Sebagai senyawa kimia yang sangat reaktif, Picric acid memiliki
kemampuan untuk mengalami degradasi spontan atau teroksidasi oleh udara, cahaya, dan panas.
Oleh karena itu, suhu penyimpanan yang stabil dan terkontrol sangat penting untuk menjaga
kualitas dan keamanan Picric acid.
Menurut beberapa literatur, suhu penyimpanan yang dianjurkan untuk Picric acid adalah antara
15 sampai 30 derajat Celsius. Menurut studi yang dilakukan oleh Sanz et al. (2004) dan
dipublikasikan dalam jurnal "Journal of Pharmaceutical and Biomedical Analysis," suhu
penyimpanan Picric acid yang tepat adalah 25 derajat Celsius. Namun, karena ketersediaan suhu
ruangan yang berfluktuasi dalam banyak laboratorium, maka rentang suhu penyimpanan yang
dianjurkan adalah antara 15 sampai 30 derajat Celsius.

1.3. Mengapa disimpan pada suhu 15-30 derajat Celsius?

Penjelasan matematis mengenai mengapa suhu penyimpanan Picric acid yang stabil dan
terkontrol penting, dapat ditemukan pada artikel yang dipublikasikan oleh Vlachou et al. (2020)
di jurnal "Journal of Pharmaceutical and Biomedical Analysis." Dalam artikel tersebut, para
penulis menjelaskan bagaimana suhu dapat mempengaruhi stabilitas Picric acid dan
membentuk profil degradasi yang berbeda pada suhu yang berbeda. Studi tersebut menunjukkan
bahwa suhu yang terlalu tinggi dapat mempercepat degradasi Picric acid, sedangkan suhu yang
terlalu rendah dapat memperlambat laju degradasi.
Secara umum, suhu penyimpanan Picric acid yang stabil dan terkontrol pada rentang 15 sampai
30 derajat Celsius direkomendasikan untuk menjaga stabilitas dan kualitas senyawa tersebut.
Hal ini didukung oleh studi yang telah dilakukan, seperti yang telah dijelaskan di atas.

2. Rumusan Masalah

Piric acid, atau asam 2,4,6-trinitrofenol (TNP), dapat diuraikan oleh beberapa mikroorganisme dan
faktor fisis tertentu. Beberapa mikroorganisme seperti Pseudomonas sp., Bacillus sp.,
Streptomyces sp., dan Rhodococcus sp. telah dilaporkan dapat mendegradasi TNP secara
anaerobik maupun aerobik.
Selain itu, faktor fisis seperti sinar UV dan panas juga dapat mempercepat degradasi TNP.
Pemaparan sinar UV selama 6 jam pada konsentrasi TNP 0,1 mM dapat mengurangi konsentrasi
TNP sebanyak 90%. Sedangkan, TNP dapat terdegradasi secara termal pada suhu yang tinggi,
sekitar 300°C.
Dari masalah tersebut, dapat diartikan bahwa reagen creatinine dapat mengalami kedaluarsa
sehingga tidak dapat berfungsi secara efisien. Namun demikian, dibutuhkan sebuah metode
pengukuran dan perhitungan yang lebih komperhensif serta efisien untuk mengukur waktu
kedaluarsa dari reagen creatinine. Pada penjelasan dibawah ini dijelaskan sebuah penelitian untuk
menyelidiki waktu kedaluarsa reagent creatinine menggunakan metoda yang memungkinkan
pengambilan data secara otomatis dan real-time sehingga lebih komperhensif dan effisien.

3. Metodologi

Untuk mengukur waktu kedaluarsa pada reagen creatinine kami melakukan pengukuran pH secara
real-time menggunakan microcontroller pada reagent yang akan di uji. Mengapa menggunakan
pengukuran pH dan mengapa harus dilakukan secara real-time dengan microcontroller akan
dijelaskan pada penjelasan dibawah ini:

3.1. Mengapa Menggunakan pengukuran PH dalam Perhitungan Kedaluarsa Reagen


Creatinine?

Pengukuran pH dalam perhitungan kedaluwarsa reagen creatinine dilakukan untuk memastikan


bahwa reagen tersebut masih berfungsi dengan baik dan dapat memberikan hasil yang akurat.
Karena pH dapat mempengaruhi reaksi kimia dalam reagen, maka perubahan pH dapat mengubah
kecepatan reaksi atau bahkan menghentikan reaksi yang diinginkan. Oleh karena itu, dengan
memonitor pH reagen secara teratur, dapat memastikan bahwa kondisi reagen tetap optimal dan
memberikan hasil yang akurat (Sudaryanto & Hartono, 2018).
Selain itu, pH yang tidak sesuai dengan rentang yang ditetapkan oleh produsen dapat
mengindikasikan adanya kerusakan pada reagen atau kondisi penyimpanannya yang tidak tepat.
Jika pH reagen diluar rentang yang disarankan, maka reagen tersebut tidak dapat diandalkan lagi
dan harus diganti dengan yang baru.
Dalam perhitungan kedaluwarsa reagen creatinine, pH juga digunakan untuk menentukan waktu
kedaluwarsa reagen tersebut. Karena pH dapat mempengaruhi kestabilan reagen, maka dengan
memonitor pH secara teratur, dapat memastikan bahwa waktu kedaluwarsa reagen dapat dihitung
dengan akurat (Sudaryanto & Hartono, 2018).

3.2. Mengapa Menggunakan Pengukuran Real-Time?

Pengukuran menggunakan microcontroller dan sensor dengan interval waktu kurang dari 1 detik
secara realtime memiliki keunggulan dibandingkan dengan pengukuran secara manual. Beberapa
keunggulannya termasuk akurasi pengukuran yang lebih baik, kemampuan untuk memperoleh
data dengan cepat dan efisien, serta kemudahan dalam analisis data (Akinyemi et al., 2021; Saha
et al., 2021). Secara statistik, pengukuran realtime dengan interval waktu yang sangat cepat
meningkatkan akurasi, presisi, dan resolusi pengukuran, serta dapat mendeteksi perubahan nilai
yang sangat kecil dalam waktu yang singkat (Mohan & Manivannan, 2015; Pandey & Singh,
2015). Formula matematik untuk persentase kesalahan pengukuran juga dapat digunakan untuk
memperkirakan tingkat kesalahan pengukuran (Pandey & Singh, 2015). Selain itu, penggunaan
microcontroller dan sensor memungkinkan data dapat diperoleh dengan cepat dan disimpan
langsung dalam memori microcontroller untuk analisis statistik selanjutnya (Wang et al., 2020).
Dibandingkan dengan pengukuran manual, pengukuran realtime mengurangi kemungkinan
kesalahan akibat kelelahan dan kurang fokus (Saha et al., 2021). Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa pengukuran realtime dengan interval waktu kurang dari 1 detik menggunakan
microcontroller dan sensor jauh lebih efektif daripada pengukuran secara manual.

3.3. Alat dan Bahan

Berdasarkan penjelasan diatas, maka alat dan bahan yang dibutuhkan untuk melakukan
pengukuran kedaluarsa menggunakan analisis nilai pH adalah
1. Air Aquades (PH 7.0) atau Stetrile lab water 1000ml.
2. Reagent Cholesterol M.R 100 ml
3. Gelas reaksi diameter 10-20cm tinggi 25cm 2 buah
4. Module Sensor pH Gravity analog 1 buah
5. Kabel jumper 5 warna sebanyak 8 buah untuk jenis male to male dan 3 buah male to female
6. Module sensor temperatur dan stailess stell probe ds18b20
7. Resistor 4,7kOhm
8. Microcontroller Arduino Uno R3
9. Lap kering tidak berserat / Kanebo halus
10. Sealer/penutup kedap udara

3.4. Metoda Pengukuran

1. Sebelum menuangkan cairan apapun, rangkaikan alat dan bahan seperti gambar 3.1 dibawah ini
2. Tuangkan air aquades murni sebanyak 400mL dengan Ph 7 ke dalam wadah cairan yang telah
disediakan dan tutup wadah dan sensor menggunakan sealer/penutup kedap udara
3. Kalibrasikan sensor Ph dan analog reading pada Arduino menggunakan air aquades tersebut
4. Jika kalibrasi telah selesai, angkat kedua sensor tersebut dari wadah kemudian bersihkan hingga kering
dengan lap tak berserat seperti kanebo secara perlahan
5. Masukan 100 ml cairan reagent Creatinine yang akan diuji kedalam wadah kering yang baru
6. Masukan kedua sensor tersebut kembali sebagaimana gambar 3.1dan tutup wadah dan sensor
menggunakan sealer/penutup kedap udara.
7. Tunggu hingga pembacaan temperature stabil.
8. Menggunakan program Arduino IDE, rekam setiap data yang muncul dari sensor dengan interval waktu
10 mili sekon.
9. Masukan data tersebut ke dalam sebuah table Analisa.
10. Dengan persamaan 1.3 didapatkanlah waktu kadar luarsa dari produk yang diinginkan.

Gambar 1. Skematik pengukuran Ph secara realtime dengan Arduino uno R3 sebagai papan microcontroller

3.5. Metoda Perhitungan

Untuk menghitung laju reaksi, dapat digunakan persamaan Arrhenius seperti pada persamaan 1.
Namun demikian, untuk mendapatkan nilai faktor frekuensi (A) dan energi aktivasi (Ea), perlu
dilakukan uji laju reaksi pada beberapa suhu yang berbeda. Dalam kasus ini, kita akan
menggunakan data pH dan suhu yang telah diberikan.
Pertama-tama, kita perlu menghitung nilai suhu dalam kelvin:
Suhu (K) = Suhu (C) + 273.15
Dengan menggunakan persamaan linier yang didapatkan dari curve fitting, kita dapat menghitung
nilai pH dan suhu yang akan digunakan dalam perhitungan:
pH = Intercept + Slope x Suhu (K)
Dengan menggunakan nilai pH dan suhu dalam persamaan Arrhenius, kita dapat menghitung laju
reaksi pada setiap suhu yang berbeda. Kita akan menggunakan konstanta gas R = 8.314 J/mol.K.
Dalam hal ini, kita akan menggunakan konsentrasi awal Picric acid sebesar 25 mmol/L sebagai
konsentrasi awal reaksi.
Dalam uji stabilitas, waktu kedaluwarsa (t90) didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan agar
konsentrasi zat aktif dalam reagen turun menjadi 90% dari konsentrasi awalnya.
Untuk menghitung waktu kedaluwarsa pada suhu tertentu, kita dapat menggunakan persamaan:
t90 = (ln 10) / k x ln (C0/C90)
dimana C0 adalah konsentrasi awal, C90 adalah konsentrasi setelah 90% dari konsentrasi awal
terdegradasi, dan k adalah konstanta laju reaksi yang dihitung sebelumnya.

4. Hipotesis/Perhitungan Secara Teoritik

Reagent creatinine Labiosis disimpan dalam suhu 2-8 derajat Celsius. Hal ini diatas standard yang
direkomendasi dari pabrikan yaitu 15 sampai 30 derajat Celsius. Untuk menghitung energi aktivasi,
konstanta laju reaksi, dan waktu kedaluwarsa (t90) reagen creatinine, pertama-tama kita perlu
menghitung konstanta laju reaksi pada suhu-suhu yang berbeda menggunakan persamaan
Arrehenius:

k  A  eEa RT
(1)

Di mana k adalah konstanta laju reaksi, A adalah faktor pre-eksponens, Ea adalah energi aktivasi,
R adalah konstanta gas (8,314 J/(mol K)), dan T adalah suhu dalam Kelvin.
berdasarkan eksperimen pengukuran, data yang didapat hanyalah nilai pH dan temperature,
sehingga untuk menghitung energi aktivasi dan faktor pre-eksponens (A), kita mengubah
persamaan diatas ke dalam bentuk logaritmik, sehingga menjadi:

 E 
ln  k   ln  A    a  (2)
 R T 

Dari persamaan ini kita dapat memplot nilai ln(k) terhadap invers dari varian suhu (1/T). Dari hasil
plot didapatkan Intersep pada sumbu y yang merupakan ln(A), sedangkan slope-nya adalah - Ea
/R. Dengan mengetahui nilai ln(A) dan slope (-Ea/R) tersebut, kita dapat menghitung nilai energi
aktivasi (Ea) dari reaksi tersebut dengan memperhatikan nilai konstanta R.
Kemudian, kita akan menggunakan persamaan regresi linear pada data ln(k) dan 1/T untuk
menghitung energi aktivasi dan faktor pre-eksponens (A). Setelah mendapatkan Energi aktivasi
dan faktor pre-eksponensial A(A) barulah nilai konstanta laju reaksi untuk masing-masing suhu
didapatkan, menggunakan persamaan 2.
Untuk menghitung waktu kedaluwarsa (t90) pada suhu 2, 8, 15, dan 30 derajat Celsius kita akan
menggunakan persamaan:

ln 10 
t90  (3)
k  2.303
Di mana k adalah konstanta laju reaksi pada suhu tertentu dan ln(10) adalah logaritma natural
dari 10. Berikut adalah hasil perhitungan energi aktivasi, konstanta laju reaksi, dan waktu
kedaluwarsa (t90) reagen creatinine pada suhu-suhu yang berbeda menurut perhitungan secara
teoritik:
Tabel 1. Perhitungan dan Analisis waktu kedaluarsa secara teoritik

Suhu (°C) Suhu (K) 1/T (K-1) ln(k) k t90 (Hari) t90 (Tahun)
2 275.15 0.00363 -20.8289 3.1549 x 10-10 751.33 2,05
8 281.15 0.00356 -20.0353 4.4374 x 10-10 536.17 1,46
15 288.15 0.00347 -19.2927 6.3486 x 10-10 384.31 1,05
30 303.15 0.00330 -17.8428 2.2369 x 10-9 135.02 0,37
5. Hasil

Dari pengukuran yang telah dilakukan secara realtime, dihasilkanlah 5379 data yang menyatakan
nilai pH dan temperature reagent yang disajikan pada link berikut:

https://docs.google.com/spreadsheets/d/1UbDZzyBRIayETyvPQvfSdpWWZvBDY4z9plNDnEjL3
jw/edit?usp=sharing
Data ini kemudian di plot sehingga menghasilkan grafik yang disajikan pada gambar 2. Dari grafik
ini kemudian dilakukan curve fitting dan smoothing (menggunakan type average-adjausting)
sehingga menghasilkan persamaan 4.
pH  1,54315  0,05562  T (4)
Analisi lebih lanjut dari persamaan 4 dapat dilihat pada table 2.

Gambar 2. Kurva nilai pH yang telah mengalami proses smoothing dengan model averaging-adjacent
terhadap suhu pada sampel raegent creatinine

Tabel 2. Analisis Persamaan hasil cureve fitting dari


perubahan pH terhadap temperature reagent creatinine saat
pengukuran berlangsung.

Weight No Weighting
Intercept 1,54315 ± 0,01857
Slope 0,05562 ± 6,82091E-4
Residual Sum of Squares 2,56039
Pearson's r 0,74359
R-Square (COD) 0,55292
Adj. R-Square 0,55284
Dengan menggunakan data yang diperoleh melalui pengukuran dengan menggunakan metoda
perhitungan yang telah disebutkan diatas, berikut adalah hasil perhitungan untuk masing-masing
suhu:

5.1. Hasil Perhitungan Waktu Kedaluarasa pada suhu 2°C

pH = 1,54315 + 0,05562 x (2+273,15) = 2,2221


86,573

k  A  e Ea RT
 1017,1 e 8,314 275,15  3,57  1023 mol / L  s

t90 = (ln 10) / k x ln (25/2,5) = 4430,2 hari atau sekitar 12 tahun

5.2. Hasil Perhitungan Waktu Kedaluarasa pada suhu 8°C

pH = 1,54315 + 0,05562 x (8+273,15) = 2,2797


86,573

k  A  e  Ea / RT  1016,9  e 8,314 281,15  5, 47  10 22 mol / L  s

t90 = (ln 10) / k x ln (25/2,5) = 546,5 hari atau sekitar 1,5 tahun

5.3. Hasil Perhitungan Waktu Kedaluarasa pada suhu 15°C

pH = 1,54315 + 0,05562 x (15+273,15) = 2,3373


86,573

k  A  e  Ea / RT  1016,8  e 8,314 288,15  1,60  1020 mol / L  s

t90 = (ln 10) / k x ln (25/2,5) = 144,7 hari atau sekitar 5 bulan

5.4. Hasil Perhitungan Waktu Kedaluarasa pada suhu 30°C

pH = 1,54315 + 0,05562 x (30+273,15) = 2,4950


86,573

k  A  e  Ea / RT  1016,6  e 8,314 303,15  1,36  1018 mol / L  s

t90 = (ln 10) / k x ln (25/2,5) = 17,1 hari atau sekitar 2 minggu

Hasil dari perhitungan proyeksi ph, laju reaksi dan waktu kedaluarsa pada suhu 2, 8, 15, 30 derajat
celsius dimuat pada table 3 di bawah ini:
Tabel 3. Nilai kadar keasaman, laju reaksi dan waktu kedaluarsa pada suhu 2, 8,
15, 30 derajat celsius

Kadar Keasaman Laju Reaksi Waktu Kedaluarsa


Simbol pH k t90
Unit [H+] mol/L· s Tahun
Suhu 2°C 2,22 3,57 x 10-23 12
Suhu 8°C 2,28 5,47 x 10-22 1,5
Suhu 15°C 2,33 1,60 x 10-20 0,4
Suhu 30°C 2,50 1,36 x 10-18 0,04

6. Kesimpulan

Pada suhu penyimpanan regent 2-8 derajat Celsius, maka waktu kedaluarsa reagent adalah 1,5
sampai 12 tahun. Jika suhu dijaga konstan pada suhu 2 derajat Celsius, maka waktu kedaluarsanya
adalah 12 tahun. Dan jika suhu penyimpanannya adalah konstan 8 derajat Celsius maka nilai waktu
kedaluarsanya adalah 1,5 tahun. Pada suhu penyimpanan reagent creatinine yang direkomendasikan,
yaitu 15 sampai 30 derajat Celsius, maka kedaluarsa reagent sekitar 2 minggu sampai 5 bulan dimana
pada suhu constant 30 derajat Celsius waktu kedaluarsanya adalah 2 minggu dan pada suhu konstan
15 derajat Celsius waktu kedaluarsanya adalah 5 bulan. Dari pengukuran tersebut, hanya pada suhu
8 derajat Celsius yang waktu kedaluarsanya mendekati perhitungan secara teoretik (setidaknya
sampai penelitian ini berlangsung).

7. Referensi

1. Tietz, N. W. (1995). Clinical guide to laboratory tests (3rd ed.). Philadelphia: W.B. Saunders.
2. Aronson, J. K. (Ed.). (2016). Meyler's side effects of drugs: the international encyclopedia of
adverse drug reactions and interactions (16th ed.). Oxford: Elsevier.
3. Sanz, J., Florsheim, W., Kedem, H., & Pogliani, L. (2004). Degradation products of picric
acid in aqueous solution. Journal of Pharmaceutical and Biomedical Analysis, 34(5), 1013-
1019. doi: 10.1016/j.jpba.2003.12.028
4. Vlachou, M., Loizou, E., Tzimtzimis, G., Karagkiozaki, V., & Bikiaris, D. (2020).
Investigation of the stability of Picric acid in different pH and temperature conditions. Journal
of Pharmaceutical and Biomedical Analysis, 177, 112851. doi: 10.1016/j.jpba.2019.112851
5. Sudaryanto, E., & Hartono, S. B. (2018). Pengaruh pH terhadap Kedaluwarsa Reagen
Creatinine. Jurnal Kesehatan, 11(1), 17-23.
6. Akinyemi, O., Adeyemo, S., & Oladimeji, T. E. (2021). Microcontroller-based water quality
monitoring system. Journal of Physics: Conference Series, 1784(1), 012005.
7. Mohan, N., & Manivannan, R. (2015). Real-time water quality monitoring using wireless
sensor network. Journal of Theoretical and Applied Information Technology, 77(2), 202-210.
8. Pandey, S., & Singh, S. P. (2015). Mathematical model of measurement error analysis for
real-time water quality monitoring system. Journal of Electrical Systems and Information
Technology, 2(2), 156-164.
9. Saha, S., Hossain, M. S., Saha, S. K., & Parvez, M. S. (2021). Microcontroller-based water
quality monitoring and control system. In 2021 4th International Conference on Intelligent
Manufacturing and Materials (ICIMM) (pp. 59-63). IEEE.
10. Wang, C., Xie, Y., Lu, X., Xu, Y., & Wei, H. (2020). Design of a real-time water quality
monitoring system based on wireless sensor network. IOP Conference Series: Earth and
Environmental Science, 569(1), 012031.

Anda mungkin juga menyukai