Anda di halaman 1dari 33

BIMTEK PENGUATAN LAYANAN DUKUNGAN KESEHATAN JIWA DANPSIKOSOSIAL,

KESEHATAN REPRODUKSI, DAN KEKERASAN BERBASISGENDER PADA PENYEDIA


LAYANAN KEPADA KELOMPOK LANSIA DANDISABILITAS DI SITUASI BENCANA

MODUL 2
GAMBARAN TENTANG LANSIA DALAM
ISU KEKERASAN BERBASIS GENDER
Pengantar

TUJUAN

• Memiliki pemahaman tentang definisi lansia, kategori lansia berdasarkan hukum nasional dan
internasional.
• Mampu mengidentifikasi faktor penarik dan pendorong terjadinya KBG pada Lansia, serta
memahami dampak dari KBG bagi Lansia.
• Mampu menganalisa dan memetakan layanan yang dibutuhkan bagi Lansia korban KBG.
Pengantar

MATERI

1. Gambaran Lansia di Indonesia


2. Mengidentifikasi Kasus KBG pada Lansia
Apa yang terlintas dalam benak Anda
ketika mendengar kata lansia?
Latar Belakang
Tujuan Pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan makmur
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, melalui pencapaian tujuan
pembangunan ini telah menghasilkan kondisi sosial masyarakat yang makin
membaik dan usia harapan hidup makin meningkat, sehingga jumlah lanjut usia
makin bertambah. Walaupun demikian banyak diantara lanjut usia yang masih
produktif dan mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara, namun masih terdapat beberapa faktor yang menyebabkan
terhambatnya produktifitas lansia dalam rangka meningkatkan kesejahteraannya
yaitu karena berbagai masalah sosial yang dihadapi oleh lansia salah satunya
adalah tingginya kasus kekerasan pada lansia.
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan


Dalam Rumah Tangga.

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana


Perdagangan Orang

Kerangka Hukum Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 19 Tahun 2012 tentang Pedoman
Pelayanan Lanjut Usia

Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 5 Tahun 2018 tentang Standar Nasional


Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia
Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Nomor 24 Tahun 2010 Tentang Model Perlindungan Lanjut Usia yang Responsif
Gender

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 67 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan


Pelayanan Kesehatan Lanjut
Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (SIMFONI-PPA) mencatat
angka kekerasan yang dialami oleh lansia adalah berjumlah 141 orang
Angka kekerasan yang dialami oleh perempuan lebih tinggi dari laki-laki.
Hal ini dapat dilihat pada data berikut:

Pada tahun 2022 Komnas Perempuan


mencatat, terdapat 143 kasus kekerasan
terhadap lansia, atau 3,72% dari 3.838 kasus.
Kasus kekerasan ini terjadi diberbagai setting
yaitu di ranah personal (114 kasus), ranah
publik (27 kasus) dan ranah negara (2 kasus).
Dari data tersebut menunjukkan 79,7 % terjadi
dalam lingkup rumah tangga/personal.
KBG pada Lansia seperti Fenomena Gunung
Es
Siapakah yang dimaksud Lansia?

Lanjut Usia adalah


seseorang yang
telah mencapai
usia 60 tahun
(enam puluh)
tahun keatas.
Pengelompokkan Lansia:
• Lanjut Usia Potensial adalah lanjut usia Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
25 tahun 2016 tentang Rencana Aksi Nasional Kesehatan
yang masih mampu melakukan Lanjut Usia tahun 2016-2019. Mengelompokkan lansia
pekerjaan dan/atau kegiatan yang sebagai berikut:
dapat menghasilkan barang dan/atau • Lanjut usia berkualitas adalah lanjut usia yang sehat,
jasa atau masih mampu melakukan mandiri, aktif dan produktif.
aktivitas dan/atau berpartisipasi dalam • Lanjut usia sehat adalah lanjut usia yang tidak
mewujudkan aktualisasi dirinya dalam menderita penyakit atau walaupun menderita penyakit
tetapi dalam kondisi yang terkontrol.
berbagai bidang kehidupan.
• Lanjut usia mandiri adalah lanjut usia yang memiliki
• Lanjut Usia Tidak Potensial adalah kemampuan untuk melakukan aktifitas sehari-hari
lanjut usia yang tidak berdaya mencari secara mandiri.
nafkah sehingga hidupnya bergantung • Lanjut usia aktif adalah lanjut usia yang masih mampu
pada bantuan orang lain atau tidak bergerak dan melakukan pekerjaan sehari-hari tanpa
bantuan orang lain dan beraktifitas dalam kehidupan
mampu memenuhi Kebutuhan sosialnya seperti mengikuti pengajian, arisan, mengajar
dasarnya, dan tidak dapat melakukan dan sebagainya.
aktifitas dan/atau berpartisipasi dalam • Lanjut usia produktif adalah lanjut usia yang
berbagai bidang kehidupan. mempunyai kemampuan untuk berdaya guna bagi
dirinya dan atau orang lain.
Brainstorming : Identifikasi faktor-faktor
Penyebab terjadinya Kekerasan Berbasis Gender
pada Lansia, baik di rumah tangga maupun di
situasi bencana (tuliskan di metaplan, lalu
tempelkan di flipchart yang telah disediakan)
Faktor-faktor terjadinya kekerasan berbasis gender pada
lansia
• Dekonstruksi interseksionalitas yang dilakukan dalam upaya untuk menjelaskan praktik diskriminasi yang
muncul karena perempuan memiliki lebih dari satu identitas yang berkelindan, Bentuk-bentuk interseksionalitas
yang menyebabkan penindasan dalam masyarakat antara lain; jenis kelamin (laki-laki dan perempuan),
kemampuan ekonomi (kaya dan miskin), kelas (kelas atas dan kelas bawah), agama (muslim dan non muslim),
warna kulit (kulit putih dan berwarna), suku (jawa dan non jawa), penampilan (cantik dan jelek), pertentangan
identitas ini, perempuan diposisikan sebagai kelompok yang kalah serta memiliki potensi mengalami penindasan
dan marjinalisasi yang berlipat ganda ketika ia memiliki identitas lain yang juga berada pada struktur sosial
terbawah seperti; kelas, produktivitas, dan kemampuan fisik. Semakin banyak jumlah persimpangan identitas
seorang perempuan lansia, semakin besar resiko mereka mengalami tindak kekerasan.
• Ageisme berbasis gender dialami oleh perempuan, khususnya kaum lansia. Perempuan dapat melakukan
penindasan terhadap perempuan lain hanya karena ia berusia lebih muda atau lebih tua.
• Kekerasan Struktural terhadap Orang Lanjut Usia sebagai Hasil dari Konstruksi Sosial yang
Merendahkan, Kekerasan terhadap lansia muncul dari persepsi negatif suatu kelompok masyarakat yang
kemudian berubah menjadi kecenderungan untuk melakukan diskriminasi, marginalisasi yang berakhir
pada tindak kekerasan baik verbal, fisik, maupun kekerasan ekonomi.
• perlakuan yang berbeda terhadap lansia muncul dari perbedaan jenis kelamin antara laki-laki dengan
perempuan, dalam konteks proses sosial dan relasi antar generasi yang mereka alami. Selanjutnya dijelaskan
bahwa lansia perempuan jauh lebih rentan mengalami kekerasan dibandingkan lansia laki-laki
• norma sosial juga berkontribusi menjadi salah satu faktor terjadinya kekerasan pada lansia, misalnya adanya
norma sosial yang berlaku di masyarakat bahwa merujuk lansia ke panti wredha atau panti jompo dianggap
sebagai budaya “malu” atau dianggap sebagai “anak durhaka”, padahal secara ekonomi dan sosial keluarga tidak
mampu untuk merawat dan memenuhi kebutuhan lansia di rumah tetapi karena normal sosial tersebut sehingga
keluarga tidak mau merujuk ke panti atau kepada Lembaga penyedia layanan untuk mendapatkan layanan
karena keluarga “malu di cap sebagai anak durhaka
Diskusi kelompok:

Kelompok 1: Mengapa Lansia Rentan menjadi


korban KBG Termasuk di situasi bencana?
Tuliskan Bentuk-Bentuk KBG pada Lansia

Kelompok 2: Dampak-dampak KBG pada


Lansia (Fisik, Psikis, Sosial, Ekonomi)

Gunakan flipchart dan masing-masing kelompok presentasi


Bentuk-Bentuk KBG pada Lansia:
Kekerasan Fisik adalah :
kekerasan yang sengaja dilakukan dan menyebabkan sakit fisik,
cedera atau luka, cacat bahkan berakibat pada kematian. Kekerasan
yang dimaksud bukan hanya seperti :

ümemukul,
ümendorong,
ümenendang atau bertindak kasar,
üpenyalahgunaan obat-obatan,
üpengekangan atau pengurungan.
Kekerasan Emosional atau kekerasan psikis
adalah
Perlakuan apapun terhadap lansia yang bisa menyebabkan
sakit secara emosional, psiklogis, atau penderitaan.
Contohnya:
ü intimidasi dengan cara membentak atau ancaman,
üpenghinaan dan ejekan,
ükebiasaan menyalahkan dan mengkambinghitamkan lansia,
ümengabaikan lansia, mengisolasi lansia dari teman-
temannya,
ümelarangnya untuk beraktivitas
ümelakukan teror.
Kekerasan Seksual seperti :
ümelakukan kontak fisik terhadap lansia tanpa persetujuannya.
Kontak fisik yang dimaksud bisa berupa tindakan seksual namun,
ütindakan seperti memperlihatkan lansia material pornografi,
ümemaksanya untuk menonton aktivitas seksual, atau
ümemaksanya untuk membuka baju juga termasuk bentuk
kekerasan seksual terhadap lansia,
ühingga perkosaan dan
übentuk-bentuk pelecehan lainnya.
Penelantaran Lansia, adalah:
Kegagalan untuk memenuhi tugas mengurus lansia. Bentuk kekerasan ini merupakan yang
paling umum, meliputi lebih dari setengah kasus kekerasan terhadap lansia secara
keseluruhan. Penelantaran ini sifatnya bisa sengaja atau tidak sengaja, tergantung dari faktor
seperti ketidaksadaran atau penolakan bahwa lansia membutuhkan perawatan.
Tanda dan gejala penelantaran terhadap lansia yang dapat dilihat seperti :
ü malnutrisi atau kehilangan berat badan tiba-tiba,
ü kebersihan yang kurang,
ü kondisi tempat tinggal yang menyedihkan,
ü pakaian yang tidak tepat atau kurang,
ü kurangnya pemenuhan protokol pengobatan,
ü jengkel,
ü badan yang kotor,
ü kacamata yang pecah atau ukuran tidak tepat,
ü gigi palsu atau alat bantu dengan tidak berfungsi baik.
ü Penerlantaran atau kelalaian ada yang tidak disengaja dan yang disengaja. Kelalaian yang
tidak disengaja terjadi ketika pemberi asuhan tidak mengerti atau tidak dapat memberikan
perawatan yang tepat. Dapat diperbaiki dengan peningkatan pengetahuan dan ketrampilan
dalam upaya untuk mencegah perilaku kelalaian terhadap lansia. Sedangkan Kelalaian yang
disengaja dianggap sebagai kesengajaan dan bermaksud untuk mengganggu-merusak, seperti
penolakan lansia untuk mendapatkan sumber-sumber, perawatan, pengobatan, makanan dan
lain-lain.
Eksploitasi Finansial, adalah :
Tindakan memanfaatkan dan menggunakan keuangan atau properti
lansia secara tidak sah atau tanpa seizinnya. Tindakan tersebut bisa
dilakukan oleh perawat lansia atau orang lain. Perawat atau
pengasuh lansia biasanya melakukan eksploitasi finansial seperti:
ü menyalahgunakan uang pribadi, kartu kredit, atau rekening bank
lansia,
ümencuri uang dan properti lansia,
üMemalsukan tanda tangan lansia,
ümelakukan pencurian identitas dan Penipuan.
üSelain itu bentuk eksploitasi lainnya adalah mengeksploitasi
secara ekonomi dengan cara merekrut lansia untuk mengemis di
jalan raya atau ditempat-tempat lainnya.
Kekerasan Terhadap Lansia oleh Pekerja Medis
dan Profesional:
Bentuk kekerasan ini bisa dilakukan oleh dokter, suster,
staf rumah sakit, dan perawat profesional lainnya.
Tindakan yang dilakukan termasuk tidak menyediakan
fasilitas kesehatan yang seharusnya, namun tetap
meminta bayaran, mematok harga yang terlalu berlebihan
dan tidak setara dengan fasilitas yang diberikan, Sengaja
terlalu banyak memberikan obat atau terlalu sedikit
memberikan obat, menawarkan pengobatan palsu untuk
penyakit tertentu.
Penyalahgunaa kekuasaan/tanggung jawab, misalnya:
ü pada saat distribusi bantuan yang tidak sampai pada lansia yang seharusnya
membutuhkan bantuan. Saat ada bantuan sosial untuk Lansia, yang menerima bantuan
adalah anggota keluarganya sementara lansia tersebut tidak mengetahui bahkan tidak
menikmati bantuan tersebut, sehingga yang menikmati bantuan adalah keluarganya
atau bahkan orang lain atau pihak lain,
ü Pemberian bantuan dalam situasi bencana, dimana Lansia sering terlewatkan.
ü Faktor kemiskinan keluarga membuat para lansia lebih banyak mengalami kekerasan
dari anggota keluarganya sendiri seperti dipaksa/terpaksa mencuci piring/baju, menjaga
cucu, dan sering kali menghadapi bentakan, dianggap beban/merepotkan. Dalam
keadaan ini, lansia tidak diberi cukup waktu untuk istirahat dan beribadah,
ü Sering kali pendampingan/pelayanan yang diberikan tidak/kurang tepat/sesuai, karena
aparat tidak memahami aturan karena itu dimungkinkan terjadinya politik bantuan,
misalnya bantuan tersebut dijadikan sebagai alat kampanye dll, membuat Lansia
ketergantungan terhadap pihak lain dalam mengakses bantuan/layanan.
ü Layanan dengan sistem digitalisasi atau berbasis teknologi, lansia menjadi tidak bisa
mendapatkan bantuan medis/sosial, maka tanpa keterlibatan kaum mudah sebagai
pendamping, lansia tidak bisa mengakses bantuan/layanan, dampaknya mereka tidak
mendapatkan bantuan.
Secara Psikologis, misalnya :
Dampak KBG pada lansia: q menyalahkan diri sendiri, karena dirinya
dimasa lansia tidak mendapatkan kehidupan
yang layak, dimasa tua kerap dianggap
sebagai ketidak beruntungan, kutukan,
hukuman dll. Hal ini memperburuk kondisi
lansia khususnya secara psikologis, tidak
memiliki harapan, tidak ingin sembuh dari
penyakitnya dan cenderung menanggung
sendiri kekerasan yang dialaminya.

q Selain itu membuat lansia menjadi depresi,


menjadi pemicu kepikunan/pelupa,
melamun, pemarah, sering komplen dan
beberapa lansia memilih untuk tidak mau
berbicara.
Dampak KBG pada lansia:
Secara fisik, misalnya akibat dari KBG
yang dialami oleh Lansia dapat
menimbulkan kecacatan baik secara
fisik maupun secara psikis, seperti
akibat dari pemukulan, tendangan dll
dapat merusak anggota tubuh lansia
tersebut, kebutuhan pokok lansia yang
tidak terpenuhi akibat penerlantaran
menimbulkan berbagai penyakit yang
mengakibatkan melemahnya fungsi
organ tubuhnya.
Dampak KBG pada lansia:

• Secara sosial, misalnya lansia


mengurung diri, tidak mau bertemu
dengan anggota keluarganya, tidak
memiliki keinginan untuk merespon
pembicaraan atau Tindakan orang-
orang disekitarnya, dikucilkan atau
tidak menjadi pertimbangan penting
bagi anggota keluarga dalam
pengambilan keputusan terhadap
diri lansia tersebut.
Dampak KBG pada lansia:

• Secara ekonomi, misalnya


lansia yang seharusnya
masih bisa produktif atau
masih dalam kategori
lansia potensial tetapi
akibat dari kekerasan yang
dialaminya membuat lansia
tersebut menjadi tidak
potensial/produktif lagi.
Hak-Hak Lansia:
Hak-Hak Lansia Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang
Tahun 1998: Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga,
• pelayanan keagamaan dan mental spiritual; korban kekerasan memiliki hak:
• pelayanan kesehatan; • Perlindungan dari pihak keluarga, kepolisian,
• pelayanan kesempatan kerja; kejaksaan, pengadilan, advokat, lembaga sosial,
atau pihak lainnya baik sementara maupun
• pelayanan pendidikan dan pelatihan; berdasarkan penetapan perintah perlindungan
• kemudahan dalam penggunaan fasilitas, sarana, dan dari pengadilan;
prasarana umum. • Pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan
• kemudahan dalam layanan dan bantuan hukum; medis;
• perlindungan sosial; • Penanganan secara khusus berkaitan dengan
kerahasiaan korban;
• bantuan sosial.
• Pendampingan oleh pekerja sosial dan bantuan
hukum pada setiap tingkat proses pemeriksaan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan
• Pelayanan bimbingan rohani.
MENGIDENTIFIKASI KASUS KBG
PADA LANSIA
1. Membagi kelompok kecil
2. Setiap kelompok mendapatkan:
1) Lembar skenario studi kasus
2) Kertas plano
3) Selotip perekat
4) Kertas metaplan
5) Spidol berwarna secukupnya
3. Setiap kelompok membahas kasus berbeda dan menjawab pertanyaan berikut:
1) Apakah kasus tersebut merupakan KBG? Apa jenis kasus KBGnya, siapa pelakunya,apa
dampaknya?
2) Petakan Lembaga layanan yang dapat membantu dan bagaimana mengakseskan layanan tersebut.
KASUS 1
Mariati (Perempuan usia 65 tahun), ia tinggal Bersama cucu perempuannya Bersama Ratmi usia 16 tahun,
sejak lahir Ratmi ditinggalkan oleh kedua orang tuanya karena Ratmi mengalami gangguan mental, sejak itu
mereka menempati sebuah rumah kecil di perkampungan, sehari-hari Mariati bekerja menjual pisang dan
buah-buahan lainnya di sebuah pintu gerbang perumahan.
Suatu malam, Mariati sangat kaget karena ia mendengar teriakan cucunya dari kamar sebelah, ia terbangun
dan berjalan menuju kamar Ratmi, ia melihat ada laki-laki yang sedang memaksa Ratmi untuk membuka
bajunya. Mariati mencoba berteriak tetapi laki-laki itu justru menyeret Mariati dan memaksanya untuk
melayaninya, demi menyelematkan cucunya Mariati tidak memiliki pilihan lain. Ia tidak sanggup melawan
laki-laki itu dan ia juga sangat ketakutan jika laki-laki itu mencelakai cucunya.
KASUS 2
Emak Aya (Perempuan, usia 70 tahun), saat ini tinggal di pengungsian setelah rumahnya di hancur akibat
tanah longsor yang terjadi di Pamijahan, Bogor. Emak Aya menempati tenda pengungsian Bersama dengan
pengungsi lainnya. Ia mengeluh sering “ngompol” karena ia tidak bisa sampai ke toilet yang jaraknya cukup
jauh dari tendanya. Ia berharap ada donator yang datang membawa pempers untuk dewasa/lansia, agar ia
bisa menggunakan pempers. Akibat sering tidak tahan “buang air kecil/ngompol” itu ia dijauhi oleh
pengungsi lainnya, bahkan menantu dan anaknya yang tinggal di tenda itu juga kerap memarahinya dan
mengatakan bahwa emak Aya tidak tahu diri, malu-maluin, dan bikin susah orang-orang di pengungsian.
Emak Aya mencoba menjelaskan kondisinya tetapi anak, menantu dan orang-orang yang ada di tenda
tersebut malah menanggapinya dengan emosi, sehingga emak Aya memilih diam dan kadang menahan
buang air kecil sehingga emak Aya kerap merasa kesakitan. Emak Aya tidak mau minta tolong karena ia
pernah minta tolong sama anak dan menantunya tetapi malah ia di lempari buntelan pakaian yang
mengenai kepalanya. Sejak itu ia takut untuk mengeluh atau minta tolong.
Kesimpulan

• Lansia merupakan salah satu kelompok yang rentan mengalami KBG baik dalam rumah tangga,
masyarakat, layanan publik dan dalam situasi bencana.
• KBG pada lansia memiliki dampak yang berlipat karena lansia memiliki kerentanan sebelum KBG itu
terjadi.
• Lansia memiliki hak untuk mendapatkan layanan berdasarkan kondisi dan kebutuhannya.
• Pelaku KBG bisa siapa saja termasuk anggota keluarga, pendamping, masyarakat, petugas dan penyedia
layanan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai