Disusun Oleh.
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Kasus
Beberapa lansia di sebuah panti werdha mengalami stereotip dan
merasa diperlakukan secara tidak berharga oleh keluarganya. Seperti yang
dialami oleh Ibu DR yang merasa ketika dalam kondisi lansia, sakit, dan
tidak mempunyai apa-apa, keluarganya tidak memperdulikannya.
Hubungan dengan anaknya juga tidak baik, anaknya hanya satu kali
menjenguknya semenjak Ibu DR tinggal di panti. Bisa dikatakan jika
sudah lama beliau tidak dikunjungi oleh anak maupun adiknya. Selain apa
yang dialami Ibu DR, penghuni panti merasa tidak pernah mendapatkan
liburan dalam jangka waktu satu tahun terakhir dan tidak mendapatkan
kunjungan dari teman atau keluarga dalam jangka waktu satu bulan
terakhir. Kebutuhan dasar lansia yang ada di panti juga belum tercukupi.
Kebutuhan dasar seperti obat dan bahkan pemberian minyak kayu putih
pun dibatasi, kebutuhan pakaian dan perlengkapan tempat tidur juga belum
layak pakai.
Penghuni panti werdha tersebut merasakan status mereka yang
menjadi non produktif karena adanya pengurangan nilai individu
berdasarkan kegunaan ekonomi atas dasar usia. Bapak OMR yang seorang
lansia merasa dirinya masih potensial dan masih ingin bekerja namun
kesempatan untuk bekerjanya terhambat karena hampir semua perusahaan
di Indonesia tidak membuka peluang bekerja untuk lansia.
Lansia penghuni panti werdha juga mengalami tindakan elder
abuse dengan pengasuh sebagai pelaku. Tindakan elder abuse menjadikan
adanya kegagalan dalam memenuhi hak lansia dan mengabaikan mereka,
sehingga menyebabkan penghuni panti werdha kehilangan hak-haknya dan
tindakannya dibatasi. Ibu DW pernah mengalami perlakuan dari pegawai
di antaranya yaitu, dari pegawai dapur yang tidak memberikan susu bubuk
mentahnya karena biasanya para lansia diberi susu yang sudah diseduh
dengan ditambahkan gula. Penulis jurnal tersebut melihat secara langsung
perlakuan dari pengasuh rawat inap terhadap para lansia yang sudah tidak
mampu memenuhi kebutuhannya sendiri. Disalah satu kamar ada seorang
lansia yang sedang tertidur dengan tangannya diikat ke ranjang (Julianti,
2013).
1.2 Analisis Situasi
Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) memaparkan data mengenai
World Population Ageing diperkirakan penduduk lanjut usia di dunia
meningkat mencapai 2 (dua) miliar jiwa pada tahun 2050 (United Nation
(UN), 2015). Seperti halnya yang terjadi di negara-negara di dunia,
Indonesia juga mengalami penuaan penduduk. Dari data yang dilaporkan
oleh lembaga Survei Penduduk antar Sensus (Supas) 2015, terdapat
penduduk lanjut usia Indonesia sebanyak 21,7 juta atau 8,5% yang terdiri
dari lansia perempuan 11,6 juta (52,8%) dan 10,2 juta (47,2%) lanjut usia
laki-laki. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia termasuk negara yang
akan memasuki era penduduk menua (ageing population), karena jumlah
penduduk yang berusia 60 tahun ke atas telah melebihi angka 7,0% (Badan
Pusat Statistik, 2016).
Topik pembahasan mengenai perundungan orang-orang tua masih
belum menjadi pembahasan yang banyak diangkat. Kebanyakan orang
masih tidak menyadari tindakan pengabaian dan pengisolasian terhadap
orang tua merupakan salah satu bentuk perundungan. Dilansir dari data
Survei Pengalaman Hidup Nasional Perempuan (SPHNP) pada tahun
2016, perempuan di usia 50 sampai 64 tahun masih mengalami berbagai
kekerasan; kekerasan ekonomi 17,25 persen, kekerasan fisik oleh
pasangan 11,18 persen, kekerasan yang dilakukan oleh selain pasangan
4,92 persen, dan kekerasan seksual sebanyak 24,43 persen (Jawa Pos,
2018).
Lancet Global Health mempublikasikan data riset yang
dikumpulkan dari 52 studi dari 28 negara yang menyatakan jika hampir
16% orang berusia lebih dari 60 tahun mengalami perlakuan buruk, baik
dari segi psikologis (11,6%), finansial (6,8%), fisik (2,6%), maupun
seksual (0,9%) (Yon, Mikton, & Gasso, 2017). Data statistik global yang
diterbitkan oleh WHO tahun 2017 bahwa setidaknya 1 dari 6 lansia
mengalami perundungan. Bukan jumlah yang sedikit tentunya (World
Health Organization, 2018).
Royal Society for Public Health (RSPH) bekerja sama dengan
Calouste Gulbenkian Foundation mempublikasikan hasil penelitian
mereka „That Age Old Question’ tentang ageism yang mengukur sikap
terhadap orang tua dan lanjut usia. Penelitian ini disebarkan pada
penduduk yang berusia antara 18 sampai 34 tahun di seluruh Inggris
(Royal Society of Public Health, 2018).
Hasil penelitian menunjukkan jika generasi milenial memandang
usia tua sebagai sesuatu yang negatif atau sebagai suatu periode
kemunduran dan masalah. Sebanyak 25% partisipan meyakini bahwa
depresi dan ketidakbahagiaan merupakan hal yang normal pada lanjut usia.
Menurut laporan penelitian tersebut orang-orang muda terutama
perempuan cenderung bersikap diskriminatif terhadap penampilan,
kehilangan ingatan atau lupa dan partisipasi fisik serta aktivitas dalam
komunitas. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan jika sikap ageisme
merupakan hal yang banyak terjadi di kalangan generasi milenial. Mereka
memiliki pandangan negatif mengenai penuaan, hal ini salah sayangnya
sudah meresap karena kesalahan pemikiran tersebut dimulai sejak muda
(Royal Society of Public Health, 2018).
Dalam sebuah artikel yang diterbitkan oleh UBAYA, dikatakan
bahwa menempatkan orang lanjut usia ke panti werdha merupakan salah
satu alternatif pilihan. Namun, itu tidak sepenuhnya tepat karena
menempatkan lansia ke panti werdha dapat mencetuskan kesepian pada
mereka yang kemudian dapat memicu perasaan negatif dimana lingkungan
baru yaitu panti menjadi salah satu stressornya. Kemudian muncul
kecenderungan untuk tidak memiliki harapan namun tidak berusaha untuk
meminimalkan perasaan kesepian mereka. Jangan mengucilkan lansia
karena mereka membutuhkan orang lain, keterbatasan yang dimiliki lansia
bukan alasan untuk tidak diperbolehkan berinteraksi dengan orang lain.
Lansia membutuhkan teman-teman sebaya dan keluarga untuk terus
menjaga pola interaksi dan komunikasi yang baik dengan lansia. Jika
komunikasi dan interaksi dengan orang lain dibatasi, lansia akan merasa
terisolasi, kesepian, dan makin merasa bahwa dirinya sudah tidak memiliki
fungsi dan peran dalam kehidupan ini (Yuwanto & Putri, 2013).
1.3.Sasaran
Sasaran dari rancangan intervensi ini adalah masyarakat umum
mulai dari remaja hingga dewasa (tidak terbatas umur), keluarga,
caregiver , dan individu lanjut usia yang masih baik secara fisik dan
kognitifnya, serta yang masih memiliki potensi produktif namun
terinternalisasi dengan stigma.
1.4 Tujuan
Tujuan rancangan intervensi ini antara lain:
a. Mengubah cara pandang masyarakat tentang kelompok inidvidu lanjut
usia sehingga dapat meningkatkan kepedulian terhadap lansia dan
menekan hingga menghilangkan diskriminasi maupun perundungan
pada orang lanjut usia.
b. Meningkatkan interaksi dan kontak secara positif antara generasi muda
dan generasi tua dalam rangka mewujudkan relasi yang lebih baik
antar generasi.
c. Mempersiapkan generasi muda dalam menghadapi usia tua.
BAB II
LANDASAN TEORITIK
2.1 Ageism
2.1.1 Definisi Ageism
Lebih dari 50 tahun yang lalu, ageisme diperkenalkan pertama kali
sebagai masalah nasional yang serius oleh Robert N. Butler pada tahun
1969. Butler sendiri saat ini menjadi direktur utama di sebuah institusi
bernama National Institute on Aging in The United States. Butler
sendiri mendeskripsikan ageism sebagai bentuk diskriminasi usia,
prasangka yang dilakukan oleh sekelompok usia tertentu pada
sekelompok usia lainnya. Semenjak itu, banyak peneltian diseluruh
dunia yang mulai mendokumentasikan bentuk dari ageisme di wilayah
mereka. Pupulasi orang tua yang berusia diatas 60 tahu pun semakin
meningkat, dua kali lebih banyak dibanding pada tahun 1980. Hal ini
menggambarkan bahwa adanya perkembangan yang pesat pada
individu usia ini (Levy & Macdonald, 2016) . Ageism menurut
(Iversen, Larsen, & Solem, 2009) merupakan stereotip negatif maupun
positif, prasangka dan diskriminasi terhadap usia orang-orang berkaitan
dengan umur kronologisnya. Terdapat dua formula klasik yang
mendefinisikan ageism yaitu: ageism dapat terlihat sebagai proses
sistematis stereotip dan diskriminasi terhadap orang-orang karena
mereka tua, mirip seperti racism dan sexism yang dikaitkan dengan
warna kulit maupun gender. Orang tua dikategorisasikan sebagai
kepikunan, pemikiran dan cara kerja yang kaku. Pada usia ini individu
yang masih muda menganggap orang tua sebagai out-group karena
berbeda dengan karakteristik individu yang masih muda (Butler, 1975).
Ageism merupakan bentuk stereotip, prasangka, diskriminasi,
hingga menimbulkan penolakan terhadap kelompok umur tertentu
(Palmore, 1999). Pada konteks keseharian kelompok usia yang rentan
mengalami ageism yaitu orang lanjut usia mulai dari dewasa madya
hingga dewasa akhir (Palmore, 1999). Seluruh lingkungan sosial
menggunakan usia dan jenis kelamin untuk mengklasifikasi
anggotanya, dan orang-orang di dalamnya memiliki harapan yang
berbeda-beda terhadap setiap kategori. Karena itu, setiap kelompok usia
memiliki stereotip yang berbeda-beda tergantung karakteristik yang
dimiliki. Akan tetapi, ditinjau dari aspek produktivitas penuaan menjadi
sebuah titik balik yang menjadikan seseorang mengalami penurunan
fisik, kognitif, dan emosi dan mengarah pada kematian sebagai
konsekuensi dari kehidupan (Palmore, 1999). Pada kelompok usia tua
dianggap sebagai individu yang mudah lupa, kaku, status kesehatan
memburuk, lambat, dan lain-lain. Karakteristik tersebut muncul sebagai
manifestasi penurunan di usia tua sehingga menjadi sebuah bentuk
stereotip pada klasifikasi usia ini. Segala kekurangan yang dimiliki itu
lah membuat orang dengan usia tua tidak mendapatkan ekspektasi lebih
dalam ranah produktivitas dari kelompok usia muda di lingkungannya
(Palmore, 1999). Dapat disimpulkan bahwa ageism merupakan bentuk
dari stereotip yang telah menjadi prasangka terhadap kelompok usia
tertentu berkaitan dengan karakteristik negatif terhadap kelompok usia
tua (Palmore, 1999). Berdasarkan definisi ageism dapat dideskripsikan
secara harfiah melalui tiga dimensi ini yaitu bagaima orang merasakan
dan mengevaluasi orang tua; menggambarkan orang tua; dan disposisi
atau watak untuk berperilaku atau perilaku aktual dalam hubungan
dengan orang lain (Tornstam, 2006). Penjelasan tersebut bila dikaitkan
dengan definisi ageism menurut Butler lebih menekankan tentang
diskriminasi terhadap orang yang lebih tua dan menempatkan mereka
pada bagian yang berbeda (Minichiello, Browne, & Kendig, 2000).
2.1.2 Komponen Ageism
Berdasarkan model RAM atau Risks of Ageism Model (Swift,
Abrams, Lamont, & Drury, 2017) terdapat beberapa komponen dalam
mekanisme dari ageism di antaranya being a target of ageism;
stereotype embodiment; dan stereotype threat. Pertama, being a target
of ageism atau kelompok umur yang menjadi target dari fenomena ini,
bila mendasari definisi dari Butler maka kelompok usia yang paling
rentan yaitu orang tua. Namun, menurut (Abrams, Russell, Vauclair, &
Swift, 2011) bahwa ageism dapat menyasar berbagai kelompok usia
baik muda maupun tua, meskipun berbagai riset sebelumnya lebih
berfokus pada dampak dari ageism terhadap kelompok usia tua
(Abrams, Russell, Vauclair, & Swift, 2011). Karena itu, berdasarkan
atribusi karakteristik negatif, prasangka buruk, dan tindakan
diskriminasi dapat tertuju pada kelemahan-kelamahan atau inferioritas
kelompok umur tertentu yang dalam hal ini berkaitan dengan kondisi
ideal pada situasi tertentu dan berkaitan pula terhadap belief suatu
kelompok umur mayoritas (Abrams, Russell, Vauclair, & Swift, 2011).
Kedua, stereotype embodiment yang terdapat dalam teori SET
merupakan bentuk pengaruh stereotip terhadap kesehatan orang tua.
Respon kesehatan dapat berupa fisik maupun mental seperti memori
hingga reaksi kardiovaskular. Teori ini memiliki empat komponen
yaitu: 1. internalisasi di rentang umur individu, 2. Bergerak secara tidak
sadar, 3. Mendapatkan arti penting relevansi diri, 3. Bergerak melalui
beragam proses. Ketiga, yaitu stereotype threat merupakan bentuk
stereotip yang mengancam dalam hal ini yaitu kesehatan. Ancaman
dalam bentuk stereotip itu menciptakan situasi yang mana orang-orang
merasakan dirinya dalam risiko menyesuaikan diri dengan stereotip dari
kelompok sosial mereka. Namun, literatur mengenai ageism cenderung
dimulai dengan fokus pada permasalahan terhadap negative ageism
meski perlahan mengarah pada fokus yang lebih positif.
Pada pembahasan ini terdapat tiga aspek yang saling
berhubungan berkaitan dengan permasalahan ageism, di antaranya: 1.
Sikap berprasangka kepada umur, terhadap umur tua, dan terhadap
proses penuaan, termasuk sikap yang dimiliki oleh orang tua itu sendiri;
2. Diskriminasi yang dipraktikan terhadap orang tua, khususnya di
dunia kerja, namun juga terdapat di peran sosial; 3. Praktik kebijakan
institusi yang menunjukkan stereotip merendahkan terhadap orang tua,
bahkan mengurangi kesempatan orang tua untuk memuaskan
kehidupannya. Kemudian, (Butler, Ageism a foreword, 1980)
membedakan antara dua bentuk negatif dari ageism yaitu benign ageism
sebagai ketidaknyamanan, cemas, atau takut menua; dan malignant
ageism sebagai bentuk kerusakan yang diakibatkan dari stereotip yang
mana orang-orang tua dikarakteristikan tidak berarti. Namun, beberapa
studi telah menjamahi area positif dari ageism untuk menyeimbangkan
studi tentang penuaan ini.
2.1.3 Dari Ageism Negatif menuju Positif
Terdapat beberapa bukti yang menunjukkan terjadinya
peningkatan pada karakteristik kelompok usia muda yang dipandang
lebih positif dari hasil (Austin, 1985). 30 hingga 40 tahun belakangan
ini kondisi sosial Amerika Serikat mengalami pergerakan dari stereotip
negatif (prasangka) terhadap kelompok usia tua menuju pandangan
positif yang mana orang berusia tua terlihat mampu untuk berkontribusi
terhadap kualitas kehidupan mereka sendiri, komunitas, dan sosial
secara keseluruhan (Tibbitts, 1979). Bahkan asumsi-asumsi dari sikap
negatif terhadap orang berusia tua hanyalah “social myth” dalam
literatur gerontologi (Schonfield, 1982). Peningkatan-peningkatan pada
karakteristik fisik, mental, sosial, dan ekonomi pada orang berusia tua
telah ditandai dan menjadi dasar dari berbagai program dan pelayanan
pengembangan untuk mereka yang mana hal ini menjadi sebuah
kritikan karena menimbulkan diskriminasi terhadap kelompok usia
tertentu (Palmore, 1999). Kritik bermula karena kelompok usia tua
tidak lagi memiliki kemampuan ekonomi yang baik dalam
kelompoknya dan karena mereka tidak lagi memiliki kondisi mental,
fisik, dan sosial yang baik seperti masa muda, karena itu hal ini tidak
lagi adil untuk menghadapi kemahalan hidup melalui pelayanan dan
program yang disediakan hanya untuk orang tua (Neugarten, 1982). Hal
tersebut menjadi sebuah dilema antara dampak baik dari ageism positif
dan konsekuensi munculnya diskriminasi. Namun, terdapat
pembahasan yang mana positive ageism sebagai cara mereduksi
negative discrimination and prejudice yang dikemukakan oleh Palmore
bahwa ageism sebagai prasangka atau diskriminasi menentang atau
mendukung terhadap kelompok umur (Palmore, 1999). Pandangan
positif terhadap penuaan dan orang-orang tua termasuk
mengkarakteristikkan orang berumur tua sebagai individu yang tenang,
ceria, membantu, pintar, baik, dan stabil sebaikbaiknya pekerja yang
peduli, dan minim tersangkut aktivitas kriminal, serta memiliki peluang
berpartisipasi sebagai voluntir organisasi, serta memiliki status sosial
yang tinggi di masyarakat (Palmore, 1999).
Stereotip negatif sebagai bentuk negative ageism termanifestasi
dalam bentuk penurunan kognisi, hambatan libido, dan pengeluh,
sehingga dari hal ini akan memunculkan asosiasi dan mengarah pada
prasangka negatif serta diskriminasi (Chonody, 2016)). Namun, hal itu
terjadi bila seseorang mengalami penurunan positive view dalam
pengalaman berinteraksinya (Chonody, 2016). Sebagaimana
karakteristik negatif yang melekat dalam asosiasi masyarakat, terdapat
karakteristik pembanding yang dapat memberikan pengalaman interaksi
positif seperti rasa kebijaksanaan, dermawan, lembut, hingga tenang
yang dimiliki oleh kelompok usia tua dalam kondisi sehat, ini disebut
sebagai positive view dalam memandang karakteristik yang dimiliki
orang tua (Palmore, 1999).
2.2 Tipe-Tipe Ageism
Prasangka terhadap kelompok usia tua dapat mengarah pada stereotip
dan sikap negatif (Palmore, 1999). Hal ini karena stereotip yang disalah
artikan terhadap keyakinan negatif pada kelompok usia, dalam kasus ini
kelompok umur tua. Sikap negatif merupakan perasaan negatif terhadap
kelompok tertentu, sedangkan stereotip lebih cenderung kognisi sedangkan
sikap berupa emosi, meski keduanya saling berinteraksi (Palmore, 1999).
Ageism berdasarkan stereotip dan sikap memunculkan dua bentuk baik untuk
ageism positif maupun negatif (Palmore, 1999), dapat dilihat pada gambar
berikut:
Negatif Positif
3. Prasangka 4. Prasangka
Berprasangka
Nondiskriminator Diskriminator
tujuan program
kepada audience - Materi
- Memperkenalkan terkait
Sesi 1 Perkenalan
Story dan program yang akan
Perkenalan - Mengetahui - Link
Diskusi Post Feed mereka ikuti
terkait program kondisi dari Edukasi google
Interaktif Instagra - Mengisi form Asesmen-
Asesmen Pre- tingkat ageisme form berisi
m Pretest
Test pada individu asesmen
- Mampu
memahami
rancangan
2. PERENCANAAN &
Orang tua Sesi 5 - Memberikan Edukasi Diskusi Fitur Konten - Memberikan edukasi
pasti punya Tema 2: Penyakit informasi yang Interaktif story materi terkait mitos dan fakta
alzheimer? tepat terkait instagram terkait penyakit alzheimer
Mitos atau Slogan: Aging is prevelansi yang dan pada orang tua
Fakta? Living tepat orang tua upload - Diskusi terbuka dan tanya
yang mengalami konten jawab terkait konten
penyaki materi di materi
alzheimer feed - Quiz secara online
- Mampu instagram
menghilangkan
steriotip negatif
dari orang tua
yang dikaitkan
dengan penyakit
alzheimer
Menjadi tua? Sesi 6 - Memberikan Edukasi Diskusi Fitur Konten - Memberikan edukasi
Ini dia 13 Tema 4: informasi yang Interaktif story materi terkait mitos dan fakta
keuntungan Keuntungan tepat terkait instagram terkait penyakit alzheimer
yang kamu menjadi Tua keuntungan dan pada orang tua
miliki! menjadi orang tua upload - Diskusi terbuka dan tanya
Slogan: If Aging - Mampu konten jawab terkait konten
Improvers menghilangkan materi di materi
Quality, I’m steriotip negatif feed - Quiz secara online
Approaching dari orang tua instagram
perfection yang dikaitkan
dengan hal-hal
yang negatif saja
Kami Punya Sesi 7 - Memberikan Edukasi Diskusi Fitur Konten - Memberikan edukasi
Kekurangan? Tema 5: informasi yang Interaktif story materi terkait mitos dan fakta
Kamu pun Kesetaraan tepat terkait instagram terkait penyakit
Juga! kelemahan yang dan kelemahan orang muda
Slogan: Age is dimiliki orang upload dan orang tua
Just a Number tua, dan konten - Diskusi terbuka dan tanya
kelemahan yang materi di jawab terkait konten
dimiliki orang feed materi
muda instagram - Quiz secara online
- Mampu
menghilangkan
steriotip negatif
yang hanya
dimiliki orang tua
yang dikaitkan
dengan
ketidakberdayaan
Diskriminasi Sesi 8 - Memberikan Edukasi Diskusi Fitur Konten - Memberikan edukasi
mu membuat Tema 6: informasi yang Interaktif story materi terkait dampak dari
mereka tidak Diskriminasi tepat terkait instagram diskriminasi terhadap
produktif! dampak dan orang tua
Slogan: Retired: diskriminasi upload - Diskusi terbuka dan tanya
rejuvenated, terhadap orang konten jawab terkait konten
retreaded, tua materi di materi
relaxed, - Mampu lebih feed - Quiz secara online
remodeled. sadar atas instagram
tindakan yang
dapat mengarah
ke diskriminasi
terhadap orang
tua
- Mampu
menghilangkan
steriotip negatif
terkait orang tua
yang tidak
produktif
Kami Sesi 9 - Memberikan Edukasi Diskusi Fitur Konten - Memberikan edukasi
beragam dan Tema 7: informasi yang Interaktif story materi terkait kondisi lansia yang
Bahagia! Keberagaman tepat terkait instagram beragam
Orang Tua keberagaman dan - Diskusi terbuka dan tanya
fitur yang upload jawab terkait konten
Slogan: Older is dimiliki orang tua konten materi
Bolder - Mampu materi di - Quiz secara online
menghilangkan feed
steriotip negatif instagram
terkait orang tua
yang hanya
lemah dan tidak
produktif
Releksi Sesi 10 - Memberikan Edukasi Diskusi Fitur Google -Diberikan link google form
Refleksi kegiatan yang Interaktif story form berisi -Diinstruksikan untuk
Kegiatan dapat instagram pertanyaan menulis apa yang telah
merefleksikan dan terkait dialami, dipelajari,
apa saja yang upload refleksi diri
dipikirkan, dan dirasakan
telah peserta konten dan secara emosi, memberikan
pelajari selama materi di pembelajar contoh konkret
ini. feed an -Beberapa hasil refleksi di
instagram post di instagram untuk
memberikan gambaran hasil
pembelajaran
Penutupan Sesi 11 - Memberikan Edukasi Diskusi Fitur Google -Diberikan link google form
PostTest form postest Interaktif story form berisi untuk mengisi form postest
kepada peserta instagram alat ukur -Penutupan program
untuk melihat dan FAQ 1,2,
sejauh mana upload dan HQ
efektivitas konten
program dalam materi di
menurunkan feed
ageisme instagram
Analisa dan Sesi 12 - Mendapatkan - Skoring Tatap Hasil -Mengolah data untuk
Evaluasi Skoring dan hasil dari pre dan dan Analisa muka spreadsheet melihat uji beda
hasil postest Evaluasi post test sebagai antar tim google -Melakukan evaluasi
gambaran form program
efektivitas sebelum
program guna dan
untuk melakukan sesudah tes.
evaluasi lanjutan SPSS
Saran dan Tahap Lanjutan
DAFTAR PUSTAKA
Abrams, D., Russell, P. S., Vauclair, C. M., & Swift, H. J. (2011). Ageism in
Europe: Findings from the European Social Survey. London: Age UK.
Allen, J. O. (2016). Ageism as a risk factor for chronic disease. Gerontologist,
56(4), 610–614. https://doi.org/10.1093/geront/gnu158
Austin, D. (1985). Attitudes toward old age. The Gerontologist, 431.
Badan Pusat Statistik. (2016). Survei Penduduk Antar Sensus (Supas) 2015.
Jakarta: BPS.
Butler, R. N. (1975). Why Survive? Being old in America. New York: Harper and
Row.
Christian, J., Turner, R., Holt, N., Larkin, M., & Cotler, J. H. (2014). Does
intergenerational contact reduce Ageism: When and How Contact
Interventions Actually Work? Journal of Arts and Humanities, 3(1), 1–15.
https://doi.org/10.18533/journal.v3i1.278
Cicih, L. H. (2019). Info Demografi. Retrieved March 2020, 2020, from BKKBN:
https://www.bkkbn.go.id/po-
content/uploads/info_demo_vol_1_2019_jadi.pdf
Lytle, A., & Levy, S. R. (2019). Reducing ageism: Education about aging and
extended contact with older adults. Gerontologist, 59(3), 580–588.
https://doi.org/10.1093/geront/gnx177
Masters, W., & Johnson, V. (1966). Human sexual response. Boston: Little,
Brown
Minichiello, V., Browne, J., & Kendig, H. (2000). Perceptions and consequences
of ageism: views of older people. Aging and Society, 253-278.
Neugarten, B. (1982). Age or need? Public policies for older people. Beverly
Hills: Sage.
Palmore, E. B. (1999). Ageism Negative and Positive (2nd ed.). New York, United
States of America: Springer Publishing Company, Inc.
Popham, L. E., & Hess, T. M. (2017). Age Stereotyping and Views of Aging,
Theories of. In Encyclopedia of Geropsychology.
https://doi.org/10.1007/978-981-287-082-7_127
Rhodes, S. (1983). Age related differences in work attitudes and behavior.
Psychological Bulletin, 93, 328.
Ritschel, C. (2018, June 7). Millenials Feels Most Negatively About Aging, Report
Finds. Retrieved March 20, 2020, from Independent:
https://www.independent.co.uk/life-style/health-and-families/millennials-
ageing-ageism-depression-dementia-elderly-rsph-a8388636.html
Ryan, E., Szechtman, B., & Bodkin, J. (1992). Attitudes toward younger and older
adults learning to use computers. Journal of Gerontology: Psychological
Sciences, 47, 96-101.
Schonfield, D. (1982). Who is stereotyping whom and why? The Gerontologist,
267.
Snyder, M., & Miene, P. K. (1994). Stereotyping of the elderly: A functional
approach. British Journal of Social Psychology, 33(1), 63–82.
https://doi.org/10.1111/j.2044-8309.1994.tb01011.x
Swift, H. J., Abrams, D., Lamont, R. A., & Drury, L. (2017). The Risks of
Ageism Model: How Ageism and Negative Attitudes toward Age Can Be a
Barrier to Active Aging. Social Issues and Policy Review, 195-231.
Tibbitts, C. (1979). Can we invalidate negative stereotypes in aging? The
Gerontologist, 10.
Tornstam, L. (2006). The complexity of ageism a proposed typology.
International Journal of Ageing and Later Life, 43-68.
Tuckman, J., & Lorge, I. (1958). The projection of personal symptoms into
stereotypes about aging. Journal of Gerontology, 70.
United Nation (UN). (2015). Aging Population. Retrieved March 19, 2020, from
United Nation: http://www.un.org/en/sections/ issues-depth/ageing/
Wernick, M., & Manaster, G. (1984). Age and perception of age and
attractiveness. The Gerontologist, 24, 409.
World Health Organization. (2018, June 8). Elder Abuse. Retrieved March 19,
2020, from World Health Organization: https://www.who.int/news-
room/fact-sheets/detail/elder-abuse
Yon, Y., Mikton, C., & Gasso, Z. (2017). Elder Abuse Prevalence in Community
Settings: a Systematic Review and Meta-analysis. Lancet Global Health,
147-156.
Yuwanto, L., & Putri, P. (2013). Panti Werdha : Apakah Selalu Menjadi Tempat
Yang Tepat Bagi Lansia? Retrieved March 19, 2020, from Universitas
Surabaya: https://www.ubaya.ac.id/2014/content/articles_detail/92/Panti-
Werdha---Apakah-Selalu-Menjadi-Tempat-yang-Tepat-Bagi-Lansia-.html
LAMPIRAN