Anda di halaman 1dari 3

Nama : Josephine Simeon

NPM : 6142001025
Kelas : HB

UAS PKN
1. Apa yg dimaksud politik identitas?
Politik Identitas merupakan sebuah fenomena dimana politik dijadikan menjadi bentuk
pemanfaatan identitas sebagai sarana politik. Dimana politik ini menekankan perebedaan yang
didasarkan dari asumsi suku, agama, ras, adat, dan golongan (SARA). Kemudian dalam politik
identitas, masyarakat akan mencari kesamaan identitas dan membuat sebuah kelompok. Sehingga,
ketika seorang individu terdapat perbedaan identitas, maka individu tersebut tidak dapat masuk
kedalam kelompok. Hal ini membuat terjadinya ada garis pisah diantara masyarakat. Kemudian,
kondisi perpisahan antara masyarakat ini dimanfaatkan oleh para “elit politik” untuk memenuhi
keuntungan pribadinya, seperti memenangkan pemilu. Hal ini membuat terjadi ketikdakadlian
dalam kehidupan politik, sosial, ekonomi dan budaya.

2. Apakah politik identitas tidak sejalan dengan demokrasi dan kepentingan umum?
Politik identitas tidak sejalan dengan demokrasi dan kepentingan umum. Setelah kejadian
tahun 1998, dimana setelah masa regimen Soeharto, menyebabkan demokrasi Indonesia tidak
berjalan menuju demokrasi substansial. Namun, Indonesia masih terjebak pada demokrasi
prosedural. Dimana, dalam demokrasi ini praktik kehidupan warga negara belum menujukkan
kehidupan yang demokratis. Karena terdapat banyak kasus kekerasan dan intoleransi sehingga
menimbulkan adanya garis identitas yang membedakan antar masyarakat. Sehingga, kondisi ini
dimanfaatkan oleh para politikus untuk mendapatkan kekuasaan (seperti pemilu). Hal ini tidak
sesuai dengan demokrasi Pancasila. Dalam demokrasi Pancasila, setiap warga negar itu setara serta
memiliki hak dan kewajiban yang sama. Dengan adanya politik identitas, kepentingan umum
diabaikan dan demokrasi Pancasila tidak dijalankan. Sehingga politik identitas tidak sejalan
dengan demokrasi dan kepentingan umum.
3. Kapan politik identitas mulai bangkit?.
Politik identitas di Indonesia mengalami pasang surut. Awalnya pada masa kolonial, rakyat
diatur dengan sistem sentralistik, dimana otoriter mengubur terjadinya sentimen identitas.
Kemudian, pada masa pendudukan Belanda, terdapat klasterisasi masyarakat, dimana masyarakat
dibedakan sesuai dengan ekonomi dan sosial. Seperti klaster pertama (untuk bangsa Eropa), klaster
Nama : Josephine Simeon
NPM : 6142001025
Kelas : HB

kedua (etnis China), dan klaster ketiga padalah rakyat Indonesia yang dijajah (pribumi). Perbedaan
klaster ini terus berlanjut, hingga terjadinya pembantaian etnis China oleh Belanda pada tahun
1740. Pemerintahan kolonial menghindari terjadinya konflik identitas, karena para kolonial
melihat masyarakat rawan terjadi bentrok yang berujung anarki. Sehingga pada masa itu,
pemerintahan kolonial berusaha mengintegrasikan kelompok yang berebeda dengan mendoktrin
isu nasionalisme. Kemudian, sampai masa Soekarno sekitar tahun 1950, politik identitas tetap terus
ada. Yaitu pada pemilihan partai politik pada masa itu. Dimana, bagi masyarakat islam cenderung
memilih partai NU dan Masyumi. Sedangkan kelompok yang tradisi kebudaya Jawa memilih PNI
dan PKI.
Pada masa pemerintahan Soeharto, politik identitas berhasil surut, dikarenakan rezim
Soeharto yang bersifat otoriter menggunakan militer. Sehingga, pada masa ini tidak terjadi adanya
politik identitas di Indonesia. Namun, setelah 1998 (sesudah masa Soeharto) Indonesia kembali
menjadi negara yang demokratis. Hal ini menimbulkan, terjadinya politik identitas lagi sampai
sekarang. Dilihat dari beberapa kasus yang terjadi di Indonesia sekarang, dimana banyak kasus
intoleransi yang terjadi.
4. Mengapa pemerintah seolah membiarkan(Pemerintah atau hukum yang lemah?)
Pemerintah seolah “membiarkan” masalah politik identitas ini terjadi. Hal ini mungkin karena
politik identitas membawa keuntungan bagi individu politik, tapi sebenarnya situasi ini membawa
kerugian bagi negara. Politik identitas terus tetap ada di Indonesia bukan karena Indonesia
memiliki hukum yang lemah. Namun, politik identitas di Indonesia terjadi karena masyarakat di
Indonesia yang memiliki kecenderungan karakter untuk mengelompokkan masyarakata. Karakter
masyarakat di Indonesia sulit untuk hidup bersama, sehingga menyebabkan konflik yang dapat
berujung kepada perpecahan. Sehingga untuk menghilangkan politik identitas di Indonesia,
dimulai dari rakyatnya. Dimana masyarakat Indonesia harus belajar untuk hidup saling
berdampingan dan memiliki toleransi antar sesama serta menghormati perbedaan yang ada, agar
politik identitas dapat hilang dan para individu politik tidak dapat memanfaatkan keadaan
“perpisahan/perpecahan” antar masyarakat. Sehingga, Indonesia pun akhirnya dapat berkembang,
dan menjadi negara yang menganut demokrasi lebih baik.
Nama : Josephine Simeon
NPM : 6142001025
Kelas : HB

5. Politik Identitas terkesan menyerang kebangsaan(sbg entitas mufakat


bersama),Bagaimana dengan keberadaan system wawasan kebangsaan dan ketahanan
nasional dan bela negara(PKN)? (Masing-masing pertanyaan bobotnya 20%)
Politik Identitas terkesan menyerang kebangsaan, dengan mengelompokkan individu yang ada
dan menjauhkan orang-orang yang memiliki perbedaan. Oleh karena itu, sebagai bentuk cinta
tanah air masyarakat Indonesia harus tau, dengan melawan politik identitsa juga merupakan bentuk
mempertahankan dan membela negara. Karena, ancaman yang datang bagi Indonesia bukan hanya
ancaman militer, namun ancaman non-fisik seperti ini (politik identitas) juga dapat memecahkan
Indonesia. Setiap warga negara diwajibkan untuk membela negaranya, yaitu Indonesia. Oleh
karena itu pertahanan nasional dapat dilakukan dengan hal-hal sederhana, seperti menimbulkan
rasa toleransi antar ras, golongan dan sosial. Serta menghormati perbedaan suku, budaya, dan
kepercayaan yang ada karena, kita semua sama. Maksudnya, kita sama-sama semua merupakan
warga negara Indonesia. Sehingga untuk menjaga keutuhan Indonesia, perbedaan kecil seperti
SARA seharusnya tidak membuat Indonesia menjadi pecah, namun seharusnya menjadi lebih kuat.
Dengan perbedaan yang ada, membuktikan Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya.
Ini juga merupakan salah satu alasan mengapa rakyat Indonesia penting untuk mempelajari PKN,
karena dalam mempelajari PKN dapat membuat masyarakat sadar akan pentingnya keutuhan
negara dan cinta negara sehingga masyarakat juga dapat bertindak sesuai dengan dasar negara
Indonesia, yaitu Pancasila.

Anda mungkin juga menyukai