Anda di halaman 1dari 1

Nama : Tatag Galih Cahyoko

Kelas : 4C Teknik informatika

Matkul : Pengantar Filsafat

Filsafat dan Agama

Sudah menjadi sebuah kebenaran jika filsafat dengan agama adalah dua hal yang saling
bertentangan,tetapi perlu juga di ingat bahwa tidak ada kebenaran yang absolut. Ada yang mengklaim
bahwa filsafat adalah induk dari segala ilmu,lalu logikanya apakah ilmu agama juga berinduk pada
filsafat?, Jika ilmu agama berinduk pada filsafat maka membuktikan eksistensi Tuhan berada di bawah
eksistensi akal manusia. Jika ilmu agama tidak berinduk pada filsafat lalu bagaimana cara kita untuk
memahami nilai-nilai yang ada di dalam agama?, Karena untuk memahaminya Salah satu syarat yang
harus dipenuhi adalah harus berakal, sedangkan kesempurnaan berakal dengan baik dan benar serta
mampu menggunakannya secara tepat hanya ada di dalam filsafat. Seperti hal nya kita ingin pergi
berlayar, disitu harus ada bahtera dan samudra, jika hanya ada samudra tetapi tidak ada bahtera maka
belum bisa disebut dengan berlayar, begitupun sebaliknya bahtera tidak akan berfungsi dengan
semestinya jikalau tidak ada samudra, sama halnya manusia hidup harus memenuhi dua point di atas,
Akal diperlukan untuk memahami dasar dari nilai-nilai agama dan agama diperlukan untuk melunakkan
liarnya berfikir yang berproses di akal. Lalu bukannya filsafat itu identik dengan pembuktian serta
memerlukan sesuatu yang nyata dan ilmiah baru bisa diyakini dan di terima? Lalu bagaimana dengan
dogma yang ada di dalam agama mengenai surga dan neraka atau bahkan Tuhan itu sendiri, Mana bukti
nyata dan pembuktian secara ilmiahnya?

Pertanyaan terakhir yang tercantum di dalam paragraf pertama di atas adalah bukti dari dungunya
seseorang karena tidak mampu mengeluarkan potensi akal sehatnya dengan baik,benar dan tepat. Tidak
ada kebenaran yang absolut begitu juga tidak ada kesalahan yang absolut, jika filsafat memiliki arti cinta
dan kebijaksanaan maka disitu ada sebuah kebenaran tersirat yang memiliki korelasi dengan agama, hal
itu dikarena cinta dan kebijaksanaan adalah rasa, dan eksistensi akal tidak memiliki rasa, hanya
eksistensi agama yang menyelaraskan semuanya dengan Hati, dan perlu disampaikan,bahwa samudera
yang menjadi muara sebuah rasa adalah sanubari dari hati. Memang sedikit lebih konyol
mengkorelasikan definisi akal dengan hati,tetapi saya berbicara tentang eksistensi bukan definisi, dan di
hukum langit semua eksistensi pasti terhubung, termasuk seluruh kesetrukturan di alam semesta ini.

Bukan hanya sudut pandang yang dapat mempengaruhi hasil dari sebuah penilaian seseorang,tetapi
dimensi dan jarak pandang juga dapat mempengaruhinya. Semua yang saya sampaikan secara tertulis di
atas barulah ontologi dari topik yang saya angkat, akan menjadi sebuah penghormatan bagi saya jika
bisa menyampaikan epistemologi,aksiologi dan historinya secara langsung tanpa ada perantara objek
ataupun subjek apapun, hanya ada akal dengan akal atau hati dengan rasa

TERIMAKASIH ^^

Anda mungkin juga menyukai