MAKALAH
Disusun Oleh:
Nama NIM
Alisyahbana 214100006
Zidan 214100012
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas ke hadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep Pengetahuan menurut
Plato” ini dengan tepat waktu. Ada pun tujuan kami membuat makalah ini adalah untuk
Atas dukungan moral dan materiil yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka
penulis mengucapkan terima kasih kepada selaku dosen mata kuliah yang telah memberikan
pembinaan.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca. terlepas dari itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini dan kedepannya
dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Palu, 2021
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Antara proses pemenuhan awal akan pengetahuan dan kepastian, keduanya terangkum
dalam proses pemenuhan dengan berpikir filsafati. Pengetahuan berawal dari sikap ingin
tahu, dan kepastian berawal dari sikap skeptisisme (keragu-raguan), sedangkan filsafat
sendiri dimulai dari kedua-duanya. Dengan berfilsafat, ia mendorong kita untuk senantiasa
mengetahui apa yang telah kita ketahui dan menunjukkan apa yang belum kita ketahui.
Dengan berfilsafat pula, ia menganjurkan kita untuk tetap merendah diri bahwa kita tak
selamanya mampu mengetahui semua apa yang ada dalam kesemestaan yang seakan tak
terbatas ini.
Untuk lebih jelasnya, menarik kiranya kita menyimak berbagai teori pengetahuan dari
kalangan para filsuf terkemuka, dalam hal ini teori pengetahuan Plato. Hal ini berisyarat
bahwa dengan mempelajarinya secara seksama, perlahan tapi pasti akan menuntun, dan
tentunya bisa dijadikan sebagai salah satu landasan dalam berpikir tentang bagaimana dan
apa yang bisa kita ketahui, terkhusus mereka yang bergelut dalam dunia kefilsafatan.
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
Plato dalam karyanya banyak menggunakan dialog dan dalam menjelaskan teori ia
perumpamaan tentang orang di gua. Perumpamaan di gua terdapat dalam buku karya Plato
yang berjudul “Republik” dalam bahasa Yunani adalah “Politeia” yang berarti “negeri”.
Buku yang berjudul Republik ini adalah karya Plato yang paling terkenal. Perumpamaan
tentang orang di gua lebih tepatnya terdapat pada Buku VII ayat 514a-520a. Perumpamaan
ini menjadi pemikiran dasar dari filsafat Plato yang tak lepas dari Socrates.
Dalam perumpaan ini diceritakan terdapat sebuah gua, di dalam gua itu terdapat
beberapa tahanan yang diikat dan mereka menghadap ke belakang dinding gua. Dikatakan
bahwa mereka telah ada dan berada dalam gua itu seumur hidup mereka. Mereka tidak bisa
bergerak dan mereka tidak bisa melihat kemana-mana, mereka hanya bisa melihat ke depan
saja. Namun mereka dapat melihat bayangan-bayangan yang ada di belakang dinding gua.
Mereka dapat melihatnya karena terdapat sebuah api yang berkobar di depan, di lubang
masuk gua. Mereka dapat melihat bayangan orang yang berjalan berlalu lalang di luar gua
dengan melihat bayangan yang dipantulkan oleh api ke dinding gua. Mereka juga dapat
Suatu hari salah satu tahanan dilepaskan dan dipaksa untuk keluar melihat sumber dari
bayangan yang mereka lihat. Pada awalnya cahaya api yang tidak biasa dilihatnya
membuat matanya silau sehingga tawanan ini lebih suka melihat bayangannya saja. Namun
dengan berjalannya waktu tawanan ini mulai terbiasa dengan cahaya api. Akhirnya
tawanan ini keluar dan melihat matahari yang disimbolkan sebagai kebenaran. Kemudian
membunuh tawanan ini daripada mengucapkan terima kasih karena mereka menganggap
Perumpamaan tentang gua ini sangat erat hubungannya dengan Teori Formulir Plato.
Teori Formulir Plato ini membahas mengenai ide, menurut Plato, ide tidak diciptakan dan
bergantung pada pemikiran manusia. Melainkan pikiran manusialah yang bergantung pada
ide. Plato menjelaskan bahwa ide berdiri sendiri di luar pemikiran manusia. Plato juga
menyatakan bahwa jika ide-ide tersebut terhubung dan mencapai puncaknya yang paling
tinggi maka Plato menyebutnya dengan ide yang indah yaitu ide yang melampaui segala
Pandangan Plato terhadap idea-idea dipengaruhi oleh pandangan Sokrates tentang definisi.
Idea yang dimaksud oleh Plato bukanlah ide yang dimaksud oleh orang modern. Orang-
orang modern berpendapat ide adalah gagasan atau tanggapan yang ada di dalam
pemikiran saja. Menurut Plato idea tidak diciptakan oleh pemikiran manusia. Idea tidak
tergantung pada pemikiran manusia, melainkan pikiran manusia yang tergantung pada
idea. Idea adalah citra pokok dan perdana dari realitas, nonmaterial, abadi, dan tidak
berubah. Idea sudah ada dan berdiri sendiri di luar pemikiran kita.. Idea-idea ini saling
berkaitan satu dengan yang lainnya. Misalnya, idea tentang dua buah lukisan tidak dapat
terlepas dari idea dua, idea dua itu sendiri tidak dapat terpisah dengan idea genap. Namun,
pada akhirnya terdapat puncak yang paling tinggi di antara hubungan idea-idea tersebut.
Puncak inilah yang disebut idea yang “indah”. Idea ini melampaui segala idea yang ada.
Menurut Plato kebenaran umum itu bukan dibuat secara dialog yang induktif, tetapi
pengertian umum itu sudah tersedia disana di alam idea. Idea itu umum, bearti berlaku
untuk umum, menurut Plato ada kebenaran khusus yaitu kongkritisasi idea di alam ini.
Plato yang mempunyi nama asli Aristocles ini berusaha untuk mengadakan penyelesaian
antara Herakletos dan Permendies yaitu yang berubah dan yang tetap bergerak. Bagi Plato
realitas itu memiliki dua kenyataan ada yang berubah dan ada yang tetap. Yang berubah
tertangkap oleh inderawi sedangkan yang tetap tertangkap oleh pikiran. Logos
Menurut Plato yang tetap dan tidak berubah atau kekal oleh Plato disebut “idea”. Bagi
Plato idea buanlah sekedar gagasan yang hanya terdapat dalam pikiran saja (subjektif),
namun idea itu bersifat obyektif, artinya idea itu berdiri sendiri, terlepas dari subjek yang
berfikir. Idelah yang memimpin pikiran manusia. Tiap orang pasti memiliki ide yang
berbeda. Tidak ada dua orang sama persis pemikiranya walaupun keduanya manusia,
karena setiap manusia mendapat bagian dari ide. Seiap manusia mengungkapkan idenya
c. berikutnya idea keindahan yang menimbulkan seni, ilmu, pendidikan, politik.
Plato dengan ajaran idea yang lepas dari objek, yang berada di ala idea, bukan hasil
abstraksi seperti pada Socrates, jelas memperkuat posisi Scrates dalam menghadapi
sofisme. Idea itu umum, berarti berlaku umum. Sama dengan gurunya itu, Plato juga
berpendapat bahwa selain kebnaran yang umum itu ada kebenaran yang khusus yaitu
Dengan demikian jelaslah bahwa kebenaran umum itu memang sudah ada, bukan dibuat
melainkan sudah ada di dalam idea. Manusia dulu berada didunia idea bersama-ama
bersama idea-idea lainya dan mengenalinya. Manusia didunia nyata ini jiwanya terkurung
oleh tubuh sehingga kurang ingat lagi hal-hal yang dulu pernah dikenalinya didunia idea.
Dengan kata lain pengertian manusia yang membentuk pengetahuan tidak lain adalah dari
untuk mengenal kembali dengan sebaik mungkin apa yang dulu pernah diketahuinya
dengan sempurna (Rapar, 1991:97). Oleh sebab itu menurut Plato pengetahuan adalah
kekuasaan.
Plato membagi dua dunia menjadi dua jenis yaitu Dunia Ide dan Dunia Indrawi. Dunia
Ide adalah dunia yang terbuka terhadap ratio kita, oleh karena itu Plato menyatakan dalam
dunia ini tidak ada perubahan karena semua ide bersifat abadi dan dan dapat diubah.
Sedangkan Dunia Indrawi adalah dunia dimana mencakup benda-benda secara fisik,
jasmani, nyata dan konkret. Benda-benda yang dimaksud adalah benda-benda yang dapat
kita rasakan dan kira ketahui dengan menggunakan kelima alat indera yang dimiliki
manusia. Menurut Plato, dunia indrawi adalah layaknya sebuah refleksi atau bayangan-
bayangan dari dunia ideal. Itu semua dikarenakan dunia indrawi dapat berubah dan karena
semua yang ada dalam dunia jasmani adalah fana, dapat rusak, dapat mati dan dapat hilang.
Plato juga membagi dua hal yang sangat kontras dan hal ini masih berhubungan dengan
teori di atas. Plato membagi dua hal yaitu bentuk dan materi. Menurut Plato ide termasuk
dalam bentuk menurutnya materi hanyalah bayangan dari bentuk itu sendiri. Dimana
Plato mengatakan bahwa pengetahuan dapat dicapai dengan melihat dua karakteristik
sebagai berikut.
Kedua, pengetahuan harus mempunyai dan sebagai objek yang harus benar-benar
nyata tidak hanya contras pada wujudnya saja, karena dunia ideal dan nyata
Namun konsekuensi dari pandangan Plato yang menolak empirisme bahwa pernyataan
mengenai pengetahuan didapatkan dari pengalaman yang masuk akal. Dimana objek dari
pengalaman yang masuk akal itu sendiri dapat berubah dan tidak sesuai untuk menjadi
Plato membedakan dua tingkat kesadaran yaitu pengetahuan dan pendirian. Sehingga
dunia dari bentuklah yang dapat menjadi objek yang tepat akan pengetahuan. Karena
Tuhan menciptakan bentuk itu sendiri dan dari bentuk ataupun wujud muncul materi. Jika
materi telah dikuasai maka wujud dapat muncul. Prinsip Plato adalah materi itu tidak
sempurna, materi harus ditegakkan. Karena dalam dunia materi kekacauan adalah alami.
Plato juga mengusulkan bahwa pengetahuan adalah keyakinan yang benar jika beserta
nilai.
Jadi dapat disimpulkan Teori Pengetahuan Plato mengungkapkan tiga pendekatan yaitu
dua diantaranya telah di bahas pada bagian sebelumnya. Tiga pendekatan itu adalah
Alegori atau perumpaan tentang gua, metafora tentang garis terbagi dan doktrin The
Formulir atau Teori Ide. Setiap teori-teori saling berhubungan, sehinggga tidak bisa satu
Teori pengetahuan Plato juga ditunjukkan dalam The Meno. Plato mengatakan bahwa
sebenarnya kita itu tidak sedang belajar, melainkan bahwa belajar adalah proses pengigat
ataupun proses dimana kita disadarkan dan diingatkan kembali apa yang telah lupa. Maka
dari itu Plato mengatakan bahwa kita sebenarnya telah mempelajari segala sesuatu dalam
kehidupan sebelumnya, sebelum kita benar-benar telah menjadi orang. Artinta, kita telah
mempunyai semua pengetahuan kita. Teori ini dapat disebut sebagai Teori Kenangan. Jika
Plato menyimpulkan teori ini berarti mungkin saja bahwa Plato percaya akan namanya
“Reinkarnasi”.
Karena Plato adalah murid Sokrates sehingga pengaruh Sokrates dalam teori pengetahuan
Plato juga sangat terperngaruh. Dalam arti Sokrates, pengetahuan adalah universal (berlaku
untuk semua) dan itu tergantung pada konsep-konsep. Dan, jika kita lebih mengeksplorasi,
konsep tergantung pada alasan. Pengetahuan adalah pemahaman yang lengkap dalam
dirinya sendiri. Plato juga tidak berbeda dari titik Socrates bahwa “Pengetahuan adalah
konsep,” universal dan sama-sama benar untuk semua. Semua teori-teorinya itulah yang
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Teori pengetahuan Plato mengungkapkan tiga pendekatan yaitu dua diantaranya telah di
bahas pada bagian sebelumnya. Tiga pendekatan itu adalah Alegori atau perumpaan tentang
gua, metafora tentang garis terbagi dan doktrin The Formulir atau Teori Ide. Setiap teori-teori
Perumpamaan tentang gua ini sangat erat hubungannya dengan Teori Formulir Plato.
Teori Formulir Plato ini membahas mengenai ide, menurut Plato, ide tidak diciptakan dan
bergantung pada pemikiran manusia. Melainkan pikiran manusialah yang bergantung pada
ide. Plato menjelaskan bahwa ide berdiri sendiri di luar pemikiran manusia. Plato juga
menyatakan bahwa jika ide-ide tersebut terhubung dan mencapai puncaknya yang paling
tinggi maka Plato menyebutnya dengan ide yang indah yaitu ide yang melampaui segala ide
yang ada.
Plato mengatakan bahwa pengetahuan dapat dicapai dengan melihat dua karakteristik
sebagai berikut.
Kedua, pengetahuan harus mempunyai dan sebagai objek yang harus benar-benar
nyata tidak hanya contras pada wujudnya saja, karena dunia ideal dan nyata
http://makalahekonomiku.blogspot.com/2016/10/sumber-pengetahuan-menurut-plato-
dan.html
https://kuliahparel.wordpress.com/2015/05/31/teori-pengetahuan-plato/