Anda di halaman 1dari 12

KONSEP PENGETAHUAN MENURUT PLATO

MAKALAH

Disusun Oleh:

Nama NIM

Alisyahbana 214100006

Zidan 214100012

Nursari Salmiani 214100008

Nur Rizkiya Janna 214100004

Aldi (mahasiswa program) 184100069

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) DATOKARAMA PALU

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas ke hadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan

hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep Pengetahuan menurut

Plato” ini dengan tepat waktu. Ada pun tujuan kami membuat makalah ini adalah untuk

memenuhi tugas dari mata kuliah.

Atas dukungan moral dan materiil yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka

penulis mengucapkan terima kasih kepada selaku dosen mata kuliah yang telah memberikan

pembinaan.

Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi

para pembaca. terlepas dari itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik

dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik

dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini dan kedepannya

dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Palu, 2021

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Antara proses pemenuhan awal akan pengetahuan dan kepastian, keduanya terangkum

dalam proses pemenuhan dengan berpikir filsafati. Pengetahuan berawal dari sikap ingin

tahu, dan kepastian berawal dari sikap skeptisisme (keragu-raguan), sedangkan filsafat

sendiri dimulai dari kedua-duanya. Dengan berfilsafat, ia mendorong kita untuk senantiasa

mengetahui apa yang telah kita ketahui dan menunjukkan apa yang belum kita ketahui.

Dengan berfilsafat pula, ia menganjurkan kita untuk tetap merendah diri bahwa kita tak

selamanya mampu mengetahui semua apa yang ada dalam kesemestaan yang seakan tak

terbatas ini.

Untuk lebih jelasnya, menarik kiranya kita menyimak berbagai teori pengetahuan dari

kalangan para filsuf terkemuka, dalam hal ini teori pengetahuan Plato. Hal ini berisyarat

bahwa dengan mempelajarinya secara seksama, perlahan tapi pasti akan menuntun, dan

tentunya bisa dijadikan sebagai salah satu landasan dalam berpikir tentang bagaimana dan

apa yang bisa kita ketahui, terkhusus mereka yang bergelut dalam dunia kefilsafatan.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana konsep pengetahuan menurut Plato?

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui konsep pengetahuan menurut Plato.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Pengetahuan Menurut Plato

Plato dalam karyanya banyak menggunakan dialog dan dalam menjelaskan teori ia

terkenal dengan menggunakan perumpamaan. Salah satu perumpamaan yang paling

terkenal adalah dimana ia menjelaskan teori tentang pengetahuannya melalui

perumpamaan tentang orang di gua. Perumpamaan di gua terdapat dalam buku karya Plato

yang berjudul “Republik” dalam bahasa Yunani adalah “Politeia” yang berarti “negeri”.

Buku yang berjudul Republik ini adalah karya Plato yang paling terkenal. Perumpamaan

tentang orang di gua lebih tepatnya terdapat pada Buku VII ayat 514a-520a. Perumpamaan

ini menjadi pemikiran dasar dari filsafat Plato yang tak lepas dari Socrates.

Dalam perumpaan ini diceritakan terdapat sebuah gua, di dalam gua itu terdapat

beberapa tahanan yang diikat dan mereka menghadap ke belakang dinding gua. Dikatakan

bahwa mereka telah ada dan berada dalam gua itu seumur hidup mereka. Mereka tidak bisa

bergerak dan mereka tidak bisa melihat kemana-mana, mereka hanya bisa melihat ke depan

saja. Namun mereka dapat melihat bayangan-bayangan yang ada di belakang dinding gua.

Mereka dapat melihatnya karena terdapat sebuah api yang berkobar di depan, di lubang

masuk gua. Mereka dapat melihat bayangan orang yang berjalan berlalu lalang di luar gua

dengan melihat bayangan yang dipantulkan oleh api ke dinding gua. Mereka juga dapat

mendengar suara-suara yang menggema di dalam gua.

Suatu hari salah satu tahanan dilepaskan dan dipaksa untuk keluar melihat sumber dari

bayangan yang mereka lihat. Pada awalnya cahaya api yang tidak biasa dilihatnya
membuat matanya silau sehingga tawanan ini lebih suka melihat bayangannya saja. Namun

dengan berjalannya waktu tawanan ini mulai terbiasa dengan cahaya api. Akhirnya

tawanan ini keluar dan melihat matahari yang disimbolkan sebagai kebenaran. Kemudian

tawanan ini kembali untuk membebaskan teman-temannya namun teman-temannya justru

membunuh tawanan ini daripada mengucapkan terima kasih karena mereka menganggap

tawanan ini telah merusak ilusi mereka.

Perumpamaan tentang gua ini sangat erat hubungannya dengan Teori Formulir Plato.

Teori Formulir Plato ini membahas mengenai ide, menurut Plato, ide tidak diciptakan dan

bergantung pada pemikiran manusia. Melainkan pikiran manusialah yang bergantung pada

ide. Plato menjelaskan bahwa ide berdiri sendiri di luar pemikiran manusia. Plato juga

menyatakan bahwa jika ide-ide tersebut terhubung dan mencapai puncaknya yang paling

tinggi maka Plato menyebutnya dengan ide yang indah yaitu ide yang melampaui segala

ide yang ada.

Sumbangsih Plato yang terpenting lainnya adalah pandangannya mengenai idea.

Pandangan Plato terhadap idea-idea dipengaruhi oleh pandangan Sokrates tentang definisi.

Idea yang dimaksud oleh Plato bukanlah ide yang dimaksud oleh orang modern. Orang-

orang modern berpendapat ide adalah gagasan atau tanggapan yang ada di dalam

pemikiran saja. Menurut Plato idea tidak diciptakan oleh pemikiran manusia. Idea tidak

tergantung pada pemikiran manusia, melainkan pikiran manusia yang tergantung pada

idea. Idea adalah citra pokok dan perdana dari realitas, nonmaterial, abadi, dan tidak

berubah. Idea sudah ada dan berdiri sendiri di luar pemikiran kita.. Idea-idea ini saling

berkaitan satu dengan yang lainnya. Misalnya, idea tentang dua buah lukisan tidak dapat

terlepas dari idea dua, idea dua itu sendiri tidak dapat terpisah dengan idea genap. Namun,
pada akhirnya terdapat puncak yang paling tinggi di antara hubungan idea-idea tersebut.

Puncak inilah yang disebut idea yang “indah”. Idea ini melampaui segala idea yang ada.

Menurut Plato kebenaran umum itu bukan dibuat secara dialog yang induktif, tetapi

pengertian umum itu sudah tersedia disana di alam idea. Idea itu umum, bearti berlaku

untuk umum, menurut Plato ada kebenaran khusus yaitu kongkritisasi idea di alam ini.

Plato yang mempunyi nama asli Aristocles ini berusaha untuk mengadakan penyelesaian

antara Herakletos dan Permendies yaitu yang berubah dan yang tetap bergerak. Bagi Plato

realitas itu memiliki dua kenyataan ada yang berubah dan ada yang tetap. Yang berubah

tertangkap oleh inderawi sedangkan yang tetap tertangkap oleh pikiran. Logos

sebagaimana dikemukaka Heraclitos, mnjadi sebab perubahan terus-menerus, serta yang

mengatur dan menyatukan segala keberubahan.

Menurut Plato yang tetap dan tidak berubah atau kekal oleh Plato disebut “idea”. Bagi

Plato idea buanlah sekedar gagasan yang hanya terdapat dalam pikiran saja (subjektif),

namun idea itu bersifat obyektif, artinya idea itu berdiri sendiri, terlepas dari subjek yang

berfikir. Idelah yang memimpin pikiran manusia. Tiap orang pasti memiliki ide yang

berbeda. Tidak ada dua orang sama persis pemikiranya walaupun keduanya manusia,

karena setiap manusia mendapat bagian dari ide. Seiap manusia mengungkapkan idenya

dengan cara masin-masing karena idea manusia bersifat umum.

Keadaan idea sendiri bertingkat-tingkat, yaitu:

a.    tingkat idea tertinggi adalah idea kebaikan,

b.    dibawahnya idea jiwa dunia,

c.    berikutnya idea keindahan yang menimbulkan seni, ilmu, pendidikan, politik.
Plato dengan ajaran idea yang lepas dari objek, yang berada di ala idea, bukan hasil

abstraksi seperti pada Socrates, jelas memperkuat posisi Scrates dalam menghadapi

sofisme. Idea itu umum, berarti berlaku umum. Sama dengan gurunya itu, Plato juga

berpendapat bahwa selain kebnaran yang umum itu ada kebenaran yang khusus yaitu

“kongkritisasi” idea di alam ini.

Dengan demikian jelaslah bahwa kebenaran umum itu memang sudah ada, bukan dibuat

melainkan sudah ada di dalam idea. Manusia dulu berada didunia idea bersama-ama

bersama idea-idea lainya dan mengenalinya. Manusia didunia nyata ini jiwanya terkurung

oleh tubuh sehingga kurang ingat lagi hal-hal yang dulu pernah dikenalinya didunia idea.

Dengan kata lain pengertian manusia yang membentuk pengetahuan tidak lain adalah dari

ingatan apa yang pernah dikenalinya atau mengerti karena ingat.

Menurutnya hanya pengetahuan yang sanggup mengembalikan manusia ke dunia ide

untuk mengenal kembali dengan sebaik mungkin apa yang dulu pernah diketahuinya

dengan sempurna (Rapar, 1991:97). Oleh sebab itu menurut Plato pengetahuan adalah

kekuasaan.

Plato membagi dua dunia menjadi dua jenis yaitu Dunia Ide dan Dunia Indrawi. Dunia

Ide adalah dunia yang terbuka terhadap ratio kita, oleh karena itu Plato menyatakan dalam

dunia ini tidak ada perubahan karena semua ide bersifat abadi dan dan dapat diubah.

Sedangkan Dunia Indrawi adalah dunia dimana mencakup benda-benda secara fisik,

jasmani, nyata dan konkret. Benda-benda yang dimaksud adalah benda-benda yang dapat

kita rasakan dan kira ketahui dengan menggunakan kelima alat indera yang dimiliki

manusia. Menurut Plato, dunia indrawi adalah layaknya sebuah refleksi atau bayangan-
bayangan dari dunia ideal. Itu semua dikarenakan dunia indrawi dapat berubah dan karena

semua yang ada dalam dunia jasmani adalah fana, dapat rusak, dapat mati dan dapat hilang.

  Plato juga membagi dua hal yang sangat kontras dan hal ini masih berhubungan dengan

teori di atas. Plato membagi dua hal yaitu bentuk dan materi. Menurut Plato ide termasuk

dalam bentuk menurutnya materi hanyalah bayangan dari bentuk itu sendiri. Dimana

indrawi juga adalah materi yang dapat berubah.

Plato mengatakan bahwa pengetahuan dapat dicapai dengan melihat dua karakteristik

sebagai berikut.

Pertama,  pengetahuan harus pasti, mutlak dan sempurna.

Kedua, pengetahuan harus mempunyai dan sebagai objek yang harus benar-benar

nyata tidak hanya contras pada wujudnya saja, karena dunia ideal dan nyata

bertentangan dengan dunia jasmani dan fisik.

  Namun konsekuensi dari pandangan Plato yang menolak empirisme bahwa pernyataan

mengenai pengetahuan didapatkan dari pengalaman yang masuk akal. Dimana objek dari

pengalaman yang masuk akal itu sendiri dapat berubah dan tidak sesuai untuk menjadi

objek dari pengetahuan yang seharusnya tidak berubah.

  Plato membedakan dua tingkat kesadaran yaitu pengetahuan dan pendirian. Sehingga

dunia dari bentuklah yang dapat menjadi objek yang tepat akan pengetahuan. Karena

Tuhan menciptakan bentuk itu sendiri dan dari bentuk ataupun wujud muncul materi. Jika

materi telah dikuasai maka wujud dapat muncul. Prinsip Plato adalah materi itu tidak

sempurna, materi harus ditegakkan. Karena dalam dunia materi kekacauan adalah alami.
Plato juga mengusulkan bahwa pengetahuan adalah keyakinan yang benar jika beserta

nilai.

  Jadi dapat disimpulkan Teori Pengetahuan Plato mengungkapkan tiga pendekatan yaitu

dua diantaranya telah di bahas pada bagian sebelumnya. Tiga pendekatan itu adalah

Alegori atau perumpaan tentang gua, metafora tentang garis terbagi dan doktrin The

Formulir atau Teori Ide. Setiap teori-teori saling berhubungan, sehinggga tidak bisa satu

tanpa yang lainnya.

  Teori pengetahuan Plato juga ditunjukkan dalam The Meno. Plato mengatakan bahwa

sebenarnya kita itu tidak sedang belajar, melainkan bahwa belajar adalah proses pengigat

ataupun proses dimana kita disadarkan dan diingatkan kembali apa yang telah lupa. Maka

dari itu Plato mengatakan bahwa kita sebenarnya telah mempelajari segala sesuatu dalam

kehidupan sebelumnya, sebelum kita benar-benar telah menjadi orang. Artinta, kita telah

mempunyai semua pengetahuan kita. Teori ini dapat disebut sebagai Teori Kenangan. Jika

Plato menyimpulkan teori ini berarti mungkin saja bahwa Plato percaya akan namanya

“Reinkarnasi”.

  Karena Plato adalah murid Sokrates sehingga pengaruh Sokrates dalam teori pengetahuan

Plato juga sangat terperngaruh. Dalam arti Sokrates, pengetahuan adalah universal (berlaku

untuk semua) dan itu tergantung pada konsep-konsep. Dan, jika kita lebih mengeksplorasi,

konsep tergantung pada alasan. Pengetahuan adalah pemahaman yang lengkap dalam

dirinya sendiri. Plato juga tidak berbeda dari titik Socrates bahwa “Pengetahuan adalah

konsep,” universal dan sama-sama benar untuk semua. Semua teori-teorinya itulah yang

mengagumkan dan lain dari pemikiran-pemikiran  menyebabkan Plato disebut sebagai


“Filsuf Kedua”. Kemudian setelah Plato meninggal teori plato akan dibawa oleh murid

Plato sendiri yang bernama Aristoteles.


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Teori pengetahuan Plato mengungkapkan tiga pendekatan yaitu dua diantaranya telah di

bahas pada bagian sebelumnya. Tiga pendekatan itu adalah Alegori atau perumpaan tentang

gua, metafora tentang garis terbagi dan doktrin The Formulir atau Teori Ide. Setiap teori-teori

saling berhubungan, sehinggga tidak bisa satu tanpa yang lainnya.

Perumpamaan tentang gua ini sangat erat hubungannya dengan Teori Formulir Plato.

Teori Formulir Plato ini membahas mengenai ide, menurut Plato, ide tidak diciptakan dan

bergantung pada pemikiran manusia. Melainkan pikiran manusialah yang bergantung pada

ide. Plato menjelaskan bahwa ide berdiri sendiri di luar pemikiran manusia. Plato juga

menyatakan bahwa jika ide-ide tersebut terhubung dan mencapai puncaknya yang paling

tinggi maka Plato menyebutnya dengan ide yang indah yaitu ide yang melampaui segala ide

yang ada.

Plato mengatakan bahwa pengetahuan dapat dicapai dengan melihat dua karakteristik

sebagai berikut.

Pertama,  pengetahuan harus pasti, mutlak dan sempurna.

Kedua, pengetahuan harus mempunyai dan sebagai objek yang harus benar-benar

nyata tidak hanya contras pada wujudnya saja, karena dunia ideal dan nyata

bertentangan dengan dunia jasmani dan fisik.


DAFTAR PUSTAKA

http://makalahekonomiku.blogspot.com/2016/10/sumber-pengetahuan-menurut-plato-

dan.html

https://kuliahparel.wordpress.com/2015/05/31/teori-pengetahuan-plato/

Anda mungkin juga menyukai