Anda di halaman 1dari 7

UJIAN TENGAH SEMESTER

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS AGAMA ISLAM NEGERI


SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

Mata Kuliah : FILSAFAT


Semester : II (Dua)
Hari/Tanggal : Selasa, 19 April 2022
Waktu : 90 menit
Dosen : Drs. Dadang Sahroni,M.Pd

1. Corak filsfat Prasocratic pemikirannya mencakup segala sesuatu yang dapat dipikirkan
atau segala sesuatu yang ada. Mengapa demikian ?

2. Filsafat alam pada prasocratik yaitu Thales, Anaximides, Pythagoras, Xenophanes,


Herakleitos, dan Anaxagoras memunculkan pemikran yang sama di antara mereka yaitu
tentang segala sesuatu yang ada, namun di samping hal tersebut juga terdapat perbedaan
di antara mereka. Apa sebenarnya persamaan dan perbedaan pemikiran para filusuf
prasocratic sebagaimana dimaksud ?

3. Kebijakan Socrates diungkapkannya dengan Gnoti Seautoton dan Maieutica-Technic,apa


yang saudara ketahui tentang hal tersebut dan bagaimana kaitannya dengan makna
definisi dalam pemikiran filsafat Socrates sebagai upaya untuk mencapai kebenaran yang
objektif ?

4. Ajaran filsafat Plato yaitu idea, jiwa, dan negara. Berkaitan dengan disiplin ilmu yang
saudara tekuni sekarang adalah psikologi, apa dan bagaimana jiwa yang sebenarnya
menerut Plato dan menurut pandangan saudara ?

5. Helenismisme, pada zaman ini terjadi pemindahan pemikiran filsafat dari pemikiran
filsafat teoretis ke filsafat praktis. Di samping itu pula sifat filsafat pada zaman ini ada
yang bersifat etis dan ada filsafat yang diwarnai agama. Coba saudara kemukakan aliran-
aliran filsafat Helenisme yang bersifat etis dan aliran filsafat yang diwarnai agama !
Nama : Rini Ratna Ningsih
Kelas : 2C
NIM : 1216000177

1. Filsafat Pra Socrates dapat dikatakan bahwa mereka adalah filsafat alam artinya para
ahli pikir yang menjadikan alam yang luas dan penuh keselarasan yang menjadi
sasaran para ahli filsafat tersebut, atau objek pemikirannya adalah alam semesta.
Tujuan filosofi mereka dalam memikirkan soal alam besar darimana terjadinya alam
itulah yang menjadi sentral persoalan bagi mereka, pemikiran yang demikian itu
merupakan pemikiran yang sangat maju, rasional dan radikal. Sebab pada waktu itu
kebanyakan orang menerima begitu saja keadaan alam seperti apa yang dapat
ditangkap dengan indranya, tanpa mempersoalkannya lebih jauh. Sedang di lain pihak
orang cukup puas menerima keterangan tentang kejadian alam dari cerita nenek
moyang. Dan ciri-ciri Filsafat Pra Socrates adalah rasional meta fisik, dimana
pemikiran yang diikuti dengan kepercayaan kepada hal-hal gaib, seperti memberikan
sesajian kepada Dewa Matahari. Menurut Anaximandros, Apeiron itu dapat dirupakan,
tidak ada persamaannya dengan salah satu barang kelihatan itu, yang dapat ditentukan
rupanya dengan pancaindra kita adalah barang yang mempunyai akhir yang berhingga.
Oleh sebab itu, apeiron adalah barang asal, yang tidak berhingga dan tidak ada
berkeputusan itu mustahil bagi salah satu dari barang yang berakhir itu. Segala yang
tampak dan terasa itu dibatasi oleh lawannya. Yang panas dibatasi dengan dingin.
dimana bermula yang dingin, disana berakhir yang panas. Yang cair dibatasi dengan
yang beku, yang terang dibatasi dengan yang gelap. Segala yang tampak dan terasa itu,
segala yang dapat ditentukan rupanya dengan pancaindra kita, semuanya mempunyai
akhir. Ia timbul (jadi), hidup, dan lenyap. Segala yang berakhir berada dalam kejadian
senantiasa, yaitu dalam keadaan berpisah dari yang satu dengan yang lain. Yang cair
menjadi beku, dan sebaliknya. Yang panas menjadi dingin dan sebaliknya. Semua itu
terjadi dari apeiron, dan kembali pula kepada apeiron. Oleh karena itu, apeiron itu
bersifat illahi, abadi tak terubahkan dan meliputi segala-galanya. Filsafat Pra Socrates
adalah filsafat yang dilahirkan karena kemenangan akal asas atas dongeng atau mite-
mite yang diterima dari agama yang memberitahukan tentang asal muasal segala
sesuatu. Dan filsafat pra Socrates ditandai usaha mencari asal (asas) segala sesuatu
(arche) tidakkah dibalik keanekaragaman realitas di alam semesta itu hanya satu azas?
Thales mengusulkan air, Anaximandros: yang tak terbatas, Anaximenes: api-udara-
tanah-air, Pythagoras dikenal oleh sekolah yang didirikannya untuk merenungkan hal
itu. Herakleitos mengajar bahwa segala sesuatu mengalir.

2. Pada masa pra-socrates para filusuf mengkaji tentang asal muasal alam semesta
beserta isinya, ini adalah kesaman para filsuf, dan perbedaan kajian mereka yaitu :
Thales, yang menganggap air sebagai sumber segala sesuatu, Pythagoras, yang
mengajarkan keilahian dan reinkarnasi jiwa, Heraclitus, yang prioritas pertamanya
adalah pencarian mendalam untuk dirinya sendiri dan jiwanya. Pada masa Pra-
Sokrates, filsuf menetapkan prinsip umum, kemudian menjelaskan fenomena
fenomena khusus berdasarkan prinsip tersebut. Sebaliknya, kaum sofis adalah
ensiklopedis karena mereka menghimpun banyak observasi dan fakta, lalu menarik
kesimpulan-kesimpulan, baik teoritis maupun praktis. Kesimpulan-kesimpulan itu
sangat banyak dan berbeda sehingga orang bias jadi bingung. Atau, setelah banyak
tahu tentang berbagi negara dan kebudayaan, mereka membuat teori tentang asal-usul
peradaban atau asal bahasa. Perbedaan juga terletak pada tujuan. Filsafat Pra-Sokrates
ingin mencari kebenaran obyektif tentang dunia. Kaum sofis mencari kebenaran
praktis, bukan kebenaran spekulatif. Tujuan utama filsafat Pra-Sokrates adalah
menemukan kebenaran ,sedangkan kaum sofis justru pada mengajar. Itulah sebabnya
kaum sofis mempunyai massa murid. Mereka memberikan kursus-kursus, dan latihan.
Mereka adalah professor yang mengembara dari kota ke kota, mengumpulkan
pengetahuan lalu mengajarkan pada orang lain (umpama tentang tata bahasa,
interpretasi penyair, filsafat mitologi, agam dll).

3. a) Kebijakan atau gagasan socrates yaitu : menghidupkan pada diri manusia rasa
cinta akan kebenaran dan kebaikan (Philosophia) yang menolong manusia untuk
berpikir dan hidup lempeng. Semboyannya: "Gnothi Seauthon" maknanya "Kenali
Dirimu" Menurut Socrates, manusia dengan pemikiran/pengetahuannya, seakan
mengambil langkah maju dari usaha menguak misteri satu persatu menuju ke arah
misteri lainnya yang semakin mekar dalam hidupnya. Manusia dengan pemikiran atau
pengetahuannya, seakan bergerak dari 1 tidak jelasan ke arah tidak jelasan baru dalam
kehidupannya. Realita tersebut yang membuat ilmu dan pengetahuan semakin terus
berkembang dalam aturan filosofi, supaya bisa sanggup mengincar dan membunuh
tanda besar ketidakjelasan dan kejahatan anyar (kejahatan professional) yang
berkembang bersamaan dengan perubahan pemikiran, pengetahuan, dan keilmuan
manusia. Gnotie Seauton, memperlihatkan sebuah kebutuhan kemanusiaan yang
memiliki sifat esensial dalam soal mendalami dan melaksanakan pemikiran, sebagai
salah satu ciri-ciri kehadiran yang unik manusia itu. Utamanya pada analisa diri dan
pengetahuan diri untuk menggapai pengetahuan dan perilaku yang lebih bagus lagi.
Manusia lewat pengetahuannya, wawasannya akan mendapatkan kekuatan, tanggung
jawab, kesadaran hati, kematangan pemikiran, pertimbangan atau cendekiawan serta
rasa optimis untuk membentuk dirinya sendiri sebagai makhluk bermoral yang
semakin matang (dewasa), sadar diri, dan rendah hati. Karena manusia selain
memerlukan kerendahan hati, juga memerlukan kesabaran, dan ketegasan batin untuk
menegur dan mendidik dirinya sendiri. Dia perlu keterdisiplinan, tanggung jawab, dan
percaya diri di dalam memburu pengetahuan atau kearifan. Socrates ingin mengetahui
istilah orang-orang yang dimaksud dengan arete, yaitu orang yang memiliki
keterampilan. Oleh karena itu Socrates menanyakan ke tukang besi, apa kelebihan bagi
mereka; ke negarawan, filosof, pedagang , dan lain-lain. Beberapa ciri kelebihan untuk
mereka masing-masing pastilah berbeda, tapi ada beberapa ciri yang serupa: maknanya
ada ciri-ciri kelebihan yang di setujui oleh masing-masing dari mereka. Socrates
mengusahakan karakter umum kelebihan dengan menyebutkan ciri-ciri yang
disepakati bersama-sama dan menyisihkan ciri-ciri khusus yang tidak disepakati
bersama. Itulah langkah membuat pengertian mengenai satu object. Dari upaya ini
Socrates mendapati pengertian, penemuaannya yang ke-2 , kata Aristoteles. Sudah
pasti penemuan ke-2 ini terkait kuat dengan penemuan pertama tadi lantaran
pengertian ini didapat dengan jalan melangsungkan induksi itu. seseorang, yang bisa
membuat dan memakai pengertian, barang kali merasakan pengertian itu bukan suatu
hal yang sangat penting, jadi bukan satu penemuan yang bernilai. Namun, untuk
Socrates pada saat itu penemuan pengertian bukan hal yang kecil maknanya;
penemuan berikut yang bakal dihantamkannya ke relatifisme golongan sofis. Orang
sofis berasumsi jika semua pengetahuan ialah relatif kebenarannya. Tidak ada
pengetahuan yang memiliki sifat umum. Dengan pengertian itu Socrates bisa
menunjukkan ke orang sofis jika pengetahuan yang umum ada, yakni pengertian itu.
Sehingga orang sofis tidak semuanya betul: yang betul adalah beberapa pengetahuan
yang memiliki sifat umum dan beberapa memiliki sifat khusus; yang betul adalah yang
khusus itulah pengetahuan yang kebenarannya relatif.
b) Kebijakan Socrates (Maieutica Technic)

Pendapat Socrates yang paling penting ialah kalau dalam diri tiap manusia terkubur
jawaban berkenaan dengan bermacam masalah di dunia riil. Karenanya tiap orang
sebenarnya dapat menjawab semua masalah yang ditemuinya. Permasalahannya ialah
pada orang-orang itu sendiri, umumnya mereka tidak mengetahui jika dalam dirinya
sendiri terkubur jawaban untuk beberapa persoalan yang ditemuinya. Sebab itu
menurut Socrates, memerlukan adanya orang lain yang turut menggerakkan untuk
mengeluarkan beberapa ide atau jawaban yang terkubur. Dengan kata lain butuh
seperti bidan untuk menolong kelahiran si buah pikiran dari dalam hati manusia. Jadi
pekerjaan Socrates setiap hari yakni jalan-jalan di tengah kota, berkeliling di beberapa
pasar untuk bercakap dengan seluruh orang yang ditemui guna mencari jawaban yang
terkubur berkenaan bermacam masalah. Dengan sistem tanya jawab yang dikatakan
sebagai sistem Socrates ini bakal muncul pemahaman yang disebut "maieutics"
(menarik keluar sama dengan yang dikerjakan bidan). Pemahaman tentang diri kita
sendiri ini menurut Socrates penting bagi setiap manusia.perihal ini merupakan
kewajiban tiap orang untuk mengenali diri sendiri lebih dulu jika dia ingin memahami
mengenai beberapa hal lain di luar dirinya sendiri. Dia memiliki semboyan "belajar
yang sebenarnya pada manusia ialah belajar mengenai manusia".
c) Socrates memandang akan adanya kebenaran objektif, yang tidak bergantung pada
saya (individu) atau kita (kelompok). Dalam pembuktian hal ini Socrates
menggunakan beberapa metode. Metode tersebut bersifat praktis dan dijalankan
melalui percakapan-percakapan atau disebut juga dengan dialog yang kemudian
dianalisis. Metode ini dianggap memiliki preanan penting dalam menggali kebenaran
objektif. Contoh, ketika Ia ingin menemukan makna adil, dia bertanya kepada
pedagang, prajurit, penguasa dan guru. Dari semua penjelasan yang diberikan oleh
lapisan masyarakat itu dapat ditarik sebuah benang merah yang bersifat universal
tentang keadilan, dari sinilah menurut Socrates kebenaran universal ditemukan. Atau
menghasilkan jawaban pertama (hipotesis pertama). Jika jawaban pertama
menghasilkan konsekuensi yang mustahil maka hipotesis itu diganti dengan hipotesis
lain dan begitulah selanjutnya. Dan diskusi itu biasanya berakhir dengan aporia
(kebingungan) dan terkadang juga menghasilkan suatu defenisi yang dianggap
berguna. Dan metode ini disebut dialektika (dialog), yang berasal dari bahasa yunani
yakni dialeghesthai. Orang sofis berpendapat bahwa semua pengetahuan adalah relatif
keadaannya. Yang benar ialah pengetahuan yang umum ada dan pengetahuan yang
khusus ada. Dan pengetahuan yang khusus itulah yang relatif. Apakah kursi itu? Kita
menemukan kursi hakim, ada tempat duduk dan sandaran, kakinya empat, dari bahan
jati; kita lihat kursi malas, ada tempat duduk dan sandaran, kakinya dua, dari rotan;
kita lihat kursi makan, ada tempat duduk dan sandaran, kakinya tiga, dari besi;
bagitulah seterusnya. Jadi ada dua hal yang selalu ada pada tiap kursi tempat duduk
dan sandaran. Maka semua orang sepakat bahwa kursi adalah suatu benda yang
memiliki tempat duduk dan sandaran. Ciri-ciri yang lain tidak dimiliki oleh semua
kursi tadi, berarti ini merupakan kebenaran yang objektif-umum, tidak subjektif-relatif.
Mengenai kaki, bahan merupakan kebenaran yang relatif. Jadi, memang ada
pengetahuan yang umum, itulah defenisi. Dengan mengajukan defenisi Socratres
tersebut mengakibatkan berhentinya laju dominasi relatifisme kaum sofis. Sehingga
pengikut Socrates menjadi lebih dominan dibandingkan pengikut kaum sofis. Plato
memperkokoh tesis socrates itu dengan mengatakan bahwa kebenaran umum itu telah
ada di alam idea tanpa harus melakukan induksi. Gerakan pendidikan yang dilakukan
oleh Socrates yang dikenal dengan Metode Socratic: gnoti seauton, maieutica-technic,
dan dialektika. Socrates menyumbangkan teknik kebidanan (maieutika tekhnic) dalam
berfilsafat. Bertolak dari pengalaman konkrit, melalui dialog seseorang diajak Socrates
(sebagai sang bidan) untuk "melahirkan" pengetahuan akan kebenaran yang dikandung
dalam batin orang itu. Dengan demikian Socrates meletakkan dasar bagi pendekatan
deduktif.

4. Saat ini saya sedang menekuni Psikologi Sosial, yang mempelajari tentang:
tingkah laku manusia dalam hubungan dengan orang lain, tingkah laku manusia di
dalam kelompok: nilai, norma, aturan, komunikasi, kepemimpinan, kekuasaan. Dari
pandangan antropologisnya tentang asal jiwa dan hakikatnya, menurut dugaan kita,
Plato mengetahui bahwa jiwa bersifat abadi. Tetapi, bila kita masuk ke dalam
pandangan etikanya tentang manusia, Plato tidak mengetahui bagaimana terjadi jiwa
abadi atau bagaimana nasib jiwa terwujud. Bagi Plato kehidupan kini dan esok diatur
tertata berkat pelaksanaan kebaikan-kebaikan moral, yang berpuncak pada realisasi
keutamaan-keutamaan. Kegiatan moral ini bertentangan dengan ketidaktahuan dan
kegilaan oleh karena tubuh, dan berseberangan dengan ekses-ekses penikmatan atau
penyebab-penyebab fisiologis. Karena itu, kebajikan lahir dari pembenaran yang
rasional dan dari kebaikan-kebaikan yang agung.

5. filsafat helenisme yang dibedakan menjadi dua aliran, yang pertama bersifat etis yaitu
Epikuros dan Stoa, kedua filsafat yang diwarnai agama diantaranya Neopythagoris, Filsafat
Platonis Tengah, Filsafat Yahudi, dan Neoplatonisme.

1.      Epikurisme (341 – 271 SM)


Epikuros ( 341-270 ) berasal dari pulau samos dan mendirikan sekolah filsafat baru di
Athena. Ia menghidupkan kembali atomisme Demokritos. Menurut pendapat Epikuros,
segala- galanya terdiri dari atom- atom yang senantiasa bergerak dan secara kebetulan
tubrukan yang satu dengan yang lain. Manusia hidup bahagia jika ia mengakui susunan
dunia ini dan tidak ditakutkan oleh dewa- dewa atau apa pun juga. Dewa- dewa tidak
mempengaruhi dunia . Lagipula, agar dapat hidup bahagia manusia mesti
menggunakan kehendak bebas dengan mencari kesenangan sedapat mungkin. Tetapi
terlalu banyak kesenangan sedapat mungkin . Tetapi terlalu banyak kesenangan akan
menggelisahkan batin manusia. Orang bijaksana tahu membatasi diri dan terutama
mencari kesenangan rohani supaya keadaan batin tetap tenang.
 
2.      Stoisisme (336 – 264 SM)
Mazhab Stoa didirikan di Athena oleh Zeno dari Kition sekitar tahun 300 SM. Nama
Stoa menunjuk kepada serambi bertiang , tempat Zeno memberikan pelajaran.
Menurut Stoitisme, jagat raya dari dalam sama sekali ditentukan oleh suatu kuasa yang
disebut ” Logos” itu. Berdasarkan rasionya , manusia sanggup mengenal orde
universal dalam jagat raya. Ia akan hidup bijaksana dan bahagia, asal saja ia bertindak
menurut rasionya. Jika memang demikian ia akan menguasai nafsu- nafsunya dan
mengendalikan diri secara sempurna , supaya dengan penuh keinsyafan ia menaklukan
diri pada hukum- hukum alam. Seorang yang hidup menurut prinsip- prinsip stoisisme,
sama sekali tidak mempedulikan kematian dan segala malapetaka lain, karena insyaf
bahwa semua itu akan terjadi menurut keharusan mutlak. Sudah nyata kiranya bahwa
etika stoisisme ini betul- betul bersifat kejam dan menuntut watak yang sungguh-
sungguh kuat.
Mungkin karena cocok dengan tabiat Romawi yang bersifat agak pragmatis, di
kemudian hari stoisisme mengalami sukses besar dalam kekaisaran Romawi . Dua
orang Roma yang terkenal sebagai pengikut mazhab Stoa ialah Seneca (2-65 ) dan
kaisar Marcus Aurelius ( 121- 180 ).
 
3.      Aliran Neo Pythagoras
Dinamakan Neo Pyithagoras karena ia berpangkal pada ajaran Pyithagoras yang
mendidik kebatinan dengan belajar menyucikan roh. Yang mengajarkannya ialah
mula-mula ialah Moderatus dan Gades, yang hidup dalam abad pertama tahun masehi.
Ajaran itu kemudian diteruskan oleh Nicomachos dari Gerasa.
Untuk mendidik perasaan cinta dan mengabdi kepada Tuhan, orang harus
menghidupkan dalam perasaannya jarak yang jauh antara Tuhan dan manusia. Makin
besar jarak itu makin besar cinta kepada Tuhan. Dalam mistik ini, tajam sekali
dikemukakan perbedaan antara Tuhan dan manusia, Tuhan dan barang. Bedanya
Tuhan dan manusia digambarkan dalam mistik neo Pythagoras sebagai perbedaan
antara yang sebersih-bersihnya dengan yang bernoda. Yang sebersih-bersihnya adalah
Tuhan, yang bernoda ialah manusia.
Menurut mereka, Tuhan sendiri tidak membuat bumi ini. sebab apabila Tuhan
membuat bumi ini, berarti ia mempergunakan barang yang bernoda sebagai bahannya.
Dunia ini dibuat oleh pembantunya, yaitu Demiourgos. Kaum ini percaya bahwa jiwa
ini akan hidup selama-lamanya dan pindah-pindah dari angkatan makhluk turun
temurun. Kepercayaan inilah yang menjadi pangkal ajaran mereka tentang inkarnasi.
 
4.      Eklektisisme (Filsafat Yahudi)
Dengan Eklektisisme bukanlah suatu Mazhab atau aliran melainkan suatu tendensi
umum yang memetik berbagai unsur filsafat dari aliran-aliran lain tanpa berhasil
mencapai kesatuan pemikiran yang sungguh-sungguh . Salah seorang warga Roma
yang biasanya digolongkan dalam elektisisme adalah negarawan dan ahli berpidato
tersohor yang bernama Cicero ( 106-43 ). Di Alexandria hidup seorang pemikir
Yahudi yang barangkali boleh juga terhitung dalam tendensi ini namanya Philo (25
SM- 50M). Ia berusaha mendamaikan agama Yahudi dengan filsafat Yunani,
khususnya Plato.
 
5.      Neoplatonisme
Pucak terakhir dalam sejarah filsafat Yunani adalah ajaran yang disebut
”neoplatonisme”. Sebagaimana namanya sudah menyatakan itu, aliran ini bermaksud
menghidupkan kembali filsafat Plato. Tetapi itu tidak berarti bahwa pengikut-
pengikutnya tidak dipengaruhi oleh filsuf- filsuf lain, seperti aristoteles misalnya dan
mazhab Stoa. Sebenarnya ajaran ini merupakan semacam sintesa dari semua aliran
filsafat sampai saat itu, dimana Plato diberi tempat istimewa.
Filsuf yang menciptakan sintesa itu bernama Plotinos (203/4-269/70). Ia lahir di Mesir
dan pada umur 40 tahun ia tiba di Roma untuk mendirikan suatu sekolah filsafat di
sana. Sesudah meninggalnya sekitar tahun 270 M karangan- karangan Plotinos
dikumpulkan dan diterbitkan oleh muridnya Porphyrios, dengan judul Enneadeis.
Seluruh sistem filsafat Plotinos Berkisar pada konsep kesatuan. Atau dapat juga kita
katakan bahwa seluruh sistem filsafat Plotinos berkisar pada Allah sebab Allah
disebutnya dengan nama ”yang satu”.
 

Anda mungkin juga menyukai