Anda di halaman 1dari 44

TEKNIK KALIBRASI TIMBANGAN

Disampaikan Pada:
Pelatihan Teknik Kalibrasi Massa, Suhu,
Dimensi, dan Volumetrik
REFERENSI
THE CALIBRATION OF WEIGHTS AND BALANCES 3RD ED.
2010, EDWIN C. MORRIS AND KITTY M. K. FEN

JCGM 100:2008: EVALUATION OF MEASUREMENT DATA,


GUIDE TO THE EXPRESSION OF UNCERTAINTY IN
MEASUREMENT.
RUANG LINGKUP

 Pedoman ini digunakan untuk kalibrasi timbangan,


utamanya kalibrasi timbangan elektronik (analitik).
 Untuk timbangan mekanik, terdapat beberapa parameter
penimbangan yang berbeda, sehingga harus terdapat
beberapa penambahan cara kalibrasi.
 Jenis timbangan berdasarkan prinsip kerjanya dibagi
menjadi 3:
1. Timbangan Mekanik
2. Timbangan Elektronik
3. Komparator Massa
RUANG LINGKUP

 Timbangan Mekanik terdiri atas:


1. Timbangan Pan Tunggal (2 mata pisau)
2. Timbangan Pan Ganda (3 mata pisau)
3. Timbangan Pegas

 Timbangan Elektronik
Perubahan arus listrik akibat perubahan posisi pan ketika
dipasang beban, akan dikompensasikan secara digital
menjadi bobot terukur pada timbangan.
RUANG LINGKUP

 Komparator Massa
Prinsip kerja komparator massa sama dengan timbangan
elektronik, akan tetapi di dalamnya sudah terdapat built-in
mass untuk mempertahankan beban tetap.
Komparator massa digunakan untuk pengukuran yang
memerlukan ketelitian tinggi.
RUANG LINGKUP

Timbangan Mekanik Timbangan Mekanik Timbangan Mekanik


Pan Tunggal Pan Ganda Pegas
RUANG LINGKUP

Timbangan Komparator Massa


Elektronik
PRINSIP KALIBRASI

 Mengestimasi koreksi yang diberikan oleh suatu


timbangan dengan cara melakukan perbandingan
langsung.
 Ketidakpastian Anak Timbangan Standar ≤ 1/3 |e|
(OIML R076:2006)
 Nilai MPE ≤ 1/3 |e|
 Proses kalibrasi timbangan ini dengan cara
meletakan beban (anak timbang) di atas pan dan
mengetahui kemampuan baca timbangan. Hasil
pembacaan timbangan kemudian dibandingkan
terhadap nilai benar beban (sertifikat) untuk
mengetahui nilai koreksi.
PRINSIP KALIBRASI

 Mengestimasi koreksi yang diberikan oleh suatu


timbangan dengan cara melakukan perbandingan
langsung.
 Ketidakpastian Anak Timbangan Standar ≤ 1/3 |e|
(OIML R076:2006)
 Proses kalibrasi timbangan ini dengan cara
meletakan beban (anak timbang) di atas pan dan
mengetahui kemampuan baca timbangan. Hasil
pembacaan timbangan kemudian dibandingkan
terhadap nilai benar beban (sertifikat) untuk
mengetahui nilai koreksi.
PRINSIP KALIBRASI

 Kalibrasi timbangan mencakup 3 fungsi penting:

1. Memberikan koreksi terhadap pembacaan timbangan


yang diperlukan untuk mengestimasi nilai benar dari beban
yang diberikan di atas pan.
2. Memberikan informasi kepada pengguna timbangan
mengenai keterbatasan timbangan, termasuk pembebanan
tak dipusat dan histerisis.
3. Memberikan informasi mengenai daya ulang pembacaan
(repeatability of reading) yang memungkinkan pengguna
untuk melakukan pemeriksaan secara efektif antar kalibrasi.
PRINSIP KALIBRASI

Nilai koreksi pembacaan timbangan diberikan dengan


persamaan berikut:

𝐶𝑖 = 𝑚𝑖 − (𝑟𝑖 − 𝑍𝑖 )

Dimana :
Ci = Koreksi skala ke i
mi = Nilai massa standar ke i
𝑟𝑖 = rata-rata dua pembacaan dengan beban ke i
𝑍𝑖 = rata-rata dua pembacaan titik nol (zero)
PERSYARATAN KALIBRASI
(Suhu)

 Suhu ruang kalibrasi harus dijaga stabil, nilai aktual


suhu tidak begitu penting.
 Fluktuasi suhu dapat mengakibatkan gangguan pada
proses penimbangan.
 Perubahan suhu mengakibatkan perubahan pada
mekanika timbangan, yang berujung pada perubahan
drift dan kadang juga dapat merubah sensitivitas
timbangan.
 Rekomendasi suhu ruangan kalibrasi massa pada
rentang 20 ~ 23 oC, dengan fklutuasi suhu ± 1 oC per
jam, maksimum 2 oC. (NIST, HB 143)
PERSYARATAN KALIBRASI
(Kelembapan)

 Nilai aktual relatif tidak penting, akan tetapi kelembapan


ruangan perlu dijaga agar tidak terjadi kondensasi
udara.
 Nilai kelembapan relatif yang disarankan berada pada
rentang 40 ~ 60%, dengan fluktuasi yang diizinkan ±
10% per 4 jam (NIST, HB 143)
PERSYARATAN KALIBRASI
(Tekanan Udara)

 Tekanan udara di dalam ruang timbang akan mengikuti


tekanan lingkungan, oleh sebab itu sangat diperlukan
untuk membuat ruangan benar-benar rapat.
 Pada ruangan berpendingin (AC) tekanan udara sedikit
lebih tinggi dari tekanan udara biasa (sekitar 40 Pa), ketika
pintu di buka ruang akan mengalami kehilangan tekanan
yang dapat mengganggu timbangan.
 Tekanan yang hilang ini bisa dikurangi dengan membuat
ruang sekat atau mengunci pintu pada saat menimbang.
PERSYARATAN KALIBRASI
(Aliran Udara)

 Selain perubahan suhu, aliran udara dapat mengganggu


pembacaan timbangan.
 Aliran udara akan terjadi secara signifikan disebabkan
oleh perbedaan suhu.
 Perbedaan suhu dapat terjadi karena suhu tubuh
operator yang duduk dihadapan timbangan atau tangan
yang diletakan disebelah timbangan.
 Perlu dijaga stabilitas suhu antara timbangan, ruangan,
dan operator.
PERSYARATAN KALIBRASI
(Aliran Udara)

 Hasil penelitian menunjukan bahwa apabila perbedaan


suhu bisa dikurangi 1-2 oC antara permukaan atas dan
bawah timbangan, maka aliran udara dapat dikurangi.
 Hembusan udara dengan kecepatan 4.6 cm/detik yang
menerpa pinggan/pan dengan luas 78 cm2 (diameter 10
cm) menghasilkan tenaga yang setara dengan 1 mg
pada pinggan/pan.
 Diperlukan penghalang atau penyekat agar aliran udara
tidak langsung mengenai pinggan timbangan.
PERSYARATAN KALIBRASI
(Getaran)

 Semua timbangan sangat rentan terhadap getaran dari


tingkat vibrasi kecil maupun besar.
 Sedikit getaran dapat mengakibatkan kerusakan pada
pisau penyangga timbangan dan mengaburkan sistem
optik.
 Cara mengatasi masalah getaran sangat efektif dengan
membuat meja timbang yang kokoh dalam ruang yang
bebas dari getaran.
 Dapat digunakan batu granit sebagai dasar meja
timbang dan kaki-kaki meja diisolasi dengan karet
sehingga getaran akibat pergerakan di lantai tidak
merambat ke meja timbang.
PERSYARATAN KALIBRASI
(Meja Timbang)

 Meja timbang harus memenuhi persyaratan-persyaratan


sebagai berikut:
 Bahan meja terbuat dari salah satu bahan, antara lain:
marmer, granite, atau keramik dengan ketebalan
minimum 40 mm. Bahan meja tidak boleh terbuat dari
material yang dibuat dengan proses press (tekanan)
seperti kaca/ plastic untuk menghindari efek magnetik
(elektrostatic).
 Meja ditunjang oleh tiang yang terpisah, langsung
menyentuh tanah, tidak ada penyekat; lantai tidak boleh
terbuat dari kayu, tidak boleh dilapisi karpet yang
paramagnetik; lantai yang dibuat harus lantai dasar.
PERSYARATAN KALIBRASI
(Meja Timbang)

 Meja harus terletak diatas tiang tanpa lapisan anti getaran,


lembaran timah hitam atau timah putih dapat digunakan.
 Tiang harus terpisah dengan tiang lainnya, jadi satu
timbangan terletak di antara dua tiang.
 Tinggi tiang penyangga minimal 80 cm.
 Meja timbang harus berada di dalam ruang yang bebas dari
getaran yang disebabkan oleh mesin, kendaraan yang
melintas dan sebagainya. Kebanyakan getaran merambat
melalui lantai, dan bila ini terjadi maka harus dibuat meja
terpisah dari lantai yaitu dibuat pondasi yang dalam sekitar
satu meter, dan pastikan pondasi terpisah dari lantai (sekat
sisi tiang)
PROSEDUR KALIBRASI

PERALATAN KALIBRASI:

• Anak timbang standar E2 atau F1 (1 set)


• Termohigrometer
• Barometer
• Sarung tangan dan pinset
• Lembar kerja kalibrasi timbangan
• Alat bantu hitung (komputer atau kalkulator)
1. Persiapan Kalibrasi

1. Neraca analitik ditempatkan/dikondisikan di dalam


ruangan selama 30 menit hingga memberikan
penunjukkan yang stabil
2. Anak timbang ditempatkan di ruang yang sama dengan
tempat neraca disimpan untuk pengkondisian awal.
3. Bersihkan timbangan elektronik yang akan dikalibrasi
dari kotoran dan debu.
4. Catat nomor kalibrasi dan spesifikasi alat yang akan
dikalibrasi pada lembar kerja kalibrasi.
1. Persiapan Kalibrasi

5. Catat suhu, kelembaban, dan tekanan udara dalam


ruang pada awal dan akhir kalibrasi.
6. Aturlah kedudukan timbangan agar benar-benar
terletak secara mendatar.
7. Sesuaikan label untuk identifikasi timbangan yang akan
dikalibrasi.
8. Bacalah buku petunjuk penggunaan neraca yang akan
dikalibrasi.
2. Adjustment

1. Periksa pembacaan timbangan dengan menempatkan anak


timbang mendekati skala penuh sebanyak satu atau dua kali.
2. Bila koreksi mencapai desimal kedua, lakukan adjustment pada
timbangan.
3. Adjustment mengikuti petunjuk teknis penggunaan neraca pada
buku manual alat.
4. Jika petunjuk teknis tidak ada, nol-kan timbangan dengan pinggan
kosong.
5. Tempatkan massa standar (disarankan mendekati skala
maksimum) pada pinggan. Lalu adjust timbangan sampai
menunjukkan nilai massa yang diketahui.
6. Angkat massa dan cek bahwa zero timbangan tidak berubah
signifikan.
7. Jika zero timbangan berubah, ulangi adjustment.
3. Kemampuan Daya
Ulang Pembacaan

1. Pengukuran daya ulang pembacaan menggunakan satu anak


timbang (bukan gabungan beberapa anak timbang) lebih
disarankan pada tahapan ini.
2. Tekan tombol “reset” untuk menghasilkan pembacaan nol yang
dicatat sebagai Z1
3. Letakkan massa standar 50% (atau sesuai permintaan
pelanggan) kapasitas timbangan pada pan neraca, lalu catat
penunjukkan timbangan sebagai M1=1 (ulangan 1).
4. Keluarkan massa standar dari pan dan catat penunjukkan
timbangan sebagai Z1=2 (ulangan 2) tanpa me-nol-kan
timbangan.
5. Letakkan kembali massa standar 50% kapasitas timbangan
pada pan neraca, lalu catat penunjukkan timbangan sebagai
M1=2.
3. Kemampuan Daya
Ulang Pembacaan

6. Ulangi minimal 10 set pembacaan.


7. Lakukan juga dengan massa standar 100% (atau sesuai
permintaan pelanggan) kapasitas timbangan.
8. Hitung hasil pembacaan dengan persamaan di bawah ini:

Standar deviasi (SD):


𝑛(𝑥 −𝑥 )2
1 𝑖
𝑆𝐷 =
(𝑛−1)

𝑥𝑖 : nilai beban ke – i
𝑥 : rata-rata nilai beban ;
𝑛 : banyaknya ulangan
selisih : rata-rata pembacaan dikurangai rata-rata nol
3. Kemampuan Daya
Ulang Pembacaan

9. Standar deviasi terkecil yang diambil adalah


0.41 x resolusi neraca.

10. Hitung perbedaan maksimum di antara dua


pengukuran berurutan (maximum difference
between succesive measurement) dengan cara
mencari selisih terbesar antara setiap
pengulangan pengukuran daya ulang
pembacaan.
4. Penyimpangan Skala
Nominal (Koreksi)

1. Tekan tombol “reset” untuk menghasilkan pembacaan nol dan


catat sebagai Z.
2. Letakan massa standar (misal 10% kapasitas
timbangan/sesuai permintaan pelanggan) pada neraca, lalu
catat pembacaan sebagai M.
3. Angkat massa M sesaat, lalu letakan kembali pada pinggan
dan catat kembali pembacaan M.
4. Keluarkan massa standar dari pinggan, dan catat pembacaan
Z.
5. Ulangi langkah di atas untuk massa standar lainnya minimal
10 titik pembacaan (misal 20%, 50%,70% dan lainnya).
6. Selama proses tersebut, timbangan jangan di nol-kan
7. Hitung nilai koreksi sesuai persamaan berikut:
4. Penyimpangan Skala
Nominal (Koreksi)

Nilai Koreksi (C)

𝐶𝑖 = 𝑚𝑖 − (𝑟𝑖 − 𝑍𝑖 )

Dimana :
 Ci = Koreksi skala ke i
 mi = Nilai massa standar ke i
 𝑟𝑖 = rata-rata dua pembacaan dengan beban ke i
 𝑍𝑖 = rata-rata dua pembacaan titik nol (zero)
5. Pengaruh Pembebanan
Tak Sentris

1. Tekan tombol “reset” untuk menghasilkan pembacaan nol,


2. Letakan massa standar berkisar 1/3 atau ½ skala penuh
timbangan di pusat pan timbangan (posisi A pada gambar
di bawah ini), kemudian catat penunjukkan timbangan, lalu
keluarkan anak timbangan
3. Ulangi pada posisi lain, yaitu B, C, D, dan E.
5. Pengaruh Pembebanan
Tak Sentris

 Pengaruh penyimpanan pada pinggan


Tengah = nol (sesuai dengan desimal kemampuan terkecil
timbangan)
Depan = pembacaan beban di depan - beban di tengah
Belakang = pembacaan beban di belakang- beban di tengah
Kiri = pembacaan beban di kiri - beban di tengah
Kanan = pembacaan beban di kanan - beban di tengah

 Hitung selisih maksimum


Selisih maksimum = nilai beban terbesar - nilai beban terkecil
6. Histerisis

1. Tekan tombol “reset” untuk menghasilkan pembacaan nol.


2. Letakan massa standar M, berkisar 1/3 atau ½ skala penuh
timbangan, catat pembacaan sebagai, p1.
3. Tambahkan ekstra beban M’ sehingga pembacaan timbangan
mendekati skala penuh.
4. Angkat ekstra beban M’ dan baca timbangan dengan massa
standar M masih di atas pinggan, q1.
5. Angkat semua beban pada pinggan, kemudian letakan
kembali massa standar M dan M’.
6. Angkat ekstra beban M’ dan baca timbangan dengan massa
standar M masih di atas pinggan, q2.
7. Angkat semua beban dari pinggan, letakan kembali massa
standar M dan catat pembacaan, p2.
6. Histerisis

8. Angkat semua beban dari pinggan.


9. Ulangi langkah-langkah di atas sehingga didapatkan dua
set pembacaan yakni p3,q3, q4, dan p4.
10. Histerisis dihitung berdasarkan rumus berikut:

𝑝1 + 𝑝2 + 𝑝3 + 𝑝4 − 𝑞1 + 𝑞2 + 𝑞3 + 𝑞4
𝐻𝑖𝑠𝑡𝑒𝑟𝑖𝑠𝑖𝑠 =
4
7. Limit of Performance (LOP)

LOP = 2.26 SD(max) + 𝐶𝑚𝑎𝑥 + U(Cmax)

Dengan:
 SD = standar deviasi maksimum timbangan
 𝐶𝑚𝑎𝑥 = nilai absolut koreksi maksimum
penyimpangan pembacaan
 U(Cmax) = ketidakpastian bentangan pada saat
koreksi maksimum Cmax
PERHITUNGAN
KETIDAKPASTIAN KALIBRASI

Sumber Komponen Ketidakpastian


 Ketidakpastian ulangan pengukuran (repeat)
 Ketidakpastian standar massa
 Ketidakpastian resolusi
 Ketidakpastian buoyancy udara
 Ketidakpastian drift
PERHITUNGAN
KETIDAKPASTIAN KALIBRASI

 Ketidakpastian Baku Ulangan Pengukuran (repeat)

u = SD maks / 10

SD maks = standar deviasi maksimum dari 2 titik


pembacaan.
Jika nilai standar deviasi lebih kecil dari 0.41 x resolusi
neraca, nilai ketidakpastian repeat yang digunakan adalah
± 0.41 x resolusi neraca.
PERHITUNGAN
KETIDAKPASTIAN KALIBRASI

 Ketidakpastian Baku Standar Massa


u = Uexp / k
dimana :
u = ketidakpastian baku anak timbangan standar
Uexp = ketidakpastian yang diperluas standar anak timbangan
dari sertifikat
k = 2 ( pada tingkat kepercayaan 95% dengan derajat
bebas tak terhingga)

Bila menggunakan anak timbangan standar lebih dari 1 maka


nilai u baku standar merupakan penjumlahan dari masing-
masing u std anak timbangan yang digunakan.
PERHITUNGAN
KETIDAKPASTIAN KALIBRASI

 Ketidakpastian Baku Resolusi

u = 1 /2 x resolusi timbangan
3

Merupakan semi range dari sensitivitas alat atau


kemampuan pembacaan skala alat yang dikalibrasi.
PERHITUNGAN
KETIDAKPASTIAN KALIBRASI

 Ketidakpastian Baku Bouyancy Udara


Ketidakpastian bouyancy udara dihitung berdasarkan data kondisi
lingkungan saat penimbangan dengan persamaan berikut:

1 1
𝑢(𝐴𝐵) = 𝜌𝑎 − 0.0012 − 𝑀
𝜌𝑇 𝜌𝑅
dengan:
u(AB) = ketidakpastian Bouyancy (Air Bouyancy) (g)
ρT = densitas massa standar uji (g/cm3)
ρR = densitas massa standar referensi (g/cm3)
M = massa konvensional massa standar (g)
ρa = densitas udara pada saat penimbangan,
yang dihitung berdasarkan rumus:
PERHITUNGAN
KETIDAKPASTIAN KALIBRASI

Densitas udara (ρa) (g/cm3) = [0.34848 p - 0,009(rh)*exp(0,061t)]/(273.15 + t)

keterangan:
p = Tekanan udara dalam mbar/hPa
rh = Kelembaban udara relatif dalam %
t = Suhu ruangan dalam derajat celcius

Ketidakpastian buoyancy udara dapat juga diasumsikan sebesar


1 ppm x massa standar dan memiliki distribusi segi empat.
PERHITUNGAN
KETIDAKPASTIAN KALIBRASI

Terkadang buoyancy udara dapat diabaikan, tetapi kadang juga dapat


memberikan kesalahan pengukuran yang besar.
PERHITUNGAN
KETIDAKPASTIAN KALIBRASI

 Ketidakpastian Baku Drift


Drift standar anak timbang diperoleh dari hasil analisis drift
berdasarkan data hasil kalibrasi beberapa kali dengan asumsi
mempunyai distribusi segi empat, maka:
u = drift / 3

Untuk anak timbang standar yang baru (1 kali kalibrasi) maka


drift sebagai berikut:
8% 𝑥 𝑀𝑃𝐸
u=
1

Dengan derajat bebas (v) = 4


PERHITUNGAN
KETIDAKPASTIAN KALIBRASI

 Ketidakpastian baku gabungan:


𝑢𝐶 = u2 rep + u2 at + u2 res + u2 𝐴𝐵 + u2 d

 Derajat kebebasan efektif sesuai persamaan:


𝑢𝑐 4
veff =
𝑢𝑟𝑒𝑝 4 𝑢𝑎𝑡 4 𝑢𝑟𝑒𝑠 4 𝑢𝐴𝐵 4 𝑢𝑑 4
+ + + +
𝑣𝑟𝑒𝑝 𝑣𝑎𝑡 𝑣𝑟𝑒𝑠 𝑣𝐴𝐵 𝑣𝑑

 Ketidakpastian bentangan U95:


𝑈 95 = 𝑘. 𝑢𝐶
 Nilai faktor cakupan (k) dari tabel t-Student’s dengan tingkat
kepercayaan 95%.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai