Anda di halaman 1dari 5

Perkembangan Otomotif di Indonesia

Student's ColumSn
Otomotif merupakan salah satu ilmu yang mempelajari tentang adanya
kendaraan bermotor baik itu kendaraan roda 2 atau lebih. Namun, dalam
dunia otomotif pasti memiliki banyak penggemar atau masyarakat yang
menyukai mobil dan motor. Bahkan, seluruh dunia pasti banyak yang
menyukai dan penggemar mobil dan motor, baik itu mobil Sport dan
mobil yang biasanya di pakai untuk kegiatan sehari-hari, biasanya mobil
atau motor yang memiliki mesin besar seperti V12, V8, V6, dan untuk
kendaraan roda 2 memiliki kapasitas mesin 600 – 1000 cc itu
merupakan kendaraan yang memiliki ismewa yang luar biasa atau yang
bias di katakan adalah Mobil Sport dan Motor balap, namun adanya
fungsi kendaraan bermotor adalah untuk mempermudahkan kita ketika
kita berpergian ke suatu tempat, misalnya kita berlibur bersama keluarga,
pasangan, atau teman dan antara lain untuk membeli kebutuhan sehari-
hari, untuk bekerja, dsb.

Namun, dalam kehidupan otomotif di Indonesia telah menjadi sebuah


pilar penting dala sector manufaktur negara ini banyak perusahaan mobil
yang terkenal di dunia membuka pabrik manufaktur mobil untuk
meningkatkan kapasitas produksi di Indonesia. Namun, menurut
beberapa seorang penggemar otomotif Indonesia menjadi transisi yang
luar biasa, karena berubahnya menjadi tempat produksi otomotif untuk di
ekspor ke beberapa negara di benua Asia Tenggara. Namun Indonesia
menjadi industry manufaktur mobil tersebar di asia tenggara setelah
Thailand yang menguasai sekitar 50 % dari produksi mobil di wilayah
ASEAN.

Pada tahun 2017, kapasitas total produksi di Indonesia adalah 2,3 juta
unit per/Tahun, setelah pemanfaatan kapasitas tersebut di perkirakan
turun menjadi 55 persen di tahun 2017. Kapasitas di negeri ini tidak
sejalan dengan pertumbuhan permintaan domestik dan asing untuk
mobil buatan Indonesia. Pemerintah Indonesia bertekad untuk mengubah
Indonesia menjadi pusat produksi global untuk manufaktur mobil dan
ingin melhat produsen-produsen mobil yang besar untuk mendirikan
pabrik di Indonesia Karen negara ini sangat optimis untuk untuk
menggantikan Thailand sebagai pusta produksi otomotif di Asia
Tenggara. Saat ini, Thailand mengontrol untuk konteks penjualan di
wilayah ASEAN sekitar 45 % sementara Indonesia sebesar 34 %.
Sebenarnya ada hubungan antara penualan mobil dan pertumbuhan
ekonomi ketika pertumbuhan PDB mendongkrak daya beli masyarakat
sementara kepercayaan diri konsumen sangat kuat. Pada masa kurang
jelasnya pertumbuhan ekonomi mengenai situasi keuangan pribadi di
masa mendatang masyarakat cenderung menunda membeli barang-
barang yang relatif mahal seperti mobil.

Pasca periode orde baru, pertumbuhan ekonomi bertambah pesat di


tahun 2011 sekitar 6-7 % pada basis year on-year. Pada tahun 2011
Indonesia mulai mengalami pelambatan ekonomi yang berlanjutan,
terutama karena guncangan International ( pertumbuhan yang global
yang lambat dan harga komiditi yang menurun dengan cepat ). Pada
tahun 2015, subsidi bensin Premium di hapuskan pada dasarnya
dihapuskan sementara subsisi tetap Rp 1.000 per liter ditetapkan untuk
diesel (solar). Selama beberapa dekade masyarakat Indonesia
mengkonsumsi bahan bakar untuk kendaraannya yang sangat murah
karena subsidi energy yang melimpah dari pemerintah namun pada
tahun 2013-2014 reformasi membawa pada kenaikan harga bensin
menjadi Rp 4.500 perliter di awal tahun 2013 menjadi Rp 7.400 perliter di
pertengahan 2015, kenaikan harga sebesar 63 %.

Pada awal tahun 2014 Indonesia memproduksi koendaraan roda 4 yang


memiliki harga yang sangat terjangkau dan sangat efisien untuk
mengkonsumsi bahan bakarnya yang di sebut dengan Low-cost green
car (LCGC). Low-cost green car (LCGC) adalah mobil dengan harga
terjangkau, dan efisien menggunakan bahan bakar, yang diperkenalkan
ke pasar Indonesia di akhir 2013 setelah Pemerintah telah menawarkan
insentif-insentif pajak untuk para pemanufaktur mobil yang memenuhi
persyaratan-persyaratan untuk target efisiensi BBM. Mobil-mobil LCGC
biasanya memiliki harga kira-kira Rp 100 juta membuat mobil-mobil ini
menarik untuk segmen kelas menengah ke bawah yang berjumlah besar
di negara ini. Menjelang implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN
(MEA).

Pada tahun 2015, Pemerintah Indonesia ingin membuat Indonesia


menjadi pusat regional untuk produksi mobil-mobil LCGC. Mobil-mobil ini
memiliki kapasitas mesin sebesar pada 1.200 kubik sentimeter, dan di
desain untuk menggunakkan bensin yang memiliki oktan minimum 92. 5
merek Mobil di Indonesia yang menjual mobil Low-cost green car (LCGC)
adalah Toyota, Daihatsu, Honda, Suzuki dan Nissan. Berbagai model
mobil-mobil LCGC telah dijual di pasaran sejak akhir 2013 (termasuk
Astra Toyota Agya, Astra Daihatsu Ayla, Suzuki Karimun Wagon R, dan
Honda Brio Satya). Pemerintah memiliki harapan untuk mengekspor
mobil di beberapa negara terutama di benua Asia Tenggara yang akan
mengubah wilayah ASEAN menjadi satu pasar dan area produksi tunggal.
Mobil-mobil yang di rakit di Indonesia yang telah di ekspor seperti Toyota
Avanza, Toyota Fortuner, Toyota Innova, Nissan Grand Livina, Nissan
Tera, Nissan X-TRAIL, Honda Freed, Chevrolet Spin, Suzuki Ertiga, Suzuki
Ignis, dsb. Pasar-pasar ekspor yang paling penting adalah Thailand,
Saudi Arabia, Filipina, Jepang, dan Malaysia.

Produk otomotif ternama di Indonesia seperti Honda, Toyota, Mazda,


Daihatsu, General Motor, Volswagen dan laiinya akan juga tidak akan
mau kalah untuk menambahkan kapasitas produksinya karena besarnya
potensi pasar mobil di Indonesia. Bahkan pendatang baru dari India yaitu
TATA Motor akan menjadikan Indonesia sebagai basis produksinya.
Namun, Toyota telah menambahkan kapasitas produksinya di pabrik
investasinya sebesar 41,3 Milyar yen di Indonesia. Dari 70,000 unit
hingga 120.000 unit. Dengan bertambahnya otomotif mobil yang cukup
pesat di Indonesia. Secara tiak langsung juga meningkatkan
pengetahuan warga Indonesia akan memahami otomotif. Banyak
beberapa jenis dari berbagai merek mobil yang dapat kita ketahui seperti
MPV (Multi Purpose Vehicle), SUV (Sport Utility Vehicle), sedan, pick up,
coupe, dan tipe lainnya. Sehingga konsumen tentu akan mempertimbang
tipe mobil terlebih dahulu sesuai kebutuhan. Terlepas dari jenis tipe yang
telah disebutkan, beberapa merek mobil juga berbersaing untuk
membuat inovasi terbarunya dengan meluncurkan mobil dengan
teknologi terkini demi ketangguhan dan kenyamanan pengemudi seperti
teknologi CVT (Continuously Variable Transmission)

Berbeda dengan transmisi manual dan otomatis yang dapat dijumpai


pada mobil-mobil produksi tahun yang lebih lama, yang memanfaatkan
sistem gear, CVT mencoba menciptakan perbandingan putar dengan
memanfaatkan sabuk (belt) dan puli. Puli pada CVT ini sangat fleksibel
dimana dapat mengurangi ataupun menambah diameternya dan
menghasilkan perubahan rasio yang diharapkan. Namun sayang, saking
halusnya CVT, ia tidak dapat terlalu diandalkan dalam menghasilkan
tenaga dengan kapasitas besar. Inilah sebabnya mengapa sistem CVT ini
biasanya hanya digunakan pada mobil-mobil berukuran compact atau
kecil. Pasar mobil di Indonesia akan semakin menjanjikan. Paraktisi yang
telah berada di dunia otomotif menjelaskan pasar otomotif akan sukses
apabila Indonesia memiliki jumlah penduduk yang sangat besar namun
dengan rasio kepemilikan yang kecil.

Saat ini, Indonesia telah menguasai industri sepeda motor Asean. Tahun
lalu, produksi dan penjualan motor nasional mencapai 7,9 juta unit atau
berada di peringkat tiga dunia di bawah Tiongkok dan India. Namun, di
industri mobil, Indonesia masih kalah dari Thailand dari sisi produksi.
Produksi mobil Negeri Gajah Putih per tahun sekitar 2 juta unit,
sedangkan Indonesia tahun lalu hanya 1,3 juta unit. Indonesia
mengungguli Thailand dari sisi penjualan dalam negeri. Pada 2014,
penjualan mobil di Indonesia mencapai 1,2 juta unit, sedangkan Thailand
hanya 882 ribu unit. Pada 2015, penjualan mobil di Indonesia dan
Thailand masing-masing diperkirakan mencapai 1,2 juta unit dan 1 juta
unit.

Anda mungkin juga menyukai