dengan mobil terhubung menjadi sebuah trend baru, dimana teknologi seperti kendaraan
digital dengan Wi-Fi, sistem infotainment yang canggih dengan aplikasi ponsel, komunikasi
kendaraan-ke-kendaraan (vehicle-to-vehicle) yang memungkinkan mobil untuk
berkomunikasi satu sama lain di jalanan.Tukar menukar informasi seperti pertukaran data
keselamatan, kecepatan dan posisi, layanan lokasi real-time dan routing berdasarkan kondisi
lalu lintas dan tautan jaringan internet yang memfasilitasi diagnostik kendaraan beserta
perbaikannya. Mobil dengan sistem cerdas ini mengalir dari ruang desain ke aplikasi di jalan.
Kendaraan otonom (autonomous vehicle) juga merupakan salah satu fitur penting masa depan
bagi industri otomotif[1].
Ide kendaraan otonom masih belum sepenuhnya diterima oleh masyarakat karena teknologi
ini belum sepenuhnya matang saat ini. Tapi untuk produsen mobil, perubahan dari model
mobil saat ini untuk menuju ke model mobil tanpa pengendara akan menjadi periode yang
menarik dan menantang dengan peluang yang sangat besar. Fase ini akan menjadi salah satu
tantangan bagi industri otomotif karena mereka harus meng-upgrade kemampuan mereka
untuk merancang, memproduksi dan menerapkan teknologi baru tersebut untuk pengalaman
pelanggan yang lebih baik.
Tidak hanya mobil otonom yang menjadi segmen pasar yang tidak mudah untuk di
kembangkan, tapi penggerak tradisional dan mesin pembakaran dalam masih menjadi jenis
penggerak yang dominan di jalan selama beberapa dekade yang akan datang, di mana potensi
kendaraan rendah emisi seperti kendaraan listrik yang akan menggantikan mesin pembakaran
dalam terus berkembang terutama di negara maju seperti Jerman yang mempromosikan untuk
mengatur kendaraan nol emisi mulai tahun 2030[2]. Sehingga, kendaraan terbaru yang
muncul dipasaran akan dibedakan terutama oleh teknologi inovatif yang melibatkan fitur
bantuan pengendara (assisted driving) dan konektivitas global. Dalam penelitian terbaru, 56
persen dari pembeli mobil mengatakan bahwa mereka akan beralih ke model yang berbeda
jika model yang sedang mereka pertimbangkan untuk dibeli tidak menawarkan teknologi dan
fitur yang mereka inginkan. Demikian pula, 48 persen dari pembeli mobil mengatakan bahwa
mereka akan meninggalkan model kendaraan yang mereka sukai jika teknologi yang ada sulit
untuk digunakan[1].
Teknologi yang diperlukan untuk membuat mobil terhubung dan cerdas seperti, jaringan
internet, sensor dan perangkat lunak bukanlah ranah tradisional untuk sebagian besar
produsen mobil. Kelemahan ini merupakan bentuk tantanganbagi perusahaan berbasis
teknologi tinggi seperti Apple dan Google, yang selalu membuat langkah inovatif dalam
mengembangkan teknologi dengan kemampuan jaringan, otonom dan komunikasi dari mobil.
Kehadiran yang meningkat di industri otomotif dari perusahaan berbasis teknologi tinggi
tidak dapat diabaikan oleh para produsen mobil. Perusahaan-perusahaan ini mungkin akan
terbukti memiliki pengaruh di sektor otomotif di tahun-tahun mendatang, terutama karena
kemampuan mereka dan kebutuhan industri yang memang selaras dengan kompetensi
mereka.
Selain kebutuhan untuk meningkatkan fitur transportasi dan mobilitas kendaraan, regulasi
batas efisiensi bahan bakar yang lebih ketat semakin mendekat. Pada tahun 2025, misalnya,
armada mobil di Amerika Serikat harus mampu memenuhi tuntutan rata-rata memiliki
efisiensi 54.5 mil per galon (4.3 liter per 100 km)[3]. Ini akan menjadi semakin menantang
terutama jika harga minyak tetap bertahan rendah, dapat memicu minat konsumen yang lebih
besar terhadap kendaraan dengan konsumsi bahan bakar yang cukup besar seperti pickup dan
SUV. Untuk memenuhi standar tersebut akan memerlukan langkah perubahan yang cukup
ekstrem, bukan hanya yang bertahap saja.
Dan bagaimana dengan industri otomotif di kawasan Asia Tenggara (ASEAN), khususnya
Indonesia? ASEAN adalah pasar yang besar dengan lebih dari 600 juta orang dan Produk
Domestik Bruto (PDB) gabungan sekitar 2 Triliun USD dengan pertumbuhan tahunan lebih
dari 5%. Jika pasar Malaysia yang sudah cukup matang menunjukkan 82% rumah tangga
memiliki mobil pada 2014, ini adalah sekitar 51% dari pasar. Thailand yang sedang
berkembang, sementara beberapa pasar ASEAN tampaknya hampir belum dimanfaatkan:
Filipina (8%), Indonesia (4%) dan Vietnam (2%), dimana ketiga negara ini adalah negara
dengan jumlah penduduk yang sangat padat. Thailand dan Indonesia, khususnya, memiliki
lokasi sebagai pusat industri yang sangat nyaman untuk memproduksi kendaraan bagi
kebutuhan ekspor di kawasan Asia dan sekitarnya. Saat ini, Thailand menguasai sekitar 43,5
persen dari kawasan ASEAN dalam hal penjualan, sedangkan Indonesia datang di tempat
kedua dengan 34 persen pangsa pasar[4].
Ada beberapa faktor yang mendukung penjualan mobil di Indonesia. Pertama, Indonesia
masih memiliki rasio kepemilikan mobil per kapita yang sangat rendah (kurang dari empat
persen dari populasi yang memiliki mobil) menyiratkan ada ruang besar untuk pertumbuhan.
Kedua, mobil murahirit dan terjangkau Low Cost Green Car (LCGC) diharapkan dapat
meningkatkan penjualan. Saat ini penjualan LCGC masih membentuk sebagian kecil dari
total penjualan mobil di Indonesia (sekitar 14 persen) dan oleh karena itu ada juga banyak
ruang untuk pertumbuhan lebih lanjut di segmen LCGC[5].
Namun walaupun mobil LCGC telah mendapatkan popularitas di Indonesia karena rasio
kepemilikan mobil per kapita yang sangat rendah dengan golongan ekonomi kelas menengah
yang berkembang pesat, sebagian besar orang Indonesia masih lebih memilih untuk membeli
kendaraan serbaguna (keluarga) atau Multi-Purposes Vehicle (MPV). Pemimpin pasar yang
jelas dalam industri mobil di Indonesia adalah Toyota (Avanza), yang didistribusikan oleh
Astra International (salah satu konglomerat diversifikasi terbesar di Indonesia yang
menguasai sekitar 50 persen pasar penjualan mobil), diikuti oleh Daihatsu (juga
didistribusikan oleh Astra International) dan Honda[5].
Saat ini, dengan total kapasitas produksi mobil yang dirakit di Indonesia sekitar dua juta unit
per tahun, dan dengan pertumbuhan ekonomi yang kuat dalam beberapa tahun terakhir,
Indonesia akan semakin mengancam posisi dominan Thailand menjadi produsen otomotif
ASEAN selama dekade berikutnya. Sehingga, berdasarkan fakta-fakta di atas, pasar
Indonesia saat ini masih fokus pada pengembangan industri manufaktur otomotif untuk pasar
lokal dan ekspor di mana segmen pasar lokal masih terfokus pada kendaraan dengan biaya
rendah. Tapi dengan golongan ekonomi kelas menengah yang berkembang cepat, segmen
pasar mobil dengan teknologi tinggi juga dipastikan akan meningkat. Ini berarti bahwa
kesempatan untuk mengembangkan dan memperkenalkan teknologi mobil cerdas dan
terhubung di Indonesia masih terbuka sangat luas, baik itu bagi produsen mobil maupun
perusahaan-perusahaan berbasis teknologi tinggi lokal yang ingin masuk segmen pasar
tersebut. Hal ini tidak akan dapat berkembang dengan baik jika tidak didukung dengan
sumber daya manusia yang baik yang memiliki kompetensi dibidang teknologi otomotif
cerdas
I. Analisis SWOT
1. Strength
a. Memiliki pengalaman yang baik dalam industry otomotif global yang focus
terhadap mobil listrik.
b. Memiliki CEO dengan pengalaman yang sangat baik, Elon Musk sebelumnya
telah menemukan PayPal dan SpaceX, ia memiliki track record yang baik.
c. Tesla Motor dapat mendesain mobil listrik yang hebat. Mobil model S yang
diproduksi Tesla di tahun 2013 memenangkan penghargaan sebagai Trend’s Car
of the Year.
d. Mobil listrik yang diproduksi Tesla Motor merupakan mobil ramah lingkungan,
dimana menggunakan energy listrik sehingga tidak mengeluarkan emisi karbon.
2. Weakness
a. Tesla motor hanya mengeluarkan mobil listrik, dan masyarakat di dunia masih
banyak yang belum mengenal mobil listrik.
b. Supercharger station untuk mengisi batrai mobil listrik masih sedikit, Tesla Motor
sudah berupaya untuk membangun Supercharger station, ini mirip dengan SPBU
namun khusus untuk mobil listrik.
c. Kurangnya pengenalan brand name dari Tesla Motor, dibandingkan dengan
kompetitornya, Tesla belum banyak dikenal di industry otomatif.
3. Opportunities
a. Harga bahan bakar minyak terus naik, karena supply minyak yang terbatas dan
merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui.
b. Masyarakat semakin peduli dengan lingkungan, karena mobil listrik ini ramah
lingkungan maka hal tersebut menjadi nilai tambah bagi Tesla Motors.
c. Potensi penjualan di pasar Internasional melalui franchise, penjualan di Amerika
Serikat cukup baik, maka tidak menutup kemungkinan untuk menjual mobil listrik
ini di pasar internasional seperti ke Negara Eropa maupun Asia.
d. Adanya duungan dari berbagai pihak untuk menciptakan kendaraan yang ramah
lingkungan. Hal ini berkaitan dengan pemanasan global yang semakin
mengancam bumi, sehingga perlu adanya tindakan untuk mengurangi pemanasan
global tersebut.
4. Threats
a. Memiliki kompetitor yang sangat kuat. Banyak perusahaan otomotif yang telah
ada seperti dan Lexus yang mulai merilis kendaraan yang ramah lingkungan.
Beberapa perusahaan tersebut memiliki modal yang lebih banyak dari pada Tesla
Motor. Selain itu perusahaan kompetitor tersebut juga masih memproduksi
kendaraan berbahan bakar minyak, selagi bahan bakar tersebut harganya tidak
naik, maka perusahaan tersebut tetap mendapat keuntungan.
b. Perekonomian dunia masih lemah, sedangkan mobil listrik membutuhkan biaya
yang cukup mahal
c. Membutuhkan perubahan kebiasaan dari consumer, ketika menggunakan mobil
listrik maka perlu waktu beberapa jam untuk mengisi batrai, berbeda dengan
mobil berbahan bakar minyak yang hanya perlu beberapa menit untuk pengisian
bahan bakar.
PEST adalah singkatan dari POLITICAL (politik), ECONOMY (ekonomi), SOCIAL (sosial)
dan TECHNOLOGICAL (teknologi). Jadi dapat dikatakan bahwaa Analisis PEST adalah
analisis atau alat perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi dampak dari
faktor-faktor Politik, Ekonomi, Sosial dan Teknologi terhadap suatu proyek. Pada dasarnya,
analisis PEST dapat membantu kita menentukan bagaimana faktor Politik, Ekonomi, Sosial
dan Teknologi akan memengaruhi kinerja dan aktivitas bisnis dalam jangka panjang. Analisis
PEST Ini sering digunakan bersamaan dengan alat bisnis analitik lainnya seperti analisis
SWOT dan Lima Kekuatan Porter untuk memberikan pemahaman yang jelas tentang suatu
situasi dan faktor-faktor internal dan eksternal terkait.
Baca juga : Pengertian Analisis SWIOT dan Contohnya.
Analisis PEST ini pertama diperkenalkan oleh seorang Profesor Harvard yang bernama
Francis Aguilar. Francis Aguilar memasukan sebuah alat pemindaian bisnis yang disebutnya
sebagai ETPS dalam bukunya “Memindai Lingkungan Bisnis” di tahun 1967.
Berikut ini adalah penjelasan singkat tentang masing-masing faktor yang digunakan dalam
Analisis PEST ini.
1. POLITIK (political)
Faktor pertama dalam Analisis PEST adalah faktor Politik. Faktor ini akan menilai
bagaimana peraturan pemerintah dan faktor hukum dalam memengaruhi lingkungan bisnis
dan perdagangan. Masalah utama dalam faktor politik ini adalah stabilitas politik, pedoman
pajak, ideologi negara, peraturan perdagangan, peraturan keselamatan dan peraturan
ketenagakerjaan.
2. EKONOMI (Economy)
Melalui analisis di faktor ekonomi ini, perusahan atau organisasi akan memeriksa dan
meninjau masalah ekonomi yang berdampak pada perusahaan. Ini akan mencakup faktor-
faktor seperti suku bunga, inflasi, pertumbuhan ekonomi, nilai tukar mata uang, tingkat
pengangguran dan tahap siklus bisnis pada Negara yang bersangkutan.
3. SOSIAL (Sosial)
Analisis PEST di faktor sosial ini akan menganalisis lingkungan sosial ekonomi pasarnya
melalui elemen-elemen seperti demografi pelanggan, sosial budaya, sikap dan gaya hidup
serta latar belakang pendidikan. Dengan analisis ini, kita dapat memahami kebutuhan
konsumen dibentuk dan apa yang membawanya untuk membeli suatu produk.
4. TEKNOLOGI (Technological)
Faktor ini menganalisis dan menilai bagaimana teknologi dapat berdampak positif atau
negatif terhadap pengenalan produk atau layanan ke pasar. Faktor-faktor ini termasuk
kemajuan teknologi, siklus hidup teknologi, peran Internet, dan pengeluaran untuk penelitian
teknologi oleh pemerintah.
Contoh Kasus
Sebuah perusahaan pemasaran Mobil Listrik sedang melakukan analisis dan penilaian
terhadap negara-negara yang memiliki potensi besar untuk memasarkan mobil-mobil
listriknya. Dibawah ini adalah hasil analisis PEST yang dibuat oleh perusahaan tersebut
terhadap negara A.
Politik
Ekonomi
Sosial
Teknologi
Analisis PESTEL
Analisis PESTEL adalah perpanjangan analisis PEST yang ditambahkan dua faktor tambahan
yaitu Lingkungan (Environment) dan Hukum (Legal). Contoh dari elemen-elemen pada
kedua faktor tersebut adalah sebagai berikut ini :
LINGKUNGAN (Environment)
HUKUM (Legal)
Undang-undang diskriminasi
Undang-undang persaingan usaha
Hukum kesehatan dan keselamatan
Hukum perlindungan konsumen
Hukum hak cipta dan paten