Anda di halaman 1dari 10

Saat ini, di negara maju seperti Amerika Serikat dan Eropa, teknologi otomotif yang disebut

dengan mobil terhubung menjadi sebuah trend baru, dimana teknologi seperti kendaraan
digital dengan Wi-Fi, sistem infotainment yang canggih dengan aplikasi ponsel, komunikasi
kendaraan-ke-kendaraan (vehicle-to-vehicle) yang memungkinkan mobil untuk
berkomunikasi satu sama lain di jalanan.Tukar menukar informasi seperti pertukaran data
keselamatan, kecepatan dan posisi, layanan lokasi real-time dan routing berdasarkan kondisi
lalu lintas dan tautan jaringan internet yang memfasilitasi diagnostik kendaraan beserta
perbaikannya. Mobil dengan sistem cerdas ini mengalir dari ruang desain ke aplikasi di jalan.
Kendaraan otonom (autonomous vehicle) juga merupakan salah satu fitur penting masa depan
bagi industri otomotif[1].

Ide kendaraan otonom masih belum sepenuhnya diterima oleh masyarakat karena teknologi
ini belum sepenuhnya matang saat ini. Tapi untuk produsen mobil, perubahan dari model
mobil saat ini untuk menuju ke model mobil tanpa pengendara akan menjadi periode yang
menarik dan menantang dengan peluang yang sangat besar. Fase ini akan menjadi salah satu
tantangan bagi industri otomotif karena mereka harus meng-upgrade kemampuan mereka
untuk merancang, memproduksi dan menerapkan teknologi baru tersebut untuk pengalaman
pelanggan yang lebih baik.

Produsen mobil telah melakukan investasi besar-besaran di negara-negara berkembang dan


dengan sangat hati-hati jika mereka ingin sukses dalam beberapa tahun ke depan. Sebuah
pendekatan yang sangat konservatif seperti pengelolaan biaya dan kapasitas pabrik dengan
ketat akan sangat penting untuk dapat bertahan terutama di Brasil dan Rusia. Cina memiliki
cerita yang berbeda. Merupakan pasar otomotif terbesar di dunia, China diperkirakan akan
menaikkan penjualan kendaraan tahunan lebih dari 30 juta pada tahun 2020. Di luar itu,
peningkatan yang stabil di pasar negara berkembang akan terus naik setidaknya sampai tahun
2025, sehingga pasar Asia sendiri masih cukup potensial untuk dikembangkan[1].

Tidak hanya mobil otonom yang menjadi segmen pasar yang tidak mudah untuk di
kembangkan, tapi penggerak tradisional dan mesin pembakaran dalam masih menjadi jenis
penggerak yang dominan di jalan selama beberapa dekade yang akan datang, di mana potensi
kendaraan rendah emisi seperti kendaraan listrik yang akan menggantikan mesin pembakaran
dalam terus berkembang terutama di negara maju seperti Jerman yang mempromosikan untuk
mengatur kendaraan nol emisi mulai tahun 2030[2]. Sehingga, kendaraan terbaru yang
muncul dipasaran akan dibedakan terutama oleh teknologi inovatif yang melibatkan fitur
bantuan pengendara (assisted driving) dan konektivitas global. Dalam penelitian terbaru, 56
persen dari pembeli mobil mengatakan bahwa mereka akan beralih ke model yang berbeda
jika model yang sedang mereka pertimbangkan untuk dibeli tidak menawarkan teknologi dan
fitur yang mereka inginkan. Demikian pula, 48 persen dari pembeli mobil mengatakan bahwa
mereka akan meninggalkan model kendaraan yang mereka sukai jika teknologi yang ada sulit
untuk digunakan[1].

Teknologi yang diperlukan untuk membuat mobil terhubung dan cerdas seperti, jaringan
internet, sensor dan perangkat lunak bukanlah ranah tradisional untuk sebagian besar
produsen mobil. Kelemahan ini merupakan bentuk tantanganbagi perusahaan berbasis
teknologi tinggi seperti Apple dan Google, yang selalu membuat langkah inovatif dalam
mengembangkan teknologi dengan kemampuan jaringan, otonom dan komunikasi dari mobil.
Kehadiran yang meningkat di industri otomotif dari perusahaan berbasis teknologi tinggi
tidak dapat diabaikan oleh para produsen mobil. Perusahaan-perusahaan ini mungkin akan
terbukti memiliki pengaruh di sektor otomotif di tahun-tahun mendatang, terutama karena
kemampuan mereka dan kebutuhan industri yang memang selaras dengan kompetensi
mereka.

Selain kebutuhan untuk meningkatkan fitur transportasi dan mobilitas kendaraan, regulasi
batas efisiensi bahan bakar yang lebih ketat semakin mendekat. Pada tahun 2025, misalnya,
armada mobil di Amerika Serikat harus mampu memenuhi tuntutan rata-rata memiliki
efisiensi 54.5 mil per galon (4.3 liter per 100 km)[3]. Ini akan menjadi semakin menantang
terutama jika harga minyak tetap bertahan rendah, dapat memicu minat konsumen yang lebih
besar terhadap kendaraan dengan konsumsi bahan bakar yang cukup besar seperti pickup dan
SUV. Untuk memenuhi standar tersebut akan memerlukan langkah perubahan yang cukup
ekstrem, bukan hanya yang bertahap saja.

Dan bagaimana dengan industri otomotif di kawasan Asia Tenggara (ASEAN), khususnya
Indonesia? ASEAN adalah pasar yang besar dengan lebih dari 600 juta orang dan Produk
Domestik Bruto (PDB) gabungan sekitar 2 Triliun USD dengan pertumbuhan tahunan lebih
dari 5%. Jika pasar Malaysia yang sudah cukup matang menunjukkan 82% rumah tangga
memiliki mobil pada 2014, ini adalah sekitar 51% dari pasar. Thailand yang sedang
berkembang, sementara beberapa pasar ASEAN tampaknya hampir belum dimanfaatkan:
Filipina (8%), Indonesia (4%) dan Vietnam (2%), dimana ketiga negara ini adalah negara
dengan jumlah penduduk yang sangat padat. Thailand dan Indonesia, khususnya, memiliki
lokasi sebagai pusat industri yang sangat nyaman untuk memproduksi kendaraan bagi
kebutuhan ekspor di kawasan Asia dan sekitarnya. Saat ini, Thailand menguasai sekitar 43,5
persen dari kawasan ASEAN dalam hal penjualan, sedangkan Indonesia datang di tempat
kedua dengan 34 persen pangsa pasar[4].

Ada beberapa faktor yang mendukung penjualan mobil di Indonesia. Pertama, Indonesia
masih memiliki rasio kepemilikan mobil per kapita yang sangat rendah (kurang dari empat
persen dari populasi yang memiliki mobil) menyiratkan ada ruang besar untuk pertumbuhan.
Kedua, mobil murahirit dan terjangkau Low Cost Green Car (LCGC) diharapkan dapat
meningkatkan penjualan. Saat ini penjualan LCGC masih membentuk sebagian kecil dari
total penjualan mobil di Indonesia (sekitar 14 persen) dan oleh karena itu ada juga banyak
ruang untuk pertumbuhan lebih lanjut di segmen LCGC[5].

Namun walaupun mobil LCGC telah mendapatkan popularitas di Indonesia karena rasio
kepemilikan mobil per kapita yang sangat rendah dengan golongan ekonomi kelas menengah
yang berkembang pesat, sebagian besar orang Indonesia masih lebih memilih untuk membeli
kendaraan serbaguna (keluarga) atau Multi-Purposes Vehicle (MPV). Pemimpin pasar yang
jelas dalam industri mobil di Indonesia adalah Toyota (Avanza), yang didistribusikan oleh
Astra International (salah satu konglomerat diversifikasi terbesar di Indonesia yang
menguasai sekitar 50 persen pasar penjualan mobil), diikuti oleh Daihatsu (juga
didistribusikan oleh Astra International) dan Honda[5].

Saat ini, dengan total kapasitas produksi mobil yang dirakit di Indonesia sekitar dua juta unit
per tahun, dan dengan pertumbuhan ekonomi yang kuat dalam beberapa tahun terakhir,
Indonesia akan semakin mengancam posisi dominan Thailand menjadi produsen otomotif
ASEAN selama dekade berikutnya. Sehingga, berdasarkan fakta-fakta di atas, pasar
Indonesia saat ini masih fokus pada pengembangan industri manufaktur otomotif untuk pasar
lokal dan ekspor di mana segmen pasar lokal masih terfokus pada kendaraan dengan biaya
rendah. Tapi dengan golongan ekonomi kelas menengah yang berkembang cepat, segmen
pasar mobil dengan teknologi tinggi juga dipastikan akan meningkat. Ini berarti bahwa
kesempatan untuk mengembangkan dan memperkenalkan teknologi mobil cerdas dan
terhubung di Indonesia masih terbuka sangat luas, baik itu bagi produsen mobil maupun
perusahaan-perusahaan berbasis teknologi tinggi lokal yang ingin masuk segmen pasar
tersebut. Hal ini tidak akan dapat berkembang dengan baik jika tidak didukung dengan
sumber daya manusia yang baik yang memiliki kompetensi dibidang teknologi otomotif
cerdas

I. Analisis SWOT

1. Strength
a. Memiliki pengalaman yang baik dalam industry otomotif global yang focus
terhadap mobil listrik.
b. Memiliki CEO dengan pengalaman yang sangat baik, Elon Musk sebelumnya
telah menemukan PayPal dan SpaceX, ia memiliki track record yang baik.
c. Tesla Motor dapat mendesain mobil listrik yang hebat. Mobil model S yang
diproduksi Tesla di tahun 2013 memenangkan penghargaan sebagai Trend’s Car
of the Year.
d. Mobil listrik yang diproduksi Tesla Motor merupakan mobil ramah lingkungan,
dimana menggunakan energy listrik sehingga tidak mengeluarkan emisi karbon.
2. Weakness
a. Tesla motor hanya mengeluarkan mobil listrik, dan masyarakat di dunia masih
banyak yang belum mengenal mobil listrik.
b. Supercharger station untuk mengisi batrai mobil listrik masih sedikit, Tesla Motor
sudah berupaya untuk membangun Supercharger station, ini mirip dengan SPBU
namun khusus untuk mobil listrik.
c. Kurangnya pengenalan brand name dari Tesla Motor, dibandingkan dengan
kompetitornya, Tesla belum banyak dikenal di industry otomatif.
3. Opportunities
a. Harga bahan bakar minyak terus naik, karena supply minyak yang terbatas dan
merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui.
b. Masyarakat semakin peduli dengan lingkungan, karena mobil listrik ini ramah
lingkungan maka hal tersebut menjadi nilai tambah bagi Tesla Motors.
c. Potensi penjualan di pasar Internasional melalui franchise, penjualan di Amerika
Serikat cukup baik, maka tidak menutup kemungkinan untuk menjual mobil listrik
ini di pasar internasional seperti ke Negara Eropa maupun Asia.
d. Adanya duungan dari berbagai pihak untuk menciptakan kendaraan yang ramah
lingkungan. Hal ini berkaitan dengan pemanasan global yang semakin
mengancam bumi, sehingga perlu adanya tindakan untuk mengurangi pemanasan
global tersebut.

4. Threats
a. Memiliki kompetitor yang sangat kuat. Banyak perusahaan otomotif yang telah
ada seperti dan Lexus yang mulai merilis kendaraan yang ramah lingkungan.
Beberapa perusahaan tersebut memiliki modal yang lebih banyak dari pada Tesla
Motor. Selain itu perusahaan kompetitor tersebut juga masih memproduksi
kendaraan berbahan bakar minyak, selagi bahan bakar tersebut harganya tidak
naik, maka perusahaan tersebut tetap mendapat keuntungan.
b. Perekonomian dunia masih lemah, sedangkan mobil listrik membutuhkan biaya
yang cukup mahal
c. Membutuhkan perubahan kebiasaan dari consumer, ketika menggunakan mobil
listrik maka perlu waktu beberapa jam untuk mengisi batrai, berbeda dengan
mobil berbahan bakar minyak yang hanya perlu beberapa menit untuk pengisian
bahan bakar.

II. Five Force Analysis


1. Competition from rival seller
a. Industri manufaktur yang sudah ada mencoba untuk ikut membuat mobil listrik,
namun karena Tesla Motor memiliki pengalaman yang lebih banyak, maka
mereka kalah dengan mobil listrik milik Tesla Motor.
b. Banyak kompetitor yang memproduksi mobil berbahan bakar minyak
c. Belum ada kompetitor yang berfokus pada produksi mobil listrik.
2. Competition from potential new entrants
a. Memerlukan biaya yang tinggi untuk memproduksi mobil listrik, sehingga
industry otomotif perlu berpikir ulang untuk mengembangkan mobil listrik.
b. Pengisian batrai pada mobi listrik memerlukan waktu yang lama sehingga
membuat mobil ini tidak atraktif dibandingkan mobil berbahan bakar minyak.
Hal ini membuat industry otomotif lebih tertarik memproduksi mobil berbahan
bakar minyak.
c. Perlu pembangunan infrastruktur untuk membuat supercharger station, hal ini
membuat industry otomotif berpikir ulang memproduksi mobil listrik.

3. Competition from producers of substitute product


a. Hanya 1% mobil listrik yang diproduksi dari total industry mobil yang ada.
Walaupun mobil listri sudah mulai dikenal, namun belum bisa mengalahkan
mobil listrik berbahan bakar minyak.
b. Mobil berbahan bakar minyak secara umum lebih murah dibandingkan mobil
listrik, apalagi belum adanya infrastrukur supercharger station untuk mobil
listrik, sehingga konsumen berpikir ulang untuk membeli mobil listrik.

4. Supplier bargaining power


a. Pemasok batrai sangat sedikit, perlu biaya dan teknologi yang tinggi untuk bisa
memproduksi batrai dengan kualifikasi yang tinggi.
b. Pemasok supercharging station juga masih sangat sedikit, perlu infrastruktur
dan biaya yang tinggi untuk bisa membangun supercharger station ini.
c. Pemasok komponen mobil listrik juga masih sangat sedikit, bahkan hanya Tesla
yang berfokus memproduksi komponen yang dibutuhkan mobil listrik.

5. Customer bargaining power


a. Produk yang ditawarkan sangat beragam, hal ini membuat customer bebas
memilih merk dan spesifikasi mobil yang diinginkan.
b. Kualitas produk seperti jarak tempuh, umur batrai, kenymanan dan style dari
mobil listrik merupakan hal penting untuk diperhatikan pembeli.
c. Pembeli bebas mengganti mobil, dan harga yang ditawarkan memiliki rentang
yang serupa, sehingga pembeli mudah membandingkan antar mobil.
III. Generic Competitive Strategies
1. Focus
Tesla Motor berfokus pada customer yang “green minded”, jadi Tesla berfokus
membuat mobil listrik saja. Individu yang juga mulai sadar akan bahaya emisi
karbon maka akan berpindah dari mobil yang berbahan bakar minyak ke mobil
listrik yang raah terhadap lingkungan. Tesla Motor berfokus terhadap tujuang
berjangka panjang yaitu dengan mempertahankan image dan reputasi
perusahaan. Tesla Motor juga menjalin hubungan baik dengan customer untuk
membangun brand loyalty. Pada akhirnya harapan Tesla Motor terhadap
individu semakin banyak memilih mobil listrik yang ramah lingkungan sebagai
alternative untuk mengurangi pemanasan global.
ANALISIS PESTEL
Kerangka PESTEL mengevaluasi variabel lingkungan eksternal untuk
mengidentifikasi peluang umum dan risiko strategi tertentu, karena perubahan faktor-faktor
ini dapat menyebabkan transformasi yang signifikan dari industri, terutama dalam jangka
panjang PESTEL menyoroti aspek Politik, Ekonomi, Sosial, Teknologi, Lingkungan dan
faktor Hukum yang dapat mempengaruhi industri dari Tesla Motors.
Politik
Dengan penjualan mobil di 17 negara dari Amerika Utara, Eropa Barat dan Asia
(Tesla, 2014), Tesla Motors harus berurusan dengan pola politik yang sangat mempengaruhi
kegiatan usahanya. Salah satu faktor politik utama yang mempengaruhi industri ini adalah
undang-undang perlindungan lingkungan untuk mendorong produksi mobil yang ramah
lingkungan dan memenuhi tingkat emisi yang ketat (Environmental-protection.org.uk 2014).
Faktor penting kedua adalah program pinjaman energi pemerintah AS untuk penelitian dan
pengembangan teknologi kendaraan baru (Departemen Energi, 2014). Dalam hal ini, banyak
produsen otomotif akan tertarik masuk pasar pengembangan mobil elektik yang lebih ramah
lngkungan.
Ekonomi
Faktor ekonomi yang dapat mempengaruhi industry dari Tesla Motors diantaranya
adalah pertumbuhan ekonomi di industri energi alternatif dan peningkatan biaya penggunaan
mobil yang terutama disebabkan oleh kenaikan harga BBM dan mulai menipisnya cadangan
minyak bumi sebagai bahan bakar fosil yang tidak tergantikan. Oleh karena itu, permintaan
untuk mobil yang lebih hemat lebih tinggi dari sebelumnya. Berikutnya, pemulihan dari PDB
dan inflasi tingkat di sebagian besar negara-negara maju dari periode resesi tahun 2008/2009
memiliki dampak yang signifikan terhadap daya beli konsumen.
Sosial
Faktor-faktor sosial terkait dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap
kepedulian lingkungan, serta sikap dan penekanan pada produk, yang ramah lingkungan. Saat
ini terjadi gelombang pergeseran social yang mulai mempertanyakan aspek penggunaan
bahan bakar bensin (fosil) dan biaya yang terkait dalam produksi yang tidak ramah
lingkungan. Selain itu, masyarakat saat ini cenderung menilai status social seseorang
berdasarkan jenis mobil yang mereka miliki sehingga gagasan untuk memiliki kendaraan
listrik dapat meningkatkan status sosial seseorang. Perubahan sosial lain adalah peningkatan
populasi lansia dengan jumlah akumulasi kekayaan yang cukup signifikan, yang berpotensi
menghabiskan lebih banyak uang pada mobil listrik premium.
Teknologi
Kemajuan teknologi, globalisasi yang cepat dan dampak internet memiliki pengaruh
yang besar pada industri otomotif. Selama beberapa tahun terakhir, kemajuan teknologi telah
mengambil tempat yang signifikan dalam industri, termasuk munculnya mobil listrik dan
teknologi komputerisasi pada mobil yang memungkinkan pengalaman mengemudi yang lebih
baik dan nyaman serta mencegah terjadinya kecelakaan. Hal ini menyebabkan lebih banyak
variasi dan proses perbaikan dalam keamanan dan kenyamanan dari mobil di masa depan.
Selain itu, platform B2B dan market place juga telah memberikan peningkatan peluang untuk
industri mobil yang pada gilirannya meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya.
Environment
Selama beberapa tahun terakhir, banyak produsen mobil telah menghadapi tekanan
kompetitif untuk menghasilkan proses produksi dan produk yang ramah lingkungan dan
hemat bahan bakar kendaraan. Meningkatnya kesadaran akan dampak dari penggunaan bahan
bakar fosil terhadap perubahan iklim mulai berdampak pada usaha korporasi dalam
menghasilkan aspek operasi dan produk dan jasa perusahaan, yang semakin menyadari efek
lingkungan dari produksi.
Legal
Banyak peraturan hokum berasal dari gerakan memperkenalkan program pinjaman
energi dan menempatkan tekanan pada produksi mobil yang ramah lingkungan seperti
peningkatan pajak untuk menggabungkan metode baru dari bisnis hijau, pajak karbon dan
kebijakan hijau lainnya. Perhatian utama lainnya adalah hukum waralaba di AS yang
melindungi dealer mobil dan menciptakan tantangan untuk Tesla menjual mobil secara
langsung kepada pelanggan. Faktor-faktor lain yang mungkin mempengaruhi pembuatan
mobil listrik termasuk insentif pajak dan subsidi untuk meningkatkan permintaan kalangan
konsumen.

PEST adalah singkatan dari POLITICAL (politik), ECONOMY (ekonomi), SOCIAL (sosial)
dan TECHNOLOGICAL (teknologi). Jadi dapat dikatakan bahwaa Analisis PEST adalah
analisis atau alat perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi dampak dari
faktor-faktor Politik, Ekonomi, Sosial dan Teknologi terhadap suatu proyek. Pada dasarnya,
analisis PEST dapat membantu kita menentukan bagaimana faktor Politik, Ekonomi, Sosial
dan Teknologi akan memengaruhi kinerja dan aktivitas bisnis dalam jangka panjang. Analisis
PEST Ini sering digunakan bersamaan dengan alat bisnis analitik lainnya seperti analisis
SWOT dan Lima Kekuatan Porter untuk memberikan pemahaman yang jelas tentang suatu
situasi dan faktor-faktor internal dan eksternal terkait.
Baca juga : Pengertian Analisis SWIOT dan Contohnya.

Analisis PEST ini pertama diperkenalkan oleh seorang Profesor Harvard yang bernama
Francis Aguilar. Francis Aguilar memasukan sebuah alat pemindaian bisnis yang disebutnya
sebagai ETPS dalam bukunya “Memindai Lingkungan Bisnis” di tahun 1967.

Berikut ini adalah penjelasan singkat tentang masing-masing faktor yang digunakan dalam
Analisis PEST ini.

1. POLITIK (political)

Faktor pertama dalam Analisis PEST adalah faktor Politik. Faktor ini akan menilai
bagaimana peraturan pemerintah dan faktor hukum dalam memengaruhi lingkungan bisnis
dan perdagangan. Masalah utama dalam faktor politik ini adalah stabilitas politik, pedoman
pajak, ideologi negara, peraturan perdagangan, peraturan keselamatan dan peraturan
ketenagakerjaan.

2. EKONOMI (Economy)

Melalui analisis di faktor ekonomi ini, perusahan atau organisasi akan memeriksa dan
meninjau masalah ekonomi yang berdampak pada perusahaan. Ini akan mencakup faktor-
faktor seperti suku bunga, inflasi, pertumbuhan ekonomi, nilai tukar mata uang, tingkat
pengangguran dan tahap siklus bisnis pada Negara yang bersangkutan.

3. SOSIAL (Sosial)

Analisis PEST di faktor sosial ini akan menganalisis lingkungan sosial ekonomi pasarnya
melalui elemen-elemen seperti demografi pelanggan, sosial budaya, sikap dan gaya hidup
serta latar belakang pendidikan. Dengan analisis ini, kita dapat memahami kebutuhan
konsumen dibentuk dan apa yang membawanya untuk membeli suatu produk.

4. TEKNOLOGI (Technological)
Faktor ini menganalisis dan menilai bagaimana teknologi dapat berdampak positif atau
negatif terhadap pengenalan produk atau layanan ke pasar. Faktor-faktor ini termasuk
kemajuan teknologi, siklus hidup teknologi, peran Internet, dan pengeluaran untuk penelitian
teknologi oleh pemerintah.

Contoh Analisis PEST


Berikut ini adalah contoh sederhana dari Analisis PEST untuk pemasaran Mobil Listrik :

Contoh Kasus

Sebuah perusahaan pemasaran Mobil Listrik sedang melakukan analisis dan penilaian
terhadap negara-negara yang memiliki potensi besar untuk memasarkan mobil-mobil
listriknya. Dibawah ini adalah hasil analisis PEST yang dibuat oleh perusahaan tersebut
terhadap negara A.

Politik

 Subsidi terhadap mobil listrik.


 Pembebasan pajak emisi terhadap mobil listrik.
 Kebijakan untuk mengurangi mobil yang berbahan bakar minyak di 10 kedepan.

Ekonomi

 Inflasi saat ini masih rendah.


 Pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
 Suku bunga pinjaman bank relatif tinggi

Sosial

 Milenial menginginkan mobil yang lebih ramah lingkungan.


 Adanya anggapan bahwa memiliki mobil listrik adalah gaya hidup terkini.

Teknologi

 Kekurangan stasiun pengisian baterai mobil listrik.


 Perkembangan teknologi baterai masih sangat terbatas.

Analisis PESTEL
Analisis PESTEL adalah perpanjangan analisis PEST yang ditambahkan dua faktor tambahan
yaitu Lingkungan (Environment) dan Hukum (Legal). Contoh dari elemen-elemen pada
kedua faktor tersebut adalah sebagai berikut ini :

LINGKUNGAN (Environment)

 Perubahan cuaca dan iklim


 Undang-undang tentang daur ulang dan Polusi
 Penanganan Limbah
 Menggunakan Produk yang ramah lingkungan

HUKUM (Legal)

 Undang-undang diskriminasi
 Undang-undang persaingan usaha
 Hukum kesehatan dan keselamatan
 Hukum perlindungan konsumen
 Hukum hak cipta dan paten

Anda mungkin juga menyukai