Anda di halaman 1dari 28

Analisis Eksternal Perusahaan - Manajemen Strategi

L A. Analisis struktur kekuatan Persaingan Porter (1985) mengajukan model lima kekuatan (five forces model) sebagai alat untuk menganalisis lingkungan persaingan industri. Industri dapat didefinisiskan kelompok bisnis tertentu yang memiliki teknik dan metode yang sama dalam menghasilkan laba dengan memproduksi produk atau jasa yang sama atau barang pengganti yang dekat. Lima kekuatan persaingan tersebut adalah: a. Persaingan antar pesaing dalam industri yang sama (rivalry among competition) b. Ancaman untuk memasuki pasar bagi pendatang baru (threat of entry) c. Ancaman barang substitusi (threat of substitution) d. Daya tawar pembeli (bargaining power of buyers) e. Daya tawar penjual (bargaining power of supplier) 1. Persaingan sesama pesaing dalam industri yang sama

Menurut Porter, faktor persaingan antar pesaing dalam industri yang sama inilah yang menjadi sentral kekuatan persaingan. Misalnya, dalam industri minuman, coca cola bersaing dengan pepsi, teh botol sosro, fresh tea, dan limun. Dalam indutri kosmetik, wardah bersaing dengan viva, Revlon, citra. Pertanyaannya seberapa sengit persaingan dalam suatu industri? Apakah bersifat saling mematikan? ataukah saling sopan? semakin tinggi tingkat persaingan antar perusahaan mengindikasikan semakin tinggi pula profitabilitas industri, namun profitabilitas perusahaan mungkin menurun. Intensitas persaingan ini tergantung pada beberapa faktor. Bentuk Persaingan terdiri dari berbagai faktor : 1) Ada banyak pesaing 2) Pertumbuhan industri lambat 3) Produk atau jasa kurang memiliki differensiasi 4) Biaya tetap tinggi atau produk tidak tahan lama 5) Kapasitas biasanya dalam jumlah besar 6) Hambatan untuk keluar sangat tinggi 7) Para pesaing memiliki strategi, asal dan kepribadian yang beragam Dalam industri rokok kretek, dominasi dari para pelaku utama bisnis ini sudah cukup dikenal. Pada periode tahun 1999 2001, ternyata 4 perusahaan rokok, yaitu PT. Gudang Garam Tbk, PT HM Sampoerna Tbk, PT. Djarum, dan Bentoel mendominasi industri meski pemain dalam industri ini berjumlah lebih dari 200 perusahaan. 2. Ancaman Masuknya Pendatang Baru

Sebuah perusahaan tertarik untuk terjun ke dalam suatu industri bila industri tersebut menawarkan keuntungan yang tinggi. Masuknya Lion Air dalam industri maskapai penerbangan Indonesia telah mengguncang dominasi Garuda Indonesian Airways, sekaligus juga mengundang pendatang baru lain Batavia Air, Air Asia untuk memasuki industri yang sama. Beberapa faktor yang mempengaruhi mudah atau sulitnya rintangan

memasuki suatu industri adalah: 1) Skala ekonomi 2) Diferensiasi produk 3) Identitas merek 4) Biaya pegalihan 5) Kebutuhan modal 6) Akses terhadap distribusi 7) Keunggulan 3. Ancaman Barang substitusi Barang substitusi merupakan barang atau jasa yang dapat menggantikan produk sejenis. Misalnya kado sebuah coklat Silverqueen, bisa digantikan dengan eskrim Conello, atau diganti permen fox. Lebih jauh, ancaman barang substitusi dapat dijelaskan oleh faktor-faktor berikut: 1) Harga relatif salam kinerja barang substitusi 2) Biaya mengalihkan keproduk lain 3) Kecenderungan pembeli untuk mensubstitusi

4. Daya Tawar Pembeli Setidaknya ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan kekuatan tawar pembeli. Faktor tersebut antara lain: 1) Pangsa pembeli yang besar 2) Biaya pengalihan ke produk lain yang relatif kecil 3) Banyaknya produk subsitusi 4) Tidak atau minimnya diferensiasi produk 5. Daya tawar penyedia input Penyedia input mempunyai daya tawar yang tinggi bila perusahaan tersebut menjadi satu-satunya penyedia bahan baku bagi perusahaan lain yang membutuhkan inputnya. Artinya, penyedia input memonopoli harga maupun kuantitas barang. Berikut ini faktor yang mempengaruhi kuat tidaknya daya tawar penyedia input (pemasok) 1) Industri pemasok didominasi hanya oleh sedikit perusahaan 2) Produk pemasok hanya memiliki sedikit pengganti barang substitusi 3) Pembeli bukan meupakan pelanggan yang penting bagi pemasok 4) Produk pemasok merupakan produk yang penting bagi pembeli 5) Produk pemasok didiferensiasikan 6) Produk pemasok memiliki biaya pengalihan tinggi 7) Pemasok memiliki ancaman integrasi ke depan yang kuat Contoh kasus:

Gambar 4.1 Peta Persaingan 5 kekuatan Porter Industri Perangkat Telekomunikasi Indonesia Dari aspek Rivalitas, seperti sudah digambarkan sebelumnya tingkat persaingan dengan MNCs tinggi dan umumnya posisi industri dalam negeri relatif lemah Dari aspek Pembeli, jumlah pembeli terbatas (concentrated), lebih menyukai produk yang sudah diakui internasional, dan pola bisnis yang berlaku sekarang ini adalah lebih banyak dalam bentuk berbagi resiko dengan pemasok, di pihak lain pemasok harus juga memikirkan tentang pola pendanaan. Dalam situasi seperti ini, kembali posisi industri dalam negeri relatif lemah Dari sisi Pemasok Bahan Baku atau Komponen, karena praktis industri komponen dalam negeri belum bertumbuh, maka hampir 90% komponen elektronik diimpor dan karena pangsa pasarnya sangat kecil maka volume pemesanan pun relatif rendah sehingga tidak mempunyai posisi tawar yang cukup kuat dibanding pembeli dari negeri pesaing lainnya.

Dari aspek Pendatang Baru, karena bisnis telekomunikasi berdaya tarik tinggi, maka terus menerus bermunculan pemain baru, apalagi hambatan masuk ke dalam industri ini relatif rendah, karena tidak ada lagi persyaratan untuk membangun industri di dalam negeri. Dari aspek Substitusi juga tantangannya semakin berat karena sebagai akibat konvergensi multimedia, maka bermunculanlah produk-produk substitusi dari sektor Teknologi Informasi yang sebelumnya tidak ada Dari gambaran diatas, dapat disimpulkan bahwa dari peta persaingan 5 kekuatan tersebut, posisi industri perangkat dalam negeri memang benarbenar terjepit, dengan perkataan lain di ke lima medan persaingan tersebut hampir semuanya dalam posisi lebih lemah. B. Analisa SWOT Analisa SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, Threats) biasa digunakan untuk mengevaluasi kesempatan dan tantangan dilingkungan bisnis maupun pada lingkungan internal perusahaan. Manajer tingkat atas menggunakan SWOT untuk mendurung refleksi diri da diskusi kelompok tentang bagaimana mengembangkan perusahaan dan posisinya untuk mencapai sukses. Untuk memudahkan dalam melaksanakan analisis SWOT diperlukan matriks SWOT. Matriks SWOT akan mempermudah merumuskan berbagai strategi yang perlu djalankan oleh suatu bank. Tabel 4.1 Matriks Analisis SWOT Strength (S) Weakness (W) semua yang

Daftar semua kekuatanDaftar yang dimiliki kelemahan dimiliki

Opportunities (O)

Strategi SO

Strategi WO semua kelemahan

Daftar semua peluang Gunakan semua kekuatanAtasi yang diidentifikasi Threats (T) Daftar diidentifikasi dapat yang dimiliki memanfaatkan yang ada Strategi ST

untukdengan

memanfaatkan

peluangsemua peluang yang ada Strategi WT

semua Gunakan semua kekuatanTekan semua kelemahan menghidar daridan cegah semua semua ancaman ancaman

ancaman yang dapat untuk

Sumber: Kuncoro & Suharjono (2003) Analisis strength dan weakness menunjukkan perbandingan kekuatan dan kelemahan perusahaan terhadap pesaingnya. Yang meliputi kepemimpinan perusahaan, susunan dan organisasi perusahaan, keunggulan kompetitif perusahaan, pengembangan sumber daya manusia dan faktor motivasi. Sedangkan dari analisis opportunity dan threat dapatlah diketahui faktor kepemimpinan politik dalam negara, faktor external (kondisi ekonomi) dan faktor fisik. Secara keseluruhan dari hasil analisa SWOT dapat diketahui tentang kelemahan dan kekuatan perusahaan itu sendiri dan para pesaingnya, serta keadaan lingkungan yang ada. Setelah perusahaan mengetahui hasil analisis SWOT , maka perusahaan dapat menentukan strategi pemasarannya yang akan menyerang para pesaingnya atau justru mempertahankan diri dari pesaingnya. Contoh: (diambil dari slide presentasi Abdullah Ramdani) Sintesis Faktor-faktor Eksternal

1. Pada kolom 1 (faktor eksternal) susunlah 5 sampai dengan 10 peluang dan ancaman yang penting di perusahaan 2. Pada kolom 2 (pembobotan) berikan bobot atas beberapa faktor mulai dari 1.0 (sangat penting) sampai dengan 0.0 (tidak penting). Faktor-faktor tersebut kemungkinan memberikan dampak strategis bagi kesuksesan industri di masa datang. Semakin tinggi bobot, menunjukkan faktor penting bagi kesuksesan perusahaan sekarang dan akan datang.

3. Pada kolom 3 (peringkat) memberikan dari beberapa faktor dari 5 (baik) sampai 1 (kurang) yang didasarkan tanggapan langsung perusahaan secara individu dari faktor itu sendiri. 4. Pada kolom 4 (skor pembobotan) kalikan bobot pada kolom 2 untuk peringkat beberapa faktor dari kolom 3 memperoleh Skor Pembobotan Faktor untuk perusahaan. Hasil skor pembobotan terhadap beberapa faktor antara 5 (baik) sampai 1 (kurang) dan nilai 3 (rata-rata) 5. Pada kolom 5 (komentar) catatan mengapa faktor tertentu yang harus dipilih dan bagaimana bobot dan peringkat dari hasil perkiraan

Tabel 4.2 External Faktor Analysis Summary (Tabel EFAS) Pada perusahaan Maytag Sintesis Faktor-faktor Internal
1. Pada kolom 1 (faktor eksternal) susunlah 8 sampai dengan 10 kekuatan

dan kelemahan yang penting di perusahaan


2. Pada kolom 2 (pembobotan) berikan bobot atas beberapa faktor mulai

dari 1.0 (sangat penting) sampai dengan 0.0 (tidak penting). Faktorfaktor tersebut kemungkinan memberikan dampak strategis bagi kesuksesan industri di masa datang. Semakin tinggi bobot, menunjukkan faktor penting bagi kesuksesan perusahaan sekarang dan akan datang. Seluruh bobot harus berjumlah 1.0 tanpa memperhatikan jumlah semua faktor.
3. Pada kolom 3 (peringkat) memberikan dari beberapa faktor dari 5 (kuat)

sampai 1 (lemah) yang didasarkan tanggapan langsung perusahaan secara individu dari faktor itu sendiri.
4. Pada kolom 4 (skor pembobotan) kalikan bobot pada kolom 2 untuk

peringkat beberapa faktor dari kolom 3 memperoleh Skor Pembobotan

Faktor untuk perusahaan. Hasil skor pembobotan terhadap beberapa faktor antara 5 (kuat) sampai 1 (lemah) dan nilai 3 (rata-rata) 5. Pada kolom 5 (komentar) catatan mengapa faktor tertentu yang harus dipilih dan bagaimana bobot dan peringkat dari hasil perkiraan

Tabel 4.3 Internal Faktor Analysis Summary (Tabel IFAS) Pada perusahaan Maytag Alternatif strategi TOWS
1. Pada blok berlabel Peluang, kita daftar peluang eksternal yang tersedia

dalam lingkungan perusahaan saat ini dan yang akan datang (EFAS)
2. Pada blok berlabel Ancaman, kita daftar ancaman eksternal yang

dihadapi perusahaan saat ini dan yang akan dating (EFAS)


3. Pada

blok berlabel Kekuatan, kita daftar bidang-bidang khusus

kekuatan perusahaan saat ini dan yang akan dating (IFAS)


4. Pada blok berlabel Kelemahan, kita daftar bidang-bidang khusus

kelemahan perusahaan saat ini dan yang akan datang (IFAS)

5. Kemudian kita membuat sekumpulan strategi yang mungkin bagi perusahaan atau unit bisnis berdasarkan kombinasi tertentu dari empat kumpulan faktor strategi tersebut.

Tabel 4.4 Contoh Alternatif Strategi Strategi SO dengan memikirkan cara-cara tertentu yang perusahaan dapat menggunakan kekuatannya untuk dapat mengambil manfaat dari kesempatan yang ada. Strategi ST mempertimbangkan kekuatan dari perusahaan atau unit bisnis sebagai cara untuk menghindari ancaman. Strategi WO mencoba untuk mendapatkan keuntungan dari kesempatan dengan mengatasi berbagai kelemahan perusahaan. 6. Strategi WT merupakan strategi defensif dan tindakan utama untuk meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman. J.David Hunger dan Thomas L.Wheelen. Managemet Strategis. 2008. Jakarta:Andi

Managemen Strategi. Buku 1.John A. Pearce & Richard B. Robinson. 2009. Jakarta:Salemba Empat. Managemen Strategi. Buku 2.John A. Pearce & Richard B. Robinson. 2009. Jakarta:Salemba Empat.
Manajemen Strategi.Fred R. David.2006. Jakarta: Salemba Empat. Strategi Mudrajad Kuncoro

Diposkan oleh ALAMANDA di 09:47 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook 0 komentar: Poskan Komentar Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Pengertian resiko dan management resiko


{ November 5, 2008 @ 11:07 pm } { manajemen resiko, Teknik Industri }
Pengertian Resiko Risk = Threats x Vulnerabilities x Impact Threats disini contohnya ancaman teknologi, alam, atau perbuatan manusia yang dapat menyebabkan kerugian. Vulnerabilities merupakan kelemahan dari keamanan sistem informasi yang dapat menjadi ancaman, sebagai contoh : membuat passwords yang mudah diketahui oleh orang lain, database tidak dilindungi dengan passwords. Salah satu cara mudah untuk mengurangi resiko adalah dengan melakukan pengontrolan untuk mengurangi berbagai kelemahan pada sistem kita, dapat dilakukan dengan menambal kekurangan-kekurangan yang ada pada sistem kita, memakai software-software anti-malware, dan adanya pengawasan yang tepat pada semua pintu masuk di sistem. Manajemen Resiko Secara umum manajemen resiko bertugas untuk : melakukan identifikasi resiko yang akan terjadi memperkirakan dampak yang akan terjadi pada bisnis kita jika resiko itu terjadi membuat keputusan finansial yang tepat mengenai dampak yang telah diperkirakan. Mengimplementasikan program penanggulangan resiko tersebut dan secara kontinu melakukan pengukuran dan perkiraan apakah program yang telah dijalankan sudah efektif atau masih membutuhkan perbaikan? Ingat, mengelola resiko bukan merupakan aktivitas sesaat tetapi merupakan proses yang terus menerus akan berlangsung sehingga selalu ada pengontrolan, pengukuran, evaluasi, dan perbaikan. Siklus Manajemen Resiko :

Dari gambar siklus diatas dapat dikatakan ada 4 tahap dalam siklus untuk mengelola resiko, yaitu : 1. Assess Manaksir atau memperkirakan Melakukan identifikasi informasi kristis assets Menemukan kemungkinan ancaman dari assets yang telah diidentifikasi Mengidentifikasi kelemahan sistem yang dapat menjadi ancaman Menghitung besar resiko tersebut 2. Evaluate Ada dua pendekatan dalam mengevaluasi suatu resiko, yaitu : a. Kuantitas Pendekatan kuantitas ini lebih mudah ditampilkan dan dimengerti karena output-an dalam angka. Namun, untuk memperoleh angka tersebut dibutuhkan usaha yang cukup keras. Untuk menghitung dalam bentuk satuan uang dampak yang akan terjadi sangatlah sulit. b. Kualitas Menggunakan metode score dan pengalaman dari para pekerja serta konsultan untuk memperoleh score tersebut. 3. Manage Setelah kita telah memberikan score pada setiap resiko yang terjadi maka tahap selanjutnya adalah mengurutkan resiko tersebut dari resiko yang mempunyai score tertingi sampai terendah. Hal ini akan membantu kita untuk mengambil keputusan resiko mana yang harus pertama kali kita kelola. Ada 4 cara untuk menghadapi suatu resiko : Reject the Risk cenderung mengabaikan tantangan untuk menghadapi resiko tersebut dengan harapan resiko tersebut akan hilang. Bertahan menggunakan pendekatan ini jarang sekali berhasil. Accept the Risk biasanya pendekatan ini digunakan jika cost yang dibutuhkan untuk melakukan pengontrolan untuk mengurangi resiko akan lebih besar dibandingkan jika resiko itu terjadi. Transfer the Risk salah satu pendekatan yang dapat dilakukan jika cost untuk melakukan pengontrolan untuk mengurangi resiko lebih besar bila dibandingkan dengan memindahkan resiko tersebut kepada pihak lain, seperti pihak asuransi Mitigate the Risk mengurangi resiko tersebut dengan management. 4. Measure Melakukan pengukuran dari aksi yang telah diambil pada tahap sebelumnya. Pengukuran ini harus dilakukan secara kontinu.

Suka Be the first to like this post.

11 Komentar
1.

efeme Said:
http://abume.wordpress.com/2008/11/05/pengertian-resiko-dan-management-resiko/

DEFINISI RISIKO
Sebelum kami membahas Pengertian Manajemen Risiko pada artikel kali ini. Kami akan coba bahas terlebih dahulu pengertian risiko itu sendiri. Istilah dari kata risiko (risk) memiliki banyak definisi. Menurut kamus bahasa Indonesia versi online, Risiko adalah akibat yang kurang menyenangkan (merugikan, membahayakan) dari suatu perbuatan atau tindakan. Bisa kita tarik kesimpulan bahwa, Risiko merupakan kemungkinan situasi / keadaan yang dapat mengancam pencapaian tujuan dan sasaran sebuah organisasi atau individu.

Kategori Risiko
Mengutif dari wikipedia, risiko itu sendiri dibagi menjadi 2 kategori besar;

Risiko Murni Risiko Spekulatif

Risiko Murni [Pure Risk] adalah sesuatu yang hanya dapat berakibat merugikan atau tidak terjadi apa-apa dan tidak mungkin menguntungkan. Melihat dari definisi sebagaimana dikutif dari wikipedia tersebut, riks pure atau risiko murni ini contohnya adalah bencana alam, kebakaran, dll. Sebuah perusahaan yang terkena bencana alam seperti gempa bumi misalnya, kemudian perusahaan tersebut hancur. Dari kejadian tersebut dapat dipastikan perusahaan akan mengalami kerugian / tidak mungkin ada keuntungan (secara materil). Resiko murni ini bisa kita tanggulangi dengan mengikuti jasa asuransi. Dengan demikian kemungkinan kerugian bisa diperkecil atau bisa meringankan beban akibat kerugian itu sendiri. Itulah alasan mengapa risiko murni / risk pure ini disebut juga insurable risk (risiko yang dapat diasuransikan.) Risiko Spekulatif adalah suatu keadaan yang dihadapi oleh perusahaan / individu yang dapat memberikan keuntungan dan dapat memberikan kerugian. Jika memperhatikan pengertian risiko spekulatif yang dikutif dari wikipedia, sudah dapat kita tebak bahwa resiko spekulatif ini adalah resiko yang ada dalam segala hal. Misalnya dalam berbisnis, kita bisa untung dan juga bisa rugi. Resiko ini juga disebut sebagai Business Risk / resiko bisnis.

Sebuah contoh: kita investasi sebagian dana kita untuk berbisnis. Dari invesatasi ini kita berpeluang meraup keuntungan atau bahkan menelan kerugian. Jadi, secara sederhana Risiko Spekulatif merupakan risiko yang memungkinkan kita untung dan rugi.

PENGERTIAN MANAJEMEN RISIKO


Manajemen risiko adalah sebuah pendekatan metodologi yang terstruktur dalam mengelola (manage) sesuatu yang berkaitan dengan sebuah ancaman karena ketidak pastian. Ancaman yang dimaksud di sini adalah akibat dari aktivitas individu / manusia termasuk: yang terdapat / berperan di dalamnya. Aktivitas ini meliputi penilaian risiko yang mengancam, pengembangan strategi untuk menanggulangi risiko dengan pengelolaan sumberdaya yang ada. Notes: Sebelum Anda Melanjutkan, silahkan simak informasi jadwal training tentang Risk Management yang mungkin wajib anda ikuti untuk mengenal lebih dalam tentang Risiko Manajemen. Silahkan simak di kategori postingan Training Risk Management

Sasaran & Tujuan Manajemen Risiko


Sasaran dan tujuan pelaksanaan manajemen risiko adalah untuk mengurangi risiko yang mungkin akan muncul (ancaman) dan berkaitan dengan bidang yang telah dipilih. Terpenting adalah harus dapat diterima oleh masyarakat. Ancaman ini bisa disebabkan oleh berbagai elemen; seperti teknologi, human error, lingkungan, politik maupun dari oraganisasi.

Proses Manajemen Risiko


Untuk lebih jelasnya, berikut adalah gambar alur dari Elemen-elemen manajemen risiko / risk management. (proses manajemen risiko)

Risk Management Elements. Sumber Gambar: Wikipedia

KESIMPULAN
Karena adanya ancaman yang diartikan sebagai risiko, maka diperlukan sebuah penanggulangan untuk bisa mengantisipasi kejadian terburuk, hal ini kita sebut sebagai manajemen risiko. Semua institusi baik itu swasta atau pemerintahan akan tetap memiliki sebuah risiko yang terjadi akibat dari hal-hal yang sudah dijelaskan di atas. Sehingga manajemen risiko merupakan sesuatu yang wajib dipelajari oleh sebuah perusahaan, pemerintahan atau individu. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa e xpected return dan risiko merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan dalam mempertimbangkan suatu investasi. Expected return dan risiko mempunyai hubungan yang positif, semakin besar risiko yang ditanggung, maka akan semakin besar pula expected return yang ingin diupayakan sebagai kompensasi risiko. Definisi atau pengertian risiko menurut pendapat Vaughan (1997 : .8) adalah sebagai berikut : risk is condition in which there is possibility of an adverse deviation from a desired outcome that is expected or hope for. Sedangkan menurut Jones (2002) mendefinisikan risk is the uncertainty that expected outcomes will not be fulfilled. Jadi pengertian resiko (risk) secara umum adalah sebagai probabilitas atau kemungkinan atas terjadinya perbedaan antara tingkat pengembalian aktual dari suatu investasi dengan tingkat pengembalian yang diharapkan. Menurut pendapat Jones (2002 :.127) risiko dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu : (1) Risiko sistematis (systematic risk), yakni risiko yang berpengaruh terhadap semua investasi dan tidak dapat dikurangi atau dihilangkan dengan jalan melakukan diversifikasi. Risiko ini timbul akibat pengaruh keadaan perekonomian, politik dan sosial budaya, dimana mempunyai pengaruh secara keseluruhan. Termasuk dalam risiko ini adalah risiko pasar, risiko tingkat bunga, risiko daya beli. Risiko ini juga disebut indivertible risk. (2) Risiko tidak sistematis

(unsystematic risk), yakni risiko yang melekat pada investasi tertentu karena kondisi yang unik dari perusahaan. Risiko ini dapat dikurangi dengan mengadakan diversifikasi. Termasuk dalam risiko ini adalah risiko keuangan dan risiko bisnis. Risiko ini juga disebut diversifiable risk. Diterbitkan di: 09 Juli, 2011 Sumber: http://id.shvoong.com/business-management/investing/2184138-definisi-resiko-dan-jenisjenisnya/#ixzz1sa8WOlxW

Pengertian Asuransi - Hidup penuh dengan risiko yang terduga maupun tidak terduga, oleh karena itulah kita perlu memahami tentang asuransi. Beberapa kejadian alam yang terjadi pada tahun-tahun belakangan ini dan memakan banyak korban, baik korban jiwa maupun harta, seperti mengingatkan kita akan perlunya asuransi. Bagi setiap anggota masyarakat termasuk dunia usaha, resiko untuk mengalami ketidakberuntungan (misfortune) seperti ini selalu ada (Kamaluddin:2003). Dalam rangka mengatasi kerugian yang timbul, manusia mengembangkan mekanisme yang saat ini kita kenal sebagai asuransi.

Fungsi utama dari asuransi adalah sebagai mekanisme untuk mengalihkan resiko (risk transfer mechanism), yaitu mengalihkan resiko dari satu pihak (tertanggung) kepada pihak lain (penanggung). Pengalihan resiko ini tidak berarti menghilangkan kemungkinan misfortune, melainkan pihak penanggung menyediakan pengamanan finansial (financial security) serta ketenangan (peace of mind) bagi tertanggung. Sebagai imbalannya, tertanggung membayarkan premi dalam jumlah yang sangat kecil bila dibandingkan dengan potensi kerugian yang mungkin dideritanya (Morton:1999).

Pada dasarnya, polis asuransi adalah suatu kontrak yakni suatu perjanjian yang sah antara penanggung (dalam hal ini perusahaan asuransi) dengan tertanggung, dimana pihak penanggung bersedia menanggung sejumlah kerugian yang mungkin timbul dimasa yang akan datang dengan imbalan pembayaran (premi) tertentu dari tertanggung.

Menurut Undang-Undang No. 2 Tahun 1992, yang dimaksud dengan asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri pada tertanggung, dengan menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian pada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.

Agar suatu kerugian potensial (yang mungkin terjadi) dapat diasuransikan (insurable) maka harus memiliki karakteristik: 1) terjadinya kerugian mengandung ketidakpastian, 2) kerugian harus dibatasi, 3) kerugian harus signifikan, 4) rasio kerugian dapat terprediksi dan 5) kerugian tidak bersifat katastropis (bencana) bagi penanggung.

Timbul pertanyaan; kematian adalah sesuatu yang pasti, mengapa bisa diasuransikan? Meski merupakan sesuatu yang mengandung kepastian, namun kapan tepatnya saat kematian seseorang berada diluar kendali orang tsb. Sehingga saat terjadinya peristiwa kematian yang betul-betul mengandung ketidakpastian inilah yang menyebabkannya insurable.

Ada dua bentuk perjanjian dalam menetapkan jumlah pembayaran pada saat jatuh tempo asuransi yaitu: kontrak nilai (valued contract) dan kontrak indemnitas (contract of indemnity). Kontrak nilai adalah perjanjian dimana jumlah pembayarannya telah ditetapkan dimuka. Misal, nilai Uang Pertanggungan (UP) pada asuransi jiwa. Kontrak indemnitas adalah perjanjian yang jumlah santunannya didasarkan atas jumlah kerugian finansial yang sesungguhnya. Misal, biaya perawatan rumah sakit.

Dalam hal perusahaan Asuransi berusaha menekan kemungkinan kerugian yang fatal/besar, maka dapat mengalihkan resiko kepada perusahaan asuransi lain. Hal ini disebut reasuransi; perusahaan yang menerima reasuransi dinamakan reasuradur.

Selain kelima karakteristik diatas, sebelum dapat diasuransikan, maka perusahaan asuransi harus mempertimbangkan insurable interest dan anti seleksi. Insurable interest berkaitan dengan hubungan antara tertanggung dengan penerima santunan/manfaat dalam hal terjadi kerugian potensial. Contoh, perusahaan asuransi tidak akan menjual polis asuransi kebakaran kepada pihak selain pemilik gedung yang diasuransikan. Insurable interest dlm contoh ini adalah kepemilikan thd sesuatu yang diasuransikan. Begitu pula hubungan keluarga, keterkaitan financial yang beralasan, juga merupakan bentuk insurable interest. Yang dimaksud anti seleksi (kontra seleksi) mengacu pada adanya kecenderungan lebih besar untuk ikut asuransi karena memiliki tingkat resiko diatas rata-rata. Contoh, orang yang memiliki catatan kesehatan buruk atau resiko pekerjaan berbahaya cenderung mau membeli asuransi. Untuk mengurangi akibat anti seleksi, perusahaan asuransi harus dapat mengidentifikasi dan mengklasifikasi potensi resiko atau kerugian. Proses identifikasi dan klasifikasi tingkat resiko itu disebut underwriting atau seleksi resiko. Namun bukan berarti anti seleksi menyebabkan pengajuan asuransinya ditolak, karena bagi tertanggung dengan resiko kerugian diatas rata-rata dapat dikenakan premi sub standar (premi khusus) disebabkan resikonya sub standar (resiko khusus) kecuali jika kemungkinan kerugiannya jauh lebih tinggi, mungkin permohonan asuransinya ditolak.

Sejarah Asuransi
Asuransi berasal mula dari masyarakat Babilonia 4000-3000 SM yang dikenal dengan perjanjian Hammurabi. Kemudian pada tahun 1668 M di Coffee House London berdirilah Lloyd of London sebagai cikal bakal asuransi konvensional. Sumber hukum asuransi adalah hukum positif, hukum alami dan contoh yang ada sebelumnya sebagaimana kebudayaan.

Asuransi membawa misi ekonomi sekaligus sosial dengan adanya premi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi dengan jaminan adanya transfer of risk, yaitu pengalihan (transfer) resiko dari tertanggung kepada penanggung. Asuransi sebagai mekanisme pemindahan resiko dimana individu atau business memindahkan sebagian ketidakpastian sebagai imbalan pembayaran premi. Definisi resiko disini adalah ketidakpastian terjadi atau tidaknya suatu kerugian (the uncertainty of loss).

Asuransi di Indonesia berawal pada masa penjajahan Belanda, terkait dengan keberhasilan perusahaan dari negeri tersebut di sektor perkebunan dan perdagangan di Indonesia. Untuk memenuhi kebutuhan jaminan terhadap keberlangsungan

usahanya, tentu diperlukan adanya asuransi. Perkembangan industri asuransi di Indonesia sempat vakum selama masa penjajahan Jepang.

Kebutuhan Jaminan yang Dapat Dipenuhi oleh Asuransi Jiwa

1) Kebutuhan Pribadi, meliputi: penyediaan biaya-biaya hidup final seperti biaya yang berkaitan dengan kematian, biaya pembayaran tagihan berupa hutang atau pinjaman yang harus dilunasi; tunjangan keluarga; biaya pendidikan; dan uang pensiun. Selain itu, polis asuransi jiwa yang memiliki nilai tunai dapat digunakan sebagai tabungan maupun investasi.

2) Kebutuhan Bisnis, seperti: insurance on key persons (asuransi untuk orang-orang penting dalam perusahaan); insurance on business owners (asuransi untuk pemilik bisnis); employee benefit (kesejahteraan karyawan) contohnya asuransi jiwa dan kesehatan kumpulan.

sumber : Morton, G. (1999). Principles of Life and Health Insurance. LOMA.

Pengertian Asuransi
Asuransi adalah sebuah sistem untuk merendahkan kehilangan finansial dengan menyalurkan risiko kehilangan dari seseorang atau badan ke lainnya.. Asuransi dalam Undang-Undang No.2 Th 1992 tentang usaha perasuransian adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hukum pihak ke tiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan. Badan yang menyalurkan risiko disebut tertanggung, dan badan yang menerima resiko disebut penanggung. Perjanjian antara kedua badan ini disebut kebijakan: ini adalah sebuah kontrak legal yang menjelaskan setiap istilah dan kondisi yang dilindungi. Biaya yang dibayar oleh tetanggung kepada penanggung untuk risiko yang ditanggung disebut premi. Ini biasanya ditentukan oleh penanggung untuk dana yang bisa diklaim di masa depan, biaya administratif, dan keuntungan. sumber:Wikipedia

PENGERTIAN ASURANSI
Banyak definisi yang telah diberikan kepada istilah asuransi, dimana secara sepintas tidak ada kesamaan antara definisi yang satu dengan yang lainnya. Hal ini bisa dimaklumi, karena mereka dalam mendefinisikannya disesuaikan dengan sudut pandang yang mereka gunakan dalam memandang asuransi, dimana sesuai dengan uraian diatas bahwa asuransi dapat dipandang dari beberapa sudut. Definsi-definisi tersebut antara lain :

1. Definisi asuransi menurut Pasal 246 Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) Republik Indonesia : "Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri pada tertanggung dengan menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak tertentu" Berdasarkan definisi tersebut, maka dalam asuransi terkandung 4 unsur, yaitu : a. Pihak tertanggung (insured) yang berjanji untuk membayar uang premi kepada pihak penanggung, sekaligus atau secara berangsur-angsur. b. Pihak penanggung (insure) yang berjanji akan membayar sejumlah uang (santunan) kepada pihak tertanggung, sekaligus atau secara berangsur-angsur apabila terjadi sesuatu yang mengandung unsur tak tertentu. c. Suatu peristiwa (accident) yang tak terntentu (tidak diketahui sebelumnya). d. Kepentingan (interest) yang mungkin akan mengalami kerugian karena peristiwa yang tak tertentu. 2. Definisi asuransi menurut Prof. Mehr dan Cammack : "Asuransi merupakan suatu alat untuk mengurangi resiko keuangan, dengan cara pengumpulan unit-unit exposure dalam jumlah yang memadai, untuk membuat agar kerugian individu dapat diperkirakan. Kemudian kerugian yang dapat diramalkan itu dipikul merata oleh mereka yang tergabung". 3. Definisi asuransi menurut Prof. Mark R. Green: "Asuransi adalah suatu lembaga ekonomi yang bertujuan mengurangi risiko, dengan jalan mengkombinasikan dalam suatu pengelolaan sejumlah obyek yang cukup besar jumlahnya, sehingga kerugian tersebut secara menyeluruh dapat diramalkan dalam batas-batas tertentu". 4. Definisi asuransi menurut C.Arthur William Jr dan Richard M. Heins, yang mendefinisikan asuransi berdasarkan dua sudut pandang, yaitu: a. "Asuransi adalah suatu pengaman terhadap kerugian finansial yang dilakukan oleh seorang penanggung".

b. .Asuransi adalah suatu persetujuan dengan mana dua atau lebih orang atau badan mengumpulkan dana untuk menanggulangi kerugian finansial". Berdasarkan definisi-definisi tersebut di atas kiranya mengenai definisi asuransi yang dapat mencakup semua sudut pandang : "Asuransi adalah suatu alat untuk mengurangi risiko yang melekat pada perekonomian, dengan cara manggabungkan sejumlah unit-unit yang terkena risiko yang sama atau hampir sama, dalam jumlah yang cukup besar, agar probabilitas kerugiannya dapat diramalkan dan bila kerugian yang diramalkan terjadi akan dibagi secara proposional oleh semua pihak dalam gabungan itu". Pengertian Asuransi bila di tinjau dari segi hukum adalah: "Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara 2 (dua) pihak atau lebih dimana pihak tertanggung mengikat diri kepada penanggung, dengan menerima premi-premi Asuransi untuk memberi penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang di harapkan atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan di derita tertanggung karena suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberi pembayaran atas meninggal atau hidupnya seseorang yang di pertanggungkan. " Diposkan oleh Adwinta di 07:45 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook Label: Ekonomi

Sejarah Asuransi Syariah


Sejarah terbentuknya asuransi syariah dimulai sejak tahun 1979 ketika sebuah perusahaan asuransi di Sudan, yaitu Sudanese Islamic Insurance pertama kali memperkenalkan asuransi syariah. Kemudian pada tahun yang sama sebuah perusahaan asuransi jiwa di Uni Emirat Arab juga memperkenalkan asuransi syariah di wilayah Arab. Setelah itu pada tahun 1981 sebuah perusahaan asuransi jiwa di Swiss bernama Dar Al-Maal AlIslami memperkenalkan asuransi syariah di Jenewa. Diiringi oleh penerbitan asuransi syariah kedua di Eropa yang di perkenalkan oleh Islamic Takafol Company (ITC) di Luksemburg pada tahun 1983, dan diikuti pada beberapa negara yang lain. Hingga saat ini asuransi syariah semakin dikenal luas dan dinikmati oleh masyarakat dan negaranegara baik muslim maupun non-muslim.

Pengertian Asuransi Syariah


Pengertian Asuransi Syariah berdasarkan Dewan Syarah Nasioanl (DSN) dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) adalah sebuah usaha saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang melalui investasi dalam bentuk aset dan /atau tabarru yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad yang sesuai dengan syariah. Asuransi syariah adalah sebuah sistem dimana para peserta mendonasikan sebagian atau seluruh kontribusi/ premi yang mereka bayar untuk digunakan membayar klaim atas musibah yang dialami oleh sebagian peserta.

Proses hubungan peserta dan perusahaan dalam mekanisme pertanggungan pada asuransi syariah adalah sharing of risk atau saling menanggung resiko. Apabila terjadi musibah, maka semua peserta asuransi syariah saling menanggung. Dengan demikian, tidak terjadi transfer resiko ( transfer of risk atau memindahkan resiko ) dari peserta ke perusahaan seperti pada asuransi konvensional. Peranan perusahaan asuransi pada asuransi syariah terbatas hanya sebagai pemegang amanah dalam mengelola dan menginvestasikan dana dari kontribusi peserta. Jadi pada asuransi syariah, perusahaan hanya bertindak sebagai pengelola operasional saja, bukan sebagai penanggung seperti pada asuransi konvensional.

Tabarru
Definisi tabarru adalah sumbangan atau derma ( dalam definisi Isalam adalah Hibah). Sumbangan atau derma (Hibah) atau dana kebajikan ini diberikan dan diikhlaskan oleh peserta asuransi syariah jika sewaktu-waktu akan dipergunakan untuk membayar klaim atau manfaat asuransi lainnya. Dengan adanya dana tabarru dari para peserta asuransi syariah ini maka semua dana untuk menanggung resiko dihimpun oleh para pesrta sendiri. Dengan demikian kontrak polis pada asuransi syariah menempatkan peserta sebagai pihak yang menanggung resiko, bukan perusahaan asuransi, seperti pada asuransi konvensional. Oleh karena dana-dana yang terhimpun dan digunakan dari dan oleh peserta tersebut harus dikelola secara baik dari segi administratif maupun investasinya, untuk itu peserta membarikan kuasa kepada perusahaan asuransi untuk bertindak sebagai operator yang bertugas mengelola dana-dana tersebut secara baik. Jadi jelas disini bahwa posisi perusahaan asuransi syariah hanyalah sebagai pengelola atau operator saja dan BUKAN sebagai pemilik dana. Sebagai pengelola atau operator, fungsi perusahaan asuransi hanya MENGELOLA dana peserta saja, dan pengelola tidak boleh menggunakan danadana tersebut jika tidak ada kuasa dari peserta. Dengan demikian maka unsur ketidakjelasan (Gharar) dan untung-untungan (Maysir) pun akan hilang karena : 1. Posisi peserta sebagai pemilik dana menjadi lebih dominan dibandingkan dengan posisi perusahaan yang hanya sebagai pengelola dana peserta saja. 2. Peserta akan memperoleh pembagian keuntungan dari dana tabarru yang terkumpul.

Hal ini tentunya sangan berbeda dengan asuransi konvensional (non syariah) dimana pemegang polis tidak mengetahui secara pasti berapa jumlah premi yang berhasil dikumpulkan oleh perusahaan, apakah jumlahnya lebih besar atau lebih kecil dari pada pembayaran klaim yang diakukan, karena di sini perusahaan, sebagai penanggung, bebas menggunakan dan menginvestasikan dananya kemana saja.

Para ulama telah membahas panjang lebar mengenai asuransi konvesional, mencakup asuransi jiwa, kecelakaan dll. Akhirnya mereka pada kesimpulan bahwa asuransi konvensional mengandung unsur ketidak jelasan yang sangat tinggi, seperti berapa lama harus membayar, berapa jumlah yang akan diterima peserta asuransi. Unsur ketidakjelasan dalam obyek transaksi disebut "gharar" yang diharamkan oleh hadist yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Rasulullah s.a.w. melarang jual beli yang mengandung unsur "gharar". (H.R. Muslim, Abud Dawud dll.) Dalam asuransi konvnsional juga banyak hal-hal yang disembunyikan, seperti mekanisme penghitungan dana asuransi yang akan diberikan, jumlah dana yang disetorkan sampai kepada prosedur pemberian dana transaksi. Yang lebih kuat lagi menjadi alasan untuk dilarang secara agama, bahwa dalam asuransi konvensional terdapat konsep dana hangus, yaitu apabila peserta asuransi menghentikan pembayarannya maka dana premi yang telah dibayarnya akan hangus, ini sangat bertentangan dengan asas bermu'amalah sesuai ajaran agama yang melarang memakan harta orang lain dengan cara batil dan tidak boleh mengambil hak orang lain kecuali dengan asas keridloan, serta larangan berbuat kedlaliman dan aniaya. Dalam praktik asuransi konvensional, juga sangat terkait erat dengan transaksi riba. Transaksi yang dilakukan antara peserta asuransi dan perusahaan pengelola asuransi, tidak jauh berbeda dengan transaksi riba konvensional. Ini karena perusahaan asuransi seakan meminjam uang dari peserta asuransi untuk jangka waktu tertentu dan mengembalikannya dengan jumlah lebih besar atau lebih sedikit, hanya didasarkan pada jeda waktu pengembalian. Kemudian dana yang masuk ke perusahaan asuransi, sudah pasti (umumnya) akan diputar dalam bentuk transaksi yang mengandung unsur riba. Untuk mengetahui posisi hukum suatu transaksi dalam Islam, berikut ini kami sampaikan asas-asas mu'amalah/perniagaan/bisnis dalam Islam, yatu a.l.:
1. Didasarkan atas kerelaan. (al-Nisa'/4: 29) Rasulullah SAW bersabda: "Perdagangan itu

atas dasar sama-sama ridha".(HR al-Baihaqi dan Ibnu Majah). Objek bisnis adalah sesuatu yang halal. (HR. Ahmad & Abu Daud) Tidak membantu dalam kemaksiatan/kesesatan dan permusuhan. (al-Maidah/5:2) Tidak dengan penipuan. (HR. Muslim) Tidak mengeksploitasi/memeras (seperti menaikkan harga yang kelewat batas). (HR. Bukhari, Muttafaq 'alaih) 6. Tidak menzalimi/merugikan pihak lain.(al-Baqarah/2: 188) 7. Tidak memonopoli (dengan cara melakukan penimbunan dan semacamnya). (HR. Ahmad , al-Hakim, Ibn Abi Syaibah, dan Bazzar) 8. Tidak mengandung unsur riba. Allah SWT berfirman: "Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba"(QS Al Baqarah 275). 9. Asas membantu dalam kebaikan.Allah berfirman :"Tolong menolonglah atas kebaikan dan taqwa dan jangan tolong menolong atas dosa dan permusuhan" (QS Al Maidah 2). 10. menjunjung tinggi kesepakatan, seperti dijelaskan dalam al-Quran surah al-Maidah 1 : "Hai orang-orang beriman, penuhilah aqad-aqad itu".Rasulullah juga menegaskan: "Umat Islam terikat dengan persyaratan mereka"(H.R. Abu Dawud) 2. 3. 4. 5.

Ibnu Abidin (1252 H.), seorang ulama Hanafi, dalam bukunya "Raddul Mukhtar" pernah menyinggung masalah asuransi maritim yang saat populer dengan istilah "saukara". Ia menegaskan "Tidak halal bagi seorang pedagang yang mengambil ganti hartanya yang rusak, karena ini termasuk membebani tanggungan dengan tanpa alasan yang kuat". Banyak fatwa-fatwa ulama yang mengatakan haram asuransi konvensional ini, seperti fatwa ulama Azhar, Mesir Januari 1919 dan Desember 1925, fatwa Konferensi Ekonomi Islam pertama tahun 1976 di Mekah dan Fatwa Majma' Fiqh, Jeddah tahun 1985. Sejalan mulai dikembangkannya sistem ekonomi Islam modern, dicarilah alternatif pengganti asuransi konvensional dengan asuransi "takaful" dan "ta'awun". Model asuransi ini lebih dekat kepada prinsip-prinsip Islam dan sesuai dengan makna dari kata "ta'awun" itu sendiri asuransi ini didasarkan kepada asas saling membantu dan saling menolong, seperti diperintahkan ayat alQur'an "Bertolong menolonglah dalam kebaikan dan ketaqwaan dan janganlah saling tolong menolong dalam dosa dan permusuhan" (al-Maidah:2). Asuransi takaful juga merupakan pengembangan dari konsep "qardul hasan" (mengembalikan pinjaman lebih dengan ihlas dan niyat sedekah), yang diaanjurkan dalam agama. Dalam sebuah hadist Jabir bin Abdullah berkata "Rasulullah s.a.w. pernah berhutang kepadaku, lalu beliau mengembalikannya dengan tambahan"(H.R. Bukhari, Muslim dan Ahmad). Dalam hadist lain Rasulullah juga bersabda "Sebaik-baik kalian adalah yang mengembalikan dengan kelebihan" (H.R. Ahamd dll.), maksudnya dengan ikhlas dan sukarela. Pola kerja asuransi ta'awun : perusahaan asuransi bertindak memfasilitasi dana yang disetorkan atau dipinjamkan oleh para peserta asuransi, secara sukarela dan menyalurkan kepada para peserta asuransi yang terkena musibah, baik kematian, kerusakan barang atau musibah lainnya. Asuransi ini tidak berorientasi komersial, namun lebih kepada orientasi sosial. Fatwa Mu'tamar ulama Islam sedunia kedua tahun 1965 di Kairo, Fatwa Mu'tamar Ulama Sedunia ke tujuh tahun 1972, Fatwa Majma'ul Foqh, Makkah tahun 1978 dan Fatwa Majma' Fiqh, Jeddah tahun 1985 menyatakan boleh model asuransi seperti ini. Beberapa perusahaan dan lembaga komersial yang menerapkan syariah saat ini sudah mulai banyak yang menawarkan asuransi takaful ini, sebagai alternatif pasar untuk asuransi konvensional untuk menghindarkan diri pada traksaksi yang dilarang agama. Wallahu a`lam. Semoga membantu. Mudharabah Mudharabah adalah suatu konsep yang marak dipakai (lazim) dalam bisnis syariah dan sepertinya sudah menjadi trend sehingga setiap lembaga keuangan di Indonesia yang berbasis syariah biasa

menggunakan konsep ini. Definisi Mudharabah: Akad kerjasama antara pemilik dana/nasabah/tertanggung (shahibul maal) dengan pengusaha/penanggung (mudharib) untuk melakukan suatu usaha bersama. Keuntungan yang diperoleh dibagi antara keduanya dengan perbandingan nisbah yang disepakati sebelumnya. Mekanisme pengelolaan dana premi syariah Sesuai dengan prinsip yang menjadi dasar pelaksanaan Asuransi Syariah, maka seluruh dana yang dihimpun dari pemegang polis asuransi akan dikelola sesuai dengan prinsip syariah. Keuntungan perusahaan diperoleh dari pembagian keuntungan dana pemegang polis asuransi yang dikembangkan dengan prinsip bagi hasil (mudharabah). Para pemegang polis dalam hal ini berkedudukan sebagai pemilik modal (shohibul mal) dan Asuransi Syariah berfungsi sebagai pemegang amanah (mudharib). Setiap premi yang dibayar oleh pemegang polis akan dimasukkan dalam rekening Tabarru perusahaan, yaitu kumpulan dana yang telah diniatkan oleh peserta sebagai iuran dan kebajikan untuk tujuan saling tolong menolong dan saling membantu. Kumpulan dana pemegang polis sebelum dikelola lebih lanjut terlebih dulu dipisahkan menjadi dua golongan, yaitu Dana Pemegang Saham (Shareholder Fund) dan Dana Peserta Asuransi (Participant Fund / Premium), dan masing-masing dana mempunyai akuntansi terpisah. Hasil pengembangan dana setelah dikurangi dengan beban asuransi (klaim dan premi reasuransi) akan dibagi antara pemegang polis dan perusahaan menurut prinsip al-mudharabah dalam suatu perbandingan tetap yang besarnya telah ditentukan pada awal penutupan polis asuransi. Misal: 70% untuk perusahaan dan 30% untuk seluruh peserta. Ilustrasi mekanisme pengelolaan dana dapat dilihat pada diagram alur berikut ini.

Asuransi Syariah
Ada Dewan Pengawas Syariah, fungsinya mengawasi Manajemen, Produk, dan Investasi Dana Tolong menolong (Takafuli) Investasi dana berdasarkan syariah dengan sistem bagi hasil (Mudharabah) Dana yang terkumpul dari nasabah (premi) merupakan milik peserta, perusahaan hanya sebagai pemegang amanah untuk mengelolanya

Asuransi Umum Konvensional Dewan Pengawas Syariah Akad Investasi Dana


Tidak ada

Jual beli (Tabaduli)

Investasi Dana berdasarkan bunga (riba)

Kepemilikan Dana

Dana yang terkumpul dari nasabah (premi) menjadi milik Perusahaan. Perusahaan bebas untuk menentukan investasinya

Dari rekening tabarru (dana sosial) seluruh peserta, yang sejak awal sudah diikhlaskan oleh peserta untuk keperluan tolong menolong bila terjadi musibah Dibagi antara Perusahaan dengan Peserta (sesuai prinsip bagi hasil/Mudharabah)

Pembayaran Klaim

Dari rekening dana perusahaan

Keuntungan

Seluruhnya menjadi milik

http://www.asuransi-mobil.com/perbedaan_asuransi_syariah_dan_konvensional.htm

Indonesia adalah negara dengan mayoritas penduduknya beragama Islam. Namun, perkembangan produk-produk yang mengacu pada prinsip syariah di Indonesia, baru berkembang sekitar tiga sampai empat tahun terakhir ini. Dunia bisnis yang kita kenal pertama kali menerapkan prinsip syariah adalah dunia perbankan. Kemudian merembet ke bidang bisnis lainnya, termasuk bisnis Asuransi. Sesuai dengan namanya "Asuransi Syariah", maka jelas bahwa asuransi ini berbasis syariah (menganut prinsip-prinsip syariah) dalam penerapan dan sistem kerjanya. Ada beberapa perbedaan mendasar yang membedakan antara asuransi syariah dengan asuransi konvensional, antara lain :

Akad (perjanjian) pada asuransi syariah berdasarkan tolong menolong. Sedangkan asuransi konvensional berdasarkan jual beli. Kepemilikan dana pada asuransi syariah merupakan hak peserta. Perusahaan hanya sebagai pemegang amanah untuk mengelolanya. Sedangkan pada asuransi konvensional, dana yang terkumpul dari nasabah (premi) menjadi milik perusahaan. Sehingga, perusahaan bebas menentukan alokasi investasinya.

Investasi dana pada asuransi syariah berdasarkan bagi hasil (mudharabah). Sedangkan pada asuransi konvensional memakai bunga (riba) sebagai landasan perhitungan investasinya. Asuransi syariah tidak mengenal dana hangus dalam mekanismenya. Jika pada masa kontrak peserta tidak dapat melanjutkan pembayaran premi dan ingin mengundurkan diri sebelum masa reversing period, maka dana yang dimasukkan dapat diambil kembali. Kecuali sebagian dana kecil yang telah diniatkan untuk tabarru (sumbangan/derma). Sedangkan asuransi konvensional menerapkan kebijakan dana hangus bagi mereka yang tidak mampu melanjutkan.pembayaran premi.

Pembayaran klaim pada asuransi syariah diambil dari dana tabarru (dana kebajikan) seluruh peserta yang sejak awal telah diikhlaskan bahwa ada penyisihan dana yang akan dipakai sebagai dana tolong menolong di antara peserta bila terjadi musibah. Sedangkan pada asuransi konvensional pembayaran klaim diambilkan dari rekening dana perusahaan.

Pada asuransi syariah, pembagian keuntungan dibagi berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah) antara perusahaan dengan peserta asuransi, sesuai dengan proporsi yang telah ditentukan. Sedangkan pada asuransi konvensional seluruh keuntungan menjadi hak milik perusahaan.

Asuransi syariah mempunyai Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang betugas mengawasi pengelolaan dana investasi dan produk yang dipasarkan. Sedangkan pada asuransi konvensional tidak ditemukan Dewan Pengawas Syariah. namun setara dengan dewan komisaris dalam sebuah struktur oraganisasi perusahaan.

Dengan melihat perbedaan antara asuransi syariah dengan asuransi konvensional di atas, sangat jelas bahwa konsep dasar asuransi syariah adalah tolong menolong. Semua peserta asuransi merupakan sebuah keluarga besar yang saling menanggung satu sama lain di dalam menghadapi resiko (sharing of risk). Sedangkan asuransi konvensional, asuransi merupakan transfer of risk, yaitu pemindahan risiko dari peserta/tertanggung ke perusahaan/penanggung sehingga terjadi pula transfer of fund yaitu pemindahan dana dari tertanggung kepada penanggung. Sebagai konsekwensi maka kepemilikan dana pun berpindah, dana peserta menjadi milik perusahaan asuransi. Bagaimana dengan Anda atau keluarga Anda? sudakah memiliki asuransi? source : http://tongkonanku.blogspot.com/2009/06/perbedaan-asuransi-syariah-dengan.html edited by nine2eleven

Anda mungkin juga menyukai