Anda di halaman 1dari 87

SKRIPSI

HUBUNGAN HYGIENE SANITASI PERALATAN DENGAN


KUALITAS ANGKA KUMAN PADA ALAT MAKAN
PEDAGANG KAKI LIMA DI LAPANGAN PEMDA
KECAMATAN KALIANDA KABUPATEN

LAMPUNG SELATAN TAHUN 2021

OLEH :

DIMAS ENDRICO SUHENDRA


NIM. 1713351030

POLTEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG


PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN SANITASI LINGKUNGAN
KESEHATAN LINGKUNGAN
TAHUN 20
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya, penulis dapat menyelesaikan proposal ini. Shalawat dan salam semoga selalu terlimpah
kepada Nabi Muhammad SAW.
Proposal ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan kegiatan akademis di
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang yangdiberi judul “Hubungan Hygiene Sanitasi Peralatan
Dengan Kualitas Angka Kuman Pada Alat Makan Pedagang Di Lapangan Pemda Kecamatan
Kalianda Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2021.”
Dengan tersusunnya proposal ini, penulis banyak mendapat bantuan moril maupun materil
dari berbagai pihak, baik langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Warjidin Aliyanto,SKM.,M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Tanjung Karang
2. Bapak Rifai Agung Mulyono,SKM.,M.Kes selaku Ketua Prodi Sarjana Terapan Sanitasi
Lingkungan
3. Bapak Dr. Sri Indra Trigunarso, SKM. M.Kes selaku pembimbing I dalam penyusunan proposal
ini
4. Bapak Zainal Muslim, SKM, M.Kes selaku pembimbing II dalam penyusunan proposal ini
5. Bapak Nawan Prianto, S.Si.T.,M.Kes selaku penguji
6. Seluruh pihak yang telah membantu dalam proses penulisan proposal ini
Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik akan membangun sangatlah diharapkan guna lebih sempurnanya proposal ini.

Bandar Lampung, Maret 2021

Dimas Endrico S.
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Dimas Endrico Suhendra
NIM : 1713351030
Dengan ini menyatakan bahwa penelitian saya dengan judul : “Hubungan Hygiene Sanitasi Peralatan
Dengan Kualitas Angka Kuman Pada Alat Makan Pedagang Kaki Lima Di Lapangan Pemda
Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2021 “ adalah karya saya sendiri dan
bersifat orisinal. Apabila dikemudian hari ditemukan ketidak sesuaian dengan pernyataan ini, maka
saya bersedia di tuntut dan diproses dengan ketentuan yang berlaku.

Demikian pernyataan ini dibuat sesungguhnya dan sebenar-benarnya.

Bandar Lampung, Juni 2021


Yang menyatakan

Dimas Endrico Suhendra


1713351030
DAFTAR ISI

Lembar Judul
Abstrak
Kata pengantar
Biodata Penulis
Lembar Persetujuan
Lembar Pengesahan
Lembar Orisinalitas
Halaman Persembahan
Motto
Daftar isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 5
C. Tujuan Penelitian 6
D. Manfaat Penelitian 7
E. Ruang Lingkup 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Angka Kuman 8
B. Hygiene sanitasi 8
C. Pentingnya Higiene dan Sanitasi Peralatan 13
D. Prinsip-Prinsip Sanitasi Peralatan 14
E. Prinsip Pencucian 15
F. Faktor – Faktor yanng mempengaruhi angka kuman 18
G. Kelengkapan Peralatan Pengolahan 24
H. Kerangka Teori 27
I. Kerangka Konsep 27
J. Hipotesis Penelitian 28

BAB III METODE PENELITIAN


A. Jenis Rancangan Penelitian 29
B. Lokasi dan Waktu Penelitian 29
C. Subjek Penelitian 29
D. Variable Penelitian 30
E. Definisi Operasional 31
F. Teknik Pengumppulan Data 34
G. Pengolahan dan Analisis Data 35

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Gambaran Umum 36
B. Hasil Penelitian 38
C. Pembahasan 48
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 59
B. Saran 60

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman


Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Angka Kuman pada alat makan

pedagang kaki lima di Lapangan Pemda Kecamatan

Kalianda Tahun 2021. 38

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi bahan dasar alat makan

pedagang kaki lima di Lapangan Pemda Kecamatan

Kalianda Tahun 2021. 39

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi kondisi awal piring alat makan

pedagang kaki lima di Lapangan Pemda Kecamatan

Kalianda Tahun 2021. 39

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi air pencuci alat makan

pedagang kaki lima di Lapangan Pemda Kecamatan

Kalianda Tahun 2021. 40

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi bak pencuci alat makan

pedagang kaki lima di Lapangan Pemda Kecamatan

Kalianda Tahun 2021. 41

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi tenaga pencuci alat makan

pedagang kaki lima di Lapangan Pemda Kecamatan

Kalianda Tahun 2021. 41

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi alat penggosok pedagang

kaki lima di Lapangan Pemda Kecamatan

Kalianda Tahun 2021. 42


Tabel 4.8 Hubungan Bahan Dasar Alat Makan dengan

Kualitas Angka Kuman Alat Makan pedagang

kaki lima di Lapangan Pemda Kalianda. 43

Tabel 4.9 Hubungan Kondisi Awal Piring dengan

Kualitas Angka Kuman Alat Makan pedagang

kaki lima di Lapangan Pemda Kalianda 44

Tabel 4.10 Hubungan air pencuci dengan

Kualitas Angka Kuman Alat Makan pedagang

kaki lima di Lapangan Pemda Kalianda. 45

Tabel 4.11 Hubungan bak pencuci dengan

Kualitas Angka Kuman Alat Makan pedagang

kaki lima di Lapangan Pemda Kalianda. 46

Tabel 4.12 Hubungan tenaga pencuci dengan

Kualitas Angka Kuman Alat Makan pedagang

kaki lima di Lapangan Pemda Kalianda. 47


DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Teori 27

Gambar 2.2 Kerangka Konsep 27

Gambar 4.1 Denah Lapangan Pemda 36


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Makanan merupakan kebutuhan dasar manusia untuk melanjutkan kehidupan.

Makanan yang dibutuhkan harus sehat dalam arti memiliki nilai gizi yang

optimal seperti vitamin, mineral, hidratarang, lemak dan lainnya. Makanan

harus murni dan utuh dalam arti tidak mengandung bahan pencemar serta

harus higiene. Bila salah satu faktor tersebut terganggu makanan yang

dihasilkan akan menimbulkan gangguan kesehatan dan penyakit bahkan

keracunan makanan. (Djoko Windu,2016).

Prinsip hygiene dan sanitasi makanan adalah pengendalian terhadap empat

faktor penyehatan makan yaitu faktor tempat/bangunan, peralatan, orang dan

bahan makanan. Penyehatan makan adalah upaya untuk mengendalikan

empat faktor yaitu tempat, orang, alat dan makanan yang dapat atau mungkin

dapat menimbulkan gangguan kesehatan atau keracunan makanan. (Rejeki,

2015).

Ketersediaan peralatan makan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

prinsip – prinsip penyehatan makanan (food hygiene), alat makan yang

terlihat bersih belum merupakan jaminan telah memenuhi persyaratan

kesehatan. Penanganan peralatan makan dan minum dilakukan dengan usaha

pencucian hingga penyajian terjamin kebersihannya (Febriyani, 2012:1).

1
Peralatan makan yang kurang bersih dapat memicu berkembangnya angka

kuman serta menyebabkan penularan penyakit lewat makanan (foodborne

disease) yang akan menurunkan derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena

itu perlu diupayakan agar peralatan makan yang akan dipakai harus

memenuhi syarat kesehatan (Amaliyah Nur, 2017).

Peralatan makan dan masak perlu dijaga kebersihannya setiap saat akan

dipergunakan. Untuk itu peranan pembersihan atau pencucian peralatan perlu

diketahui secara mendasar. Dengan membersihkan peralatan secara baik,

akan menghasilkan alat pengolahan makanan yang bersih dan sehat.

(Depkes,2004).

Tingkat kebersihan peralatan makan terlihat pada saat pencucian, diseka dan

dibilas dengan baik sebelum di cuci, menyediakan sabun atau detergen untuk

mencuci, merendam alat makan dan minum ke dalam air panas,

menggunakan desinfektan yang baik sebagai campuran dalam air cucian.

Setelah selesai pencucian, penirisan atau pengeringan alat – alat makan

dibiarkan sampai kering dengan bantuan sinar matahari, sinar buatan atau

mesin seperti kipas angin, tidak diperbolehkan menggunakan lap untuk

mengeringkan piring, diperbolehkan mengeringkan peralatan makan dan

minum setelah benar – benar kering dengan lap bersih yang penggunaannya

sekali pakai contohnya tissue. Keadaan tempat penyimpanan disimpan pada

rak tertutup, alat – alat makan yang jatuh ke lantai di cuci kembali,
penyimpanan rak – rak piring ditempatkan di ruangan bebas debu, dan

serangga (Depkes RI,204:163).

Penyakit bawaan makanan terjadi akibat makanan yang dikonsumsi

terkontaminasi dengan mikroba. Kontaminasi dapat terjadi setiap saat, salah

satu penyebabnya adalah peralatan makan yang digunakan tidak memenuhi

persyaratan kesehahatan. Agar tidak membahayakan kesehatan pada

masyarakat di Indonesia telah dibuat peraturan dalam bentuk permenkes RI

No.1096/Menkes/Per/VI/2011, bahwa untuk persyaratan peralatan makan

tidak boleh terdapat kuman lebih dari 0 koloni/cm2.

Pada bulan Juli hingga September 2017, Sentra Informasi Keracunan

Nasional (SIKerNas) terdapat insiden keracunan makanan di wilayah

indonesia yang mendominasi produk makanan yaitu keracunan yang

disebabkan makanan olahan jasaboga 9 insiden dengan 422 korban, makanan

olahan (PKL) sebanyak 6 insiden dengan 88 korban, makanan olahan dalam

kemasan 2 insiden 37 orang korban, serta penyebab keracunan oleh makanan

yang tidak diketahui sebanyak 1 insiden dengan 7 korban dan 1 diantaranya

meninggal dunia (BPOM RI, 2017).

Pada tahun 2018 kasus penyakit diare di wilayah kerja Puskesmas Way

Urang terdata sebanyak 677 orang yang menderita diare, tahun 2019

terdapat 960 kasus artinya angka kasus diare di wilayah kerja puskesmas

Way Urang cenderung mengalami kenaikan. (Dinkes Lampung Selatan).


Pemeriksaan angka kuman alat makan dilakukan dengan usap alat makan

dengan pemeriksaan angka kuman di laboratorium dengan metode PCA

( Plate Count Agar ). Bila angka kuman yang terdapat pada alat makan lebih

dari persyaratan yang ditentukan hal ini dapat mengkontaminasi makanan

yang disajikan kepada pengunjung. Sehingga makanan yang terkontaminasi

oleh mikroba masuk kedalam tubuh dan dapat menimbulkan penyakit.

Pedagang kaki lima merupakan salah satu orang yang menjalankan usaha

berjualan makanan yang umumnya mudah ditemui di pinggir jalan, di

emperan, ditoko dan trotoar yang memakai alat dagang lapak maupun

pedagang yang memakai gerobak atau pikulan, peralatan dagang yang

digunakan harus memenuhi kriteria mulai keutuhan peralatan, fungsi dan

kebersihan peralatan makan. Peranan peralatan makanan merupakan bagian

yang tak terpisahkan dari prinsip-prinsip penyehatan makanan (Damayanti,

2011).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Nova Fadilla Rangkuti dkk (2020)

terdapat hubungan yang signifikan antara konsumsi makanan jajanan

pedagang kaki lima dengan kejadian penyakit diare.

Penelitian yang dilakukan oleh Cahyaningsih (2009) terdapat hubungan

yang signifikan antara Bak yang kotor dengan angka kuman alat makan.

Penelitian yang dilakukan oleh Brilliaan Rizky Amanda dan Laily

Khairiyati (2017) menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan


antara membilas di air yang mengalir dan dibilas dengan tidak

menggunakan air yang mengalir dengan angka kuman alat makan.

Lapangan pemda di Kalianda adalah salah satu tempat umum yang menarik

untuk dikunjungi, biasanya lapangan ini digunakan untuk upacara, olahraga

dan bisa beralih fungsi menjadi tempat yang menarik untuk dikunjungi. Di

lapangan Pemda banyak pedagang berjualan. Lapangan ini terletak di

Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan dan terdapat berbagai

macam jenis pedagang yang menyediakan berbagai macam dagangan.

Waktu berjualan dimulai pagi hari, pengunjung ramai saat sore sampai

malam hari tentu kawasan ini menjadi favorit bagi masyarakat Kalianda

untuk berkumpul.

Pengamatan awal di Lapangan masih banyak pedagang kaki lima di

Lapangan Pemda mereka hanya menggunakan air di ember yang airnya

sudah kotor karena bekas sisa cucian sebelumnya pedagang tidak mencuci

piring di air yang mengalir, setelah itu peralatan ditaruh di ruang terbuka

yang dimana tidak ditutup sehingga memungkinkan debu debu atau partikel

lainnya menempel di alat makan.

B. Rumusan Masalah

Hasil pengamatan awal penjual tidak menerapkan prinsip hygiene sanitasi

peralatan makan yang sebagaimana mestinya tentu hal ini bisa berpeluang

untuk terjadinya kontaminasi silang pada makanan yang menyebabkan

tingginya angka kuman di alat makan sehingga perlu dilakukan uji sanitasi

alat makan, dan peneliti merumuskan “Apakah ada hubungan antara


hygiene sanitasi peralatan dengan angka kuman pada peralatan makan

pedagang di Lapangan Pemda Lampung Selatan?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana

hubungan hygiene sanitasi peralatan dengan angka kuman pada peralatan

makanan pedagang di lapangan Pemda Lampung Selatan.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui jumlah kuman peralatan makan pedagang

makanan di Pemda Lampung Selatan yang memenuhi syarat dan

tidak memenuhi syarat.

b. Untuk Mengetahui hubungan bahan dasar alat makan pedagang

dengan angka kuman pada alat makan di lapangan Pemda

Lampung Selatan.

c. Untuk mengetahui hubungan kondisi awal piring pedagang dengan

angka kuman pada pedagang makanan di Pemda Lampung Selatan.

d. Untuk Mengetahui hubungan air pencuci peralatan makan dengan

angka kuman pada alat makan di Pemda Lampung Selatan.

e. Untuk mengetahui hubungan bak pencuci peralatan makan

pedagang makanan dengan angka kuman pada alat makan di

Pemda Lampung Selatan.


f. Untuk Mengetahui hubungan Tenaga pencuci dengan angka

kuman peralatan makan pedagang makanan di Pemda Lampung

Selatan.

g. Untuk Mengetahui hubungan alat penggosok peralatan dengan

angka kuman pada alat makan di lapangan Pemda Lampung

Selatan.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Intitusi Pendidikan

Hasil penelitian di harapakan dapat menjadi bahan referensi, informasi

dan kepustakaan khususnya bagi mahasiswa Poltekkes Tanjung Karang

tentang Hubungan hygiene dan sanitasi dengan keberadaan angka kuman

pada peralatan makan di lapangan pemda kecamatan Kalianda Kabupaten

Lampung Selatan.

2. Bagi Masyarakat

Sebagai bahan masukan dalam upaya peningkatan pentingnya untuk terus

menjaga pentingnya kebersihan khususnya dalam menerapkan hygiene

sanitasi peralatan makan agar terhindar dari kuman yang dapat

menyebabkan penyakit pada masyarakat.

3. Bagi Peneliti

Untuk peningkatan pengalaman, pengetahuan dan wawasan serta untuk

mengaplikasikan ilmu yang di dapat sewaktu kuliah khususnya mengenai

usap alat makan.


E. Ruang Lingkup

Pada penelitian ini penulis membatasi penulisan yang meliputi bahan dasar

alat makan, kondisi awal piring, kuantitas air pencuci, keberadaan bak

pencuci, tenaga pencuci yang membahas tentang teknik pencucian piring,

dan alat penggosok pencucian piring dan tidak meneliti kualitas air pencuci.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Angka kuman

Kuman adalah organisme kecil seperti virus, bakteri, jamur, protozoa

mikroskopik jahat yang dapat menyebabkan suatu penyakit atau gangguan

kesehatan ringan maupun berat pada tubuh organisme inangnya seperti

manusia, hewan dan sebagainya. Angka kuman adalah perhitungan jumlah

bakteri yang didasarkan pada asumsi bahwa setiap sel bakteri hidup dalam

suspensi akan tumbuh menjadi satu koloni setelah diinkubasikan dalam

media biakan dan lingkungan yang sesuai. Setelah masa inkubasi jumlah

koloni yang yang tumbuh dihitung dari hasil perhitungan tersebut

merupakan perkiraan atau dugaan dari jumlah dalam suspensi tersebut.

Angka kuman alat makan ini digunakan sebagai indikator kebersihan

peralatan makan yang telah dicuci (Nur Amaliyah, 2017).

Menurut permenkes RI No.1096/MENKES/PER/VI/2011 tentang hygiene

sanitasi jasa boga alat makan yang digunakan harus sesuai dengan yang di

persyaratkan. Kandungan bakteri dalam alat makan harus sesuai dengan

yang ditetapkan yaitu peralatan makan tidak boleh mengandung angka

kuman yang melebihi 0 koloni/cm2 permukaan alat.

B. Higiene Sanitasi

1. Higiene adalah ilmu yang berhubungan dengan masalah kesehatan dan

berbagai usaha untuk mempertahankan atau untuk memperbaiki

kesehatan (Purnawijayanti, 2001). Sedangkan menurut Depkes RI

8
(2001), higiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan

melindungi kebersihan subyek, seperti mencuci tangan dengan air bersih

dan sabun untuk melindungi kebersihan tangan, mencuci piring untuk

melindungi kebersihan piring, membuang bagian makanan yang rusak

untuk melindungi keutuhan makanan secara keseluruhan dan sebagainya.

Higiene juga berarti suatu upaya pencegahan penyakit yang menitik

beratkan pada usaha kesehatan perseorangan atau manusia beserta

lingkungan tempat orang tersebut berada.

Higiene (Depkes RI, 2004) adalah upaya kesehatan dengan cara

memelihara dan melindungi kebersihan subyeknya seperti mencuci

tangan dengan air bersih dan sabun untuk melindungi kebersihan tangan,

mencuci piring untuk melindungi kebersihan piring, membuang bagian

makanan yang rusak untuk melindungi keutuhan makanan secara

keseluruhan. Penanganan makanan secara hygiene bertujuan untuk

mengendalikan keberadaan pathogen dalam makanan. Menurut

Widyawati (2002), hygiene adalah suatu pencegahan penyakit yang

menitik beratkan pada usaha kesehatan perseorangan atau manusia

beserta lingkungan tempat orang tersebut berada.

“Pengertian hygiene dan sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara

memelihara kebersihan individu. Misalnya mencuci tangan untuk

melindungi kebersihan tangan, cuci piring untuk melindungi kebersihan

piring, membuang bagian makanan yang rusak untuk melindungi

keutuhan makanan secara keseluruhan” (Depkes 2000).


Menurut Streeth, J.A. and Southgate, H.A, (1986) Kata “hygiene” berasal

dari bahasa Yunani yang artinya ilmu untuk membentuk dan menjaga

kesehatan. Dalam sejarah Yunani, Hygiene berasal dari nama seorang

Dewi yaitu Hygea (Dewi pencegah penyakit). Arti lain dari Hygiene ada

beberapa yang intinya sama yaitu :

a. Ilmu yang mengajarkan cara-cara untuk mempertahankan kesehatan

jasmani, rohani dan sosial untuk mencapai tingkat kesejahteraan

yang lebih tinggi.

b. Suatu pencegahan penyakit yang menitikberatkan pada usaha

kesehatan perseorangan atau manusia beserta lingkungan tempat

orang tersebut berada.

c. Keadaan dimana seseorang, makanan, tempat kerja atau peralatan

aman (sehat) dan bebas pencemaranyang diakibatkan oleh bakteri,

serangga, atau binatang lainnya.

d. Menurut Brownell, hygiene adalah bagaimana caranya orang

memelihara dan melindungi kesehatan.

e. Menurut Gosh, hygiene adalah suatu ilmu kesehatan yang mencakup

seluruh faktor yang membantu/mendorong adanya kehidupan yang

sehat baik perorangan maupun melalui masyarakat.

Hygiene adalah Usaha kesehatan preventif yang menitikberatkan

kegiatannya kepada usaha kesehatan individu, maupun usaha kesehatan

pribadi hidup manusia (Richard Sihite, 2000). Personal hygiene adalah

perawatan diri dimana individu mempertahankan kesehatannya, dan di

pengaruhi oleh nilai serta keterampilan. Menurut Mosby bahwa :


“kebersihan seseorang adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan

dasar kesehatan seseorang untuk kesehatan fisik dan kesehatan psikis”

(dalam Prista 2007 : 3).

2. Sanitasi

Sanitasi adalah suatu usaha pencegahan penyakit yang menitikberatkan

kegiatan pada usaha kesehatan lingkungan hidup manusia. Upaya menjaga

pemeliharaan agar seseorang, makanan, tempat kerja atau peralatan tetap

hygienis (sehat) dan bebas pencemaran yang diakibatkan oleh bakteri,

serangga, atau binatang lainnya. Sanitasi adalah usaha kesehatan preventif

yang menitikberatkan kegiatan kepada usaha kesehatan lingkungan hidup

manusia (Siti Fathonah, 2005).

Sanitasi adalah cara pengawasan masyarakat yang menitikberatkan kepada

pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mungkin

mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat ( Azrulazwar, 2009).

Sanitasi adalah cara pengawasan terhadap faktor-faktor lingkungan yang

mempunyai pengaruh terhadap lingkungan (Hopkins, 2009).

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud

dengan sanitasi adalah suatu usaha pencegahan penyakit yang

menitikberatkan kegiatannya kepada usaha-usaha kesehatan lingkungan

hidup manusia. Sedangkan hygiene adalah bagaimana cara orang

memelihara dan juga melindungi diri agar tetap sehat.

Sanitasi makanan adalah salah satu usaha pencegahan yang menitik

beratkan kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan

dari segala bahaya yang dapat mengganggu atau merusak kesehatan, mulai
dari sebelum makanan diproduksi, selama dalam proses pengolahan,

penyimpanan, pengangkutan, sampai pada saat dimana makanan tersebut

siap untuk dikonsumsikan kepada masyarakat atau konsumen. Sanitasi

makanan ini bertujuan untuk menjamin keamanan dan kemurnian

makanan, mencegah konsumen dari penyakit, mencegah penjualan

makanan yang akan merugikan pembeli, mengurangi kerusakan makanan

(Depkes, 2000).

Menurut Siti Fathonah (2005) Beberapa manfaat dapat kita rasakan apabila

kita menjaga sanitasi di lingkungan kita, misalnya :

a. Mencegah penyakit menular.

b. Mencegah timbulnya bau tidak sedap.

c. Menghindari pencemaran.

d. Mengurangi jumlah presentase sakit.

e. Lingkungan menjadi bersih, sehat dan nyaman.

Sanitasi makanan bertujuan untuk menjamin keamanan dan kemurnian

makanan, mencegah konsumen dari penyakit, mencegah penjualan

makanan yang akan merugikan pembeli, mengurangi

kerusakan/pemborosan makanan. Hygiene dan sanitasi makanan bertujuan

untuk mengendalikan faktor makanan, tempat dan perlengkapannnya yang

dapat atau mungkin dapat menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan

lainnya. (Depkes, 2000).

Kualitas lingkungan yang sehat adalah keadaan lingkungan yang bebas

dari resiko yang membahayakan kesehatan dan keselamatan hidup


manusia, melalui pemukiman antara lain rumah tempat tinggal dan asrama

atau yang sejenisnya, melalui lingkungan kerja antara perkantoran dan

kawasan industri atau sejenis. Sedangkan upaya yang harus dilakukan

dalam menjaga dan memelihara kesehatan lingkungan adalah obyek

sanitasi meliputi seluruh tempat kita tinggal/bekerja seperti: dapur,

restoran, taman, publik area, ruang kantor, rumah dsb (Juli Soemirat,

2005).

C. Pentingnya Higiene dan Sanitasi Peralatan

Salah satu sumber kontaminan utama dalam pengolahan pangan berasal dari

penggunaan wadah dan peralatan pengolahan yang kotor dan mengandung

mikroba dalam jumlah cukup tinggi. Pencucian alat pengolahan dengan

menggunakan air yang kotor, dapat menyebabkan mikroba yang berasal dari

air pencuci dapat menempel pada wadah/alat tersebut.

Demikian juga sisa-sisa makanan yang masih menempel pada alat/wadah

dapat menyebabkan pertumbuhan mikroorganisme yang cukup tinggi.

Mikroba yang mungkin tumbuh bisa kapang, khamir atau bakteri. Mutu

makanan yang baik akan menurun nilainya apabila ditempatkan pada wadah

yang kurang bersih. Sanitasi yang dilakukan terhadap wadah dan alat

meliputi pencucian untuk menghilangkan kotoran dan sisa-sisa bahan,

diikuti dengan perlakuan sanitasi menggunakan germisidal. Dalam

pencucian menggunakan air biasanya digunakan detergen untuk membantu

proses pembersihan. Penggunaan detergen mempunyai beberapa

keuntungan karena detergen dapat melunakkan lemak, mengemulsi lemak,

melarutkan mineral dan komponen larut lainnya sebanyak mungkin.


Detergen yang digunakan untuk mencuci alat/wadah dan alat pengolahan

tidak boleh bersifat korosif dan mudah dicuci dari permukaan (Volk dan

Wheeler, 1984).

Proses sanitasi alat dan wadah ditunjukkan untuk membunuh sebagian besar

atau semua mikroorganisme yang terdapat pada permukaan. Sanitizer yang

digunakan misalnya air panas, halogen (khlorin atau Iodine), turunan

halogen dan komponen amonium quarternair (Gobel, 2008).

Tujuan Sanitasi Peralatan Makan

1. Mencegah kontaminasi silang pada makanan baik pada tahap persiapan,

pengolahan dan penyimpanan.

2. Mencegah bahaya yang ditimbulkan oleh material peralatan.

3. Memperpanjang masa pemakaian alat.

4. Menjamin keamanan dan keselamatan pekerja.

D. Prinsip – prinsip sanitasi peralatan

Sumber penularan penyakit dan penyebab terjadinya keracunan makanan

adalah makanan dan minuman yang tidak memenuhi syarat higiene. Keadaan

higiene makanan dan minuman antara lain dipengaruhi oleh higiene alat

masak dan alat makan yang dipergunakan. Alat makan merupakan salah satu

faktor yang memegang peranan di dalam menularkan penyakit, sebab alat

makan yang tidak bersih dan mengandung mikroorganisme dapat

menularkan penyakit lewat makanan, sehingga proses pencucian alat makan

sangat berarti dalam membuang sisa makanan dari peralatan yang membantu

pertumbuhan mikroorganisme dan melepaskan mikroorganisme yang hidup

(Cahyaningsih, 2009). Menurut Kusmayadi (2007) dalam Setyorini, (2013)


terdapat 4 hal penting yang menjadi prinsip higiene dan sanitasi makanan

yang meliputi perilaku sehat dan bersih orang yang mengelola makanan,

sanitasi makanan, sanitasi peralatan dan sanitasi tempat pengolahan.

Makanan dapat terkontaminasi mikroba karena beberapa hal, di antaranya

menggunakan lap kotor dalam membersihkan perabotan, tidak mencuci

tangan dengan bersih dan lain-lainnya.

Prinsip-prinsip sanitasi peralatan:

1. Prinsip utama peralatan harus mudah dibuka atau dipindahkan untuk

memudahkan pembersihan dengan bahan non korosif.

2. Desain, tipe, ukuran dan instalasi peralatan dibuat untuk mencegah dan

menghindari kontaminasi selama proses produksi.

3. Ketika memilih dan memberli mesin, higienitas produksi dan

kemudahan untuk pembersihan dan sanitasi harus dipertimbangkan.

4. Kontaminasi adalah penyebab utama kerusakan mesin.Perawatan dan

penanganan yang baik dibutuhkan untuk memahami sifat merusak

kontaminasi dan menyadari manfaat untuk mencegah kontaminasi.

E. Prinsip Pencucian

Upaya pencucian peralatan makan dan masak meliputi beberapa prinsip

yaitu:

1) Tersedianya Sarana pencucian

Sarana pencucian diperlukan untuk dapat melaksanakan cara pencucian

hygienis dan sehat. Sarana pencucian dapat disediakan mulai dari yang

tradisional, setengah modern dan modern, misalnya dengan mesin cuci.


Sarana pencucian yang paling sederhana adalah bak perendaman dan

bak pembilasan dengan air sekali pakai.

2) Dilaksanakannya teknis Pencucian

Selengkap apapun sarana pencucian yang ada, tanpa dilaksanakannya

teknis pencucian yang baik, tidak akan memberikan hasil yang baik

3) Mengetahui dan Mengerti maksud Pencucian

Prinsip ini perlu diketahui benar sehingga apa yang dikerjakan selama

pencucian dilaksanakan dengan penuh rasa tanggung jawab untuk

mendapatkan hasil yang baik.

Maksud dari mencuci peralatan makan dan masak dengan menggunakan

sarana dan teknis pencucian dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Untuk menghilangkan kotoran kasar, dilakukan dengan cara:

a) Scraping atau pemisahan kotoran sebelum dicuci, agar peoses

mencuci lebih mudah, kotoran kasar tidak menyumbat saluran

pembuangan air limbah dari bak pencucian.

b) Pemakaian sabun, atau abu gosok, agar kotoran kasar yang

menempel dapat dilepas dari perlatan.

c) Penggunaan air bertekanan tinggi dimaksud agar dengan tekanan

air yang kuat dapat membantu melepaskan kotoran yang melekat.

b. Untuk menghilangkan minyak dan lemak dilakukan dengan cara:

a) Direndam dalam air panas (60ᵒc) sampai larut dan segera dicuci

jangan sampai dibiarkan dingin, karena lemak akan kembali

membeku

b) Direndam dalam larutan detergen (lemon shop) dan bukan


sabun karena sabun tidak melarut lemak.

c. Menghilangkan bau (amis,bau ikan dan lainnya)

dilakukan dengan cara :

a) Melarutkan dengan perasan jeruk nipis dalam larutan


pencuci.

b) Menggunakan abu gosok, arang atau kapur yang

mempunyai daya deodorant (anti bau).

c) Menggunakan detergent yang baik (lemak yang larut akan

melarutkan bau amis/bau ikan).

d. Melakukan tindakan sanitasi/desinfeksi untuk membebaskan

hama dan kuman dengan cara sebagai berikut :

a) Direndam dalam air panas dengan suhu 80ᵒC selama 2

menit dan 100ᵒC selama 1 menit.

b) Direndam dalam air mengandung chlor 50 ppm selama 2

menit atau dibubuhi kaporit 2 sendok makan dalam 100

liter air.

c) Ditempatkan pada sinar matahari sampai kering.

d) Ditempatkan pada oven penyimpanan piring.

e. Pengeringan peralatan yang telah selesai dicuci, dapat dilakukan

dengan menggunakan:

a) Handuk khusus yang bersih dan tidak menimbulkan

pengotoran ulang.

b) Lap bersih sekali pakai yang tidak menimbulkan bekas.

c) Ditiriskan sampai kering dengan sendirinya.


F. Faktor-Faktor yang mempengaruhi angka kuman pada alat makan

1. Bahan dasar alat makan

Bahan dasar piring antara lain dari kaca, keramik, plastik, perak dan

lainnya. Bahan dasar sendok yang digunakan antara lain adalah stainless

stell, kuningan, plastik, kaca dan lain-lain. Material yang boleh

digunakan dalam pengolahan makanan adalah stainless steel, alumunium,

kayu keras, logam berlapis. Sedangkan material yang tidak boleh

digunakan adalah cadmium, antimony, timbal, kooper.

Syarat-syarat peralatan yang digunakan dalam pengolahan

makanan

1) Material alat harus sesuai dengan jenis produk, metode

pembersihan, senyawa pembersih.

2) Selain itu terbuat dari bahan yang stabil, tidak korosif, tidak

berpori dan tidak menyerap.

3) Material harus tidak beracun, tidak berpori, tidak menyerap dan

tidak dipengaruhi oleh produk dan senyawa pembersih.

4) Seluruh permukaan material harus dapat dilihat untuk

pemeriksaan.

5) Seluruh permukaan material harus halus dan bebas lubang,

retakan, relung, sambungan terbuka, kesenjangan, tepian

menonjol, baut dan paku keling.


6) Semua bagian yang dilas, baik di area produk maupun bukan,

harus halus dan rata dengan permukaan yang berdekatan.

7) Material peralatan tidak boleh dicat pada area di dalam atau di

atas area produk.

Dari segi kemudahan dalam pembersihan, perlu juga diperhatikan

bahwa peralatan yang digunakan dengan permukaan yang halus, bebas

dari kerusakan, retakan, serpihan dan lubang, bebas dari sudut internal

yang tajam, sudut dan celah , serta mudah diakses untuk pembersihan

dan inspeksi.

2. Kondisi awal piring

Kondisi awal piring adalah kondisi awal dimana piring tersebut belum

dibersihkan, sehingga masih ada kotoran yang menempel pada peralatan

makan tersebut. Kotoran yang dapat menempel pada peralatan tersebut

antara lain karbohidrat (nasi, sayuran, kentang), lemak/minyak (antara

lain sisa sisa margarin dan mentega), protein (sisa daging, ikan, telur)

serta mineral, susu dan endapan kerak.

3. Air Pencuci

Penggunaan air pencuci untuk mencuci harus banyak, mengalir dan

selalu diganti setiap kali untuk mencegah sisa kotoran dari piring.

4. Bak pencuci

Bak pencuci berhubungan dengan kontaminasi silang antar peralatan dan

Bak pencucian yang tidak bersih. Sarana pencucian yang terpenting dapat

dikelompokkan dalam perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak

(software). Perangkat keras terdiri dari sarana fisik dan permanen yang
dipergunakan berulang-ulang.

a. Perangkat keras berupa sarana yang dapat dipakai berulang,

sedikitnya tersedia 3 bak

1) Bagian untuk persiapan

2) Bagian untuk pencucian yang terdiri dari satu sampai tiga bak

bagian, yaitu :

 Bagian pencucian

 Bagian pembersihan

 Bagian desinfeksi

3) Bagian pengeringan atau penirisan

Sarana pencucian yang terpenting tersedianya bak bak terpisah

yang dapat terbuat dari plastik, porselin, atau logam.

Bak tersebut harus terjaga kebersihannya dan terbuat dari bahan

yang tidak mudah rusak atau terlarut didalam cairan pencuci,

pembersih maupun desinfeksi.

5. Tenaga Pencuci

Tenaga pencuci berhubungan dengan kualitas pencucian bahan makanan,

peralatan makan dan peralatan masak yang digunakan. Pencucian yang

benar akan memberikan hasil akhir pencucian yang sehat dan aman.

Tahapan tahapan pencucian yang perlu diikuti agar hasil pencucian sehat

dan aman sebagai berikut :

1) Scrapping

Yaitu memisahkan segala kotoran dan sisa-sisa makanan yang

terdapat pada peralatan yang dicuci, seperti sisa makanan diatas


piring,sendok dan lainnya. Kotoran tersebut dikumpulkan ditempat

sampah (kantong plastik) selanjutnya diikat dan dibuang ke tempat

sampah kedap air (drum/tong plastik tertutup) dapat pula

dikumpulkan untuk makanan lemak. Penanganan sampah yang rapi

dan apik sangat perlu diperhatikan untuk mencegah pengotoran

pada tempat pencucian yang akan berakibat tersumbatnya saluran

limbah.

Jangan mencuci peralatan yang masih terdapat sisa makanan, karena

akan mengotori bak pencuci.

b. Flushing

Mengguyur air kedalam peralatan yang akan dicuci sehingga

terendam seluruh permukaan peralatan. Perendaman (soaking)

dimaksudkan untuk memberi kesempatan peresapan air kedalam sisa

makanan yang menempel atau mengeras, sehingga mudah untuk

dibersihkan atau terlepas dari permukaan alat. Waktu perendaman

sangat tergantung dari kondisi makanan yang kuat menempel pada

peralatan makan dan minum, perendaman makin lama apabila

makanan kuat menempel dan jika tidak kuat menempel maka

perendaman tidak akan lama. Penggunaan perendaman dengan air

panas (60ᵒC) akan lebih cepat dari pada air dingin. Minimal waktu

perendaman adalah 30 menit – 60 menit.

c. Washing

Mencuci peralatan dengan cara menggosok akan melarutkan sisa

makanan dengan zat pencuci yang mudah larut dalam air sehingga
sedikit kemungkinan membekas pada alat yang dicuci. Pada tahap ini

dapat digunakan sabut,tapas,atau zat penghilang bau yang dipergunakan

seperti abu gosok,arang atau air jeruk nipis. Penggunaan sabun

sebaiknya dihindarkan, karena sabun tidak dapat melarutkan lemak,

sehingga pembersihan lemak tidak sempurna dan kemungkinan masih

tersisa bau. Sabun sukar larut dalam air dan bila menempel diperalatan

akan menimbulkan bekas noda pada peralatan.

Pada tahap penggosokan ini perlu diperhatikan bagian- bagian peralatan

yang perlu dibersihkan lebih cermat yaitu :

1) Bagian peralatan yang terkena makanan (permukaa alat makan)

2) Bagian peralatan yang kontak dengan tubuh (bibir gelas dan ujung
sendok)

3) Bagian yang tidak rata (bergerigi atau berukir)

d. Rinsing (membilas dengan air bersih)

Yaitu mencuci peralatan yang telah digosok detergent sampai bersih

dengan cara dibilas dengan air bersih. Pada tahap ini penggunaan air

harus banyak, mengalir dan selalu diganti. Setiap alat yang dibersihkan

dibilas dengan cara menggosok- gosok dengan tangan atau sampai terasa

kesat (tidak licin). Bilamana masih terasa licin berarti pada pealatan

tersebut masih menempel sisa sisa lemak atau sisa sisa detergent dan

kemungkinan masih mengandung bau amis (anyir). Bau amis

merupakan hasil pemecahan dari asam amino yang berasal dari protein

makanan yang terlarut dalam lemak (minyak) Pembilasan sebaiknya

menggunakan tekanan air yang cukup sehingga dapat melarutkan sisa


kotoran atau sisa bahan pencuci. Tekanan yang di anjurkan dengan

tekanan 15 psi (pound pesquare inches) atau tekanan air yang digunakan

sama dengan 1,2 kg/cm2. Jika menggunakan tekanan gravitasi air sama

dengan menara tower setinggi lebih kurang 10m.

e. Sanitizing

Yaitu tindakan sanitasi untuk membebashamakan peralatan setelah

proses pencucian. Peralatan yang selesai dicuci perlu dijamin aman dari

mikroba dengan cara sanitasi atau dikenal dengan cara desinfeksi. Cara

desinfeksi yang umum dilakukan ada beberapa macam yaitu :

1) Dengan perendanman air panas dengan suhu 100ᵒC selama 2 menit.

2) Dengan larutan chlor aktif (50 ppm)

3) Dengan udara panas (oven)

4) dengan sinar ultra violet (sinar matahari pagi 09.00-11.00) atau

peralatan elektrik yang menghasilkan sinar ultraviolet.

5) Dengan uap panas (steam) yang biasanya terdapat pada mesin cuci

piring (dishwashing machine)

f. Toweling

Yaitu mengusap kain lap bersih atau mengeringkan dengan

menggunakan kain atau handuk (towel) dengan maksud untuk

menghilangkan sisa-sisa kotoran yang mungkin masih menempel

sebagai akibat proses pencucian seperti noda detegent, noda chlor dan

sebagainya. Sebenarnya kalau proses pencucian berlangsung dengan

baik, maka noda – noda itu tidak boleh terjadi. Noda bisa terjadi pada

mesin mesin pencuci, yang system desinfeksinya sudah kurang tepat.


Prinsip penggunaan lap pada alat yang sudah dicuci bersih sebenarnya

tidak boleh dilakukan, karena akan terjadi pencemaran sekunder

(recontaminasi). Towelling ini dapat dilakukan dengan syarat bahwa

towel yang digunakan harus steril dan bersih serta sering diganti.

Penggunaan towel yang paling baik adalaah yang sekali pakai (single

use). Towel yang sudah digunakan dicuci dan disterilkan dengan

autoclave sehingga benar-benar steril setiap akan digunakan. Dalam

pembersihan peralatan yang menggunakan tindakan sanitasi kering

(sinar atau oven) maka penggunaan towel sebaiknya tidak digunakan.

6. Alat penggosok

Alat penggosok tergantung dari jenis alat penggosok yang digunakan

misalnya dari sabut atau zat pembuang bau seperti abu gosok, arang atau

jeruk nipis. Pemakaian sabut, tapas atau abu gosok bertujuan agar

kotoran keras yang menempel dapat dilepaskan dari peralatan.

G. Kelengkapan Peralatan Pengolahan

Perlengkapan/peralatan yang harus diperhatikan dalam tempat pengolahan

yaitu:

1. untuk alat yang terbuat dari besi jangan berkarat.

2. air harus cukup.

3. pisah antara dapur basah dan dapur kering (jika tidak dipisah yang harus

diperhatikan adalah cara mengamankan makanan selama proses memasak

sampai menyajikan makanan).


Adapun persyaratan peralatan makanan, yaitu (Pohan, 2009):

1. Peralatan yang kontak langsung dengan makanan tidak boleh

mengeluarkan zat beracun yang melebihi ambang batas sehingga

membahayakan kesehatan.

2. Peralatan tidak rusak, retak dan tidak menimbulkan pencemaran

terhadap makanan.

3. Permukaan yang kontak langsung dengan makanan harus tidak ada

sudut mati, rata halus dan mudah dibersihkan.

4. Peralatan harus dalan keadaan bersih sebelum digunakan.

5. Peralatan yang kontak langsung dengan makanan yang siap disajikan

tidak boleh mengandung angka kuman yang melebihi ambang batas,

dan tidak boleh mengandung kuman E.coli.

Cara pencucian peralatan harus memenuhi ketentuan:

1. Pencucian peralatan harus menggunakan sabun atau deterjen air

dingin, air panas, sampaibersih.

2. Dibebashamakan sedikitnya dengan larutan kaporit 50 ppm, air

panas 800oC selama 2 menit.

3. Peralatan yang sudah didesinfeksi harus ditiriskan pada rak-rak anti

karat sampai kering sendiri dengan bantuan sinar matahari atau

buatan dan tidak boleh dilap dengan kain.

4. Semua peralatan yang kontak dengan makanan harus disimpan

dalam keadaan kering dan bersih, ruang penyimpanan peralatan tidak


lembab, terlindung dari sumber pengotoran/kontaminasi dan

binatang perusak.

Menurut Depkes 2004, Peralatan makan yang kita gunakan harus bersih, agar kita

terhindar dari kemungkinan penularan penyakit. Oleh karena itu perlu dilakukan

uji sanitasi alat makan. Cara sederhana untuk memastikan alat makan kita bersih

atau tidak, bisa dilakukan dengan uji kebersihan alat sebagai berikut.

1. Menguji kebersihan dapat dilakukan dengan cara :

a. Menaburkan tepung pada piring yang sudah dicuci dalam keadaan

kering. Bila tepungnya lengket pertanda pencucian belum bersih.

b. Menaburkan garam pada piring yang kering, pertanda pencucian

belum bersih.

c. Penetesan air pada piring yang kering. Bila air jatuh pada piring

ternyata menumpuk/atau tidakpecah pertanda pencucian belum

bersih.

d. Penetesan dengan alkohol, jika terjadi endapan pertanda pencucian

belum bersih.

e. Penciuman aroma, bila tercium bau amis pertanda pencucian belum

bersih.

f. Penyiraman. Bila peralatan kelihatannya kusam/tidak cemerlang

berarti pencucian belum bersih.


H. Kerangka teori

Bahan dasar alat makan

Kondisi awal piring

Air pencuci
Angka Kuman
pada alat makan
Bak pencuci

Tenaga Pencuci

Alat Penggosok

Sumber : Modifikasi Nur amaliyah, Depkes RI 2004

I. Kerangka Konsep

Bahan dasar alat makan

Kondisi awal piring

Air pencuci Angka Kuman


Pada Alat Makan

Bak Pencuci

Tenaga Pencuci

Alat Penggosok
J. Hipotesis Penelitian

Ha : Terdapatnya hubungan yang bermakna antara bahan dasar alat makan

dengan angka kuman pada alat makan pedagang kaki lima di lapangan

Pemda Lampung Selatan.

Ha : Terdapatnya hubungan yang bermakna antara kondisi awal piring

dengan angka kuman pada alat makn pedagang kaki lima di lapangan

pemda Lampung Selatan.

Ha : Terdapatnya hubungan yang bermakna antara air pencuci dengan angka

kuman pada alat makan pedagang kaki lima di lapangan Pemda

Lampung Selatan.

Ha : Terdapatnya hubungan yang bermakna antara bak pencuci dengan

keberadaan angka kuman pada alat makan pedagang kaki lima di

lapangan Pemda Lampung Selatan.

Ha : Terdapatnya hubungan yang bermakna antara tenaga pencuci dengan

keberadaan angka kuman pada alat makan pedagang kaki lima di

lapangan Pemda Lampung Selatan.

Ha : Terdapatnya hubungan yang bermakna antara alat penggosok dengan

keberdaan angka kuman pada alat makan pedagang kaki lima di

lapangan Pemda Lampung Selatan.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah

observasional analitik dengan rancangan cross sectional yaitu penelitian yang

mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek dan

cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat

(point time apporach) . (Notoatmodjo, 2018 : 38).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di lapangan Pemda di wilayah Lampung Selatan.

Sedangkan untuk pemeriksaan bakteriologis (angka kuman) usap alat makan

dilakukan di Laboratorium. Pengumpulan data dilakukan pada bulan April-

Mei Tahun 2021.

C. Subjek penelitian

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pedagang yang berjualan di

lapangan Pemda di wilayah Lampung Selatan. Total populasi yaitu

sebanyak 53 pedagang .

29
2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti, terdapat kriteria

sampel yang telah ditetapkan oleh penulis, yaitu :

a. Pedagang yang berjualan di sekitar Lapangan Pemda.

b. Pedagang yang mempunyai alat makan yang dapat dan melakukan

pencucian alat di tempat.

Berdasarkan kriteria sampel pedagang yang telah ditetapkan, maka

sampel yang memenuhi kriteria yaitu sebanyak 30 pedagang.

Sedangkan untuk menentukan sampel alat makan diambil 1 jenis alat

perpedagang. Adapaun kriteria alat yang akan dijadikan sampel adalah:

a. Alat makan dikelompokkan menjadi 5 yaitu piring, gelas,

mangkuk, sendok, dan garpu.

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Variabel bebas (Independent variable), Variabel bebas dalam penelitian ini

adalah bahan dasar alat makan, kondisi awal piring, air pencucian, bak

pencuci, tenaga pencuci dan alat penggosok.

2. Variabel terikat (Dependent variable) yaitu variabel yang berubah akibat

perubahan variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah

angka kuman pada peralatan makan.


E. Definisi Operasional

Variabel Definisi Skala


Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur
ukur

Angka  0= Tidak memenuhi


Jumlah angka kuman yang Pemeriksa Metode ALT persyaratan kesehatan
Kuman
terdapat pada peralatan makan an (angka lempeng (>0 koloni/gr).
Peralatan Ordinal
ditunjukkan dengan nilai Laborator total)  1=Memenuhi persyaratan
Makan
koloni/cm2pada pemeriksaan ium kesehatan (0 koloni/gr).
laboratorium. (Permenkes RI No
1096/Menkes/PER/VI/2011)
Variabel Definisi Skala
Cara ukur Alat ukur Hasil ukur
Ukur
Bahan Material tidak boleh bersifat Observasi Cheklist  0 = Tidak Ordinal
dasar korosif , mengeluarkan memenuhi syarat jika
alat racun, bebas lubang dan semua syarat tidak
makan retakan terpenuhi
Dan tidak boleh dicat di
bagian dalam  1 = Memenuhi
Syarat, jika semua syarat
Kondisi awal Visual piring harus bersih, terpenuhi
piring Observasi Checklist Ordinal
tidak boleh ada kotoran yang
menempel tidak ada lemak  0 = Tidak Memenuhi syarat
yang tersisa dan endapan , jika semua syarat tidak
kerak pada peralatan. terpenuhi
 1 = Memenuhi syarat, jika
semua syarat terpenuhi
Air pencuci Air pencuci yang digunakan Ordinal
Observasi Checklist
saat mencuci piring harus  0 = Tidak memenuhi
banyak, bersih dan mengalir syarat, jika semua syarat
tidak terpenuhi
 1= Memenuhi syarat, jika
semua syarat terpenuhi
Definisi
Variabel Cara Ukur Alat ukur Hasil Ukur Skala ukur
Operasional
Checklist
Bak Observasi  0 = Tidak memenuhi Ordinal
pencuci Bak pencuci harus tersedia syarat, jika semua syarat
3 bak, terbuat dari bahan yang tidak terpenuhi
tidak mudah rusak dan bersih
Checklist  1 = Memenuhi syarat,
jika semua syarat
terpenuhi

Tenaga pencuci berkaitan Ordinal


Tenaga  0 = Tidak memenuhi
Pencuci dengan kualitas pencucian
Observasi syarat , jika semua
piring untuk mendapatkan
kualitas yang baik harus syarat tidak terpenuhi
mengikuti teknik pencucian Checklist
yang baik dan benar  1= Memenuhi syarat,
jika semua syarat
terpenuhi

Alat Menggunakan alat penggosok Ordinal


Observasi  0 = Tidak memenuhi
penggosok dalam melakukan pencucian
piring guna untuk melepaskan syarat , jika semua
kotoran keras yang menempel syarat tidak terpenuhi
pada alat
 1 = Memenuhi syarat,
jika semua syarat
terpenuhi
F. Teknik Pengumpulan Data

Jenis dan sumber data yang digunakan adalah data primer yaitu sebagai

berikut :

1. Observasi

Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung, hal tersebut

dilakukan untuk mengetahui bahan dasar alat makan, kondisi awal

piring, air pencuci, bak pencuci, tenaga pencuci dan penggunaan alat

penggosok.

2. Pemeriksaan angka kuman pada alat makan

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui jumlah koloni pada

sampel alatmakan pada pedagang. Metode yang digunakan

menggunakan metode ALT.

G. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Data yang diperoleh melalui tahap-tahap antara lain :

a. Editing, merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isian

formulir atau kuisioner apakah jawaban yang ada di kuisioner sudah

jelas, lengkap, relevan dan konsisten.

b. Coding, yaitu melakukan pemberian kode-kode tertentu dengan tujuan

mempersingkat dan mempermudah pengolahan data.

c. Entrying, yaitu data yang telah di edit dan diberi kode kemudian

diproses ke dalam program komputer.


d. Cleaning, yaitu melihat kembali data yang telah dimasukkan atau

sudah dibersihkan dari kesalahan, baik dalam pengkodean atau pada

entry data.

e. Tabulating, menyusun data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

2. Analisis Data

Data – data yang diperoleh kemudian dianalisa secara univariat dan

bivariat.

a. Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian (Notoadmojo, 2018 : 182).

Analisis univariat dilakukan untuk mendeskripsikan tiap-tiap variabel

penelitian dalam bentuk tabel frekuensi.

b. Bivariat

Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap dua variabel

yang diduga berhubungan atau berkolerasi (Notoadmojo, 2018 : 183).

analisis bivariat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua

variabel yaitu variabel independen dengan variabel dependen. Karena

jenis datanya adalah kategorik maka uji statistic yang digunakan

adalah chi-square. Presepsi nilai menggunakan Chi-square, dengan

menggunakan program SPSS dengan derajatn kepercayaan 95% (α =

0,05 ) . apabila diperoleh nilai p < α disimpulkan terdapat hubungan

signifikan antar variabel, tetapi bila nilai p > α disimpulkan tidak


terdapat hubungan signifikan antar variabel dan melihat Odds Ratio

(OR) untuk memperkirakan risiko masing-masing variabel yang

diteliti.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lapangan Pemda

Lapangan Pemda kecamatan Kalianda adalah salah satu lapangan yang berada di

Kecamatan Kalianda, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung, Indonesia. Lapangan

Pemda merupakan suatu lapangan terbuka yang luas dan dikelilingi oleh jalan yang

dapat digunakan untuk kegiatan formal maupun kegiatan nonformal. Tempat ini

sangat sejuk karena terdapat pohon-pohon disetiap pinggirnya sehingga menarik

untuk dikunjungi sekedar untuk bersantai oleh masyarakat di sekitar Kalianda.

Pedagang kaki lima di sekitar lapangan Pemda cukup banyak dan menyediakan

menu yang beragam baik makanan, minuman dan jajanan lainnya dagangan yang

tersedia biasanya seperti batagor, siomay, mie ayam, ketoprak, es tebu, es jeruk,

kopi dan masih banyak lainnya, dilapangan pemda juga menjual pakaian, sendal,

dan mainan anak-anak. Pedagang biasanya menggunakan gerobak atau tenda atau

sekedar menggelar tikar untuk berjualan di lapangan ini. lapangan ini dikelilingi

oleh jalan yang ramai kendaraan berlalu lalang sehingga kehigienisan alat makan

atau makanan perlu dijaga karena pengunjung sangat ramai dan dari berbagai usia

Lapangan pemda ini biasa digunakan pemerintah kalianda untuk melaksanakan

upacara penting atau apel rutin setiap hari senin, perlombaan atau bazzar, biasanya

pada hari jum’at lapangan ini digunakan untuk senam bersama oleh warga sipil.

Lapangan ini beroperasi dari pagi sampai malam hari ada yang berjualan untuk

sarapan dan biasanya pedagang ramai pada sore sampai malam hari sehingga

lapangan ini dimanfaatkan untuk mencari peluang usaha sehingga menjadi salah

36
satu tempat umum yang ramai dikunjungi.

Batas-batas wilayah lapangan pemda sebagai berikut :

Sebelah utara : berbatasan dengan Lapangan Voli Pemda Lampung Selatan

Sebelah Timur : berbatasan dengan Gedung Serba Guna Kalianda

Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kantor DPRD Lampung Selatan

Sebelah Barat : Rumah dinas Bupati Lampung Selatan

Gambar 4.1
Koordinat lintang dan bujur : 5°42’59”S 105°35’08”E
Sumber : Googke Earth
B. Hasil Penelitian

Hasil penelitian menjelaskan analisis univariat dan bivariat dengan masing-masing

variabel yang telah diteliti.

1. Analisis Univariat

Berikut adalah hasil analisis univariat yang menyajikan distribusi variabel angka

kuman, bahan dasar alat makan, kondisi awal piring, air pencuci, bak pencuci,

tenaga pencuci dan alat penggosok pedagang kaki lima di lapangan Pemda

kecamatan Kalianda.

a. Angka Kuman alat makan

Berdasarkan hasil penelitian laboratorium diperoleh Distribusi frekuensi

angka kuman alat makan pada pedagang kaki lima di Lapangan Pemda

Kecamatan Kalianda, dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi Angka Kuman pada alat makan pedagang kaki lima di

Lapangan Pemda Kecamatan Kalianda Tahun 2021.

Angka Kuman Frekuensi ( Presentase %


Tidak Memenuhi Syarat 2 23 76,7
Memenuhi Syarat 7 2 23,3
Jumlah 30 100,0

Berdasarkan Tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa dari 30 sample, 23 sample angka

kuman alat makan yang tidak memenuhi syarat sebesar (76,3%) dan, 7 sample

angka kuman alat makan yang memenuhi syarat sebesar (23,3%).

b. Bahan dasar alat makan


Berdasarkan hasil pengumpulan data diperoleh Distribusi frekuensi Responden

berdasarkan bahan dasar alat makan pada pedagang kaki lima di Lapangan Pemda

Kecamatan Kalianda, dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi bahan dasar alat makan pedagang kaki lima di Lapangan

Pemda Kecamatan Kalianda Tahun 2021.

Bahan Dasar Alat Makan Frekuensi ( Presentase %


Tidak Memenuhi Syarat 5 1 16,7
Memenuhi Syarat 25 8 87,3
Jumlah 30 100,0

Berdasarkan Tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa dari 30 sample, 5 sample bahan

dasar alat makan yang tidak memenuhi syarat sebesar (16,7%) dan, 25 sample bahan

dasar alat makan yang memenuhi syarat sebesar (87,3%).

c. Kondisi awal piring

Berdasarkan hasil pengumpulan data diperoleh Distribusi frekuensi kondisi awal

piring alat makan pada pedagang kaki lima di Lapangan Pemda Kecamatan

Kalianda, dapat dilihat pada tabel dibawah ini

Tabel 4.3

Distribusi Frekuensi kondisi awal piring alat makan pedagang kaki lima di

Lapangan Pemda Kecamatan Kalianda Tahun 2021.

Kondisi Awal Piring Frekuensi ( Presentase %


Tidak Memenuhi Syarat 8 8 2 26,7
Memenuhi Syarat 22 3 37,3
Jumlah 30 100,0
Berdasarkan Tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa dari 30 sample, 8 sample alat

kondisi awal piring yang tidak memenuhi syarat sebesar (26,7%) dan, 22 sample

kondisi awal piring yang memenuhi syarat sebesar (37,3%).

d. Air pencuci

Berdasarkan hasil pengumpulan data diperoleh Distribusi frekuensi air pencuci alat

makan pada pedagang kaki lima di Lapangan Pemda Kecamatan Kalianda, dapat

dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.4

Distribusi Frekuensi air pencuci alat makan pedagang kaki lima di Lapangan

Pemda Kecamatan Kalianda Tahun 2021.

Air Pencuci Frekuensi ( Presentase %


Tidak Memenuhi Syarat 16 5 53,3
Memenuhi Syarat 14 4 46,7
Jumlah 30 100,0

Berdasarkan Tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa dari 30 sample, 16 sample air

pencuci yang tidak memenuhi syarat sebesar (53,3%) dan, 14 sample air pencuci

yang memenuhi syarat sebesar (46,7%).

e. Bak pencuci

Berdasarkan hasil pengumpulan data diperoleh Distribusi frekuensi bak pencuci alat

makan pada pedagang kaki lima di Lapangan Pemda Kecamatan Kalianda, dapat

dilihat pada tabel dibawah ini :


Tabel 4.5

Distribusi Frekuensi bak pencuci alat makan pedagang kaki lima di Lapangan

Pemda Kecamatan Kalianda Tahun 2021.

Bak Pencuci Frekuensi ( Presentase %


Tidak Memenuhi Syarat 20 66,7
Memenuhi Syarat 10 33,3
Jumlah 30 100,0

Berdasarkan Tabel 4.5 diatas menunjukkan bahwa dari 30 sample, 20 sample bak

pencuci yang tidak memenuhi syarat sebesar (66,7%) dan, 10 sample bak pencuci

yang memenuhi syarat sebesar (33,3%).

f. Tenaga Pencuci

Berdasarkan hasil pengumpulan data diperoleh Distribusi frekuensi Tenaga pencuci

alat makan pada pedagang kaki lima di Lapangan Pemda Kecamatan Kalianda, dapat

dilihat pada tabel dibawah ini

Tabel 4.6

Distribusi Frekuensi tenaga pencuci alat makan pedagang kaki lima di

Lapangan Pemda Kecamatan Kalianda Tahun 2021.

Tenaga Pencuci Frekuensi Presentase %


Tidak Memenuhi Syarat 15 50,0
Memenuhi Syarat 15 50,0
Jumlah 30 100,0

Berdasarkan Tabel 4.6 diatas menunjukkan bahwa dari 30 sample, 15 responden

tenaga pencuci atau cara pencucian alat makan yang tidak memenuhi syarat sebesar

(50,0%) dan, 15 sample responden tenaga pencuci atau cara pencucian alat makan

yang memenuhi syarat sebesar (15,0%).


g. Alat Penggosok

Berdasarkan hasil pengumpulan data diperoleh Distribusi frekuensi alat penggosok

pada pedagang kaki lima di Lapangan Pemda Kecamatan Kalianda, dapat dilihat

pada tabel dibawah ini

Tabel 4.7

Distribusi Frekuensi alat penggosok pedagang kaki lima di Lapangan Pemda

Kecamatan Kalianda Tahun 2021.

Bahan Penggosok Frekuensi Presentase %


Tidak Memenuhi Syarat 0 0
Memenuhi Syarat 30 100,0
Jumlah 30 100,0

Berdasarkan Tabel 4.7 diatas menunjukkan bahwa dari 30 sample, 30 sample

memenuhi syarat yaitu menggunakan alat penggosok.

2. Bivariat

Pada analisis bivariat ini digunakan untuk mengetahui hubungan variabel

independent terhadap variabel dependent menggunakan uji statistik chi-square

dengan tingkat kemaknaan 0,05.

Berikut merupakan hasil dari analisis bivariat variabel independent ( bahan dasar alat

makan, kondisi awal piring, air pencuci, bak pencuci, tenaga pencuci / teknik

pencucian, dan alat penggosok). Dari hasil uji chi-square antara variabel independent

dengan variabel dependent akan ditunjukan sebagai berikut :

a. Hubungan Bahan Dasar Alat Makan dengan Kualitas Angka Kuman pada alat

makan.
Berdasarkan hasil analisis bivariat hubungan bahan dasar alat makan dengan kualitas

angka kuman alat makan pedagang kaki lima di Lapangan Pemda Kalianda sebagai

berikut :

Tabel 4.8

Hubungan Bahan Dasar Alat Makan dengan Kualitas Angka Kuman Alat

Makan pedagang kaki lima di Lapangan Pemda Kalianda.

Angka Kuman
BDAM TMS MS Total p-value OR 95% CI
N %N N %
TMS 5 5 2 100 0 0 0 0 5 (100,0%)
MS 18 7 72,07 7 28,0 25 (100,0%) 0,177 1,389 (1,088-
Total 23 76,77 7 23,3 30 (100,0%) 1 ,773)

Berdasarkan pada tabel diatas diketahui dari 30 responden yang memiliki angka

kuman yang tidak memenuhi syarat dengan bahan dasar alat makan yang tidak

memenuhi syarat yaitu sebanyak 5 (100,0%) , sedangkan angka kuman yang tidak

memenuhi syarat dengan bahan dasar alat makan yang memenuhi syarat yaitu

sebanyak 18 (72,0%) alat makan. Dan untuk angka kuman yang memenuhi syarat

dengan bahan dasar alat makan yang tidak memenuhi syarat sebesar 0, sedangkan

angka kuman yang memenuhi syarat dengan bahan dasar alat makan yang memenuhi

syarat sebanyak 7 (28,0%).

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square diatas diperoleh nilai p-value =

0,177 > 0,05 maka Ho diterima, sehingga tidak ada hubungan yang signifikan antara

bahan dasar alat makan dengan jumlah kuman pada alat makan pedagang kaki lima

di lapangan Pemda Kecamatan Kalianda. Nilai OR = 1,389 (1,088-1,773) artinya


bahan dasar alat makan yang tidak memenuhi syarat 1,389 kali berisiko memiliki

angka kuman yang tinggi dibandingkan dengan bahan dasar alat makan yang

memenuhi syarat.

b. Hubungan Kondisi Awal Piring dengan Kualitas Angka Kuman pada alat makan

Berdasarkan hasil analisis bivariat hubungan bahan dasar alat makan dengan kualitas

angka kuman alat makan pedagang kaki lima di Lapangan Pemda Kalianda sebagai

berikut :

Tabel 4.9

Hubungan Kondisi Awal Piring dengan Kualitas Angka Kuman Alat Makan

pedagang kaki lima di Lapangan Pemda Kalianda.

Angka Kuman
KAP TMS MS Total p-value OR 95% CI
N %N N %
TMS 5 7 2 87,50 1 0 12,5 8 (100,0%)
MS 16 7 72,77 6 27,3 22 (100,0%) 0,398 2,625 (0,264-
Total 23 76,77 7 23,3 30 (100%) 1 26,072)

Berdasarkan pada tabel diatas diketahui dari 30 responden yang memiliki angka

kuman yang tidak memenuhi syarat dengan kondisi awal piring yang tidak

memenuhi syarat yaitu sebanyak 7 (87,5%) , sedangkan angka kuman yang tidak

memenuhi syarat dengan kondisi awal piring yang memenuhi syarat yaitu sebanyak

16 (72,7%) alat makan. Dan untuk angka kuman yang memenuhi syarat dengan

kondisi awal piring yang tidak memenuhi syarat sebanyak 1 (12,5%), sedangkan

angka kuman yang memenuhi syarat dengan kondisi awal piring yang memenuhi

syarat sebanyak 6 (26,3%).


Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square diatas diperoleh nilai p-value =

0,398 > 0,05 maka Ho diterima, sehingga tidak ada hubungan yang signifikan antara

kondisi awal piring dengan jumlah kuman pada alat makan pedagang kaki lima di

lapangan Pemda Kecamatan Kalianda. Nilai OR = 2,625 (0,264-26,072) artinya

kondisi awal piring yang tidak memenuhi syarat 2,625 kali berisiko memiliki angka

kuman yang tinggi dibandingkan dengan kondisi awal piring yang memenuhi syarat.

c. Hubungan Air Pencuci dengan Kualitas Angka Kuman pada alat makan.

Berdasarkan hasil analisis bivariat hubungan air pencuci alat makan dengan kualitas

angka kuman alat makan pedagang kaki lima di Lapangan Pemda Kalianda sebagai

berikut :

Tabel 4.10

Hubungan air pencuci dengan Kualitas Angka Kuman Alat Makan pedagang

kaki lima di Lapangan Pemda Kalianda.

Angka Kuman
AP TMS MS Total p-value OR 95% CI
N %N N %
TMS 5 15 2 93,80 1 0 62,2 16 (100,0%)
MS 8 7 57,17 6 42,9 24 (100,0%) 0,018 11,250 (1,146-
Total 23 100 7 7 100 30 (100,0%) 1 26,072)

Berdasarkan pada tabel diatas diketahui dari 30 responden yang memiliki angka

kuman yang tidak memenuhi syarat dengan air pencucian yang tidak memenuhi

syarat yaitu sebanyak 15 (93,8%) , sedangkan angka kuman yang tidak memenuhi

syarat dengan air pencuci yang memenuhi syarat yaitu sebanyak 8 (57,1%).
Dan untuk angka kuman yang memenuhi syarat dengan air pencuci yang tidak

memenuhi syarat sebesar 1 (62,2%), sedangkan angka kuman yang memenuhi syarat

dengan air pencuci yang memenuhi syarat sebanyak 6 (42,9%).

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square diatas diperoleh nilai p-value =

0,018 < 0,05 maka Ha diterima, sehingga ada hubungan yang signifikan antara air

pecucian dengan jumlah kuman pada alat makan pedagang kaki lima di lapangan

Pemda Kecamatan Kalianda. Nilai OR = 11,250 (1,146-110,460) artinya air pencuci

yang tidak memenuhi syarat 11,250 kali berisiko memiliki angka kuman yang tinggi

dibandingkan dengan air pencuci yang memenuhi syarat.

d. Hubungan Bak pencuci dengan Kualitas Angka Kuman pada alat makan

Berdasarkan hasil analisis bivariat hubungan bak pencuci dengan kualitas angka

kuman alat makan pedagang kaki lima di Lapangan Pemda Kalianda sebagai berikut:

Tabel 4.11

Hubungan bak pencuci dengan Kualitas Angka Kuman Alat Makan pedagang

kaki lima di Lapangan Pemda Kalianda.

Angka Kuman
BP TMS MS Total p-value OR 95% CI
N %N N %
TMS 5 14 2 70,00 6 0 30,0 20 (100,0%)
MS 9 7 90,07 1 10,0 10 (100,0%) ,222 259(0,27-
Total 23 23,37 7 23,3 30 (100,0%) 1 2,526)

Berdasarkan pada tabel diatas diketahui dari 30 responden yang memiliki angka

kuman yang tidak memenuhi syarat dengan bak pencuci yang tidak memenuhi syarat

yaitu sebanyak 14 (70,0%) , sedangkan angka kuman yang tidak memenuhi syarat

dengan bak pencuci yang memenuhi syarat yaitu sebanyak 9 (90,0%).


Dan untuk angka kuman yang memenuhi syarat dengan bak pencuci yang tidak

memenuhi syarat sebesar 6(30,0%), sedangkan angka kuman yang memenuhi syarat

dengan bahan dasar alat makan yang memenuhi syarat sebanyak 1 (10,0%).

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square diatas diperoleh nilai p-value

= 0,222 > 0,05 maka Ha ditolak, sehingga tidak ada hubungan yang signifikan antara

bak pencucian dengan jumlah kuman pada alat makan pedagang kaki lima di

lapangan Pemda Kecamatan Kalianda. Nilai OR = 259 (0,27-2,526) artinya bak

pencuci yang tidak memenuhi syarat 259 kali berisiko memiliki angka kuman yang

tinggi dibandingkan dengan bak pencuci yang memenuhi syarat.

e. Hubungan Tenaga Pencuci dengan Kualitas Angka Kuman pada alat makan

Berdasarkan hasil analisis bivariat hubungan tenaga pencuci alat makan dengan

kualitas angka kuman alat makan pedagang kaki lima di Lapangan Pemda Kalianda

sebagai berikut :

Tabel 4.12

Hubungan tenaga pencuci dengan Kualitas Angka Kuman Alat Makan

pedagang kaki lima di Lapangan Pemda Kalianda.

Angka Kuman
TP TMS MS Total p-value OR 95% CI
N %N N %
TMS 5 14 2 93,30 1 0 6,7 15 (100,0%)
MS 9 7 60,07 6 40,0 15 (100,0%) 0,031 9,333(958-
Total 23 76,77 7 23,3 30 (100,0%) 1 90,940)

Berdasarkan pada tabel diatas diketahui dari 30 responden yang memiliki angka

kuman yang tidak memenuhi syarat dengan tenaga pencuci yang tidak memenuhi

syarat yaitu sebanyak 14 (93,3%) , sedangkan angka kuman yang tidak memenuhi
syarat dengan tenaga pencuci yang memenuhi syarat yaitu sebanyak 9 (60,0%) . Dan

untuk angka kuman yang memenuhi syarat dengan tenaga pencuci yang tidak

memenuhi syarat sebesar 1 (6,7%), sedangkan angka kuman yang memenuhi syarat

dengan bahan dasar alat makan yang memenuhi syarat sebanyak 6 (40,0%).

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square diatas diperoleh nilai p-value =

0,031 < 0,05 maka Ha diterima, sehingga ada hubungan yang signifikan antara

tenaga pencuci dengan jumlah kuman pada alat makan pedagang kaki lima di

lapangan Pemda Kecamatan Kalianda. Nilai OR = 9,333 (958-90,940) artinya tenaga

pencuci yang tidak memenuhi syarat 9,333 kali berisiko memiliki angka kuman yang

tinggi dibandingkan dengan tenaga pencuci yang memenuhi syarat.

f. Hubungan Alat penggosok dengan Kualitas Angka Kuman pada Alat Makan

Alat penggosok tidak dapat dilakukan uji statistik menggunakan uji chi-square

disebabkan hanya terdapat satu kategori yang terisi sedangkan satu kategorinya tidak,

seluruh pedagang kaki lima di Lapangan Pemda Kalianda sudah memenuhi syarat

atau menggunakan alat penggosok pada saat melakukan pencucian alat makan.

C. Pembahasan

1. Keterbatasan Penelitian

a. Jarak pengambilan sample dan laboratirum pemeriksaan yang jaraknya cukup

jauh sehingga dikhawatirkan bisa menyebabkan angka kuman menjadi

banyak, tetapi pengambilan sample sudah dilakukan seaseptis mungkin untuk

menghindari perkembangbiakan kuman yang tinggi dari seharusnya.

b. Pemeriksaan dilakukan sendiri di laboratorium sehingga bisa saja terjadi

kesahalan dalam melakukan langkah kerja.


2. Hubungan Bahan Dasar Alat Makan dengan Kualitas Angka Kuman Alat Makan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di lapangan Pemda menunjukkan bahwa

pada angka kuman yang tidak memenuhi syarat dengan bahan dasar alat makan

yang tidak memenuhi syarat yaitu sebanyak 5 (100%), sedangkan angka kuman

yang tidak memenuhi syarat dengan bahan dasar alat makan yang memenuhi

syarat yaitu sebanyak 18 (72,0%) alat makan. Pada angka kuman yang memenuhi

syarat dengan bahan dasar alat makan yang tidak memenuhi syarat yaitu sebanyak

0 (0%), sedangkan angka kuman yang memenuhi syarat dengan bahan dasar alat

makan yang memenuhi syarat yaitu sebanyak 7 (23,3%) alat makan.

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square diatas diperoleh nilai p-

value = 0,177 > 0,05 maka Ho diterima, sehingga tidak ada hubungan yang

signifikan antara bahan dasar alat makan dengan jumlah kuman pada alat makan

pedagang kaki lima di lapangan Pemda Kecamatan Kalianda. Nilai OR = 1,389

(1,088-1,773) artinya bahan dasar alat makan yang tidak memenuhi syarat 1,389

kali berisiko memiliki angka kuman yang tinggi dibandingkan dengan bahan dasar

alat makan yang memenuhi syarat.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh ( Rona, Sulistiyani

dan Nikie, 2016). Tentang faktor-faktor yang mempengaruhi angka kuman

peralatan makan di Lapas wanita kelas II A Semarang menyatakan bahwa hasil uji

statistik analisis Chi – Square menunjukkan p-value = 0,070 yang artinya tidak

terdapat hubungan antara jenis bahan dengan kualitas angka kuman alat makan.

Menurut Trigunarso (2020), yang dimana kondisi peralatan makan yang baik

seharusnya tidak boleh patah, tidak mudah berkarat, penyok, tergores, atau retak,
dikarenakan akan menjadi sarang bakteri maupun kotoran. Serta peralatan makan

yang tidak utuh tidak mungkin dapat dicuci sempurna sehingga dapat menjadi

sumber kontaminasi.

Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1096 Tahun 2011

Tentang Higiene Sanitasi Jasa Boga bahwa peralatan masak dan peralatan makan

harus terbuat dari bahan tara pangan (food grade) yaitu peralatan yang aman dan

tidak berbahaya bagi kesehatan dan juga keadaan peralatan harus utuh, tidak

cacat, tidak retak, tidak gompal, dan mudah dibersihkan

Hasil observasi di lapangan yang telah dilakukan masih terdapat pedagang yang

mempunyai alat makan berupa piring dan mangkok yang retak dan juga sendok

yang bersifat korosif atau karatan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pedagang sebaiknya tidak menggunakan

peralatan yang sudah retak, gompel atau karatan dan di harapkan pedagang dapat

lebih memperhatikan peralatan yang digunakan.

3. Hubungan Kondisi Awal Piring dengan kualitas angka kuman pada Alat Makan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di lapangan Pemda menunjukkan bahwa

pada angka kuman yang tidak memenuhi syarat dengan kondisi awal piring yang

tidak memenuhi syarat yaitu sebanyak 7 (87,5%), sedangkan angka kuman yang

tidak memenuhi syarat dengan kondisi awal piring yang memenuhi syarat yaitu

sebanyak 16 (72,7%) alat makan. Pada angka kuman yang memenuhi syarat

dengan bahan kondisi awal piring yang tidak memenuhi syarat yaitu sebanyak 1

(12,5%), sedangkan angka kuman yang memenuhi syarat dengan bahan dasar alat

makan yang memenuhi syarat yaitu sebanyak 6 (23,3%) alat makan.


Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square diatas diperoleh nilai p-

value = 0,398 > 0,05 maka Ho diterima, sehingga tidak ada hubungan yang

signifikan antara kondisi awal piring dengan jumlah kuman pada alat makan

pedagang kaki lima di lapangan Pemda Kecamatan Kalianda. Nilai OR = 2,625

(0,264-26,072) artinya kondisi awal piring yang tidak memenuhi syarat 2,625 kali

berisiko memiliki angka kuman yang tinggi dibandingkan dengan kondisi awal

piring yang memenuhi syarat.

Menurut Chairini Tri Cahyaningsih sisa makanan yang kering pada permukaan

akan menjadi media yang baik bagi perumbuhan bakteri. Menurut Puja

Krisnawati dkk, 2018 faktor seperti piring yang digunakan untuk menyajikan

makanan yang berbeda seperti nasi goreng, mie goreng, dan kerupuk yang

mengandung banyak lemak/minyak, protein dan karbohidrat. Piring tersebut

memiliki tingkat kandungan lemak/minyak berbeda. Faktor lain seperti kondisi

awal piring atau tingkat kekotoran piring juga dapat berpengaruh terhadap angka

kuman. menurut Jimmy Tomam Azzari, 2013 faktor yang berasal dari jenis

makanan dan minuman dapat dijabarkan dari kebersihan alat makan dan minuman

yang dapat dkiukur dari bahan makanan dan minuman yang disajikan

menggunakan peralatan makan tersebut apakah mudah dibersihkan atau tidak.

Misalnya alat makan yang digunakan untuk menempatkan makanan berkuah,

kondisi kebersihannya berbeda dengan alat makan untuk makanan yang tidak

berkuah (piring bekas tempat rendang kebersihannya berbeda dengan piring bekas

sop).
Hasil observasi yang telah dilakukan dilapangan alat-alat tersebut memang bersih

secara visual tetapi saat dilakukan pengamatan ada beberapa pedagang yang

menggunakan lap untuk proses pengeringan. Lap tersebut digunakan secara

berulang kali sehingga menyisakan lemak-lemak dan dapat menyebabkan

kontaminasi. Terdapat pedagang yang tidak melakukan pencucian alat segera

setelah digunakan padahal hal ini bisa menyebabkan sisa makanan menjadi kering

karena pada sisa makanan kering pada permukaan alat akan menjadi media yang

baik bagi pertumbuhan bakteri. Menurut DEPKES 2004 penggunaan lap tidak

boleh dilakukan karena dapat mencemari alat yang sudah dicuci, lap hanya boleh

digunakan dengan syarat harus bersih dan selalu diganti penggunaan yang bagus

adalah sekali pakai.

Untuk menghindari terjadinya kerak atau lemak yang menempel pada peralatan

pedagang bisa melakukan perendaman terlebih dahulu yang bertujuan untuk

peresapan air ke dalam sisa makanan yang menempel atau mengeras sehingga

memudahkan proses pencucian serta rutin mencuci lap yang akan digunakan.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diharapkan pedagang

Menggunakan lap sekali pakai atau lap yang bersih dan tidak menggunakan lap

berulang kali serta melakukan perendaman dan sesegera mungkin mencuci alat

makan agar tidak menimblukan kerak pada alat makan.

4. Hubungan Air pencuci dengan kualitas angka kuman pada Alat Makan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di lapangan Pemda menunjukkan bahwa

pada angka kuman yang tidak memenuhi syarat dengan air pencuci yang tidak

memenuhi syarat yaitu sebanyak 15 (93,8%), sedangkan angka kuman yang tidak
memenuhi syarat dengan air pencuci yang memenuhi syarat yaitu sebanyak 8

(57,1%) . Pada angka kuman yang memenuhi syarat dengan air pencuci yang

tidak memenuhi syarat yaitu sebanyak 1 (12,5%), sedangkan angka kuman yang

memenuhi syarat dengan air pencuci yang memenuhi syarat yaitu sebanyak 6

(27,3%).

Berdasarkan analisis bivariat menggunakan uji chi-square untuk mengetahui

hubungan antara variabel air pencuci dengan angka kuman alat makan diperoleh

hasil analisis bivariat diperoleh p-value 0,018 < 0,05 yang berarti ada hubungan

yang signifikan antara air pencuci dengan kualitas angka kuman alat makan

pedagang kaki lima di Lapangan Pemda.

Penelitian yang dilakukan oleh Brilian Rizky Ananda, dan Laily Khairiyati (2017)

yang melakukan penelitian tentang angka kuman pada beberapa metode pencucian

peralatan makan yang dimana hasilnya bahwa mencuci peralatan makan dengan

air mengalir hasilnya semuanya memenuhi syarat kualitas angka kuman peralatan

makan hal ini dikarenakan air yang digunakan yaitu air mengalir sehingga air

tidak digunakan berulang – ulang atau ditampung dalam bak.

Apabila air tersebut tidak diganti secara berkala dapat menyebabkan

tertumpuknya bakteri pada air dan dapat mengkontaminasi peralatan makan yang

akan digunakan. Seperti yang pernah dikatakan dalam penelitian Astusi (2008),

bahwa air cucian yang jarang diganti ketika sudah terlihat kotor bisa

menyebabkan adanya E. Coli.

Hasil observasi yang dilakukan di Lapangan masih banyak pedagang yang tidak

menggunakan air mengalir dan cenderung menampung air cuciannya bahkan tidak
mengganti airnya dari waktu awal berjualan sampai tiba mereka tutup padahal air

sudah terlihat sangat keruh. Tetapi ada juga pedagang yang melakukan

pembilasan dengan cara diguyur dengan mangkuk kecil atau sekedar membuat

percikan-percikan air menggunakan tangannya. Pedagang melakukan pencucian

dengan air yang sama secara berulang-ulang sehingga air yang digunakan tampak

kotor.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan diharapkan dengan rutin mengganti air

pencuci bisa menurunkan angka kuman dan memberishkan alat dengan baik.

5. Hubungan Bak Pencuci dengan kualitas angka kuman pada Alat Makan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di lapangan Pemda menunjukkan bahwa

pada angka kuman yang tidak memenuhi syarat dengan bak pencuci yang tidak

memenuhi syarat yaitu sebanyak 14 (70,0%), sedangkan angka kuman yang tidak

memenuhi syarat dengan bak pencuci yang memenuhi syarat yaitu sebanyak 9

(90,0%). Pada angka kuman yang memenuhi syarat dengan bak pencuci yang

tidak memenuhi syarat yaitu sebanyak 6 (30%), sedangkan angka kuman yang

memenuhi syarat dengan bak pencuci yang memenuhi syarat yaitu sebanyak 1

(10,0%).

Berdasarkan analisis bivariat menggunakan uji chi-square untuk mengetahui

hubungan antara variabel bak pencuci dengan angka kuman alat makan diperoleh

hasil analisis bivariat diperoleh p-value 0,222 > 0,05 yang berarti tidak ada

hubungan yang signifikan antara bak pencuci dengan kualitas angka kuman alat

makan pedagang kaki lima di Lapangan Pemda.


Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Chairini Tri Cahyaningsih

dengan nilai p-value 0,613 > 0,05 yang artinya tidak ada hubungan antara ada 3

bak dengan kualitas bakteriologi pada alat makan.

Menurut Chairini Tri Ningsih kebersihan bak pencucian memang harus

diperhatikan karena bak yang kotor memungkinkan terjadinya kontaminasi silang

antara bak dan peralatan meskipun bak sudah terbuat dari bahan yang kuat dan

halus tetap harus dibersihkan setiap hari untuk mencegah tumbuhnya bakteri yang

dapat menimbulkan kontaminasi pada peralatan makan. Prinsip – prinsip dasar

pencucian peralatan makan yang terpenting adalah tersedianya sarana pencucian

peralatan dengan memiliki tiga bagian, yaitu bagian pencucian, bagian

pembersihan / pembilasan dan bagian bak desinfeksi. Menurut DEPKES 2004

bagian pencucian yang terdiri dari satu sampai tiga bak yaitu bagian pencucian,

bagian pembersihan dan bagian desinfektan serta dijaga kebersihannya.

Menurut hasil observasi peneliti pada bak pencucian rata-rata pedagang memiliki

bak, pedagang kaki lima di lapangan pemda hanya menggunakan satu, dua sampai

tiga bak tetapi saat dilakukan observasi pun keadaan bak sangat kotor dengan air

yang keruh dan penuh lemak di dalam bak tersebut sehingga air rendaman

tersebut dapat mencemari peralatan lain yang akan dicuci, sisa-sisa lemak atau

minyak pada bak merupakan media yang baik bagi pertumbuhan bakteri

tersedianya tiga bak pun tidak sesuai peruntukannya. Seluruh pedagang tidak

memiliki bak desinfektan padahal bak ini berfungsi untuk membebaskan kuman

setelah proses pencucian selesai. Selain dirasa repot melakukan desinfektan juga
dirasa membuang waktu karena para pedagang kaki lima tidak memiliki waktu

yang banyak untuk melakukan proses deseinfektan.

Salah satu kekurangan penelitian ini adalah tidak dilakukannya wawancara

terhadap narasumber mengenai kapan bak yang digunakan dibersihkan.

Dari hasil penelitian ini diharapkan kepada pedagang untuk menyediakan 3 bak

dan sesuai peruntukannya serta rutin mencuci bak sebelum dan sesudah

digunakan.

6. Hubungan Tenaga Pencuci dengan kualitas angka kuman pada Alat Makan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di lapangan Pemda menunjukkan bahwa

pada angka kuman yang tidak memenuhi syarat dengan tenaga pencuci yang tidak

memenuhi syarat yaitu sebanyak 14 (93,3%), sedangkan angka kuman yang tidak

memenuhi syarat dengan tenaga pencuci yang memenuhi syarat yaitu sebanyak 9

(60,0%) alat makan. Pada angka kuman yang memenuhi syarat dengan tenaga

pencuci yang tidak memenuhi syarat yaitu sebanyak 1 (6,7%), sedangkan angka

kuman yang memenuhi syarat dengan tenaga pencuci yang memenuhi syarat

yaitu sebanyak 6 (40,0%) alat makan.

Berdasarkan analisis bivariat menggunakan uji chi-square untuk mengetahui

hubungan antara variabel tenaga pencuci dengan angka kuman alat makan

diperoleh hasil analisis bivariat dengan p-value 0,031 < 0,05 yang berarti ada

hubungan yang signifikan antara tenaga pencuci dengan kualitas angka kuman

alat makan pedagang kaki lima di Lapangan Pemda.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Rona Arundina

Rahmadiani dkk, 2016), tentang faktor-faktor yang mempengaruhi angka kuman


pada peralatan makan di lapas wanita kelas II A Semarang menyatakan bahwa

diperoleh nilai p-value 0,002 < 0,05 menunjukkan bahwa ada hubungan yang

signifikan antara antara teknik pencucian dengan jumlah kuman pada sendok di

lapas wanita kelas II A Semarang.

Menurut DEPKES 2004 untuk mendapatkan hasil pencucian yang sehat dan aman

perlu diikuti tahapan-tahapan pencucian yang perlu diikuti yaitu : scrapping yaitu

memisahkan segala kotoran dan sisa-sisa makanan yang ada diperalatan, flushing

mengguyur air kedalam peralatan yang akan dicuci sehingga terendam seluruh

permukaan peralatan, washing yaitu mencuci peralatan dengan cara menggosok

dan melarutkan sisa makanan dengan zat pencuci, pada tahap ini dapat digunakan

alat penggosok. Rinsing yaitu mencuci peralatan yang telah digosok detergent

sampai bersih dengan cara dibilas air bersih, sanitizing yaitu tindakan

membebashamakan peralatan setelah pencucian, toweling yaitu mengusap kain

lap bersih dengan maksud menghilangkan sisa-sisa kotoran yang mungkin masih

menempel. Menurut Melawati (2010) air yang digunakan berulang-ulang untuk

proses pencucian peralatan makan akan sangat mudah terkontaminasi kuman yang

menempel pada peralatan yang akan dicuci.

Menurut hasil observasi peneliti dari teknik pencucian tidak lengkap seperti tidak

menggunakan desinfektan seluruh pedagang kaki lima di lapangan pemda tidak

melakukan desinfektan, Terdapat pedagang yang tidak melakukan perendaman

saat melakukan pencucian dan dibiarkan begitu saja sambil menunggu pembeli

datang jika dilihat piring kotor masih sedikit pedagang tersebut tidak melakukan

pencucian. Hasil observasi menunjukkan bahwa terdapat beberapa pedagang yang


setelah mereka melakukan pencucian alat makan alat-alat tersebut didiamkan di

keranjang yang ditaruh di pinggir gerobak yang dimana ramai kendaraan berlalu

lalang, pembilasan di air yang sudah keruh masih dilakukan bahkan air pembilas

tidak diganti, penggunaan lap yang digunakan untuk membersihkan alat dipakai

secara berulang sehingga bisa menyebabkan kontaminasi setelah pencucian.

Dari hasil observasi diharapkan para pedagang kaki lima untuk mengikuti atau

menerapkan tahapan-tahapan pencucian yang benar.

7. Hubungan Alat penggosok dengan kualitas angka kuman pada Alat Makan

Alat penggosok diketahui bahwa dari responden semua pedagang kaki lima di

lapangan pemda menggunakan alat penggosok untuk melakukan pencucian piring.

Alat penggosok tidak dapat dilakukan uji chi square disebabkan hanya terdapat

satu kategori yang terisi sedangkan satu kategorinya tidak.

Menurut DEPKES RI 2004 penggunaan alat penggosok seperti sabut, tapas atau

abu gosok bertujuan agar kotoran keras yang menempel dapat dilepaskan dari

peralatan. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Vincentus

Suproyono (1993), hasil yang didapat variasi campuran detergen dan abu gosok

dapat menurunkan angka kuman baik dilihat dari angka kuman, angka prosentase

maupun uji statistik dimana hasilnya benar benar bermakna. Hasil observasi

penggosokkan alat makan seluruh pedagang kaki lima di lapangan pemda sudah

menggunakan alat penggosok untuk membantu proses pencucian.

Berdasarkan hasil observasi dilapangan pedagang kaki lima di lapangan pemda

sudah baik dalam penggunaan alat penggosok.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis penelitian peralatan makan pedagang kaki lima yang

telah dilakukan di Lapangan Pemda kecamatan Kalianda sebagai berikut :

1. Dari total 30 sample alat makan yang diteliti terdapat 7 alat makan yang

memenuhi syarat, dan 23 alat makan tidak memenuhi persyaratan.

2. Tidak ada hubungan antara bahan dasar alat makan dengan kualitas angka

kuman peralatan makan pedagang kaki lima di lapangan Pemda Kecamatan

Kalianda tahun 2021 dengan p-value : 0,177

3. Tidak ada hubungan antara kondisi awal piring dengan kualitas angka kuman

peralatan makan pedagang kaki lima di lapangan Pemda Kecamatan Kalianda

tahun 2021 dengan p-value : 0,398

4. Ada hubungan antara air pencuci dengan kualitas angka kuman peralatan

makan pedagang kaki lima di lapangan Pemda Kecamatan Kalianda tahun

2021 dengan p-value : 0,18

5. Tidak ada hubungan antara bak pencuci dengan kualitas angka kuman

peralatan makan pedagang kaki lima di lapangan Pemda Kecamatan Kalianda

tahun 2021 dengan p-value : 0,222

6. Ada hubungan antara tenaga pencuci dengan kualitas angka kuman peralatan

makan pedagang kaki lima di lapangan Pemda Kecamatan Kalianda tahun

2021 dengan p-value : 0,031

59
7. Tidak ada hubungan antara alat penggosok alat makan dengan kualitas angka

kuman peralatan makan pedagang kaki lima di lapangan Pemda Kecamatan

Kalianda tahun 2021 dengan p-value : α

B. Saran

1. Bagi pedagang kaki lima di lapangan pemda Kalianda

a. Untuk bahan dasar alat makan sebaiknya tidak menggunakan peralatan

yang sudah retak, gompel atau karatan dan di harapkan pedagang dapat

lebih memperhatikan peralatan yang digunakan.

b. Untuk kondisi awal piring pedagang diharapkan menggunakan lap sekali

pakai atau lap yang bersi serta melakukan perendaman dan sesegera

mungkin mencuci alat makan agar tidak menimblukan kerak pada alat

makan.

c. Untuk air pencuci diharapkan pedagang kaki lima rutin mengganti air

pencuci dengan air bersih untuk menjaga keefktifitasan pencucian.

d. Untuk bak pencuci diharapkan kepada pedagang untuk menyediakan 3 bak

dan sesuai peruntukannya serta rutin mencuci bak sebelum dan sesudah

digunakan.

e. Untuk tenaga pencuci diharapkan para pedagang kaki lima untuk

mengikuti atau menerapkan tahapan-tahapan pencucian yang benar.

2. Bagi Puskesmas Way Urang dalam program kerja pemeriksaan pangan situasi

khusus supaya ditambahkan pengecekan sekaligus pembinaan terkait hygiene

sanitasi peralatan makan pada pedagang kaki lima.


3. Bagi peneliti selanjutnya, sangat perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk

melihat variabel-variabel yang belum diteliti dalam penelitian ini dan

menambahkan metode wawancara, sehingga data pendukung yang diperoleh

akan lengkap.
DAFTAR PUSTAKA

Damayanti, Ifany. 2011, Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi

Rendahnya Pendapatan Pedagang Kaki Lima, (Skripsi Fakultas Ekonomi

Universitas Sebelas Maret Surakarta).

Djoko Windu P. Irawan, Prinsip – Prinsip Hygiene Sanitasi Makanan Minuman

Rumah Sakit.

Rejeki, Sri. 2015. Sanitasi Hygiene dan K3. Bandung : Rekayasa Sains.

Febriyani, Bobihu .2012, Studi Sanitasi dan Pemeriksaan Angka Kuman pada

Usapan Peralatan Makan Di Rumah Makan Kompleks Pasar Sentral

Gorontalo Tahun 2012.

Amaliyah, Nurul. 2017. Penyehatan Makanan dan Minuman. Yogyakarta.

Pustaka Panasea 191 Halaman.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Nomor :

1096/Menkes/PER/VI/1096 Tentang Higiene Sanitasi Jasa Boga. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 2004. Kumpulan Modul Hygiene Sanitasi Makanan

dan Minuman.

Wayan, Lastmi, Irfanny Z Anwar, dan Zul Amri. 2018. Bahan Ajar Gizi

Manajemen Sistem Penyelenggaraan Makanan Institusi.

Fadilla rangkuti,N, EmillaE, dkk. 2020. Hubungan Konsumsi Makanan Jajanan

kaki lima dengan kejadian penyakit diare di Mi Nurul Fadhilah Bandar

Setia. Vol 1 no.1 Jurnal Of Nutrition And Culinary (JNC).

Tri Cahyaningsih, Chairini,dkk.2009. Hubungan Higiene Sanitasi dan Perilaku


Penjamah Makanan dengan Kualiatas bakteriologis Peralatan Makan di

Warung Makan. Vol.25 No.4. hal. 180-188. Berita kedokteran masyarakat.

Rizky Ananda,Brilian, Khairiyati, Laily,dkk.2017. Angka Kuman Pada Beberapa

Metode Pencucian Peralatan Makan. MLTJ,ISSN 2461-0879. Medical

Laboratory Technology Journal.

Shabarni-Gaffar, Iman Permana,Euis Julaeha. Identifikasi Populasi Bakteri

Dalam Spons Pencuci Piring Dengan Metode PCR-RFLP.

Vincentus Suproyono,1993, Variasi Campuran Deterjen Dan Abu Gosok Dalam

Menurunkan Angka Kuman ( Studi Tentang Proses Pencucian Alat Makan

Piring Di Rumah Sakit Umum Dati II Kabupaten Magetan.

Anisa T. Lubis, Oksfriani Jufri Sumampouw, Jootje M.L Umboh,2020 Gambaran

Cara Pencucian Alat Makan dan Keberadaan Eschericia coli Pada

Peralatan Makan Di Rumah Makan.Volume 1 nomor 1.journal of public

health and community medicine.

Puja Krisnawati, Isnawati, Darmiah.2018. Pengaruh Waktu Kontak Air Jeruk

Nipis (citrus aurantifolia swingle) Terhadap Peningkatan Kualitas

Kebersihan Piring. ISSN 2581-0898. Jurnal Kesehatan Lingkungan.

Auliya Mulya, Rahmawati, Erminawati.2021. Teknik Pencucian Mempengaruhi

Angka Kuman Pada Peralatan Makan. ISSN ISSN 2581-0898. Jurnal

Kesehatan Lingkungan.

Juli Arminta Sari Kartika, Sri Yuliawati, Retno Hestianingsih.2017 Faktor-Faktor

Yang BerhubunganDenganJumlah AngkaKuman Dan Keberadaan


Escherichia Coli Pada Alat Makan (studi penelitian di panti sosialAsuhKyai

Ageng Majapahit). ISSN : 2356-3346. Jurnal Kesehatan Masyarakat.

Rona Arundina Rahmadiani, Sulistiyani, Nikie Astorina Yunita.2016 Dewanti.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Angka Kuman Pada Peralatan

MakanDi Lapas Wanita Klas IIA Semarang. ISSN : 2356-3346. Jurnal

Kesehatan Masyarakat.

Nova Fadilla Rangkuti, Esi Emilia dkk,.2020. Hubungan Konsumsi Makanan

Jajanan Kaki Lima Dengan Kejadian Diare Di MI Nurul Fadhilah Bandar

Setia. Journal Of Nutrition And Culinary.

Jimmy Tomam Azari.2013. Studi Komparatif Pencucian AlatMakan Dengan

Perendaman Dan Air Mengalir Terhadap Jumlah Kuman Pada Alat Makan

Di Warung Makan Bu Am Gonilan. Artikel Publikasi Ilmiah.

Fauzia Rifka Bilqis, Nur Endah Wahyuningsih, Yusniar Hanani Darundiati.2016.

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Jumlah Koloni Bakteri Dan

Keberadaan E.coli Pada Air Cucian Peralatan Makan Pedagang Makanan

Di Tembalang . ISSN : 2356-3346. Jurnal Kesehatan Masyarakat.

Sri Indra Trigunarso.2020. Hygiene Sanitasi Dan Perilaku Penjamah Makanan

Dengan AngkaKuman Pada Makanan Jajanan Di Lingkungan Sekolah.

ISSN : 2086-7751. Jurnal Kesehatan


LAMPIRAN
LEMBAR OBSERVASI
No responden :
Jenis Dagangan :
Jenis alat makan :
1. Bahan Dasar Alat Makan

NO OBSERVASI YA TIDAK
1. Material alat harus sesuai dengan jenis produk, metode
pembersihan, senyawa pembersih.
2. Terbuat dari bahan yang stabil, tidak korosif, tidak berpori
dan tidak menyerap
3. Material harusn tidak beracun, tidak berpori,tidak menyerap
dan tidak dipengaruhi oleh produk senyawa pembersih.
4. Seluruh permukaan material harus dapat dilihat untuk
pemeriksaan
5. Seluruh permukaan material harus halus dan bebas lubang,
retakan, relung, sambungan, terbuka, kesenjangan, tepian
menonjol, baut dan paku keling
6. Semua bagian yang dilas, baik di area produk maupun bukan,
harus halus dan rata dengan permukaan yang berdekatan
7. Material peralatan tidak boleh dicat pada area di dalam atau
diatas area produk

2. Kondisi Awal Piring

NO OBSERVASI YA TIDAK

1. Alat makan dalam keadaan baik dan bersih

2. Tidak ada lemak yang tersisa

3. Tidak ada endapan kerak

3. Air Pencuci

NO OBSERVASI YA TIDAK

1. Air yang digunakan untuk mencuci yakni air bersih.

2. Air harus banyak

3. Air harus mengalir


4. Air harus selalu diganti

4. Bak Pencuci

NO OBSERVASI YA TIDAK

1. Tempat pencucian terbuat dari bahan yang kuat, aman, tidak


berkarat dan mudah dibersihkan
2. Tersedia 3 bak Pencucian

5. Tenaga pencuci ( Teknik Pencucian )

NO OBSERVASI YA TIDAK

1. Membuang sisa kotoran sebelum dilakukan pencucian.

2. Merendam peralatan pencucian.

3. Mencuci dengan detergen atau sabun cuci piring.

4. Membilas dengan air bersih.

5. Menggunakan Lap Bersih/sekali pakai

6. Bahan Penggosok

NO OBSERVASI YA TIDAK

1. Tersedia Bahan Penggosok


Jenis alat makan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Piring 6 20,0 20,0 20,0

Mangkok 6 20,0 20,0 40,0

Gelas 6 20,0 20,0 60,0


Valid
Sendok 6 20,0 20,0 80,0

garpu 6 20,0 20,0 100,0

Total 30 100,0 100,0

Angka kuman

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

tms 23 76,7 76,7 76,7

Valid ms 7 23,3 23,3 100,0

Total 30 100,0 100,0

Bahan dasar alat makan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

tms 5 16,7 16,7 16,7

Valid ms 25 83,3 83,3 100,0

Total 30 100,0 100,0

Kondisi awal piring

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Valid tms 8 26,7 26,7 26,7

ms 22 73,3 73,3 100,0


Total 30 100,0 100,0

Air Cucian

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Tms 16 53,3 53,3 53,3

Valid ms 14 46,7 46,7 100,0

Total 30 100,0 100,0

Bak Pencuci

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

tms 20 66,7 66,7 66,7

Valid ms 10 33,3 33,3 100,0

Total 30 100,0 100,0

Tenaga Pencuci

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

tms 15 50,0 50,0 50,0

Valid ms 15 50,0 50,0 100,0

Total 30 100,0 100,0

Menggunakan bahan penggosok

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Valid ms 30 100,0 100,0 100,0


Crosstabs

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Bahan dasar alat makan *


30 100,0% 0 0,0% 30 100,0%
Angka kuman
Kondisi awal piring * Angka
30 100,0% 0 0,0% 30 100,0%
kuman
Air Cucian * Angka kuman 30 100,0% 0 0,0% 30 100,0%
Bak pencuci * Angka kuman 30 100,0% 0 0,0% 30 100,0%
Tenaga Pencuci * Angka
30 100,0% 0 0,0% 30 100,0%
kuman

Bahan dasar alat makan * Angka kuman

Angka kuman Total

Tms ms

Count 5 0 5
tidak % within Bahan dasar alat
100,0% 0,0% 100,0%
makan
Bahan dasar alat makan
Count 18 7 25
ya % within Bahan dasar alat
72,0% 28,0% 100,0%
makan
Count 23 7 30
Total % within Bahan dasar alat
76,7% 23,3% 100,0%
makan

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 1,826a 1 ,177


Continuity Correction b
,596 1 ,440
Likelihood Ratio 2,949 1 ,086
Fisher's Exact Test ,304 ,236
Linear-by-Linear Association 1,765 1 ,184
N of Valid Cases 30

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,17.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

For cohort Angka kuman =


1,389 1,088 1,773
tms
N of Valid Cases 30

Kondisi awal piring * Angka kuman

Crosstab

Angka kuman Total

tms Ms

Count 7 1 8
tidak
% within Kondisi awal piring 87,5% 12,5% 100,0%
Kondisi awal piring
Count 16 6 22
ya
% within Kondisi awal piring 72,7% 27,3% 100,0%
Count 23 7 30
Total
% within Kondisi awal piring 76,7% 23,3% 100,0%

Chi-Square Tests

Value Df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square ,716a 1 ,398


Continuity Correction b
,128 1 ,720
Likelihood Ratio ,786 1 ,375
Fisher's Exact Test ,638 ,377
Linear-by-Linear Association ,692 1 ,406
N of Valid Cases 30

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,87.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Kondisi awal


2,625 ,264 26,072
piring (tidak / ya)
For cohort Angka kuman =
1,203 ,834 1,735
tms
For cohort Angka kuman =
,458 ,065 3,242
ms
N of Valid Cases 30

Air Cucian * Angka kuman


Crosstab

Angka kuman Total

tms ms

Count 15 1 16
Tidak
% within Air Cucian 93,8% 6,2% 100,0%
Air Cucian
Count 8 6 14
ya
% within Air Cucian 57,1% 42,9% 100,0%
Count 23 7 30
Total
% within Air Cucian 76,7% 23,3% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 5,593a 1 ,018


Continuity Correctionb 3,734 1 ,053
Likelihood Ratio 5,994 1 ,014
Fisher's Exact Test ,031 ,025
Linear-by-Linear Association 5,407 1 ,020
N of Valid Cases 30

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,27.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Air Cucian


11,250 1,146 110,461
(Tidak / ya)
For cohort Angka kuman =
1,641 1,024 2,627
tms
For cohort Angka kuman =
,146 ,020 1,069
ms
N of Valid Cases 30

Bak pencuci * Angka kuman


Crosstab

Angka kuman Total

tms ms

Count 4 2 6
tidak
% within Bak pencuci 66,7% 33,3% 100,0%
Bak pencuci
Count 19 5 24
ya
% within Bak pencuci 79,2% 20,8% 100,0%
Count 23 7 30
Total
% within Bak pencuci 76,7% 23,3% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square ,419a 1 ,517


Continuity Correction b
,012 1 ,914
Likelihood Ratio ,395 1 ,530
Fisher's Exact Test ,603 ,433
Linear-by-Linear Association ,405 1 ,524
N of Valid Cases 30
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,40.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Bak pencuci


,526 ,074 3,746
(tidak / ya)
For cohort Angka kuman =
,842 ,461 1,537
tms
For cohort Angka kuman =
1,600 ,405 6,324
ms
N of Valid Cases 30

Tenaga Pencuci * Angka kuman

Crosstab

Angka kuman Total

Tms Ms

Count 14 1 15
tidak
% within Tenaga Pencuci 93,3% 6,7% 100,0%
Tenaga Pencuci
Count 9 6 15
ya
% within Tenaga Pencuci 60,0% 40,0% 100,0%
Count 23 7 30
Total
% within Tenaga Pencuci 76,7% 23,3% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 4,658a 1 ,031


Continuity Correctionb 2,981 1 ,084
Likelihood Ratio 5,058 1 ,025
Fisher's Exact Test ,080 ,040
Linear-by-Linear Association 4,503 1 ,034
N of Valid Cases 30
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,50.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Tenaga


9,333 ,958 90,940
Pencuci (tidak / ya)
For cohort Angka kuman =
1,556 1,007 2,403
tms
For cohort Angka kuman =
,167 ,023 1,222
ms
N of Valid Cases 30

Anda mungkin juga menyukai