Gabungan 1-5
Gabungan 1-5
OLEH :
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya, penulis dapat menyelesaikan proposal ini. Shalawat dan salam semoga selalu terlimpah
kepada Nabi Muhammad SAW.
Proposal ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan kegiatan akademis di
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang yangdiberi judul “Hubungan Hygiene Sanitasi Peralatan
Dengan Kualitas Angka Kuman Pada Alat Makan Pedagang Di Lapangan Pemda Kecamatan
Kalianda Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2021.”
Dengan tersusunnya proposal ini, penulis banyak mendapat bantuan moril maupun materil
dari berbagai pihak, baik langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Warjidin Aliyanto,SKM.,M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Tanjung Karang
2. Bapak Rifai Agung Mulyono,SKM.,M.Kes selaku Ketua Prodi Sarjana Terapan Sanitasi
Lingkungan
3. Bapak Dr. Sri Indra Trigunarso, SKM. M.Kes selaku pembimbing I dalam penyusunan proposal
ini
4. Bapak Zainal Muslim, SKM, M.Kes selaku pembimbing II dalam penyusunan proposal ini
5. Bapak Nawan Prianto, S.Si.T.,M.Kes selaku penguji
6. Seluruh pihak yang telah membantu dalam proses penulisan proposal ini
Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik akan membangun sangatlah diharapkan guna lebih sempurnanya proposal ini.
Dimas Endrico S.
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
Lembar Judul
Abstrak
Kata pengantar
Biodata Penulis
Lembar Persetujuan
Lembar Pengesahan
Lembar Orisinalitas
Halaman Persembahan
Motto
Daftar isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 5
C. Tujuan Penelitian 6
D. Manfaat Penelitian 7
E. Ruang Lingkup 7
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Makanan yang dibutuhkan harus sehat dalam arti memiliki nilai gizi yang
harus murni dan utuh dalam arti tidak mengandung bahan pencemar serta
harus higiene. Bila salah satu faktor tersebut terganggu makanan yang
empat faktor yaitu tempat, orang, alat dan makanan yang dapat atau mungkin
2015).
1
Peralatan makan yang kurang bersih dapat memicu berkembangnya angka
itu perlu diupayakan agar peralatan makan yang akan dipakai harus
Peralatan makan dan masak perlu dijaga kebersihannya setiap saat akan
(Depkes,2004).
Tingkat kebersihan peralatan makan terlihat pada saat pencucian, diseka dan
dibilas dengan baik sebelum di cuci, menyediakan sabun atau detergen untuk
dibiarkan sampai kering dengan bantuan sinar matahari, sinar buatan atau
minum setelah benar – benar kering dengan lap bersih yang penggunaannya
rak tertutup, alat – alat makan yang jatuh ke lantai di cuci kembali,
penyimpanan rak – rak piring ditempatkan di ruangan bebas debu, dan
Pada tahun 2018 kasus penyakit diare di wilayah kerja Puskesmas Way
Urang terdata sebanyak 677 orang yang menderita diare, tahun 2019
terdapat 960 kasus artinya angka kasus diare di wilayah kerja puskesmas
( Plate Count Agar ). Bila angka kuman yang terdapat pada alat makan lebih
Pedagang kaki lima merupakan salah satu orang yang menjalankan usaha
emperan, ditoko dan trotoar yang memakai alat dagang lapak maupun
2011).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Nova Fadilla Rangkuti dkk (2020)
yang signifikan antara Bak yang kotor dengan angka kuman alat makan.
Lapangan pemda di Kalianda adalah salah satu tempat umum yang menarik
dan bisa beralih fungsi menjadi tempat yang menarik untuk dikunjungi. Di
Waktu berjualan dimulai pagi hari, pengunjung ramai saat sore sampai
malam hari tentu kawasan ini menjadi favorit bagi masyarakat Kalianda
untuk berkumpul.
sudah kotor karena bekas sisa cucian sebelumnya pedagang tidak mencuci
piring di air yang mengalir, setelah itu peralatan ditaruh di ruang terbuka
yang dimana tidak ditutup sehingga memungkinkan debu debu atau partikel
B. Rumusan Masalah
peralatan makan yang sebagaimana mestinya tentu hal ini bisa berpeluang
tingginya angka kuman di alat makan sehingga perlu dilakukan uji sanitasi
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan khusus
Lampung Selatan.
Selatan.
Selatan.
D. Manfaat Penelitian
Lampung Selatan.
2. Bagi Masyarakat
3. Bagi Peneliti
Pada penelitian ini penulis membatasi penulisan yang meliputi bahan dasar
alat makan, kondisi awal piring, kuantitas air pencuci, keberadaan bak
dan alat penggosok pencucian piring dan tidak meneliti kualitas air pencuci.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Angka kuman
bakteri yang didasarkan pada asumsi bahwa setiap sel bakteri hidup dalam
media biakan dan lingkungan yang sesuai. Setelah masa inkubasi jumlah
sanitasi jasa boga alat makan yang digunakan harus sesuai dengan yang di
B. Higiene Sanitasi
8
(2001), higiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan
tangan dengan air bersih dan sabun untuk melindungi kebersihan tangan,
dari bahasa Yunani yang artinya ilmu untuk membentuk dan menjaga
Dewi yaitu Hygea (Dewi pencegah penyakit). Arti lain dari Hygiene ada
2. Sanitasi
dari segala bahaya yang dapat mengganggu atau merusak kesehatan, mulai
dari sebelum makanan diproduksi, selama dalam proses pengolahan,
(Depkes, 2000).
Menurut Siti Fathonah (2005) Beberapa manfaat dapat kita rasakan apabila
c. Menghindari pencemaran.
restoran, taman, publik area, ruang kantor, rumah dsb (Juli Soemirat,
2005).
Salah satu sumber kontaminan utama dalam pengolahan pangan berasal dari
menggunakan air yang kotor, dapat menyebabkan mikroba yang berasal dari
Mikroba yang mungkin tumbuh bisa kapang, khamir atau bakteri. Mutu
makanan yang baik akan menurun nilainya apabila ditempatkan pada wadah
yang kurang bersih. Sanitasi yang dilakukan terhadap wadah dan alat
tidak boleh bersifat korosif dan mudah dicuci dari permukaan (Volk dan
Wheeler, 1984).
Proses sanitasi alat dan wadah ditunjukkan untuk membunuh sebagian besar
adalah makanan dan minuman yang tidak memenuhi syarat higiene. Keadaan
higiene makanan dan minuman antara lain dipengaruhi oleh higiene alat
masak dan alat makan yang dipergunakan. Alat makan merupakan salah satu
sangat berarti dalam membuang sisa makanan dari peralatan yang membantu
yang meliputi perilaku sehat dan bersih orang yang mengelola makanan,
2. Desain, tipe, ukuran dan instalasi peralatan dibuat untuk mencegah dan
E. Prinsip Pencucian
yaitu:
hygienis dan sehat. Sarana pencucian dapat disediakan mulai dari yang
teknis pencucian yang baik, tidak akan memberikan hasil yang baik
Prinsip ini perlu diketahui benar sehingga apa yang dikerjakan selama
a) Direndam dalam air panas (60ᵒc) sampai larut dan segera dicuci
membeku
liter air.
dengan menggunakan:
pengotoran ulang.
Bahan dasar piring antara lain dari kaca, keramik, plastik, perak dan
lainnya. Bahan dasar sendok yang digunakan antara lain adalah stainless
makanan
2) Selain itu terbuat dari bahan yang stabil, tidak korosif, tidak
pemeriksaan.
dari kerusakan, retakan, serpihan dan lubang, bebas dari sudut internal
yang tajam, sudut dan celah , serta mudah diakses untuk pembersihan
dan inspeksi.
Kondisi awal piring adalah kondisi awal dimana piring tersebut belum
lain sisa sisa margarin dan mentega), protein (sisa daging, ikan, telur)
3. Air Pencuci
selalu diganti setiap kali untuk mencegah sisa kotoran dari piring.
4. Bak pencuci
Bak pencucian yang tidak bersih. Sarana pencucian yang terpenting dapat
(software). Perangkat keras terdiri dari sarana fisik dan permanen yang
dipergunakan berulang-ulang.
2) Bagian untuk pencucian yang terdiri dari satu sampai tiga bak
bagian, yaitu :
Bagian pencucian
Bagian pembersihan
Bagian desinfeksi
5. Tenaga Pencuci
benar akan memberikan hasil akhir pencucian yang sehat dan aman.
Tahapan tahapan pencucian yang perlu diikuti agar hasil pencucian sehat
1) Scrapping
limbah.
b. Flushing
panas (60ᵒC) akan lebih cepat dari pada air dingin. Minimal waktu
c. Washing
makanan dengan zat pencuci yang mudah larut dalam air sehingga
sedikit kemungkinan membekas pada alat yang dicuci. Pada tahap ini
tersisa bau. Sabun sukar larut dalam air dan bila menempel diperalatan
2) Bagian peralatan yang kontak dengan tubuh (bibir gelas dan ujung
sendok)
dengan cara dibilas dengan air bersih. Pada tahap ini penggunaan air
harus banyak, mengalir dan selalu diganti. Setiap alat yang dibersihkan
dibilas dengan cara menggosok- gosok dengan tangan atau sampai terasa
kesat (tidak licin). Bilamana masih terasa licin berarti pada pealatan
tersebut masih menempel sisa sisa lemak atau sisa sisa detergent dan
merupakan hasil pemecahan dari asam amino yang berasal dari protein
tekanan 15 psi (pound pesquare inches) atau tekanan air yang digunakan
sama dengan 1,2 kg/cm2. Jika menggunakan tekanan gravitasi air sama
e. Sanitizing
proses pencucian. Peralatan yang selesai dicuci perlu dijamin aman dari
mikroba dengan cara sanitasi atau dikenal dengan cara desinfeksi. Cara
5) Dengan uap panas (steam) yang biasanya terdapat pada mesin cuci
f. Toweling
sebagai akibat proses pencucian seperti noda detegent, noda chlor dan
baik, maka noda – noda itu tidak boleh terjadi. Noda bisa terjadi pada
towel yang digunakan harus steril dan bersih serta sering diganti.
Penggunaan towel yang paling baik adalaah yang sekali pakai (single
6. Alat penggosok
misalnya dari sabut atau zat pembuang bau seperti abu gosok, arang atau
jeruk nipis. Pemakaian sabut, tapas atau abu gosok bertujuan agar
yaitu:
3. pisah antara dapur basah dan dapur kering (jika tidak dipisah yang harus
membahayakan kesehatan.
terhadap makanan.
binatang perusak.
Menurut Depkes 2004, Peralatan makan yang kita gunakan harus bersih, agar kita
terhindar dari kemungkinan penularan penyakit. Oleh karena itu perlu dilakukan
uji sanitasi alat makan. Cara sederhana untuk memastikan alat makan kita bersih
atau tidak, bisa dilakukan dengan uji kebersihan alat sebagai berikut.
belum bersih.
c. Penetesan air pada piring yang kering. Bila air jatuh pada piring
bersih.
belum bersih.
bersih.
Air pencuci
Angka Kuman
pada alat makan
Bak pencuci
Tenaga Pencuci
Alat Penggosok
I. Kerangka Konsep
Bak Pencuci
Tenaga Pencuci
Alat Penggosok
J. Hipotesis Penelitian
dengan angka kuman pada alat makan pedagang kaki lima di lapangan
dengan angka kuman pada alat makn pedagang kaki lima di lapangan
Lampung Selatan.
METODE PENELITIAN
cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat
C. Subjek penelitian
1. Populasi
sebanyak 53 pedagang .
29
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti, terdapat kriteria
D. Variabel Penelitian
adalah bahan dasar alat makan, kondisi awal piring, air pencucian, bak
Jenis dan sumber data yang digunakan adalah data primer yaitu sebagai
berikut :
1. Observasi
piring, air pencuci, bak pencuci, tenaga pencuci dan penggunaan alat
penggosok.
1. Pengolahan Data
c. Entrying, yaitu data yang telah di edit dan diberi kode kemudian
entry data.
2. Analisis Data
bivariat.
a. Univariat
b. Bivariat
diteliti.
BAB IV
Lapangan Pemda kecamatan Kalianda adalah salah satu lapangan yang berada di
Pemda merupakan suatu lapangan terbuka yang luas dan dikelilingi oleh jalan yang
dapat digunakan untuk kegiatan formal maupun kegiatan nonformal. Tempat ini
Pedagang kaki lima di sekitar lapangan Pemda cukup banyak dan menyediakan
menu yang beragam baik makanan, minuman dan jajanan lainnya dagangan yang
tersedia biasanya seperti batagor, siomay, mie ayam, ketoprak, es tebu, es jeruk,
kopi dan masih banyak lainnya, dilapangan pemda juga menjual pakaian, sendal,
dan mainan anak-anak. Pedagang biasanya menggunakan gerobak atau tenda atau
sekedar menggelar tikar untuk berjualan di lapangan ini. lapangan ini dikelilingi
oleh jalan yang ramai kendaraan berlalu lalang sehingga kehigienisan alat makan
atau makanan perlu dijaga karena pengunjung sangat ramai dan dari berbagai usia
upacara penting atau apel rutin setiap hari senin, perlombaan atau bazzar, biasanya
pada hari jum’at lapangan ini digunakan untuk senam bersama oleh warga sipil.
Lapangan ini beroperasi dari pagi sampai malam hari ada yang berjualan untuk
sarapan dan biasanya pedagang ramai pada sore sampai malam hari sehingga
lapangan ini dimanfaatkan untuk mencari peluang usaha sehingga menjadi salah
36
satu tempat umum yang ramai dikunjungi.
Gambar 4.1
Koordinat lintang dan bujur : 5°42’59”S 105°35’08”E
Sumber : Googke Earth
B. Hasil Penelitian
1. Analisis Univariat
Berikut adalah hasil analisis univariat yang menyajikan distribusi variabel angka
kuman, bahan dasar alat makan, kondisi awal piring, air pencuci, bak pencuci,
tenaga pencuci dan alat penggosok pedagang kaki lima di lapangan Pemda
kecamatan Kalianda.
angka kuman alat makan pada pedagang kaki lima di Lapangan Pemda
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Angka Kuman pada alat makan pedagang kaki lima di
Berdasarkan Tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa dari 30 sample, 23 sample angka
kuman alat makan yang tidak memenuhi syarat sebesar (76,3%) dan, 7 sample
berdasarkan bahan dasar alat makan pada pedagang kaki lima di Lapangan Pemda
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi bahan dasar alat makan pedagang kaki lima di Lapangan
Berdasarkan Tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa dari 30 sample, 5 sample bahan
dasar alat makan yang tidak memenuhi syarat sebesar (16,7%) dan, 25 sample bahan
piring alat makan pada pedagang kaki lima di Lapangan Pemda Kecamatan
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi kondisi awal piring alat makan pedagang kaki lima di
kondisi awal piring yang tidak memenuhi syarat sebesar (26,7%) dan, 22 sample
d. Air pencuci
Berdasarkan hasil pengumpulan data diperoleh Distribusi frekuensi air pencuci alat
makan pada pedagang kaki lima di Lapangan Pemda Kecamatan Kalianda, dapat
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi air pencuci alat makan pedagang kaki lima di Lapangan
Berdasarkan Tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa dari 30 sample, 16 sample air
pencuci yang tidak memenuhi syarat sebesar (53,3%) dan, 14 sample air pencuci
e. Bak pencuci
Berdasarkan hasil pengumpulan data diperoleh Distribusi frekuensi bak pencuci alat
makan pada pedagang kaki lima di Lapangan Pemda Kecamatan Kalianda, dapat
Distribusi Frekuensi bak pencuci alat makan pedagang kaki lima di Lapangan
Berdasarkan Tabel 4.5 diatas menunjukkan bahwa dari 30 sample, 20 sample bak
pencuci yang tidak memenuhi syarat sebesar (66,7%) dan, 10 sample bak pencuci
f. Tenaga Pencuci
alat makan pada pedagang kaki lima di Lapangan Pemda Kecamatan Kalianda, dapat
Tabel 4.6
tenaga pencuci atau cara pencucian alat makan yang tidak memenuhi syarat sebesar
(50,0%) dan, 15 sample responden tenaga pencuci atau cara pencucian alat makan
pada pedagang kaki lima di Lapangan Pemda Kecamatan Kalianda, dapat dilihat
Tabel 4.7
2. Bivariat
Berikut merupakan hasil dari analisis bivariat variabel independent ( bahan dasar alat
makan, kondisi awal piring, air pencuci, bak pencuci, tenaga pencuci / teknik
pencucian, dan alat penggosok). Dari hasil uji chi-square antara variabel independent
a. Hubungan Bahan Dasar Alat Makan dengan Kualitas Angka Kuman pada alat
makan.
Berdasarkan hasil analisis bivariat hubungan bahan dasar alat makan dengan kualitas
angka kuman alat makan pedagang kaki lima di Lapangan Pemda Kalianda sebagai
berikut :
Tabel 4.8
Hubungan Bahan Dasar Alat Makan dengan Kualitas Angka Kuman Alat
Angka Kuman
BDAM TMS MS Total p-value OR 95% CI
N %N N %
TMS 5 5 2 100 0 0 0 0 5 (100,0%)
MS 18 7 72,07 7 28,0 25 (100,0%) 0,177 1,389 (1,088-
Total 23 76,77 7 23,3 30 (100,0%) 1 ,773)
Berdasarkan pada tabel diatas diketahui dari 30 responden yang memiliki angka
kuman yang tidak memenuhi syarat dengan bahan dasar alat makan yang tidak
memenuhi syarat yaitu sebanyak 5 (100,0%) , sedangkan angka kuman yang tidak
memenuhi syarat dengan bahan dasar alat makan yang memenuhi syarat yaitu
sebanyak 18 (72,0%) alat makan. Dan untuk angka kuman yang memenuhi syarat
dengan bahan dasar alat makan yang tidak memenuhi syarat sebesar 0, sedangkan
angka kuman yang memenuhi syarat dengan bahan dasar alat makan yang memenuhi
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square diatas diperoleh nilai p-value =
0,177 > 0,05 maka Ho diterima, sehingga tidak ada hubungan yang signifikan antara
bahan dasar alat makan dengan jumlah kuman pada alat makan pedagang kaki lima
angka kuman yang tinggi dibandingkan dengan bahan dasar alat makan yang
memenuhi syarat.
b. Hubungan Kondisi Awal Piring dengan Kualitas Angka Kuman pada alat makan
Berdasarkan hasil analisis bivariat hubungan bahan dasar alat makan dengan kualitas
angka kuman alat makan pedagang kaki lima di Lapangan Pemda Kalianda sebagai
berikut :
Tabel 4.9
Hubungan Kondisi Awal Piring dengan Kualitas Angka Kuman Alat Makan
Angka Kuman
KAP TMS MS Total p-value OR 95% CI
N %N N %
TMS 5 7 2 87,50 1 0 12,5 8 (100,0%)
MS 16 7 72,77 6 27,3 22 (100,0%) 0,398 2,625 (0,264-
Total 23 76,77 7 23,3 30 (100%) 1 26,072)
Berdasarkan pada tabel diatas diketahui dari 30 responden yang memiliki angka
kuman yang tidak memenuhi syarat dengan kondisi awal piring yang tidak
memenuhi syarat yaitu sebanyak 7 (87,5%) , sedangkan angka kuman yang tidak
memenuhi syarat dengan kondisi awal piring yang memenuhi syarat yaitu sebanyak
16 (72,7%) alat makan. Dan untuk angka kuman yang memenuhi syarat dengan
kondisi awal piring yang tidak memenuhi syarat sebanyak 1 (12,5%), sedangkan
angka kuman yang memenuhi syarat dengan kondisi awal piring yang memenuhi
0,398 > 0,05 maka Ho diterima, sehingga tidak ada hubungan yang signifikan antara
kondisi awal piring dengan jumlah kuman pada alat makan pedagang kaki lima di
kondisi awal piring yang tidak memenuhi syarat 2,625 kali berisiko memiliki angka
kuman yang tinggi dibandingkan dengan kondisi awal piring yang memenuhi syarat.
c. Hubungan Air Pencuci dengan Kualitas Angka Kuman pada alat makan.
Berdasarkan hasil analisis bivariat hubungan air pencuci alat makan dengan kualitas
angka kuman alat makan pedagang kaki lima di Lapangan Pemda Kalianda sebagai
berikut :
Tabel 4.10
Hubungan air pencuci dengan Kualitas Angka Kuman Alat Makan pedagang
Angka Kuman
AP TMS MS Total p-value OR 95% CI
N %N N %
TMS 5 15 2 93,80 1 0 62,2 16 (100,0%)
MS 8 7 57,17 6 42,9 24 (100,0%) 0,018 11,250 (1,146-
Total 23 100 7 7 100 30 (100,0%) 1 26,072)
Berdasarkan pada tabel diatas diketahui dari 30 responden yang memiliki angka
kuman yang tidak memenuhi syarat dengan air pencucian yang tidak memenuhi
syarat yaitu sebanyak 15 (93,8%) , sedangkan angka kuman yang tidak memenuhi
syarat dengan air pencuci yang memenuhi syarat yaitu sebanyak 8 (57,1%).
Dan untuk angka kuman yang memenuhi syarat dengan air pencuci yang tidak
memenuhi syarat sebesar 1 (62,2%), sedangkan angka kuman yang memenuhi syarat
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square diatas diperoleh nilai p-value =
0,018 < 0,05 maka Ha diterima, sehingga ada hubungan yang signifikan antara air
pecucian dengan jumlah kuman pada alat makan pedagang kaki lima di lapangan
yang tidak memenuhi syarat 11,250 kali berisiko memiliki angka kuman yang tinggi
d. Hubungan Bak pencuci dengan Kualitas Angka Kuman pada alat makan
Berdasarkan hasil analisis bivariat hubungan bak pencuci dengan kualitas angka
kuman alat makan pedagang kaki lima di Lapangan Pemda Kalianda sebagai berikut:
Tabel 4.11
Hubungan bak pencuci dengan Kualitas Angka Kuman Alat Makan pedagang
Angka Kuman
BP TMS MS Total p-value OR 95% CI
N %N N %
TMS 5 14 2 70,00 6 0 30,0 20 (100,0%)
MS 9 7 90,07 1 10,0 10 (100,0%) ,222 259(0,27-
Total 23 23,37 7 23,3 30 (100,0%) 1 2,526)
Berdasarkan pada tabel diatas diketahui dari 30 responden yang memiliki angka
kuman yang tidak memenuhi syarat dengan bak pencuci yang tidak memenuhi syarat
yaitu sebanyak 14 (70,0%) , sedangkan angka kuman yang tidak memenuhi syarat
memenuhi syarat sebesar 6(30,0%), sedangkan angka kuman yang memenuhi syarat
dengan bahan dasar alat makan yang memenuhi syarat sebanyak 1 (10,0%).
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square diatas diperoleh nilai p-value
= 0,222 > 0,05 maka Ha ditolak, sehingga tidak ada hubungan yang signifikan antara
bak pencucian dengan jumlah kuman pada alat makan pedagang kaki lima di
pencuci yang tidak memenuhi syarat 259 kali berisiko memiliki angka kuman yang
e. Hubungan Tenaga Pencuci dengan Kualitas Angka Kuman pada alat makan
Berdasarkan hasil analisis bivariat hubungan tenaga pencuci alat makan dengan
kualitas angka kuman alat makan pedagang kaki lima di Lapangan Pemda Kalianda
sebagai berikut :
Tabel 4.12
Angka Kuman
TP TMS MS Total p-value OR 95% CI
N %N N %
TMS 5 14 2 93,30 1 0 6,7 15 (100,0%)
MS 9 7 60,07 6 40,0 15 (100,0%) 0,031 9,333(958-
Total 23 76,77 7 23,3 30 (100,0%) 1 90,940)
Berdasarkan pada tabel diatas diketahui dari 30 responden yang memiliki angka
kuman yang tidak memenuhi syarat dengan tenaga pencuci yang tidak memenuhi
syarat yaitu sebanyak 14 (93,3%) , sedangkan angka kuman yang tidak memenuhi
syarat dengan tenaga pencuci yang memenuhi syarat yaitu sebanyak 9 (60,0%) . Dan
untuk angka kuman yang memenuhi syarat dengan tenaga pencuci yang tidak
memenuhi syarat sebesar 1 (6,7%), sedangkan angka kuman yang memenuhi syarat
dengan bahan dasar alat makan yang memenuhi syarat sebanyak 6 (40,0%).
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square diatas diperoleh nilai p-value =
0,031 < 0,05 maka Ha diterima, sehingga ada hubungan yang signifikan antara
tenaga pencuci dengan jumlah kuman pada alat makan pedagang kaki lima di
pencuci yang tidak memenuhi syarat 9,333 kali berisiko memiliki angka kuman yang
f. Hubungan Alat penggosok dengan Kualitas Angka Kuman pada Alat Makan
Alat penggosok tidak dapat dilakukan uji statistik menggunakan uji chi-square
disebabkan hanya terdapat satu kategori yang terisi sedangkan satu kategorinya tidak,
seluruh pedagang kaki lima di Lapangan Pemda Kalianda sudah memenuhi syarat
atau menggunakan alat penggosok pada saat melakukan pencucian alat makan.
C. Pembahasan
1. Keterbatasan Penelitian
pada angka kuman yang tidak memenuhi syarat dengan bahan dasar alat makan
yang tidak memenuhi syarat yaitu sebanyak 5 (100%), sedangkan angka kuman
yang tidak memenuhi syarat dengan bahan dasar alat makan yang memenuhi
syarat yaitu sebanyak 18 (72,0%) alat makan. Pada angka kuman yang memenuhi
syarat dengan bahan dasar alat makan yang tidak memenuhi syarat yaitu sebanyak
0 (0%), sedangkan angka kuman yang memenuhi syarat dengan bahan dasar alat
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square diatas diperoleh nilai p-
value = 0,177 > 0,05 maka Ho diterima, sehingga tidak ada hubungan yang
signifikan antara bahan dasar alat makan dengan jumlah kuman pada alat makan
(1,088-1,773) artinya bahan dasar alat makan yang tidak memenuhi syarat 1,389
kali berisiko memiliki angka kuman yang tinggi dibandingkan dengan bahan dasar
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh ( Rona, Sulistiyani
peralatan makan di Lapas wanita kelas II A Semarang menyatakan bahwa hasil uji
statistik analisis Chi – Square menunjukkan p-value = 0,070 yang artinya tidak
terdapat hubungan antara jenis bahan dengan kualitas angka kuman alat makan.
Menurut Trigunarso (2020), yang dimana kondisi peralatan makan yang baik
seharusnya tidak boleh patah, tidak mudah berkarat, penyok, tergores, atau retak,
dikarenakan akan menjadi sarang bakteri maupun kotoran. Serta peralatan makan
yang tidak utuh tidak mungkin dapat dicuci sempurna sehingga dapat menjadi
sumber kontaminasi.
Tentang Higiene Sanitasi Jasa Boga bahwa peralatan masak dan peralatan makan
harus terbuat dari bahan tara pangan (food grade) yaitu peralatan yang aman dan
tidak berbahaya bagi kesehatan dan juga keadaan peralatan harus utuh, tidak
Hasil observasi di lapangan yang telah dilakukan masih terdapat pedagang yang
mempunyai alat makan berupa piring dan mangkok yang retak dan juga sendok
peralatan yang sudah retak, gompel atau karatan dan di harapkan pedagang dapat
3. Hubungan Kondisi Awal Piring dengan kualitas angka kuman pada Alat Makan
pada angka kuman yang tidak memenuhi syarat dengan kondisi awal piring yang
tidak memenuhi syarat yaitu sebanyak 7 (87,5%), sedangkan angka kuman yang
tidak memenuhi syarat dengan kondisi awal piring yang memenuhi syarat yaitu
sebanyak 16 (72,7%) alat makan. Pada angka kuman yang memenuhi syarat
dengan bahan kondisi awal piring yang tidak memenuhi syarat yaitu sebanyak 1
(12,5%), sedangkan angka kuman yang memenuhi syarat dengan bahan dasar alat
value = 0,398 > 0,05 maka Ho diterima, sehingga tidak ada hubungan yang
signifikan antara kondisi awal piring dengan jumlah kuman pada alat makan
(0,264-26,072) artinya kondisi awal piring yang tidak memenuhi syarat 2,625 kali
berisiko memiliki angka kuman yang tinggi dibandingkan dengan kondisi awal
Menurut Chairini Tri Cahyaningsih sisa makanan yang kering pada permukaan
akan menjadi media yang baik bagi perumbuhan bakteri. Menurut Puja
Krisnawati dkk, 2018 faktor seperti piring yang digunakan untuk menyajikan
makanan yang berbeda seperti nasi goreng, mie goreng, dan kerupuk yang
awal piring atau tingkat kekotoran piring juga dapat berpengaruh terhadap angka
kuman. menurut Jimmy Tomam Azzari, 2013 faktor yang berasal dari jenis
makanan dan minuman dapat dijabarkan dari kebersihan alat makan dan minuman
yang dapat dkiukur dari bahan makanan dan minuman yang disajikan
kondisi kebersihannya berbeda dengan alat makan untuk makanan yang tidak
berkuah (piring bekas tempat rendang kebersihannya berbeda dengan piring bekas
sop).
Hasil observasi yang telah dilakukan dilapangan alat-alat tersebut memang bersih
secara visual tetapi saat dilakukan pengamatan ada beberapa pedagang yang
setelah digunakan padahal hal ini bisa menyebabkan sisa makanan menjadi kering
karena pada sisa makanan kering pada permukaan alat akan menjadi media yang
baik bagi pertumbuhan bakteri. Menurut DEPKES 2004 penggunaan lap tidak
boleh dilakukan karena dapat mencemari alat yang sudah dicuci, lap hanya boleh
digunakan dengan syarat harus bersih dan selalu diganti penggunaan yang bagus
Untuk menghindari terjadinya kerak atau lemak yang menempel pada peralatan
peresapan air ke dalam sisa makanan yang menempel atau mengeras sehingga
memudahkan proses pencucian serta rutin mencuci lap yang akan digunakan.
Menggunakan lap sekali pakai atau lap yang bersih dan tidak menggunakan lap
berulang kali serta melakukan perendaman dan sesegera mungkin mencuci alat
4. Hubungan Air pencuci dengan kualitas angka kuman pada Alat Makan
pada angka kuman yang tidak memenuhi syarat dengan air pencuci yang tidak
memenuhi syarat yaitu sebanyak 15 (93,8%), sedangkan angka kuman yang tidak
memenuhi syarat dengan air pencuci yang memenuhi syarat yaitu sebanyak 8
(57,1%) . Pada angka kuman yang memenuhi syarat dengan air pencuci yang
tidak memenuhi syarat yaitu sebanyak 1 (12,5%), sedangkan angka kuman yang
memenuhi syarat dengan air pencuci yang memenuhi syarat yaitu sebanyak 6
(27,3%).
hubungan antara variabel air pencuci dengan angka kuman alat makan diperoleh
hasil analisis bivariat diperoleh p-value 0,018 < 0,05 yang berarti ada hubungan
yang signifikan antara air pencuci dengan kualitas angka kuman alat makan
Penelitian yang dilakukan oleh Brilian Rizky Ananda, dan Laily Khairiyati (2017)
yang melakukan penelitian tentang angka kuman pada beberapa metode pencucian
peralatan makan yang dimana hasilnya bahwa mencuci peralatan makan dengan
air mengalir hasilnya semuanya memenuhi syarat kualitas angka kuman peralatan
makan hal ini dikarenakan air yang digunakan yaitu air mengalir sehingga air
tertumpuknya bakteri pada air dan dapat mengkontaminasi peralatan makan yang
akan digunakan. Seperti yang pernah dikatakan dalam penelitian Astusi (2008),
bahwa air cucian yang jarang diganti ketika sudah terlihat kotor bisa
Hasil observasi yang dilakukan di Lapangan masih banyak pedagang yang tidak
menggunakan air mengalir dan cenderung menampung air cuciannya bahkan tidak
mengganti airnya dari waktu awal berjualan sampai tiba mereka tutup padahal air
sudah terlihat sangat keruh. Tetapi ada juga pedagang yang melakukan
pembilasan dengan cara diguyur dengan mangkuk kecil atau sekedar membuat
dengan air yang sama secara berulang-ulang sehingga air yang digunakan tampak
kotor.
pencuci bisa menurunkan angka kuman dan memberishkan alat dengan baik.
5. Hubungan Bak Pencuci dengan kualitas angka kuman pada Alat Makan
pada angka kuman yang tidak memenuhi syarat dengan bak pencuci yang tidak
memenuhi syarat yaitu sebanyak 14 (70,0%), sedangkan angka kuman yang tidak
memenuhi syarat dengan bak pencuci yang memenuhi syarat yaitu sebanyak 9
(90,0%). Pada angka kuman yang memenuhi syarat dengan bak pencuci yang
tidak memenuhi syarat yaitu sebanyak 6 (30%), sedangkan angka kuman yang
memenuhi syarat dengan bak pencuci yang memenuhi syarat yaitu sebanyak 1
(10,0%).
hubungan antara variabel bak pencuci dengan angka kuman alat makan diperoleh
hasil analisis bivariat diperoleh p-value 0,222 > 0,05 yang berarti tidak ada
hubungan yang signifikan antara bak pencuci dengan kualitas angka kuman alat
dengan nilai p-value 0,613 > 0,05 yang artinya tidak ada hubungan antara ada 3
antara bak dan peralatan meskipun bak sudah terbuat dari bahan yang kuat dan
halus tetap harus dibersihkan setiap hari untuk mencegah tumbuhnya bakteri yang
bagian pencucian yang terdiri dari satu sampai tiga bak yaitu bagian pencucian,
Menurut hasil observasi peneliti pada bak pencucian rata-rata pedagang memiliki
bak, pedagang kaki lima di lapangan pemda hanya menggunakan satu, dua sampai
tiga bak tetapi saat dilakukan observasi pun keadaan bak sangat kotor dengan air
yang keruh dan penuh lemak di dalam bak tersebut sehingga air rendaman
tersebut dapat mencemari peralatan lain yang akan dicuci, sisa-sisa lemak atau
minyak pada bak merupakan media yang baik bagi pertumbuhan bakteri
tersedianya tiga bak pun tidak sesuai peruntukannya. Seluruh pedagang tidak
memiliki bak desinfektan padahal bak ini berfungsi untuk membebaskan kuman
setelah proses pencucian selesai. Selain dirasa repot melakukan desinfektan juga
dirasa membuang waktu karena para pedagang kaki lima tidak memiliki waktu
Dari hasil penelitian ini diharapkan kepada pedagang untuk menyediakan 3 bak
dan sesuai peruntukannya serta rutin mencuci bak sebelum dan sesudah
digunakan.
6. Hubungan Tenaga Pencuci dengan kualitas angka kuman pada Alat Makan
pada angka kuman yang tidak memenuhi syarat dengan tenaga pencuci yang tidak
memenuhi syarat yaitu sebanyak 14 (93,3%), sedangkan angka kuman yang tidak
memenuhi syarat dengan tenaga pencuci yang memenuhi syarat yaitu sebanyak 9
(60,0%) alat makan. Pada angka kuman yang memenuhi syarat dengan tenaga
pencuci yang tidak memenuhi syarat yaitu sebanyak 1 (6,7%), sedangkan angka
kuman yang memenuhi syarat dengan tenaga pencuci yang memenuhi syarat
hubungan antara variabel tenaga pencuci dengan angka kuman alat makan
diperoleh hasil analisis bivariat dengan p-value 0,031 < 0,05 yang berarti ada
hubungan yang signifikan antara tenaga pencuci dengan kualitas angka kuman
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Rona Arundina
diperoleh nilai p-value 0,002 < 0,05 menunjukkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara antara teknik pencucian dengan jumlah kuman pada sendok di
Menurut DEPKES 2004 untuk mendapatkan hasil pencucian yang sehat dan aman
perlu diikuti tahapan-tahapan pencucian yang perlu diikuti yaitu : scrapping yaitu
memisahkan segala kotoran dan sisa-sisa makanan yang ada diperalatan, flushing
mengguyur air kedalam peralatan yang akan dicuci sehingga terendam seluruh
dan melarutkan sisa makanan dengan zat pencuci, pada tahap ini dapat digunakan
alat penggosok. Rinsing yaitu mencuci peralatan yang telah digosok detergent
sampai bersih dengan cara dibilas air bersih, sanitizing yaitu tindakan
lap bersih dengan maksud menghilangkan sisa-sisa kotoran yang mungkin masih
proses pencucian peralatan makan akan sangat mudah terkontaminasi kuman yang
Menurut hasil observasi peneliti dari teknik pencucian tidak lengkap seperti tidak
saat melakukan pencucian dan dibiarkan begitu saja sambil menunggu pembeli
datang jika dilihat piring kotor masih sedikit pedagang tersebut tidak melakukan
keranjang yang ditaruh di pinggir gerobak yang dimana ramai kendaraan berlalu
lalang, pembilasan di air yang sudah keruh masih dilakukan bahkan air pembilas
tidak diganti, penggunaan lap yang digunakan untuk membersihkan alat dipakai
Dari hasil observasi diharapkan para pedagang kaki lima untuk mengikuti atau
7. Hubungan Alat penggosok dengan kualitas angka kuman pada Alat Makan
Alat penggosok diketahui bahwa dari responden semua pedagang kaki lima di
Alat penggosok tidak dapat dilakukan uji chi square disebabkan hanya terdapat
Menurut DEPKES RI 2004 penggunaan alat penggosok seperti sabut, tapas atau
abu gosok bertujuan agar kotoran keras yang menempel dapat dilepaskan dari
peralatan. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Vincentus
Suproyono (1993), hasil yang didapat variasi campuran detergen dan abu gosok
dapat menurunkan angka kuman baik dilihat dari angka kuman, angka prosentase
maupun uji statistik dimana hasilnya benar benar bermakna. Hasil observasi
penggosokkan alat makan seluruh pedagang kaki lima di lapangan pemda sudah
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis penelitian peralatan makan pedagang kaki lima yang
1. Dari total 30 sample alat makan yang diteliti terdapat 7 alat makan yang
2. Tidak ada hubungan antara bahan dasar alat makan dengan kualitas angka
3. Tidak ada hubungan antara kondisi awal piring dengan kualitas angka kuman
4. Ada hubungan antara air pencuci dengan kualitas angka kuman peralatan
5. Tidak ada hubungan antara bak pencuci dengan kualitas angka kuman
6. Ada hubungan antara tenaga pencuci dengan kualitas angka kuman peralatan
59
7. Tidak ada hubungan antara alat penggosok alat makan dengan kualitas angka
B. Saran
yang sudah retak, gompel atau karatan dan di harapkan pedagang dapat
pakai atau lap yang bersi serta melakukan perendaman dan sesegera
mungkin mencuci alat makan agar tidak menimblukan kerak pada alat
makan.
c. Untuk air pencuci diharapkan pedagang kaki lima rutin mengganti air
dan sesuai peruntukannya serta rutin mencuci bak sebelum dan sesudah
digunakan.
2. Bagi Puskesmas Way Urang dalam program kerja pemeriksaan pangan situasi
akan lengkap.
DAFTAR PUSTAKA
Rumah Sakit.
Rejeki, Sri. 2015. Sanitasi Hygiene dan K3. Bandung : Rekayasa Sains.
Febriyani, Bobihu .2012, Studi Sanitasi dan Pemeriksaan Angka Kuman pada
dan Minuman.
Wayan, Lastmi, Irfanny Z Anwar, dan Zul Amri. 2018. Bahan Ajar Gizi
Kesehatan Lingkungan.
Kesehatan Masyarakat.
Perendaman Dan Air Mengalir Terhadap Jumlah Kuman Pada Alat Makan
NO OBSERVASI YA TIDAK
1. Material alat harus sesuai dengan jenis produk, metode
pembersihan, senyawa pembersih.
2. Terbuat dari bahan yang stabil, tidak korosif, tidak berpori
dan tidak menyerap
3. Material harusn tidak beracun, tidak berpori,tidak menyerap
dan tidak dipengaruhi oleh produk senyawa pembersih.
4. Seluruh permukaan material harus dapat dilihat untuk
pemeriksaan
5. Seluruh permukaan material harus halus dan bebas lubang,
retakan, relung, sambungan, terbuka, kesenjangan, tepian
menonjol, baut dan paku keling
6. Semua bagian yang dilas, baik di area produk maupun bukan,
harus halus dan rata dengan permukaan yang berdekatan
7. Material peralatan tidak boleh dicat pada area di dalam atau
diatas area produk
NO OBSERVASI YA TIDAK
3. Air Pencuci
NO OBSERVASI YA TIDAK
4. Bak Pencuci
NO OBSERVASI YA TIDAK
NO OBSERVASI YA TIDAK
6. Bahan Penggosok
NO OBSERVASI YA TIDAK
Angka kuman
Air Cucian
Bak Pencuci
Tenaga Pencuci
Cases
Tms ms
Count 5 0 5
tidak % within Bahan dasar alat
100,0% 0,0% 100,0%
makan
Bahan dasar alat makan
Count 18 7 25
ya % within Bahan dasar alat
72,0% 28,0% 100,0%
makan
Count 23 7 30
Total % within Bahan dasar alat
76,7% 23,3% 100,0%
makan
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,17.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Lower Upper
Crosstab
tms Ms
Count 7 1 8
tidak
% within Kondisi awal piring 87,5% 12,5% 100,0%
Kondisi awal piring
Count 16 6 22
ya
% within Kondisi awal piring 72,7% 27,3% 100,0%
Count 23 7 30
Total
% within Kondisi awal piring 76,7% 23,3% 100,0%
Chi-Square Tests
Value Df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,87.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Lower Upper
tms ms
Count 15 1 16
Tidak
% within Air Cucian 93,8% 6,2% 100,0%
Air Cucian
Count 8 6 14
ya
% within Air Cucian 57,1% 42,9% 100,0%
Count 23 7 30
Total
% within Air Cucian 76,7% 23,3% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,27.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Lower Upper
tms ms
Count 4 2 6
tidak
% within Bak pencuci 66,7% 33,3% 100,0%
Bak pencuci
Count 19 5 24
ya
% within Bak pencuci 79,2% 20,8% 100,0%
Count 23 7 30
Total
% within Bak pencuci 76,7% 23,3% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)
Risk Estimate
Lower Upper
Crosstab
Tms Ms
Count 14 1 15
tidak
% within Tenaga Pencuci 93,3% 6,7% 100,0%
Tenaga Pencuci
Count 9 6 15
ya
% within Tenaga Pencuci 60,0% 40,0% 100,0%
Count 23 7 30
Total
% within Tenaga Pencuci 76,7% 23,3% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)
Risk Estimate
Lower Upper