Anda di halaman 1dari 15

PENGKAJIAN RESIKO PENGENDALIAN INFEKSI (ICRA)

KECENDERUNGAN INFEKSI
DI RSU BANJAR PATROMAN

Oleh :
TIM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
(PPI)

LEMBAR PENGESAHAN
Yang Bertanda Tangan Di Bawah Ini,

Dierktur Rumah Sakit Umu Banjar Patroman Menyatakan Bahwa :

PENGKAJIAN RESIKO PENGENDALINA INFEKSI (ICRA)

RSU BANJAR PATROMAN

Disusun Oleh :

Tim PPI

Untuk diberlakukan di Rumah Sakit Umum Banjar Patroman

Terhitung tanggal 2 Januari 2023

Ditetapkan di : Banjar
Pada tanggal : 02 Januari 2023
DIREKTUR RSU BANJAR PATROMAN

dr. Suci Dara


NIP.072202502

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. PENDAHULU

Program Pencegahan dan Pengendalian lnfeksi Rumah Sakit


(PPIRS) sangat penting untuk dilaksanakan di rumah sakit sebagai tempat
penyelenggara pelayanan kesehatan . Disamping sebagai tolakukur mutu
pelayanan. Sesuaidengan Permenkes No.27 tahun 2017 program PPIRS
disusun untuk melindungi pasien, petugas kesehatan, pengunjung dan
keluarga pasien dari resiko terjadinya infeksi di Rumah Sakitatau disebut
juga Health care Associated Infections (HAis).
Hais adalah infeksi yang terjadi selama proses perawatan dirumah sakit
atau difasilitas kesehatan lain dimana pasien tidak ada infeksi atau tidak masa
inkubasi, termasuk infeksi di rumah sakit tapi muncul setelah pulang juga infeksi
pada petugas kesehatan yang terjadi dipelayanan kesehatan. Bagi pasien dan
Rumah Sakit kejadian infeksi nasokomial merupakan persoalan yang dapat
menjadi penyebab langsung atau tidakl angsung mengakibat kan kematian pasien.
(Referensi Permenkes No. 27 tahun 2017)
Salah satu fokus dalam pengendalian infeksi di rumah sakit
adalah melaksanakan pencegahan berdasarkan kewaspadaan isolasi yaitu
kewaspadaan standar dan kewaspadaan transmisi. Transmisi penyakit dapat
terjadi melalui kontak langsung maupun tidak langsung antara pasien, petugas
kesehatan, pengunjung, lingkungan, dan sarana-prasarana, fasilitas pelayanan
kesehatan. (Referensi Permenkes No. 27tahun2017).
RSU Banjar Patroman dalam menjalankan perannya untuk memberikan
pelayanan yang terbaik bagi pasien dan keluarga, berkomitmen meningkatkan
standar mutu pelayanan kesehatandan keselamatan pasien, salahsatunya
dengan meminimalkan resiko infeksi dirumah sakit. Dalam melaksanakan
program PPIRS harus memperhatikan biaya yang efektif serta menjalankan
pelayanan kesehatan secara terpadu menyeluruh serta profesional.
Upaya meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit dibutuhkan Sumber
Daya Manusia (SDM) yang mengerti dan berkomitmen untuk melaksanakan
program pencegahan dan pengendalian infeksi sesuai prosedur disemua sarana
dan prasarana serta lingkungan sehingga angka kejadian infeksi dapat di
minimalkan melalui pengendalian resistensi antimikroba, dengan demikian
mutu pelayanan dapat ditingkatkan. (Referensi: Permenkes No. 27 tahun 2017).

3
B. LATAR BELAKANG

Kejadian infeksi rumah sakit adalah infeksi yang didapat atau timbul pada
waktu pasien dirawat di rumah sakit. Bagi pasien di rumah sakit hal ini
merupakan persoalan serius yang dapat menjadi penyebab langsung atau tidak
langsung kematian pasien. Beberapa kejadian infeksi rumah sakit mungkin tidak
menyebabkan kematian pasien akan tetapi dapat menjadi penyebab pasien
dirawat lebih lama dirumah sakit. Penyebabnya oleh kuman yang berada di
lingkungan rumah sakit atau oleh kuman yang sudah dibawa oleh pasien sendiri.
Dari batasan ini dapat disimpulkan bahwa kejadian infeksi rumah sakit adalah
infeksi yang secara potensial dapat dicegah.
Menurut data WHO angka kejadian infeksi di rumah sakit sekitar 3- 21 %,
rata – rata 9 % atau lebih dari 1,4 juta pasien rawat inap di rumah sakit di seluruh
dunia. Hasil survei point prevalensi dari 11 rumah sakit di DKI Jakarta yang
dilakukan oleh Perhimpunan Pengendalian Infeksi Indonesia ( PERDALIN ) Jaya
dan RS Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso Jakarta tahun 2013 didapatkan
angka kejadian infeksi nasokomial untuk IDO ( infeksi Daerah Operasi ) 18,9 %,
ISK ( Infeksi Saluran Kemih ) 15,1 %, IADP ( Infeksi Aliran Darah Primer ) 26,4
%, Pneumonia 24,5 % dan infeksi saluran napas 15, 1 % serta infeksi lain 32,1
%. Untuk mencegah resiko terjadinya infeksi di Rumah Sakit perlu diterapkan
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi ( PPI ), yaitu kegiatan yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, pembinaan, pendidikan dan pelatihan, serta
monitoring dan evaluasi.
Memperhatikan kompleksnya permasalahan dan banyaknya manfaat yang
dihasilkan apabila kita melaksanakan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
Rumah Sakit dengan baik, maka kegiatan program Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi di Rumah Sakit ini seharusnya dapat dilaksanakan dalam suatu struktur
organisasi yang kuat dan rapi, yang mampu menyusun dan menjabarkan program
secara komprehensif, rinci dan jelas, sehingga dapat dilaksanakan oleh semua
petugas rumah sakit secara benar dan bertanggung jawab. Dibutuhkan
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pembinaan sebagai upaya menekan
kejadian infeksi di RSUD Muntilan Kab Magelang.
Sehubungan dengan besarnya masalah dan akibat infeksi rumah sakit
seperti dikemukakan di atas, maka perlu disusun suatu program PPI di Rumah
Sakit Umum Banjar Patroman dengan baik dan terarah sehingga rumah sakit dapat
meningkatkan mutu, cakupan dan efesiensi pelayanannya kepada masyarakat.

4
BAB II
TUJUAN

A. TUJUAN
1. Terlaksananya identifikasi dan penurunan infeksi yang didapat dan ditularkan
diantara pasien , staf klinis, staf non klinis, tenaga kontrak, mahasiswa dan
pengunjung.
2. Tujuan Khusus
a. Menerapkan Prinsip PPI diseluruh area RSU Banjar Patroman
b. Meningkatkan kegiatan surveilens infeksi di rumah sakit.
c. Meningkatkan kepatuhan dalam melakukan pencegahadan
pengendalian infeksi.
d. Meningkatkan kepatuhan dalam melaksanakan SPO pencegahan dan
pengendalian infeksi.
e. Meningkatkan pendidikan dan pelatihan pencegahan dan
pengendalian infeksi bagi seluruh staf .
f. Meningkatkan kepatuhan dalam penggunaan anti biotik rasional.

B. KAJIAN RESIKO
Pengkajian resiko pengendalian infeksi (ICRA) terhadaf tingkat kecendrungan infeksi
RSU Banjar Patroman menjadi prioritas program ppi dalam upaya pencegahan dan
penurunan resiko infeksi Antara lain :
1. Infeksi-infeksi yang penting secara epidemiologis yang merupakan data
surveilans
2. Proses kegiatan di area-area yang beresiko tinggi terjadinya infeksi
3. Pelayanan yang menggunakan peralatan yang beresiko infeksi
4. Pelayanan didtribusi linen kotor dan bersih
5. Pelayanan sterilisasi alat
6. Kebersihan permukaan dan lingkungan
7. Peneglolaan linen / laundry
8. Pengelolaan sampah
9. Penyediaan makanan
10. Pengelolaan kamar jnazah

5
No Jenis Kelompok Resiko Probabilitas Dampak score
4 3 2 1 0 5 4 3 2 1
1 Survelans HAIs
IDO √ √ 0
Plebitis √ √ 16
ISK √ 0
IADP √ 0
Dekubitus √ 0

2 Proses kegiatan di area-


area yang beresiko tinggi
terjadinya infeksi
IBS
CSSD
ICU
Perinatologi
Isolasi

3 Pelayanan yang
menggunakanperalatan
yang beresiko infeksi
NGT
Intubasi
Laparoscopy
Kateter urine
Vena section
WSD
Tracheostomy
Fungsi supra pubik

4 Prosedur/tindakan-tidakan
beresiko tinggi
Laparatomy
Swab PCR

6
Suction pasien covid 19

5 Pelayanan didtribusi linen


bersih dan kotor
Troli linen bersih dan kotor
dipisah
Pintu penerimaan dan
pendistribusian berbeda
Keidakpathan pengisian
dokumen pendistribusian

6 Pelayanan Sterilisasi Alat


Ketidakpatuhan pemakaian
APD pada saat penelolaan
instrumen dan distribusi
Indikator biologi belum
tersedia

7 Kebersihan permukaan
dan lingkungan
Masih terdapat debu pada
perabot (meja, almari, kuri,
troly dll)
Terdpat pintu, jendala kaca,
lantai licin, dan tidak kering
Terdapat makanan dan
minuman di nurse station

8 Pengelolaan linen /
laundry
Ketidakpatuhan APD saat
pengelolaan linen dan
didtibusi
Parstok linen kurang
memadai
Sarana mesin cuci untuk
infeksiun kapasitas kurang

7
memadai

9 Pengelolaan Sampah
Ketidakpatuhan petugas
dalam pembuangan sampah
Pengambilan sampah oleh
pihak ke tiga lebih dari 2x24
jam
Sampah berlebih ¾ penuh
belum diambil
Sampah diambil dari unit leih
dari 1x24 jam
Sefety box melebihi 2/3
belum diambil oleh petugas

10 Penyediaan makanan
Kurangnya monitring
pelaksanaan barang mentah
hingga siap saji
Ketidakpahaman pemakaian
APD pada petugas
Tehnik FIFO tidak
diaplikasikan dengan baik

11 Pengelolaan Kamar Jenazah


Sapras APD kurang
memadai
Kurangnya pasilitsa
kebersihan tangan
Kantong jenazah infeksius
tidak tersedia
Ketidakpatuhan alur jenazah
Ketidak patuhan pelepasan
APD sesuai standart

8
C. PRIORITAS MASALAH

NO POTENSIAL RISK MASALAH SCORE RANGKING

1 Suveilans HAIs

Phlebitis 16 1

2 Proses kegiatan di area-area yang beresiko


tinggi terjadinya infeksi

Isolasi 5 7

3 Pelayanan yang menggunakanperalatan yang


beresiko infeksi

Kateter Urin 3 9

4 Prosedur/tindakan-tidakan beresiko tinggi

Laparatomi 4 8

5 Pelayanan didtribusi linen bersih dan kotor

Ketidakpatuhan pengisian dokumentasi 1 11


pendistribusian

6 Pelayanan Sterilisasi Alat

Indicator biologi belum tersedia 3 10

7 Kebersihan permukaan dan lingkungan

Masih terdapat debu pada perabot (meja, almari, 6 6


kuri, troly dll)

8 Pengelolaan linen / laundry

Sarana mesin cuci untuk infeksiun kapasitas 12 3


kurang memadai

9 Pengelolaan Sampah

Sampah diambil dari unit leih dari 1x24 jam 6 4

10 Penyediaan makanan

Ketidakpahaman pemakaian APD pada petugas 6 5

9
D. PLAN OF ACTION

N0 MASALAH SKOR RANGKING TUJUAN UMUM TUJUAN KHUSUS STRATEGI

1 Plebitis Menurunkan infeksi pada - Membantu pasien pulang tepat waktu - Melakukan investigasi terkait dengan BMHP
pemasangan infus - Mengurangi resiko infeksi pada pasien dengan unit gudang farmasi
yang terpasang infus - Koordinasi dengan diklat terkait IHT pemasangan
infus
- Cek ulang tekait regulasi tentang pemasangan
infus

2 Ketidakpatuhan Tercapainya kepatuhan -Memutus mata rantai infeksi - Koordinasai dengan bagian pengadaan barang
pelepasan APD pemakaian dan pelepasan -Melindungi kulit dan selaput lendir petugas tentang penyediann APD
APD yang baik dan benar dari resiko pajanan darah, semua jenis - Sediakan SPO pemasangan APD di ruang jenazah
sesuai dengan SPO cairan tubuh, secret, ekreta, kulit yang - Edukasi petugas ruang jenazah terkait
tidak utuh daan selaput lendir pasien. pemasangan dan pelepasan APD yang baik dan
benar
- Tingkatkan monitoring kesediaan APD dengan
berkoordinsai dengan petugas

3 Sarana mesin Melindungi petugas, pasien -Tercapainya mutu pelayanan RS (linen) - Kordinasi dengan bagian petugas laundry dan
cuci untuk dan penunggu pasien dari -Memutus mata rantai infesi melalui linen pengadaan terkait penambahan mesin cuci
infeksiun resiki penulalaran infeksi -Selalu tersedia linen bersih saat pasien infeksius
kapasitas membutuhkan - Koordinasi dengan unit pengguna linen untuk
kurang penggunaan linen sesui indikasi sebelum parstok
memadai terpenuhi
- Koordinasi dengan laundry untuk meningkatkan
pencatatan dokumentasi didtribusi linen.

4 Sampah Melindungi petugas, pasien -Lingkungna menjadi aman dan nyaman - Edukasi petugas kesling untuk mengambil sampah
diambil dari dan penunggu pasien dari

10
unit leih dari resiki penulalaran infeksi -Lingkungan jadi bersih dan indah setiap hari.
1x24 jam -Tidak tejadi infeksi baik pada petugas, - Mengambil sampah sebelum ¾ penuh
pengunjung, dan asyarakat - Pasang poster dan stiker pada msing-masing
tempat sampah
- Monitoring kepatuhan pembuangan smpah baik
infeksiun maupun non infeksiun, cek rehulasi
pembuangan sampah

5 Ketidak Tercapainya kepatuhan - Tercapainya kepatuhan memakai - Pengecekan ulang SPO pemakaian dan pelepasan
patuhan pemakaian dan pelepasan APD Standart APD standart sesui regulasi
pemakaian APD yang baik dan benar - Tercapainya kepatuhan melepat APD - Melakukan sosialisasi pemakaian dan pelepasan
APD pada sesuai dengan SPO sesuai stsndart APD sesuai SPO
petugas - Melakukan monitoring evaluasi memakai dan
melepas APD

6 Masih terdapat Meminimalisir resiko infeksi -Meminimalisir ressiko infeksi dri kuman - Edukasi ulang kepada petugas untuk melakukan
debu pada dari benda-benda disekitar yang berkolonisasi di dalam debu aktivitas desinfeksi setiap shif
perabot (meja, nursetationne kepada -Menjaga kebersihan ruangan - Tingkatkan monitoring
almari, kuri, petugas - Bekerjasam dengan management untuk
troly dll) mendukung program PPI

7 Isolasi Meminimalisir penyebaran -Ruangan isolasi tidak menjadi tempat - Berkoordinasi dengan instalasi isolasi dalam
infeksi baik pada petugas yang beresiko menyebarkan penyakit pembersihan ruangan, lakukan pembersihan
ataupun pasien dari sautu pasien ke pasien lain ruanagn 2 kali sehai atau setiap kali terlihat kotor.
ataupun keapada petugas - Lakukan pembersihan ruangan isolasi sebelum
-Pasien terasa nyaman pasien dating dan segera bersihkan setelah pasien
-Pasien segera pulih dan tidak terlalu lama pulang
dirawat - Cek regulasi tentang pembersihan ruangan isolasi

8 Laparotomy Meminimalisir resiko infeksi -Pasien tidak terjadi IDO - Edikasi ulang bumdle IDO kepada nakes IBS,
terhadap proses laparatomy

11
-Pasien sembuh sesuai dengan prosedur Rawat Inap, Rawat Jalan
-Kepercayaan masyarakat meningkat pada - Cek regulasi bundle HAIs IDO
Rumah Sakit Banjar Patroman - Tingkatkan monitoring bundle IDO
-Meningkatkan mutu pelayanan.

9 Kateter urine Memeinimalisir resiko -Pasie terpasang kateter urine tidak - Koordinasi dengan bagian rawat inap dan IGD
infeksi saluran kencing mengalami ISK terkait IHT pemasangan DC
pada psien (ISK) -Masa rawat inap pasien tidak bertambah - Koordinasi dengan bagian pengadaan terkait
lama akibat infeksi BMHP DC
-Kepercayaan masyarakat kepada RSU - Tingkatkan monitoting kepatuhan budle
Banjar Patroman semakin baik pemasangan DC
- Cek ulang terkasit regulasi pemasangan Dc

10 Indicator Meminimalisir penyebaran -Alat yang disteril terbukti secara real - Berkoordinasi dengan CSSD dan bagean
biologi belum infeksi baik pada petugas -Alat yang melewati prosessterilisasi sudah pengadaa agar pengadaan sesuai kebutuhan
tersedia ataupun pasien erjamin keseterilannya - Persiapkan regulasi yang berhubungan dengn
-Dapat meminimalisir resiko infeksi dari indicator biologis
alat yang di sterilkan

11 Ketidakpatuhan Kerapian dan stok linen -Meminimalisir kekurangan linen saat - Koordinasi dengan unit pengguna linen dan
pengisian terjaga dengan baik pelayanan laundry untuk selalu mematuhi pengisian
dokumentasi -Peningkatan mutu pelayanan dokumentasi baik pengambilan bmaupun
pendistribusian -Linen lebih terawat penditribusian
- Edukasi ulang tentang regulasi pendistribusian
linen

12
13
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Semua area di rumah sakit terdapat resiko infeksi tergantung dengan tingkat
resiko area masing-masing
2. Perinsif pencegahan dan pengendalian infeksi covid 19 adalah stop tranmisi,
melaksanakan kewaspadaan standard an melakukan hal-hal baru selama
pandemic

B. SARAN
1. Tingkatkan kepatuhan keawaspadaan isolasi (stabdar dan tranmisi) di semua
area seauia dengan zonasi pelayanan.
2. Perlu dukungan managemen, semua karyawan rumah sakit, pasien, keluarga,
dan masyarakat agar pelaksanaan PPI dapat trlaksan dengan baik

Banjar, 2 Januari 2023

Tim PPI

dr. Rizki Kurnia Firdaus

14
15

Anda mungkin juga menyukai