Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

ANALISIS JURNAL MENGENAI APLIKASI


DALAM KEBIDANAN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Inovasi Dalam Kebidanan


Dosen Pengampu : Dera Sukmanawati,S.Tr.Keb.,M.Keb.,MCE.

Kelompok 2 :

1. Dewi Sri Gamar Zakaria (CBR0190008)


2. Diah Lailatul Qaidah (CBR0190009)
3. Dila Febriyanti (CBR0190010)
4. Reza Sri Lestari (CBR0190018)
5. Siska Warnita (CBR0190020)
6. Siti Nurlela (CBR0190021)
7. Sri Rahayu (CBR0190023)

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Bissmilahirahmanirrahim
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan tepat waktu tanpa
pertolongan-Nya tentunnya kami tidak sanggup untuk menyelesaikan tugas ini
dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW yang kita nanti nantikan syafaatnya
diakhirat nanti.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahkan nikmat
sehatnya baik itu berupa sehat fisik mupun akal pikiran, sehingga kami mampu
untuk menyelesaikan pembuatan tugas ini. Adapun tujuan dari penulisan tugas ini
adalah untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Inovasi Dalam Kebidanan Prodi S1
Kebidanan.
Kami tentu menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk tugas ini, supaya tugas ini
dapat menjadi tugas yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak
kesalahan pada tugas ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya
kepada Ibu Dera Sukmanawati,S.Tr.Keb.,M.Keb.,MCE.selaku dosen pengampu
mata kuliah Inovasi dalam Kebidanan yang telah membimbing kami dalam
mengerjakan tugas ini.
Demikian, semoga tugas ini dapat bermanfaat, Terimakasih.

Penulis,

Kuningan,2022

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................1
1.2 Tujuan...................................................................................................3
1.3 Manfaat.................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................4
2.1 Aplikasi Catin........................................................................................4
2.1.1 Teori Calon Pengantin.......................................................................4
2.1.2 Aplikasi Kescatin..............................................................................14
2.2 Pembahasan jurnal.............................................................................18
2.3 Keterkaitan teori dengan jurnal........................................................19
BAB III PENUTUP..............................................................................................22
3.1 Kesimpulan.........................................................................................22
3.2 Saran...................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................24

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pernikahan atau lazimnya dalam hukum positif Indonesia disebut

sebagai perkawinan memiliki arti mitsaqan ghalidzan atau akad yang sangat

kuat demi mentaati perintah Tuhan serta melaksanakannya semata-mata

untuk beribadah. Sedangkan di dalam peraturan perundang-undangan

khususnya dalam pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun

1974 pada dinyatakan bahwa: "Perkawinan adalah ikatan lahir dan batin

antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan

tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan

Yang Maha Esa”. Tujuan dalam pernikahan yang tidak kalah penting salah

satunya yaitu memilihara gen manusia. Dimana pernikahan merupakan

sarana bagi manusia agar tetap memelihara keturunan dari generasi ke

generasi, alat reproduksi serta keberlanjutan dari kualitas gen itu sendiri.

Dengan kata lain pernikahan akan membentuk keluarga dan memiliki

keturunan.

Bagi calon pengantin yang akan melangsungkan pernikahan

dianjurkan melakukan tes kesehatan terlebih dahulu, karena tes ini

berhubungan dengan penyelidikan, pengamatan, dan pemeriksaan kondisi

fisik seseorang yang berguna untuk kelangsungan pernikahan mempelai.

Dengan melakukan pemeriksaan kesehatan calon pengantin akan

1
mendapatkan diagnosis kemungkinan mengidap berbagai penyakit

keturunan yang dikhawatirkan dikemudian hari menjadi masalah terkait

keberlangsungan atau keberlanjutan dan kebiasaan yang dilakukan sehari

hari yang mungkin akan mempengaruhi kesehatan calon pengantin itu

sendiri maupun anak-anak mereka saat dilahirkan.

Di Indonesia, tes kesehatan pranikah diterapkan berdasarkan pada

Instruksi Bersama Dirjen Bimas Islam dan Departemen Kesehatan No. 2

Tahun 1989 Tentang Imunisasi Tetanus Toxoid Calon Pengantin. Setelah

adanya Instruksi tersebut, setiap calon pengantin yang hendak

melangsungkan pernikahan diharapkan melampirkan bukti yang berupa

surat keterangan telah melakukan Imunisasi Tetanus Toxoid bersamaan

dengan persyaratan persyaratan lain ke KUA dengan harapan setiap

pasangan calon pengantin juga bayi yang akan dilahirkan nanti akan

terbebas dari infeksi tetanus.

Di era digital sekarang dengan semakin pesatnya perkembangan

teknologi banyak sekali informasi yang mudah didapat, salah satu nya yaitu

aplikasi KESCATIN untuk pemeriksaan kesehatan bagi calon pengantin.

Pemanfaatan teknologi informasi dalam kesehatan ini dikenal dengan istilah

digital health atau seringnya disebut telehealth (tele kesehatan) yang banyak

membawa keuntungan sebagai sumber informasi medis terutama kesehatan

bagi calon pengantin.

Tes kesehatan merupakan bentuk preventif yang dinilai cukup efektif

untuk mencegah penyebaran penyakit menular di masyarakat. Dengan

2
adanya tes kesehatan bagi calon pengantin diharapkan pasangan yang

hendak melangsungkan pernikahan bisa lebih selektif dalam memilih

sesorang yang akan menjadi pasangan hidupya agar tidak menyesal

dikemudian hari. Setelah melakukan tes kesehatan akan diberikan hasil

bagaimana kesehatan calon mempelai tersebut, dan keputusan akan

diserahkan lagi kepada tiap pasangan apakah pernikahan akan tetap

dilanjutkan atau tidak. Adanya Instruksi Bersama Dirjen Bimas Islam dan

Departemen Kesehatan No. 2 Tahun 1989 Tentang Imunisasi Tetanus

Toxoid Calon Pengantin yang disahkan dan dikeluarkan tanggal 6 maret

1989 artinya instruksi tersebut secarah sah menjadi landasan bagi

pelaksanaan imunisasi tetanus toxoid dan tes kesehatan pranikah bagi calon

pengantin di Indonesia yang menikah dibawah naungan KUA.

1.2 Tujuan

Untuk mengetahui tes kesehatan pranikah bagi calon pengantin


melalui media online sebagai sumber informasi.

1.3 Manfaat

Pasangan calon pengantin dapat memaanfaatkan teknologi sebagai


sumber informasi bagi kesehatan terutama dalam kesehatan pranikah.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Aplikasi Catin

2.1.1 Teori Calon Pengantin

1. Pengertian Catin

Menurut Kemenkes RI (2018) catin atau calon pengantin

adalah pasangan yang akan melangsungkan pernikahan. Calon

pengantin dapat dikatakan sebagai pasangan yang belum

mempunyai ikatan, baik secara hukum Agama ataupun Negara

dan pasangan tersebut berproses menuju pernikahan serta

proses memenuhi persyaratan dalam melengkapi data-data

yang diperlukan untuk pernikahan (Depag surabaya, 2010).

Catin atau Calon Pengantin menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia merupakan istilah yang digunakan pada wanita usia

subur yang mempunyai kondisi sehat sebelum hamil agar dapat

melahirkan bayi yang normal dan sehat serta Calon Pengantin

laki-laki yang akan diperkenalkan dengan permasalahan

kesehatan reproduksi dirinya serta pasangan yang akan

dinikahinya (KBBI, 2019). Calon Pengantin adalah terdiri dari

dua kata yaitu calon dan pengantin, yang memiliki arti sebagai

berikut, “Calon adalah orang yang akan menjadi pengantin”.

Sedangkan “Pengantin adalah orang yang sedang

4
melangsungkan pernikahannya”. Jadi calon pengantin adalah

seorang laki-laki dan seorang perempuan yang ingin atau

berkehendak untuk melaksanakan pernikahan. Dengan kata lain

calon pengantin ini adalah peserta yang akan mengikuti

bimbingan pranikah yang diadakan oleh Kantor Urusan Agama

sebelum calon pengantin ini akan melangsungkan akad nikah

(Mia fatmawati, 2016).

2. Konseling Pranikah Catin

Konseling pranikah adalah nasehat yang diberikan kepada

pasangan sebelum menikah, menyangkut masalah medis,

psikologis, seksual dan sosial. Jadi, Konseling Pranikah

dimaksudkan untuk membantu pasangan calon pengantin untuk

menganalisis kemungkinan masalah dan tentangan yang akan

muncul dalam rumah tangga mereka dan membekali mereka

kecakapan untuk memecahkan masalah (Munira, 2006).

Kelas calon pengantin (catin) merupakan salah satu usaha dan

kepedulian pemerintah untuk membantu kesiapan calon

pengantin dalam menjalankan kehidupan rumah tangga.

Adanya program konseling pranikah adalah suatu proses

pemberian bantuan oleh seseorang yang profesional terhadap

pasangan calon suami istri sebelum melaksanakan perkawinan

dan memberikan bekal serta petunjuk sehingga dapat

5
membentuk kehidupan rumah tangga yang bahagia dunia

akhirat (Amalia R, 2018).

Beberapa kegiatan dalam konseling pranikah yang diberikan

oleh petugas ke catin yang membahas tentang kesehatan

reproduksi yang meliputi masa kehamilan, masa subur, proses

kehamilan, tanda-tanda kehamilan, kehamilan yang ideal dan

beresiko, tanda bahaya kehamilan, tanda-tanda perubahan

emosional pada ibu bayi, program perencanaan persalinan dan

komplikasi (P4K) dan pilihan metode kontrasepsi bagi

pasangan baru yang ingin menunda kehamilan (Kemenkes RI,

2018).

Metode yang digunakan petugas dalam memberikan konseling

pranikah adalah menggunakan metode ceramah, tanya jawab,

leaflet dan media slide show dan media online dengan

menggunkan aplikasi untuk meningkatkan pengetahuan calon

pengantin. Metode tersebut dianggap ampuh dalam

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, namun perlunya

kaloborasi antara lintas program/pemegang program calon

pengantin dengan petugas gizi dan psikolog terkait dengan

materi penyuluhan guna peningkatan pengetahuan gizi dan

perubahan emosional kelak pada ibu hamil baru atau pada masa

trisemester awal (Amalia R, 2018).

6
Menurut Kemenkes RI (2011), dalam Buku Saku Penyuluhan

Pernikahan kesehatan reproduksi calon pengantin menyatakan

bahwa alur pelaksanaan pelayanan kesehatan dan KIE

kesehatan reproduksi bagi Calon Pengantin adalah sebagai

berikut :

1) Calon Pengantin mengisi formulir persyaratan nikah (model

N1 sampai N4, dan formulir lainnya yang diperlukan) dari

kelurahan/desa tempat tinggal Calon Pengantin.

2) Calon Pengantin datang ke Kantor Urusan Agama atau

Lembaga Agama lainnya untuk mengurus pernikahnnya.

3) Calon Pengantin membawa surat pengantar dari Kantor

Urusan Agama ke Puskesmas untuk mendapatkan surat

keterangan kesehatan termasuk status imunisasi tetanus.

4) Di fasilitas pelayanan kesehatan petugas memberikan

pelayanan kesehatan, meliputi anamnesis, pemeriksaan fisk,

skrining dan pelayanan Imunisasi Tetanus Toxsoid (TT),

pemeriksaan laboratorium dan rujukan bila diperlukan.

5) Calon Pengantin kembali ke Kantor Urusan Agama atau

lembaga lainnya dengan membawa surat keterangan kesehatan

termasuk status Imunisasi Tetanus Toxsoid (TT).

6) Setelah calon pengantin melakukan pernikahan, KUA akan

mencatatkan pernikahan pasangan pengantin yang telah

menyerahkan formulir model N1 sampai dengan N4, surat

7
keterangan kesehatan dan status Imunisasi Tetanus Toxsoid

(TT), Untuk calon pengantin diluar Agama Islam, pencatatan

pernikahan di Kantor Catatan Sipil (Kemenkes RI, 2018).

3. Kesehatan Reproduksi

Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik, mental

dan sosial secaara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit

atau kecacatan yang berkaitan dengan sistem, fungsi dan proses

reproduksi. Calon pengantin perlu mengetahui dan menjaga

kesehatan reproduksi adalah sebagai berikut :

1) Calon pengantin perlu mengetahui informasi kesehatan

reproduksi untuk menjalankan proes, fungsi dan perilaku yang

sehat dan aman.

2) Calon pengantin perempuan akan mejadi calon ibu yang

harus mempersiapkan kehamilanya agar dapat melahirkan anak

yang sehat dan berkualitas.

3) Calon pengantin laki-laki akan menjadi calon ayah yang

harus memiliki kesehatan yang baik dan berpartisipasi dalam

perencanaan keluarga, seperti menggunakan alat kontrasepsi

serta mendukung kehamilan dan persalinan yang aman.

4) Laki-laki dan perempuan mempunyai resiko masalah

kesehatan reproduksi terhadap penularan penyakit. Perempuan

lebih rentan terhadap masalah kesehatan reproduksi yang terjadi

pada saat berhubungan seksual, hamil, melahirkan, nifas,

8
keguguran dan pemakaian alat kontrasepsi. Karena struktur alat

reproduksinya lebih rentan secara sosial maupun fisik terhadap

penularan Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk HIV.

5) Laki-laki dan perempuan mempunyai hak dan kewajiban

yang sama untuk menjaga kesehatan reproduksi (Evrianasari,

2017).

4. Pemeriksaan Kesehatan Bagi Calon Pengantin (Catin)

Pemeriksaan kesehatan Pranikah (Premarital Check Up)

merupakan pemeriksaan untuk memastikan status kesehatan dari

kedua calon mempelai laki-laki dan perempuan yang hendak

menikah. Hal ini diperuntukan untuk mendeteksi dini adanya

penyakit menular, menahun dan kesuburan maupun kesehatan

jiwa seseorang. Pemeriksaan ini bermanfaat untuk melakukan

tindakan terhadap permasalahan kesehatan terkait kesuburan dan

penyakit yang diturunkan secara genetik. Calon pengantin perlu

mendapatkan pemeriksaan kesehatan untuk menentukan status

kesehatan agar dapat merencanakan dan mempersiapkan

kehamilan yang sehat dan aman. Pemeriksaan kesehatan yang

diperlukan oleh calon pengantin berpedoman pada buku saku

calon pengantin Kemenkes RI, (2018) yaitu meliputi :

1) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik termasuk status gizi yang diperlukan oleh

catin antara lain adalah :

9
a) Pemeriksaan fisik, dilakukan untuk mengetahui dan

mengidentifikasi status kesehatan melalui pengukuran dan

pemeriksaan (denyut nadi, frekuensi nafas, suhu tubuh dan

seluruh tubuh).

b) Pemeriksaan status gizi, dilakukan untuk mengetahui dan

mengidentifikasi status gizi dan deteksi awal anemia,

melalui pengukuran atau pemeriksaan (berat badan, tinggi

badan, LILA dan tanda-tanda anemia) (BKKBN, 2006).

2) Pemeriksaan Penunjang (Laboratorium)

Menurut Kemenkes RI (2018), menyatakan bahwa

Pemeriksaan penunjang (laboratorium) yang diperlukan oleh

catin terdiri dari :

a) Pemeriksaan darah meliputi (Hemoglobin (HB) dan

golongan darah). b) Dalam kondisi tertentu/atas saran dokter

dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium yaitu sebagai

berikut (Gula darah, HIV, IMS (Sifilis), Hepatitis, TORCH,

Malaria (daerah endemis), Talasemia dan pemeriksaan lain

sesuai indikasi) diantaranya sebagai berikut :

1) Penyakit genetik, misalnya: Talasemia, buta warna,

Hemofilia dan lain-lain.

2) Penyakit tertentu yang diturunkan, misalnya

kecenderungan Diabetes Mellitus (kencing manis),

10
Hipertensi (tekanan darah tinggi), kelainan jantung, dan

sebagainya

3) Penyakit infeksi misalnya, Penyakit Menular Seksual

(PMS), Hepatitis B dan HIV/AIDS.

4) Vaksinasi, Hal ini dilakukan untuk kekebalan terhadap

virus Rubella. Infeksi Rubella pada kehamilan dapat

menimbulkan kelainan pada janin seperti kepala kecil, tuli,

kelainan jantung dan bahkan kematian. Perlu pula

pemeriksaan virus Herpes karena dapat menyebabkan cacat

janin dan kelahiran prematur (Kemenkes RI, 2013).

3. Pemeriksaan Gula Darah

Menurut Mia Fatmawati (2016), Pemeriksaan ini bermanfaat

untuk mengatahui adanya penyakit kencing manis (Diabetes

Melitus) dan juga penyakit penyakit metabolik tertentu. Ibu

hamil yang menderita Diabetes tidak terkontrol dapat

mengalami beberapa masalah seperti: janin yang tidak

sempurna/cacat, Hipertensi, Hydramnions (meningkatnya

cairan ketuban), meningkatkan resiko kelahiran prematur,

serta Macrosomia (bayi menerima kadar glukosa yang tinggi

dari Ibu saat kehamilan sehingga janin tumbuh sangat besar).

Pemantauan hasil dapat dilakukan dengan menggunakan

pemeriksaan glukosa darah kapiler dengan glukometer.

11
1) Pemeriksaan glukosa plasma puasa >126 mg/dl. Puasa

adalah kondisi tidak ada asupan kalori minimal 8 jam.

2) Pemeriksaan glukosa plasma ≥200 mg/dl 2 jam setelah es

toleransi Glukosa Oral (TTGO) dengan beban 75 gram.

3) Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dl dengan

keluhan klasik atau pemeriksaan HbA1c >6,5% dengan

menggunakan metode High-Performance Liquid

Chromatograhy (HPLC) yang terstandarisasi oleh National

Glycohaemoglobin Standarization Program (NGSP)

(Perkeni, 2015).

4) Pemeriksaan HbsAG (Hepatitis B Surface Antigen)

Hepatitis B merupakan infeksi menular serius yang terjadi

pada hati disebabkan oleh virus hepatitis B. Hepatitis B bisa

menjadi kronis setelah beberapa bulan seja terinfeksi

pertama kali (Kemenkes RI, 2013). Pemeriksaan ini

bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya infeksi virus

hepatitis B, diagnosis hepatitis B, screening pravaksinasi dan

memantau Clearence Virus. Selain itu pemeriksaan ini juga

bermanfaat jika ditemukan salah satu pasangan menderita

Hepatitis B maka dapat diambil langkah antisipasi dan

pengobatan secepatnya (Kamus Besar Bahasa Indonesia,

2014). HBsAg (Hepatitis B surface antigen) merupakan

suatu protein antigen dimana antigen tersebut dapat menjadi

12
indikator awal dari hepatitis B akut dan sering kali

(digunakan untuk) mengidentifikasi orang-orang yang

terinfeksi sebelum gejala-gejala muncul. HBsAg dapat

dideteksi pada cairan tubuh yang terinfeksi dan menghilang

dari darah selama masa pemulihan. Pada beberapa orang

(khususnya mereka yang terinfeksi adalah anak-anak atau

mereka yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah,

seperti pada penderita AIDS), infeksi kronis dengan VHB

dapat terjadi dan HBsAg tetap positif (Sri W. dkk, 2008).

5) Pemeriksaan VDLR (Venereal Disease Research Laboratory)

Pemeriksaan ini merupakan jenis pemeriksaan yang

bertujuan untuk mendeteksi kemungkinan ada atau tidaknya

infeksi penyakit Herpes, Klamidia, Gonorea, Hepatitis dan

Sifilis pada calon pasangan, sehingga bisa dengan segera

menentukan terapi yang lebih tepat jika dinyatakan

terjangkit penyakit tersebut. Selain itu pemeriksaan ini juga

berguna untuk mengetahui ada atau tidaknya penyakit yang

bisa mempengaruhi kesehatan ibu hamil maupun janinnya

(Mia Fatmawati, 2016). Untuk menegaskan diagnosa perlu

dilakukan tes yang bersifat lebih spesifik yaitu dengan tes

TPHA (Treponema Pallidum Haem Glutination) (Wagiyo,

2016).

6) Pemeriksaan TORCH

13
TORCH adalah singkatan dari Toksoplasma, Rubella,

Cytomegalovirus, dan Herpes Simpleks. Keempat penyakit

tersebut merupakan infeksi yang bisa menular dari ibu hamil

terhadap janin yang dikandungnya. Jika seorang ibu hamil

menularkan infeksi tersebut ke janinnya, maka hal fatal

bahkan risiko cacat lahir bisa terjadi pada kesehatan janin

(Emma Kasyi, 2018).

7) Skrining dan Imunisasi Tetanus

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia No. 2

tahun 1989 tentang Imunisasi Tetanus Toxsoid calon

pengantin ditekankan untuk di seluruh Indonesia

melaksanakan, memantau serta melaporkan secara berkala

hasil dari pelaksanaan bimbingan dan pelayanan Imunisasi

Tetanus Toxsoid calon pengantin sesuai dengan pedoman

pelaksanaan. Peraturan tersebut masih berjalan sampai

sekarang yaitu merupakan kewajiban untuk calon pengantin

melaksanakan Imunisasi Tetanus Toxsoid dan menunjukkan

surat/kartu bukti imunisasi TT1 sebagai administrasi

pernikahan yang bisa dilakukan di pelayanan kesehatan

terdekat Puskesmas atau Rumah sakit (Lestari, 2017). Calon

pengantin wanita harus melakukan imunisasi Tenanus

Toxoid untuk mencegah dan melindungi diri terhadap

penyakit tetanus, sehingga akan memiliki kekebalan seumur

14
hidup untuk melindungi ibu dan bayi terhadap penyakit

tetanus. Setiap perempuan usia subur (15-49 tahun)

diharapkan sudah mendapatkan 5 kali Imunisasi Tetanus

Toxsoid lengkap, jika status Imunisasi Tetanus Toxsoid

belum lengkap, maka calon pengantin perempuan harus

melengkapi status Imunisasi Tetanus Toxsoid di Puskesmas

(Kemenkes RI, 2018).

2.1.2 Aplikasi Kescatin

Teknologi informasi yang sekarang sedang berkembang

pesat di masyarakat yaitu aplikasi. Aplikasi adalah suatu program

yang siap digunakan untuk melaksanakan suatu fungsi bagi

pengguna jasa aplikasinya atau aplikasi yang lain dan dapat

digunakan oleh sasaran yang dituju. Aplikasi ini dapat memberikan

sebuah kemudahan penggunanya untuk beraktivitas. Banyak sekali

aplikasi-aplikasi yang berguna seperti di dunia Pendidikan, medis,

sosial, dan lainnya. Yang tengah ramai diperbincangkan saat ini

aplikasi kesehatan reproduksi bagi calon pengantin.

Aplikasi kesehatan reproduksi bagi calon pengantin

digunakan sebagai media informasi dan edukasi bagi calon

pengantin, yang mana pasangan calon pengantin yang hendak

melangsungkan pernikahan tentu memerlukan tambahan wawasan

tentang Kesehatan Reproduksi dan Seksual agar mempunyai bekal

15
didalam mengarungi bahtera pernikahan. Aplikasi Kescatin ini

memberikan tiga topik informasi utama, yaitu

1. Buku Saku

Buku Saku ini membahas seputar kesehatan reproduksi bagi

calon pengantin dan pasangan usia subur. Pada bagian ini berisi

tentang filosofi pernikahan, informasi pranikah, informasi tentang

kehamilan dan kontrasepsi, kondisi Kesehatan yang perlu

diwaspadai oleh pasangan calon pengantin, kanker payudara dan

kanker leher rahim, kehidupan dan gangguan seksual suami istri,

menjaga kesehatan jiwa dan harmonisasi pasangan suami istri,

kesetaraan suami dan istri dalam rumah tangga, dan Gerakan

masyarakat hidup sehat (Germas).

2. Cek Layak Hamil

16
Cek layak hamil merupakan sebuah alat untuk melihat

apakah ibu cukup sehat untuk dapat hamil. Pada bagian ini berisi

kuesioner interaktif dan dilengkapi penjelasan lebih lanjut.

3. Skrining Layak Hamil

Skrining layak hamil merupakan cara yang digunakan untuk

mencari keadaan atau penanda resiko yang belum diketahui. Pada

17
bagian ini berisi, identitas pasangan calon pengantin. hasil

pemeriksaan fisik dan penunjang, riwayat kesehatan, riwayat

penyakit, dan lainnya.

Aplikasi Kescatin dapat dianggap sebagai pengganti buku

panduan/pedoman kesehatan bagi calon pengantin. Penggunaannya yang

sederhana, lebih menarik untuk dibaca, dapat diakses dimana dan kapan

saja sehingga tidak membutuhkan jadwal dan tempat khusus dan

memudahkan akses bagi siapapun yang memerlukannya dengan berbekal

ponsel/tablet Android juga dapat menghemat biaya produksi media materi

kesehatan reproduksi jika dibandingkan harus menggunakan buku saku.

2.2 Pembahasan jurnal

Berdasarkan jurnal yang telah dibaca menyatakan bahwa Persiapan

kehamilan di Indonesia saat ini masih rendah, hal ini mengakibatkan

kehamilan dengan komplikasi, dapat meningkatkan morbiditas dan

mortalitas bagi ibu dan janin. Oleh karena itu, dibutuhkan perencanaan

yang baik sebelum masa kehamilan. Proses kehamilan yang direncanakan

dengan baik akan berdampak positif pada kondisi janin dan adaptasi fisik

dan psikologis dari ibu menjadi lebih baik.

Solusi pada permasalahan ini yaitu dilaksanakannya KIE

Reproduksi Dan Seksual Berbasis Android yang dapat diakses oleh

seluruh calon pengantin, baik bagi yang hadir maupun yang tidak hadir

pada suscatin. Selain itu, dengan solusi ini maka kegiatan pemaparan

18
materi kesehatan reproduksi bagi catin tetap dapat berjalan walaupun tidak

adanya petugas khusus.

Kegiatan pengabdian mengenai KIE Kespro Catin berbasis android

sudah dilakukan berupa serah terima aplikasi android dan sosialisasi

penggunaan aplikasi tersebut dengan pihak terkait. Dengan komitmen

pengawalan catin dalam pengunduhan aplikasi dan keberlanjutan program

akan dilakukan oleh KUA Tanjung Karang Pusat. Kegiatan ini diharapkan

tidak berakhir pada kegiatan pengabdian, tetapi dengan keberadaan

aplikasi android ini dapat dijadikan kebijakan bagi dinas terkait untuk

menjadikan aplikasi ini sebagai metode kursus bagi catin di bidang

kesehatan sehingga KUA lain di Provinsi lampung khususnya Kota

Bandar Lampung dapat memanfaatan aplikasi ini dalam pelaksanaan

kursus bagi catin terutama dalam bidang kesehatan.

2.3 Keterkaitan teori dengan jurnal

Pada jurnal KIE Reproduksi Dan Seksual Berbasis Android Bagi

Calon Pengantin Di KUA Tanjung Karang Pusat menyatakan bahwa

adanya keterkaitan antara jurnal tersebut dengan teori yang telah paparkan.

Calon pengantin (Catin) ini perlu mempersiapkan kesehatan yang prima

sebelum menikah dan hamil, maka aplikasi kescatin ini sangatlah tepat dan

bermanfaat bagi calon pengantin untuk meningkatkan pengetahuannya.

Aplikasi kescatin ini memuat berbagai informasi kesehatan lengkap yang

terdiri dari persiapan pranikah baik aspek fisik, mental, persiapan gizi,

imunisasi, dan lainnya, sehingga dampak jangka panjang dari aplikasi ini

19
yaitu dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas komplikasi yang terjadi

pada ibu dan janin.

Penyuluhan KIE perlu dilakukan yang bertujuan untuk

meningkatkan pemahaman pasangan catin tentang Kesehatan reproduksi

serta agar dapat merencanakan keluarga dengan sebaik mungkin dan agar

mendapatkan keturunan yang sehat, cerdas, dan bebas dari penyakit.

20
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Calon pengantin merupakan calon pasangan usia subur yang mempunyai

kondisi sehat untuk nanti kedepannya merencanakan kehamilan atau

memeriksakan kondisi pasangan sebelum menikah. Karena kondisi

tersebut sangatlah berpengaruh untuk nanti kondisi orang tersebut,

biasanya ada beberapa pemeriksaan contonya seperti pemeriksaan fisik,

penunjang, gula darah, HbsAG (Hepatitis B Surface Antigen), VDLR

(Venereal Disease Research Laboratory), TORCH, dan imunisasi TT.

Pemeriksaan tersebut sangatlah penting, dan tidak lupa juga mengenai

konseling yang diberikan harus sesuai kebutuhan calon pengantin, untuk

mempermudah juga sekarang terdapat layanan melalui aplikasi khusus

catin karena layanananya itu dapat diakses dengan mudah dimanapun,

meskipun mempunyai kekurangan dan kelebihan tersendiri.

3.2 Saran

1. Semoga konseling mengenai kesehatan calon pengantin dapat berjalan

dengan baik meskipun ada sebagian yang mulai menggunakan aplikasi

dan ada juga yang masih mendatangi fasisiltas kesehatan setempat

untuk mengakes infomasi catin.

4
2. Informasi dan penyuluhan mengenai kesehatan catin harus lebih

banyak lagi agar informasinya banyak di akses denga mudah dengan

bahasa yang mudah di pahami.

3. Perlunya kesadaran pada dirinya sendiri (calon pengantin) akan

kesehatannya.

22
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, R. dan P. Siswantara. 2018. Efektivitas Penyuluhan Kesehatan


Reproduksi Pada Calon Pengantin Di Puskesmas Pucang Sewu
Surabaya.Jurnal Biometrika Dan Kependudukan.1(7):29-38
BKKBN. 2006. Buku Saku Pembekalan Calon Linto dan Dara Baro (Calinda).
Nanggroe Aceh Darussalam : BKKBN Provinsi Nanggroe Aceh Darussallam
Depag. (2010). Pedoman Konselor Keluarga Sakinah. Surabaya.
Emma K. 2018. Hubungan Tingkat Pengetahuan terhadap Kesehatan Reproduksi
dengan Kesiapan Menikah pada Calon Pengantin. Jurnal Universitas
“Aisyiyah Yogyakarta : Yogyakarta.
Evrianasari N dan Dwijayanti J. 2017. Pengaruh Buku Saku Kesehatan
Reproduksi Dan Seksual Bagi Catin Terhadap Pengetahuan Catin Tentang
Reproduksi Dan Seksual Di Kantor Urusan Agama (KUA) Tanjung Karang
Pusat Tahun 2017. Jurnal Kebidanan, Vol. 3 No. 4, Oktober 2017 :211-216.
Evrianasari, N., & Wahyudi, W. T. (2019). KIE REPRODUKSI DAN SEKSUAL BERBASIS
ANDROID BAGI CALON PENGANTIN. JURNAL KREATIVITAS PENGABDIAN
KEPADA MASYARAKAT (PKM), 2(2), 157-165.

KBBI. (2019). Arti Kata “CATIN (Calon Pengantin)” Istilah Kesehatan.


http://kamuslengkap.com/Kamus/Kesehatan/Arti-Kata/Catin-Calon-
Pengantin.
Kemenkes RI. 2013. Panduan Program Nasional Gerakan Pencegahan Dan
Deteksi Dini Kanker Leher Rahim Dan Kanker Payudara. Jakarta:
Kementrian kesehatan RI
Kemenkes RI. (2018). Program Calon Pengantin.
Lestari Helti. 2017. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Calon Pengantin Wanita
Terhadap Pentingnya Pemberian Suntikan Tetanus Toxoid Pra Nikah Di
Wilayah Kerja. Jurnal Kesehatan dan Sains Terapan STIKes Merangin (2)
(2017) : (halaman 36-42).
Mia Fatmawati. 2016. Pengetahuan dan Sikap Wanita Prakonsepsi Tentang Gizi
dan Kesehatan Reproduksi Sebelum dan Sesudah Suscatin di Kecamatan
Ujung Tanah Tahun 2016 (Skripsi). Makassar.
Munira Lekovick Ezzeldine. 2006. Before The Wedding: 150 Question For
Muslims To Ask Getting Married. Terjemahan Oleh Sri Murniati, (Jakarta:
PT Serambi Ilmu Semesta, 2006), Hal. 25-26.
Perkeni. 2015. Promosi Kesehatan. Jakarta : EGC
Sri W., Lili Indrawati dan Oei Gin Djing. 2008. Care Your Self Hepatitis.

23
Jakarta : Penebar Swadaya.
Wagiyo dan Putrono. 2016. Asuhan Keperawatan Internal dan Bayi Baru Lahir
Fisiologi dan Patologis. Yogyakarta : Andi.

24

Anda mungkin juga menyukai