Anda di halaman 1dari 12

Satuan Pendidikan : SMK Negeri 1 Trenggalek

Fase / Kelas / Semester : E/X/2


Topik Layanan : Katakan No! Pada Pernikahan Dini
Waktu Pelaksanaan : Februari Minggu ke 3
RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN BK

“Katakan No! Pada Pernikahan Dini”

Capaian Layanan Fase E (Kelas X):


Komponen Layanan Mengeksplorasi norma-norma dan kesiapan yang dibutuhkan dalam pernikahan dan
Layanan Dasar berkeluarga (agama, fisik, psikologis, sosio-ekonomi, ilmu pengetahuan)

Bidang Layanan
Pribadi Media : Video, peta konsep,
Materi
1. Pengertian Pernikahan di usia muda/ dini
problem card, LK
2. Penyebab seseorang melakukan Metode: Diskusi (Fish Bowl),
Fungsi Layanan problem solving, presentation
pernikahan muda/ dini
Pemahaan,Pencegahan Waktu : 2 x 45 menit
3. Dampak pernikahan di usia muda/dini
4. Mencegah dan mengakhiri pernikahan
dini
Dimensi Profil Pelajar Pancasila :
Bernalar kritis
Aspek
Mencapai kematangan dan kesiapan diri untuk menikah dan berkeluarga

Tujuan Layanan :

Setelah menyelesaikan layanan bimbingan klasikal, peserta didik mampu


1. Menyimpulkan pengertian pernikahan di usia muda/ dini(C4)
2. Mampu mengidentifikasi sebab-sebab munculnya pernikahan di usia muda/ dini.(C4)
3. Menganalisa dampak pernikahan di usia muda/ dini(C4)
4. Menyimpulkan cara mencegah dan mengakhiri pernikahan dini (C5)
5. Mampu berargumentasi mengenai film dengan baik (C5)
6. Menganalisis permasalahan-permasalahan yang timbul (C4)
7. Mampu membuat rencana terhadap pernikahannya nanti (C6)

KEGIATAN

PENDAHULUAN
1. Membuka dengan salam dan berdoa
2. Membina hubungan baik dengan peserta didik
(menanyakan kabar, ice breaking)
3. Apersepsi.motivasi dan pemberian acuan
4. Menyampaikan tujuan layanan materi BK
5. Menjelakan Langkah-langkah kegiatan
6. Menanyakan kesiapan kepada peserta didik untuk
memasuki kegiatan inti
KEGIATAN INTI

1. Guru BK memberikan pertanyaan pemantik


2. Guru BK menjelaskan materi pengertian, penyebab, dampak dan cara
mencegah dan mengakhiri pernikahan di usia muda/ dini
3. Guru BK menampilkan filem “2 garis biru”
4. Guru BK membagi 6 kelompok, untuk berdiskusi
5. Guru BK memberikan kepada masing-masing kelompok satu masalah
atau problem card
6. Ketua kelompok mempresentasikan dan menyimpulkan kegiatan diskusi
serta tugas dan peserta didik lain mengemukakan pendapat
7. Meminta hasil diskusi kelompok untuk di tulis dan ditempel di dinding
sebagai sarana untuk murit window shoping digunakan untuk
melengkapi informasi yang kurang ketika kegiatan berlangsung.
8. Peserta didik ditanya hasil dari shopingnya tadi terkait untuk
melengkapi pemahaman terkait materi dan membuat rencana terhadap
pernikahannya kelak

PENUTUP

1. Guru BK mengajak peserta didik membuat kesimpulan terkait materi


layanan
2. Guru BK mengajak peserta didik untuk refleksi mengenai
kebermanfaatan layanan
3. Guru BK memberikan penguatan terhadap aspek-aspek yang ditemukan
selama bimbingan berlangsung
4. Guru BK menyampaikan materi layanan yang akan datang
5. Guru BK mengakhiri kegiatan dengan berdoa
EVALUASI

PROSES :
Melaksanakan evaluasi dengan memperhatikan proses yang terjadi
1. Mengadakan refleksi.
2. Sikap peserta didik dalam mengikuti kegiatan.
3. Peserta didik menyampaikan pendapat.
4. Peserta didik memberikan penjelasan terhadap pertanyaan yang diberikan

HASIL :
Evaluasi setelah mengikuti kegiatan klasikal, antara lain:
1. Merasakan suasana pertemuan: menyenangkan / kurang menyenangkan/ tidak
menyenangkan
2. Topik yang dibahas: sangat penting/ kurang penting/ tidak penting.
3. Cara Guru Bimbingan dan Konseling atau konselor menyampaikan: mudah dipahami/
tidak mudah/ sulit dipahami
4. Kegiatan yang diikuti: menarik/ kurang menarik/ tidak menarik
5. untuk diikuti

Mengetahui, Trenggalek, 25 Juli 2022


Kepala SMK Negeri 1 Trenggalek Guru BK

Suharyati, S. Pd., M. Pd Heri Aprilun Suprapto, S. Pd


NIP. 19640925 199003 2 008 NIP.19910426 202221 1 010
MATERI
“KATAKAN NO! PADA PERNIKAHAN DINI”
A. Pengertian Pernikahan di usia muda/dini
Pernikahan dini adalah pernikahan yang dilakukan oleh salah satu pasangan yang
memiliki usia di bawah umur yang biasannya di bawah 17 Tahun baik pria atau wanita.
Berdasarkan Undang-Undang No 1 Tahun 1974 tentang perkawinan, perkawinan hanya
diizinkan bila pihak pria mencapai umur 19 tahun
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, perkawinan
hanya diizinkan bila pihak pria mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak wanita
sudah mencapai usia 16 (enam belas) tahun. Namun, sejak tanggal 16 September 2019,
DPR telah mengesahkan revisi terhadap undang-undang tersebut. Berdasarkan revisi
tersebut, batas usia menikah baik pria maupun wanita adalah 19 tahun. Namun, pada
kenyataannya, ada begitu banyak anak di bawah usia 17 tahun yang melakukan pernikahan
dini. Berdasarkan data yang diperoleh dari Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama,
terdapat 34 ribu permohonan dispensasi kawin yang terhitung dari bulan Januari-Juni tahun
2020.Dari total tersebut 97% dikabulkan dan 60% yang mengajukan adalah anak di bawah
18 tahun.

B. Penyebab seseorang melakukan pernikahan muda/dini


Pernikahan dini dapat disebabkan dari dalam diri maupun dari lingkungan sekitar
seseorang. Berdasarkan Ari (2014), berikut beberapa alasan maraknya pernikahan dini di
tengah-tengah masyarakat saat ini.
1. Faktor Ekonomi
Biasanya terjadi ketika sang wanita berasal dari keluarga yang kurang mampu secara
ekonomi. Sehingga orang tuanya memilih untuk menikahkan anak mereka dengan
pria yang sudah mapan agar sang anak memperoleh kehidupan yang lebih baik dan
beban orang tua berkurang.
2. Faktor Pendidikan
Kurangnya sosialisasi terhadap orang tua atau masyarakat yang berada di daerah
seperti pedesaan dan anak yang tidak memiliki akses untuk menempuh pendidikan
wajib 12 tahun sehingga dirinya tidak masalah jika dinikahkan di usia dini dan
beranggapan bahwa hal tersebut adalah hal yang wajar.
3. Faktor Orang Tua
Tidak sedikit orang tua yang memilih menikahkan anak mereka karena merasa
khawatir anaknya akan melakukan perbuatan zina selama berpacaran, yang dapat
menimbulkan aib bagi keluarga mereka.
4. Faktor Media Massa dan Internet
Di jaman sekarang, sangat mudah bagi semua orang untuk mengakses informasi dari
internet. Jika seorang remaja tidak berhati-hati, dirinya dapat terjatuh dalam
pergaulan bebas yang dimulai dari rasa penasaran setelah melihat atau membaca
informasi yang ia peroleh dari media sosial. Bahkan ada banyak akun-akun di media
sosial yang mendukung pernikahan dini.
5. Faktor Hamil di Luar Nikah
Faktor ini timbul sebagai salah satu akibat dari media massa dan internet. Dimana
dengan mudahnya akses internet, anak-anak mengetahui apa yang belum seharusnya
mereka ketahui. Begitu juga dengan informasi tentang seks, pendidikan seks adalah
hal yang penting, namun harus tetap dalam pengawasan orang tua atau guru.Karena
jika tidak, dapat menimbulkan dampak yang negatif. Jika hal ini telah terjadi, maka
orang tua mau tidak mau harus menikahkan anak mereka meskipun belum mencapai
batas usia menikah.
6. Faktor Budaya
Faktor budaya merupakan salah satu penyebab pernikahan anak yang kuat di pelosok-
pelosok daerah di Indonesia. Pada daerah tertentu bahwa perempuan berusia 17 tahun
belum menikah maka akan disebut perawan tua. Di sana budayannya, lebih berharga
seorang jandan dari pada perawan tua sehingga karena ketakutan itu pera orang tua
lebih baik menikahkan anaknya kemudian cerai jadi janda dari pada jadi prawan tua.

C. Dampak pernikahan di usia muda/dini


Kehidupan pernikahan tidak selamanya berjalan mulus dan romantis bak film-film
atau drama.Apalagi bagi mereka yang masih belia, tentu kehidupan pernikahan merupakan
fase yang rumit dan banyak tantangan.
Banyak pula dampak buruk pernikahan dini bagi suami istri yang mungkin saja
terjadi atau bahkan, sudah banyak terjadi di luar sana. Berikut, Popbela merangkum 8
dampak buruk pernikahan dini yang bisa menjadi sebuah ‘peringatan’ supaya kamu
berpikir ulang untuk menikah di usia yang masih terbilang muda.
1. Rentan terhadap masalah ekonomi
Menikah muda di usia yang masih belia sangat rentan dengan dampak yang satu ini.
Secara finansial, pasangan muda bisa dibilang belum stabil.Apalagi jika mereka tidak
memiliki kemampuan mumpuni untuk menunjang karier, karena pendidikan yang
terhambat bahkan berhenti karena pernikahan.
Keuangan merupakan salah satu hal krusial dalam rumah tangga.Tanggung jawab
besar untuk membiayai hidup pasangan, apalagi jika sudah memiliki anak pastinya
tidak main-main. Jadi, harap pertimbangkan lagi untuk menikah di usia muda, ya.
2. Rentan terhadap masalah reproduksi
Risiko satu ini sangat berbahaya terutama bagi perempuan. Pasalnya organ reproduksi
perempuan di usia belasan masih berkembang dan rentan terkena penyakit seksual
misalnya HIV.
Apalagi di usia dini juga masih kurang pengetahuan mengenai seks yang baik dan juga
sehat. Oleh sebab itu pernikahan dini bisa memengaruhi kondisi kesehatan terutama
bagi pihak perempuan.
Dilansir dari NHS UK, berdasarkan penelitian yang diterbitkan British Journal of
Cancer menemukan, bahwa perempuan-perempuan muda dengan status sosial
ekonomi menengah ke bawah, memiliki risiko lebih tinggi terhadap infeksi HPV —
virus penyebab kanker serviks — karena mereka cenderung untuk terlibat dalam
hubungan seksual empat tahun lebih cepat daripada kelompok perempuan muda yang
status sosial ekonominya lebih makmur.
3. Menutup banyak kesempatan yang mungkin bisa diraih
Ketika menikah di usia muda, ada banyak kesempatan yang mungkin tidak bisa
digapai lagi karena sudah memiliki banyak tanggung jawab lain. Waktu pun tersita
sehingga tidak bisa mencari kesempatan atau menambah keterampilan baru diluar
sana.
Hal ini juga menjadi pertimbangan jika ingin menikah dini.Pikirkan apakah kamu siap
dengan segala konsekuensi, hingga kemungkinan untuk kehilangan banyak
petualangan baru seperti mendapat teman, kuliah di luar negeri, meniti karier, dan lain-
lain
4. Rentan terjadi kekerasan dalam rumah tangga
Pasangan yang menikah dini secara mental bisa saja belum matang, apalagi ketika
dihadapkan dengan berbagai permasalahan rumah tangga.Kekerasan bisa saja terjadi
karena psikologis yang belum stabil.
Dari sisi emosi pun pasangan muda masih terbilang belum stabil. Emosi yang
meledak-ledak ditambah dengan ego tinggi, membuat tindak kekerasan dalam rumah
tangga rentan terjadi pada mereka yang menikah di usia dini.
5. Permasalahan psikologis yang mungkin terjadi
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, salah satu penyebab kekerasan dalam
rumah tangga terjadi karena faktor psikologis suami dan istri yang belum
stabil.Bahkan, baik suami atau istri rentan menderita stres, kecemasan, dan gangguan
mental lainnya.
Apalagi di usia muda baik pria atau wanita cenderung ingin mengeksplor banyak hal
dan masih ingin bebas mengekspresikan diri. Tanggung jawab besar dalam rumah
tangga bisa saja memenjarakan mereka secara psikis.
6. Risiko kesehatan bagi bayi
Dampak buruk pernikahan dini bagi suami istri juga dirasakan oleh buah hati mereka.
Ya, karena kehamilan di usia muda juga berpengaruh pada tumbuh kembang janin.
Risiko keguguran hingga kelahiran prematur bisa saja terjadi.
Kurangnya nutrisi dan minimnya pengetahuan orangtuanya mengenai kehamilan, juga
memengaruhi kesehatan janin bahkan bayi.
7. Kesulitan dalam membesarkan anak
Tidak hanya soal kehamilan dan kelahiran, ketika seorang anak tumbuh pun harus
diperhatikan. Jika kondisi kedua orangtua tidak stabil baik secara finansial, psikologis,
dan lainnya tentu secara tidak langsung akan memengaruhi si anak.
Justru, tantangan terberat bagi orangtua adalah membesarkan anak.Kedewasaan,
finansial yang matang dan parenting yang tepat menjadi modal untuk merawat anak.
8. Risiko terjadinya perceraian yang tinggi
Dampak buruk pernikahan dini bagi suami istri yang terakhir tentu saja risiko
perceraian yang tinggi.Permasalahan yang tidak teratasi, belum lagi keduanya masih
sama-sama mempertahankan ego masing-masing, membuat pernikahan akhirnya
kandas.
Itulah 8 dampak buruk pernikahan dini bagi suami istri yang bisa jadi peringatan dan
pertimbangan untuk siapa pun ketika hendak menikah.Pastikan kamu sudah secara
mental, fisik, dan finansial saat berencana untuk masuk ke jenjang
pernikahan.Faktanya, pernikahan tak hanya butuh cinta.
D. Cara Mencegah dan Mengakhiri Pernikahan Anak
Berikut adalah 5 cara untuk mencegah dan mengakhiri pernikahan anak.
1. Pendidikan Perempuan
Pendidikan memainkan peran penting dalam menjaga anak perempuan aman dari
pernikahan anak. Faktanya, semakin lama seorang perempuan bersekolah, semakin
kecil kemungkinan dia menikah sebelum usia 18 tahun dan memiliki anak selama
masa remajanya.
Selain itu, pendidikan memastikan anak perempuan memperoleh keterampilan dan
pengetahuan untuk mencari pekerjaan dan sarana untuk menghidupi keluarga
mereka.Hal ini dapat membantu memutus lingkaran kemiskinan dan mencegah
pernikahan anak yang terjadi sebagai akibat dari kemiskinan ekstrim dan/atau
keuntungan finansial.
2. Pemberdayaan Perempuan
Setiap perempuan memiliki hak untuk memutuskan masa depannya sendiri, tetapi
tidak setiap perempuan mengetahui hal ini, itulah mengapa memberdayakan anak
perempuan sangat penting untuk mengakhiri pernikahan anak.
Ketika anak perempuan percaya diri dengan kemampuan mereka, dipersenjatai
dengan pengetahuan tentang hak-hak mereka dan didukung oleh kelompok sebaya
dari anak perempuan yang diberdayakan, mereka dapat berdiri dan mengatakan
“Tidak” terhadap ketidakadilan seperti pernikahan anak. Pemberdayaan perempuan
mampu membentuk kembali perspektif dan menantang norma-norma konvensional
tentang apa artinya menjadi seorang perempuan.
Memberdayakan Masyarakat Lebih Luas untuk Membantu Hak-hak Perempuan
Orang tua dan tokoh masyarakat seringkali bertanggung jawab untuk memutuskan
kapan dan dengan siapa seorang perempuan akan menikah. Di banyak kepercayaan
lama, diyakini bahwa pernikahan membuat anak perempuan tetap aman, terlindungi,
dan dibiayai secara ekonomi oleh suami mereka.
Namun, yang terjadi justru sebaliknya, pernikahan membahayakan kesehatan fisik
dan mental anak perempuan. Faktanya, anak perempuan yang menikah sebelum usia
18 tahun lebih cenderung mengalami kekerasan dalam rumah tangga dan melaporkan
bahwa pengalaman seksual pertama mereka dipaksakan. Selain itu, pernikahan anak
lebih berisiko terinfeksi HIV dan lebih mungkin mengalami komplikasi yang
mematikan selama kehamilan dan persalinan.
Ketika orangtua dan tokoh masyarakat dididik tentang banyak konsekuensi negatif
dari pernikahan anak, itu dapat menginspirasi mereka untuk mengubah pandangan
mereka, membela hak-hak anak perempuan dan mendorong orang lain untuk
melakukan hal yang sama.
3. Perbanyak Lapangan Kerja
Memberikan keluarga dengan peluang mata pencaharian seperti pinjaman keuangan
mikro adalah cara yang efektif untuk mencegah pernikahan anak yang terjadi sebagai
akibat dari kebutuhan keuangan.
Ketika keluarga memiliki peluang ekonomi yang meningkat, mereka cenderung tidak
menganggap anak perempuan mereka sebagai beban ekonomi. Ini terutama benar jika
seorang perempuan di sekolah memperoleh keterampilan berharga yang akan
membantu menghasilkan pendapatan di masa depan.
4. Pemberlakukan Perundang-undangan
Di negara-negara di mana perkawinan anak lazim, mengajukan petisi kepada
pemerintah untuk meningkatkan usia minimum untuk menikah menjadi 18 tahun
merupakan langkah awal yang penting untuk perubahan positif.
Setelah usia minimum dinaikkan, sangat penting untuk terus meningkatkan kesadaran
akan undang-undang ini di antara pejabat pemerintah dan tokoh masyarakat untuk
memastikan undang-undang tersebut ditegakkan. Kebijakan hukum lainnya, seperti
pencatatan akta kelahiran dan perkawinan, merupakan alat yang ampuh untuk
mencegah perkawinan anak.
Kita harus menghentikan waktu dan menghentikan kemunduran sehingga anak
perempuan dapat memutuskan masa depan mereka sendiri.

Sumber Rujukan:
Anindyaputri, I. (2017). Memahami Dampak Psikologis dari Pernikahan Usia Remaja. Diunduh
di https://hellosehat.com/mental/hubungan-harmonis/dampak-psikologis-pernikahan-usia-
remaja/ tanggal 24 Juni 2021.
Ari.(2014). Faktor Penyebab Pernikahan Dini.Diunduh di
https://genbagus.blogspot.com/2014/05/faktor-penyebab-pernikahan-dini.html tanggal 24 Juni
2021.
INSTRUMEN EVALUASI PROSES

Nama Peserta Didik yang Diamati : ..................................................


Kelas : ..................................................

Petunjuk: Beri tanda centang (v) pada kolom skor sesuai hasil penilaian
Jawab
No Aspek
1 2 3 4
Peserta didik
Peserta didik terlibat aktif dalam mengikuti serangkaian kegiatan
1
bimbingan klasikal
Peserta didik antusias dalam menyimak materi dan video yang
2
ditayangkan
Peserta didik berpartisipasi aktif saat guru memberikan pertanyaan
3
pemantik
Peserta didik berani bertanya ketika adahal yang kurang dimengerti
4
tentang topik layanan
Peserta didik berpartisipasi dalam kelompok memberikan pendapat
5
tentang tugas diskusi
Peserta didik mampu memberikan penjelasan terhadap pertanyaan yang
6
diberikan oleh guru BK
7 Pesertadidik mampu memberikan timbal balik terhadap pendapat teman
Peserta didik berani menyanggah pernyataan atau pendapat dari teman
8
yang lain
Peserta didik mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dengan
9
semangat dan tepat waktu
10 Peserta didik mampu bekerjasama dalam kelompok
Jumlah Skor

Penentuan kriteria skor:


Rentang Kategori
Skor minimal : 1 x 10 = 10
76– 100 Sangat Baik
Skor maksimal : 4 x 10 = 40
51 – 75 Baik
Nilai = Total Skor x 100 25-50 Cukup
40 0-25 Kurang
INSTRUMEN EVALUASI HASIL
Nama : ....................................................
Kelas : ....................................................

Berikan tanda centang (√) pada aspek yang dinilai dengan memilih jawaban SS (Sangat
Sesuai), S (Sesuai), TS (Tidak Sesuai), TS (Sangat Tidak Sesuai)
No Pernyataan SS S TS STS
Kognitif
Peserta didik bisa Menyimpulkan pengertian pernikahan di usia
1.
muda/dini
Peserta didik mampu mengidentifikasi sebab-sebab munculnya
2.
pernikahan di usia muda/dini.
Peserta didik mampu menganalisa dampak pernikahan di usia
3.
muda/dini
Peserta didik mampu menyimpulkan cara mencegah dan
4.
mengakhiri pernikahan dini
Afektif
Peserta didik menyadari pentingya materi katakana No pada
5.
pernikahan dini
6. Peserta didik lebih bersemangat dalam berdiskusi
Peserta didik mampu menghargai pendapat teman dengan
7.
santun
Psikomotor
Peserta didik mampu membuat rencana terhadap rencana
8.
pernikahan
Jumlah Skor

Jawaban Skor Skor Minimal :8


Sangat Sesuai 4 Skor maksimal : 32
Sesuai 3
Kurang Sesuai 2 Nilai = Total Skor x 100
Tidak Sesuai 1 32
Kategori skor
Rentang Kategori
0-25 Kurang
26-50 Cukup
52-75 Baik
76- 100 Sangat Baik

Anda mungkin juga menyukai