Anda di halaman 1dari 71

ms

PERBANDINGAN KADAR VITAMIN C pada KELOPAK BUNGA


ROSELLA (Hibiscus Sabdariffa Linn) dan SIRUP ROSELLA MERAH

KARYA TULIS ILMIAH


Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
predikat Ahli Madya Analis Kesehatan

Oleh:

RUSINAH HANDAYANI
NIMAK513083

YAYASAN BORNEO LESTARI


AKADEMI ANALIS KESEHATAN BORNEO LESTARI
BANJARBARU
2016
ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Mendengar lagi Maha

Melihat dan atas segala limpahan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini sesuai dengan waktu yang telah

direncanakan.

Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi

Besar Muhammad SAW beserta seluruh keluarga dan sahabatnya yang selalu

membantu perjuangan beliau dalam menegakkan kebenaran dan kedamaian di

muka bumi ini.

Karya tulis ilmiah ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat

untuk memperoleh predikat Ahli Madya Analis Kesehatan di Akademi Analis

Kesehatan Borneo Lestari Banjarbaru.

Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, tentunya banyak pihak yang telah

memberikan bantuan baik moril maupun materil. Oleh karena itu penulis ingin

menyampaikan ucapan terimakasih yang tak terhingga kepada :

1. Ibu Putri Kartika Sari, M. Si selaku Direktur Akademi Analis Kesehatan

Borneo Lestari Banjarbaru.

2. Ibu Nafila, M.Si selaku pembimbing I yang telah banyak mamberikan

bimbingan, dukungan serta nasehat dan arahan kepada penulis.

3. Ibu Atni Primanadini, S.Si selaku pembimbing II yang telah banyak

mamberikan bimbingan, nasehat dan arahan kepada penulis.

iii
4. Bapak Abdul Khair, M.Si selaku penguji yang telah membantu dan

mendukung penulis dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini

5. Ayah dan ibuku tercinta serta saudara-saudaraku yang telah memberikan

do’a restu dan semangat yang luar biasa kepada penulis dalam penyusunan

karya tulis ilmiah ini

6. Ucapan terima kasih penulis kepada rekan-rekan seperjuangan dan semua

teman-teman Akademi Analis Kesehatan Angkatan 2013 yang tidak dapat

saya sebutkan satu persatu, yang senantiasa memberikan semangat kepada

penulis dari awal hingga akhir.

Serta semua pihak yang telah membantu penulis mulai tahap persiapan

hingga dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini. Keterbatasan pengetahuan yang

ada pada penulis membuat karya tulis ilmiah ini jauh dari sempurna oleh karena

itu saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat diharapkan. Penuh harapan

semoga karya tulis ilmiah ini diridhoi Allah SWT dan berguna bagi penulis

terlebih bermanfaat bagi pembaca dan pengembangan ilmu pengetahuan, Amin.

Banjarbaru, Agustus 2016

Penulis

iv
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ ii
KATA PENGANTAR ............................................................................ iii
DAFTAR ISI ........................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. vii
DAFTAR TABEL ................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................. 4
C. Batasan Masalah................................................................ 4
D. Tujuan Penelitian .............................................................. 4
E. Manfaat Penelitian ............................................................ 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Rosella (Hibiscus Sabdariffa Linn) ................................... 6
1. Klasifikasi Tanaman Rosella ..................................... 6
2. Morfologi Rosella ...................................................... 7
3. Jenis-jenis Rosella ...................................................... 9
4. Kandungan Gizi Rosella ............................................ 10
B. Sirup Rosella Merah .......................................................... 12
C. Vitamin C .......................................................................... 14
1. Rumus Bangun Vitamin C ......................................... 14
2. Sifat Vitamin C .......................................................... 16
3. Analisis Vitamin C ..................................................... 17
4. Metode Analisis Vitamin C........................................ 18
D. Landasan Teori .................................................................. 20
E. Kerangka Konsep .............................................................. 21
F. Hipotesa............................................................................. 21

BAB III METODE PENELITIAN


A. Jenis dan Rancangan Penelitian ........................................ 22
B. Populasi dan Sampel ......................................................... 22
C. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................... 23
D. Bahan dan Instrumen Penelitian........................................ 23
E. Prosedur Kerja ................................................................... 23
F. Variabel dan Definisi Operasional .................................... 26
G. Cara Pengumpulan Data .................................................... 27
H. Pengolahan dan Analisa Data............................................ 28
I. Kesulitan dan Kelemahan ................................................. 29

v
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil .................................................................................. 30
B. Pembahasan ....................................................................... 35

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................... 38
B. Saran .................................................................................. 38

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Tanaman Rosella (Hibiscus Sabdariffa Linn) ....................... 8


Gambar 2.2 Jenis-jenis Bunga Rosella ...................................................... 10
Gambar 2.3. Kelopak Bunga Rosella ........................................................ 12
Gambar 2.4. Sirup Rosella Merah .............................................................. 12
Gambar 2.5. Rumus Molekul Vitamin C ................................................... 15
Gambar 2.6. Kerangka Konsep .................................................................. 21

vii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Hasil Analisa kadar Vitamin C pada kelopak bunga rosella......... 30
Tabel 4.2 Hasil Analisa kadar Vitamin C pada sirup rosella merah............. 31
Tabel 4.3 Uji Statistik Normalitas............................................................... 32
Tabel 4.4 Uji Homogenitas ........................................................................ 33
Tabel 4.5 Uji Statistik Independent Samples Test........................................ 33

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pembuatan Larutan


Lampiran 2. Surat Permintaan Sampel
Lampiran 3. Surat izin Penelitian
Lampiran 4. Data Hasil Laboratorium
Lampiran 5. Contoh Perhitungan Kadar Vitamin C
a. Standarisasi Na2S2O3 terhadap KBrO3
b. Standarisasi I2 terhadap Na2S2O3
c. Penentuan kadar vitamin C
Lampiran 6. Perhitungan Penyusutan Kadar Vitamin C
Lampiran 7. Perhitungan Kadar Air
Lampiran 8. Statistik
Lampiran 9. Dokumentasi
Lampiran 10.Formulir Persetujuan Perbaikan KTI

ix
ABSTRAK

PERBANDINGAN KADAR VITAMIN C PADA KELOPAK BUNGA


ROSELLA (Hibiscus Sabdariffa Linn) dan SIRUP ROSELLA MERAH

Rusinah Handayani

Nafila, Atni Primanadini

Bunga Rosella (Hibiscus Sabdariffa Linn) merupakan tanaman yang kaya


akan nutrisi, bagian yang dimanfaatkan pada tanaman ini adalah kelopaknya yang
berwarna merah. Rosella merupakan tanaman semusim dengan satu kali masa
produksi manfaatnya sangat beragam. Bagian kelopak buanganya dimanfaatkan
sebagai bahan makanan, seperti sirup, selai, teh herbal, jus, penyedap rasa, atau
tambahan pada puding, dan lain-lain. Selain itu, kelopak bunga rosella
bermanfaat sebagai antioksidan karena kandungan vitamin C (asam askorbat)
antosianin, serat dan protein. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
perbandingan kadar vitamin C pada kelopak bunga rosella segar dan sirup rosella
merah. Pengambilan sampel dilakukan menggunakan teknik purposive sampling,
sampel diambil di lahan budidaya tanaman rosella RUTAN Marabahan. Sampel
diberi perlakuan oleh produsen dengan cara mengolah kelopak bunga rosella
segar menjadi sirup rosella merah. Metode yang digunakan untuk analisis kadar
vitamin C adalah titrasi iodimetri. Data hasil diuji mengggunakan uji T-test Bebas
untuk membandingkan dua sampel dengan perlakuan yang sama. Kadar vitamin
C kelopak bunga rosella segar lebih baik dibandingkan dengan kadar vitamin C
sirup rosella merah yaitu 0,43/100 gr sedangkan pada sirup rosella merah
0,05/100 gr. Perlakuan pada proses pembuatan kelopak bunga rosella segar
menjadi sirup rosella merah mengalami penurunan kadar vitamin C. Berdasarkan
uji statistik menggunakan uji T-test Bebas terdapat perbedaan yang signifikan
antara vitamin C kelopak bunga rosella segar dengan sirup rosella merah.
Disarankan untuk alternatif memenuhi kebutuhan vitamin C hendaknya
mengkonsumsi kelopak bunga rosella segar karena kadar vitamin C nya paling
baik dan jika diolah menjadi sirup rosella merah terjadi penurunan kadar vitamin
C yang cukup banyak.

Kata Kunci : Kelopak Bunga Rosella Segar, Sirup Rosella Merah, Vitamin C,
Iodimetri.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rosella (Hibiscus Sabdariffa Linn) adalah tanaman yang sudah

banyak dikenal dan dimanfaatkan di berbagai negara termasuk Indonesia.

Namun di Indonesia belum dimanfaatkan dengan baik karena kurangnya

pengetahuan mengenai kandungan nutrisi dari tanaman rosella, bagian yang

dimanfaatkan dari tanaman ini adalah kelopaknya yang berwarna merah.

Pemanfaatan kelopak bunga rosella sebagai bahan pangan sangat beragam

antara lain sebagai sirup, teh herbal, selai, jus, penyedap rasa dan lain-lain.

Untuk di Indonesia bunga rosella lebih banyak dikenal sebagai bunga yang

dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan teh herbal, atau di beberapa

daerah disebut teh merah (Oki Yuariski dan Suherman, 2012).

Rosella merupakan tanaman semusim dengan satu kali masa produksi

manfaatnya sangat beragam. Bagian yang terpenting yang digunakan adalah

bagian kelopak bunganya. Bagian ini dimanfaatkan sebagai bahan makanan,

seperti sirup, selai, teh herbal, jus, penyedap rasa, atau tambahan pada

puding, dan lain-lain. Selain itu, kelopak bunga rosella bermanfaat sebagai

antioksidan karena kandungan vitamin C (asam askorbat) antosianin, serat

dan protein (Haryono, 2012).

Dua varietas yang paling terkenal adalah Sabdariffa dan Altissima

Webser. Varietas Sabdariffa mempunyai kelopak bunga yang dapat

1
2

dimakan, berwarna merah atau kuning pucat dan kurang banyak

mengandung serat terkenal dengan sebutan rosella merah. Sementara itu,

varietas Altissima Webser sengaja ditanam untuk mendapatkan seratnya

karena kandungan seratnya memang tinggi (Haryono, 2012).

Bunga rosella (Hibiscus Sabdariffa Linn) merupakan salah satu

tanaman obat yang banyak digunakan oleh masyarakat. Rosella

mengandung beberapa zat yang sangat penting bagi kesehatan. Berbagai

penelitian telah membuktikan bahwa tiap 100 g kelopak bunga rosella segar

mengandung vitamin C, vitamin D, vitamin B1, B2 niacin , riboflavin,

betakaroten, zat besi, asam amino, polisakarida, omega 3 dan kalsium

(Hidayanti dkk, 2014).

Senyawa antioksidan alami tumbuhan umumnya adalah senyawa

fenolik atau polifenolik yang dapat berupa golongan flavonoid. Antioksidan

yang terkandung dalam rosella dapat dimanfaatkan dengan cara mengolah

rosella menjadi suatu produk. Produk olahan dari rosella harus diolah

dengan cara yang tepat agar antioksidan yang terkandung di dalamnya tidak

rusak. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan mengolah

menjadi produk minuman bunga rosella (Amna H dkk, 2009).

Kelopak rosella berpotensi diolah menjadi sirup. Sirup merupakan

produk yang dibuat dari larutan gula kental dengan rasa dan aroma yang

ditentukan oleh buah segarnya (Satuhu, 2004). Berdasarkan SNI 01-3544-

1994, sirup adalah produk dengan kadar gula yang tinggi yaitu antara 55%-

65%. Proses pembuatan sirup rosella dapat dilakukan dengan 2 cara


3

ekstraksi, yaitu ekstraksi tanpa pemanasan dan dengan pemanasan.

Ekstraksi merupakan pemisahan komponen dari suatu bahan yang

merupakan sumber komponen bahan seperti vitamin, zat warna, protein

dengan pemanasan komponen tersebut akan mudah larut. Cara ekstraksi

akan mempengaruhi kadar vitamin C sirup rosella karena sifat-sifat vitamin

C yaitu mudah larut dalam air dan rusak oleh pemanasan. Stabilitas vitamin

C dipengaruhi udara dan faktor-faktor lain seperti pemasakan (Ummu. M

dkk, 2010).

Menurut Dwiyanti Gebi dan K. Hati Nurani (2014), semakin pekat

warna merah pada kelopak bunga rosella, rasanya akan semakin masam dan

kandungan vitamin C nya akan semakin tinggi. Akan tetapi, kadar vitamin C

akan berkurang apabila mengalami proses pemanasan.

Menurut Yuliani dkk (2011), semakin banyak konsentrasi ekstrak

rosella yang ditambahkan pada minuman jelly, maka kadar vitamin C

semakin meningkat. Berdasarkan analisa terhadap kelopak bunga rosella

segar didapatkan kandungan vitamin C sebesar 13,2 mg per 100 g.

Penggunaan bunga rosella segar menghasilkan sirup dengan warna

merah agak tua, sedangkan penggunaan bunga rosella yang dikeringkan

menghasilkan sirup dengan warna merah pucat. Hal ini disebabkan karena

pada bunga rosella yang mendapat perlakuan dikeringkan terjadi degradasi

atau kerusakan senyawa-senyawa seperti gossypetin, antosianin, dan

glukosida hibiscin dan terjadi penurunan aktivitas antioksidan karena proses


4

pengeringan. Penurunan aktivitas antioksidan ini tentunya akan

menyebabkan turunnya kandungan antosianin (Amna H dkk, 2009).

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang perbandingan kadar vitamin C pada kelopak bunga rosella

(Hibiscus Sabdariffa Linn) segar dan sirup rosella merah.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada bagian latar belakang, permasalahan pokok

yang dihadapi dalam penelitian ini adalah perbandingan kadar vitamin C

pada kelopak bunga rosella merah dan sirup rosella merah.

C. Batasan Masalah

Penelitian ini hanya dibatasi pada masalah perbandingan kadar vitamin

C pada kelopak bunga rosella merah dan sirup rosella merah.

D. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui perbandingan kadar vitamin C kelopak bunga

rosella segar dan sirup rosella merah.

2. Tujuan Khusus

a. Menetapkan kadar vitamin C pada kelopak bunga rosella.

b. Menetapkan kadar vitamin C pada sirup rosella merah.

c. Menentukan perbandingan kadar vitamin C pada kelopak bunga

rosella segar dan sirup rosella merah.


5

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat menambah khasanah pustaka mengenai

perbandingan kadar vitamin C pada kelopak bunga rosella (Hibiscus

Sabdariffa Linn) segar dan sirup rosella merah.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti

Dapat menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman peneliti

tentang kandungan vitamin C pada tanaman kelopak bunga rosella

(Hibiscus sabdariffa Linn) dan produk sirup rosella merah.

b. Instansi kesehatan

Sebagai bahan masukan bagi instansi kesehatan untuk bahan

penyuluhan yang akan dilakukan untuk menyarankan bahan

sediaan seduhan rosella (Hibiscuss Sabdarifa Linn) untuk

memenuhi kebutuhan kesehatan terhadap vitamin C.

c. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai informasi tentang

kandungan vitamin C pada kelopak bunga rosella (Hibiscuss

Sabdarifa Linn) segar dan sirup rosella merah.

d. Bagi Produsen

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagi quality control

(QC) untuk mengetahui mutu atau kualitas dari produksinya.


6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Rosella (Hibiscus Sabdariffa Linn.)

1. Klasifikasi Tanaman Rosella (Hibiscus Sabdariffa Linn.)

Rosella mempunyai nama ilmiah Hibiscus Sabdriffa Linn,

merupakan anggota family Malvaceae, rosella dapat tumbuh baik di

daerah beriklim tropis dan subtropis. Rosella mempunyai habitat asli di

daerah yang terbentang dari India hingga Malaysia. Namun sekarang ini

tersebar luas di daerah tropis dan subtropis di seluruh dunia. Karena

itu, tak heran jika rosella mempunyai nama umum yang berbeda-beda

di berbagai negara. Dibenua India, rosella dikenal sebagai

Mesta/Mestha, Bissap (Senegal), Wanjo (Congo), Oseille (Prancis),

Rosella (Jerman), Sorrel (Amerika Latin), Vinagreira (Portugal),

Karkade (Saudi Arabia), bagi masyarakat Melayu dikenal sebagai Asam

Susur dan di Jepang dikenal dengan nama Rozeru (Abdul Kholiq,

2011).

Ukuran rosella berbeda-beda di setiap daerah sebagai contoh

rosella dari Cirebon atau Surabaya umumnya berukuran agak lebih

kecil dibandingkan rosella dari Bogor, Sukabumi atau Cipanas yang

umumnya berukuran besar. Dalam hal warnapun ada perbedaan. Ada

yang berwarna merah muda, merah tua, merah kecoklatan dan merah

6
7

kehitaman. Bahkan di Surabaya (Jawa Timur) ada rosella yang

kelopaknya berwarna kuning dan berukuran kecil (Hasibuan, 2010).

Pada penelitian ini peneliti menggunakan tanaman rosella dari

lahan budidaya rosella Rumah Tahanan Negara (RUTAN) Marabahan

(Kalimantan Selatan) dan produksi sirup yang diolah di Rumah

Tahanan Negara (RUTAN) Marabahan (Kalimantan Selatan).

Menurut Abdul Kholiq (2011), dalam sistematika (taksonomi)

tumbuh-tumbuhan, tanaman rosella diklasifiksikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Malvales

Familia : Malvaceae

Genus : Hibiscus

Species : Hibiscus Sabdariffa Linn

2. Morfologi Rosella (Hibiscus Sabdariffa Linn.)

Tanaman rosella merah (Hibiscus Sabdariffa Linn) termasuk dalam

spesies Hibiscus famili Malvceae. Tumbuhan kerabat bunga sepatu,

rosella merah mulai dikenal dan ditanam di Asia pada abad ke-17

ditanam secara besar-besaran di Indonesia pada tahun 1920. Rosella

adalah tumbuhan herbal tahunan yang dapat hidup lama, dapat tumbuh

mencapai ketingian 0,5-3 meter, biasanya hidup di daerah beriklim

tropis dan subtropis (Abdul Kholiq, 2011).


8

Bunga rosella berwarna cerah, kelopak bunga atau kaliksnya

berwarna merah gelap dan lebih tebal jika dibandingkan dengan bunga

sepatu. Rosella (Hibiscus Sabdariffa Linn.) merupakan tanaman yang

tumbuh tegak bercabang yang berbatang bulat dan berkayu. Daunnya

tunggal berbentuk bulat telur, pertulangan menjaring dan letaknya

berseling dan pinggiran daun bergerigi. Bunga rosella bertipe tunggal

yaitu hanya terdapat satu kuntum pada setiap tangkai bunga. Bunga ini

mempunyai 8-11 helai kelopak yang berbulu dengan panjang 1 cm,

pangkal saling berlekatan dan berwarna merah sampai kuning dengan

warna lebih gelap dibagian tengahnya. Tangkai sari merupakan tempat

melekatnya kumpulan benang sari berukuran pendek dan tebal. Putik

berbentuk tabung dan berwarna kuning atau merah. Bunga rosella

bersifat hermaprodit sehingga mampu melakukan penyerbukan sendiri

(Maryani dan Krisna, 2008).

Gambar 2.1. Tanaman Rosella ( Hibiscus Sabdariffa Linn) (Haryono, 2012).


9

3. Jenis-jenis Rosella

Rosella mempunyai lebih dari 100 varietas yang tersebar di seluruh

dunia dari sekian banyak varietas rosella yang paling terkenal adalah

Sabdariffa dan Altissima Webster, yaitu Hibiscus Sabdariffa varietas

Altissima rosella berkelopak kuning yang sudah lama dikembangkan

untuk diambil serat batangnya sebagai bahan baku pulp dan karung

goni. Varietas Altissima Webster mempunyai nilai ekonomi tinggi.

Sengaja ditanam untuk diambil seratnya karena kandungan seratnya

sangat tinggi dan Hibiscus Sabdariffa varietas Sabdariffa rosella

berkelopak bunga merah yang kini mulai diminati petani dan

dikembangkan untuk diambil kelopak bunga dan bijinya. Rosella merah

varietas Sabdariffa mempunyai kelopak bunga yang dapat dimakan,

berwarna merah dan dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku minuman

kesehatan karena setiap 100 g kelopak bunga rosella mempunyai

kandungan gizi, protein 1,6 g, lemak 0,1 g, serat 2,5 g, dan kalsium 160

mg (Maryani dan Kristina, 2008). Kandungan vitamin C dalam rosella

sangat tinggi, dalam uji laboratorium kandungan vitamin C rosella

211,2 mg / 100 g, sehingga peneliti menggunakan varietas Sabdariffa

sebagai sampel penelitian.

Menurut Abdul Kholiq, (2011) jenis rosella yang sering

dibudidayakan adalah jenis spesies Sabdariffa ada tiga jenis spesies

Sabdariffa (berdasarkan warna kaliksnya) yaitu:


10

1. Rosella merah, kaliks berwarna merah menyala, panjang, batang

kuat tidak mudah patah, daun menjari. Kaliks kering berwarna

merah cerah, aromanya kuat.

2. Rosela ungu, (ada yang menyebut burgundy, ada yang menyebut

rosela Sudan, ada yang menyebut rosela hitam maupun rosela

ungu). Kaliks berwarna merah gelap, agak bulat, berbulu lebih

banyak dibanding yang merah, daun menjari tebal dan agak

membulat, batang gampang patah. Kaliks kering berwarna merah

kehitaman, aromanya kuat.

3. Rosela putih, kaliks berwarna putih kekuningan dengan kapsul biji

hijau segar, daun menjari bulat, pertumbuhan lambat, batang kuat.

Berikut ini adalah gambar jenis-jenis rosella, dapat dilihat pada gambar 2.2

(a) (b) (c)

Gambar 2.2 Jenis-jenis bunga rosella (a) Rosella merah; (b) Rosella
Ungu; (c) Rosella putih (Abdul Kholiq, 2011).

4. Kandungan Gizi Rosella (Hibiscus sabdariffa linn.)

Kandungan senyawa metabolis sekunder yang paling dominan

pada rosella merah adalah adanya senyawa antosianin yang membentuk


11

flavonoid yang berperan sebagai antioksidan. Flavonoid rosella terdiri

dari flavonos dan pigmen antosianin. Antosianin berfungsi sebagai

antioksidan yang diyakini dapat menyembuhkan penyakit degeneratif.

Zat gizi lain yang tidak kalah penting yang terkandung dalam rosella

antara lain kalsium, niasin, riboflavin dan zat besi yang cukup tinggi.

Selain itu kelopak rosella merah juga mengandung protein, serat kasar,

sodium, vitamin C dan vitamin A. Kandungan vitamin A dan vitamin C

rosella cukup tinggi jika dibandingkan dengan buah-buahan seperti

jeruk, apel, pepaya dan jambu biji yang berfungsi untuk meningkatkan

daya tahan tubuh manusia terhadap serangan penyakit. Kelopak bunga

rosella juga diketahui membantu melancarkan peredaran darah dengan

mengurangi derajat kekentalan darah (Anisa A, 2010).

Kelopak rosella memiliki rasa asam yang cukup unik karena dapat

memberikan sensasi yang menyegarkan setelah dikonsumsi. Rasa asam

ini disebabkan karena adanya dua komponen senyawa asam yang

dominan yaitu asam askorbat (vitamin C), asam sitrat dan asam malat.

Kandungan asam askorbat (vitamin C) dan betakarotin yang tinggi

merupakan sumber antioksidan alami yang sangat efektif dalam

menangkal berbagai radikal bebas penyebab kanker dan berbagai

penyakit lainnya (Anisa A, 2010). Kelopak bunga rosella dapat dilihat

pada gambar 2.3.


12

Gambar 2.3 kelopak bunga rosella (Anisa A, 2010).

B. Sirup Rosella Merah

Sirup merupakan salah satu minuman yang digemari banyak orang dan

memiliki potensi pasar yang sangat besar. Sirup dari bunga rosella

merupakan salah satu produk alternatif yang berfungsi sebagai antioksidan.

serta berguna untuk menjaga kesehatan sebagai pencegah dan

penanggulangan penyakit degeneratif yang diawali oleh berbagai gangguan

metabolisme pada (lipid) lemak (Amna Hartiyati dkk, 2009).

Gambar 2.4 Sirup rosella merah (Amna Hartiyati dkk, 2009).


13

Bunga rosella mengandung warna merah kecoklatan dan antioksidan

yang berkhasiat untuk menjaga kesehatan tubuh manusia. Alternatif produk

olahan minuman kesehatan dari bunga rosela salah satunya adalah sirup

rosella yang mempunyai rasa dan aroma khas dibandingkan apabila

disajikan dalam bentuk teh karena teh hanya diseduh (Rienoviar dan Husain,

2010).

Menurut Ummu. M dkk (2010), Kadar vitamin C pada sirup rosella

ekstraksi tanpa pemanasan lebih tinggi yaitu 102 mg/100 gram, sedangkan

sirup rosella ekstraksi dengan pemanasan memiliki kadar vitamin C lebih

rendah yaitu 75,14 mg/100 gram. Ada pengaruh cara ekstraksi terhadap

kadar vitamin C sirup rosella.

Bunga rosella dapat digunakan sebagai bahan pembuatan minuman

kesehatan antara lain sirup rosella, stup rosella, agar-agar rosella dan jaam

rosella. Sirup rosella dapat dibuat dengan komposisi sebagai berikut: 250 g

bunga rosella segar, gula pasir 1 kg dan air 2 L. Semua bahan direbus

sampai air tinggal kira-kira 1 L. Setelah itu dilakukan pendinginan dan

dilanjutkan penyaringan. Sirup rosella siap dikemas dan dapat digunakan

sebagai minuman kesehatan. Ampas dari pembuatan rosella dapat

digunakan sebagai bahan pembuat jaam rosella (Siti Marwati, 2010).

Pada proses pembuatan sirup rosella ekstraksi dengan pemanasan,

vitamin C seluruhnya ikut larut dan vitamin C yang terdapat dalam bahan

dilindungi oleh gula pada waktu proses pengolahan sehingga vitamin C


14

yang hilang pada saat proses pengolahan berlangsung hanya sedikit (Ummu.

M dkk, 2010).

Pada proses pembuatan sirup rosella dilakukan pencucian, pemasakan

dengan suhu 1000C maka vitamin C yang hilang dikarenakan faktor-faktor

pencucian dan pemasakan sesuai dengan pendapat Almatsier (2004)

mengatakan bahwa keadaan yang menyebabkan kehilangan vitamin C

adalah pencucian, memasak dengan suhu tinggi.

Vitamin C merupakan senyawa reduktor, asam askorbat berada dalam

keseimbangan dengan asam dehidroaskorbat. Dalam suasana asam, cincin

lakton asam dehidroaskorbat terurai dengan membentuk senyawa

diketogulonat sehingga vitamin C terlindung dengan adanya gula dan terjadi

reaksi pencoklatan (Winarno, 2008).

C. Vitamin C

1. Rumus Bangun Vitamin C

Vitamin C atau asam askorbat mempunyai berat molekul 176

dengan rumus molekul C6H8O6. Asam askorbat terdapat dalam bentuk

kristal tidak berwarna dan memiliki titik cair 190-192oC. Vitamin C

bersifat larut dalam air, dan sedikit larut dalam aseton atau alkohol yang

mempunyai berat molekul rendah. Vitamin C sukar larut dalam

khloroform, ether dan benzene. Pada pH rendah lebih stabil dari pada

pH tinggi. Vitamin C mudah teroksidasi, lebih-lebih apabila terdapat

katalisator Fe, Cu, enzim askorbat oksidase, sinar, temperatur yang

tinggi. Larutan encer vitamin C pada pH kurang dari 7,5 masih stabil
15

apabila tidak ada katalisator seperti diatas (Sudarmadji dkk, 2003).

Rumus molekul vitamin C dapat dilihat pada Gambar 2.5.

Gambar 2.5 Rumus Molekul Vitamin C (Sudarmadji dkk, 2003).

Vitamin C dapat berbentuk L-askorbat dan asam L-

dehidroaskorbat, keduanya mempunyai keaktifan sebagai vitamin C.

Asam askorbat sangat mudah teroksidasi secara reversibel menjadi L-

dehidroaskorbat. Asam L-dehidroaskorbat secara kimia sangat labil dan

dapat mengalami perubahan lebih lanjut menjadi asam L -diketogulonat

yang tidak memiliki keaktifan vitamin C lagi (Winarno, 2008).

Vitamin C tersebar luas di alam, kebanyakan dalam produk

tumbuhan seperti buah, terutama buah jeruk, sayur hijau, tomat,

kentang, dan buah beri. Satu-satunya sumber hewan vitamin ini ialah

susu dan hati. Meskipun tersebar luas, kandungan vitamin C sangat

tinggi hanya terdapat dalam beberapa produk, seperti reseptakel bunga

mawar dan ceri India Barat. Konsentrasi dalam berbagai ragam jaringan

buah sangat beragam, misalnya dalam apel, konsentrasi vitamin C

dalam kulit 2 sampai 3 kali konsentrasi dalam daging buah (John M

deMan, 2007).
16

Mengonsumsi vitamin C yang berkualitas memiliki banyak

manfaat bagi tubuh, salah satunya sebagai antioksidan yang dapat

menangkal radikal bebas dan detoksifikasi obat dalam hati. Untuk

menentukan suatu kadar yang berkualitas dalam vitamin C, maka dapat

digunakan metode iodimetri (Abdul Rohman, 2011).

2. Sifat Vitamin C

Vitamin C adalah vitamin yang paling tidak stabil dari semua

vitamin dan mudah rusak selama pemprosesan dan penyimpanan. Laju

perusakan meningkat karena kerja logam, terutama tembaga dan besi,

dan juga oleh kerja enzim. Pemanasan yang terlalu lama dengan adanya

oksigen, dan cahaya semuanya merusak kandungan vitamin C (John M

deMan, 2007).

Kerusakan vitamin C akibat proses oksidasi dipercepat oleh adanya

panas, sinar, alkali, enzim, oksidator serta katalis berupa tembaga dan

besi. Proses pemanasan pada saat pengolahan sirup rosella merah

diduga menyebabkan rusaknya sebagian vitamin C. Penggunaaan

kemasan berbentuk botol kaca bening tembus cahaya diduga juga

menyebabkan percepatan terjadi oksidasi vitamin C sehingga kadarnya

menurun. Penggunaan pelarut air yang sengaja ditambahkan pada saat

proses pembuatan sirup rosella merah juga menyebabkan turunnya

kadar vitamin C dalam produk, disebabkan jumlah air yang ada di

dalam produk menjadi lebih besar jika dibandingkan pada kondisi

kelopak bunga rosella segar (Winarno, 2008).


17

Mukaromah dkk, (2010) melaporkan hasil penelitiannya bahwa

kadar vitamin C pada bunga rosella segar sebesar 144 mg per 100 g

bahan dan kadarnya menurun menjadi 102 mg per 100 g bahan, setelah

dilakukan ekstraksi dengan pelarut air dan pemanasan pada suhu 100oC

selama 15 menit.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kerusakan vitamin C selama

pemprosesan termasuk perlakuan panas. Tingkat kekerasan kondisi

pemprosesan sering dapat dinilai dari persentase asam askorbat yang

hilang. Tingkat kehilangan bergantung pada banyaknya air yang telah

dipakai (John M deMan, 2007).

Asam askorbat dioksidasi dengan adanya udara pada kondisi netral

dan basa. Pada pH asam, misalnya dalam sari buah jeruk, vitamin lebih

stabil. Karena oksigen diperlukan untuk penguraian, penghilangan

oksigen harus mempunyai efek menstabilkan. Jenis wadah dapat juga

mempengaruhi derajat perusakan asam askorbat. Penggunaan kaleng

timah untuk sari buah mengakibatkan pengurangan oksigen dengan

cepat karena proses korosi secara elektrokimia. Dalam botol, semua

oksigen bisa tersedia untuk oksidasi asam askorbat. Untuk

memperhitungkan kehilangan karena pemprosesan dan penyimpanan,

sudah lazim membiarkan kehilangan 7 sampai 14 mg asam askorbat per

100 ml sari buah (John M deMan, 2007).


18

3. Analisis Vitamin C

Asam askorbat adalah suatu reduktor kuat. Kemampuan mereduksi

asam askorbat terhadap AgNO3, iodin, ferrisianida, metil biru, dan 2,6-

diklorofenol-indofenol dapat digunakan sebagai dasar mendeteksi

vitamin C secara histologis dan penetapan kadar vitamin C secara

kimiawi. Asam dehidro askorbat lebih labil dibanding bentuk

tereduksinya (Wiryatun L dan Madiyan M, 2004).

Analisis vitamin dalam buah-buahan, sayuran, sirup, dan lain-lain

dapat dilakukan dengan cara titrasi 2,6-dikloro-indefenol dan dengan

cara titrasi iodium. Sedang vitamin C dalam darah dan urine dapat

dilakukan dengan cara kolorimetri atau fluorometri (Wiryatun L dan

Madiyan M, 2004).

4. Metode Analisis Vitamin C

Dasar metode ini adalah sifat mereduksi asam askorbat. Metode

iodimetri (metode langsung dengan larutan baku iodium 0,1 N) dapat

digunakan terhadap asam askorbat murni atau larutannya (Abdul

Rohman, 2011).

Titrasi iodimetri adalah salah satu metode titrasi yang didasarkan

pada reaksi oksidasi reduksi. Iodimetri merupakan titrasi terhadap zat-

zat oksidator yang dilakukan secara langsung. Titrasi iodimetri ini dapat

dilakukan untuk menentukan kadar zat-zat oksidator secara langsung,

seperti kadar yang terdapat dalam serbuk vitamin C. Dalam bidang

farmasi metode ini dapat juga digunakan untuk menentukan kadar zat-
19

zat yang mengandung oksidator lainnya, misalnya Cl2, Fe (III), Cu (II)

dan sebagainya. Dengan mengetahui kadar suatu zat, berarti dapat

diketahui pula mutu dan kualitasnya (Karlinda dkk, 2013).

Penentuan jumlah Vitamin C dapat dilakukan dengan metode titrasi

iodimetri bipotentiometrik. Metode ini menghasilkan asam askorbat

yang efisien dengan harga yang relatif rendah dengan peralatan murah.

Sedangkan jika analisis menggunakan metode spektrofotometri,

Vitamin C yang dihasilkan kurang layak, karena lebih mahal dan

memakan waktu yang lebih lama dibandingkan iodimetri dengan

perbedaan yang signifikan dalam akurasinya (Karlinda dkk, 2013).

Prinsip dasar dari metode titrasi iodimetri ini adalah penambahan

berlebih ion iodida ke dalam larutan kromium yang merupakan

oksidator, kemudian ion kromium inilah yang mengoksidasi ion iodida

menjadi iod, iod yang bebas kemudian dititrasi dengan natrium

tiosulfat. Iod mengoksidasi tiosulfat menjadi ion tetrationat (Karlinda

dkk, 2013).

Metode titrasi langsung iodimetri dengan larutan standar iodium

digunakan untuk menentukan vitamin C. Metode ini sangat efektif,

sebab vitamin C mudah teroksidasi dan iodium mudah berkurang.

Untuk mengurangi penguapan, iodium direaksikan dengan KI untuk

membentuk Ion tri-iodida (I3-). Standarisasi larutan iodium tidak

memerlukan air, melainkan menggunakan pati sebagai indikator. Jika

dalam suatu sampel (obat) mengandung vitamin C ditambahkan iodin,


20

vitamin C akan teroksidasi, iodium berkurang, dan larutan menjadi

berwarna biru. Perubahan warna ini menjadi dasar terjadinya reaksi dan

menunjukkan titik akhir titrasi. (Karlinda dkk, 2013).

D. Landasan Teori

Rosella merupaan tanaman herbal tahunan, rosella merah (Hibiscus

Sabdariffa Linn) mempunyai kelopak bunga yang dapat dimakan berwarna

merah dan dapat digunakan sebagai bahan baku minuman kesehatan karena

rosella mempunyai kandungan gizi yang sangat penting bagi kesehatan.

Rasa asam dalam bunga rosella merupakan perpaduan berbagai jenis asam

seperti asam askorbat (vitamin C), asam sitrat dan asam malat yang juga

bermanfaat bagi tubuh. Kelopak rosella berpotensi diolah menjadi sirup

rosella merah yang merupakan minuman fungsional hasil fermentasi dari

kelopak bunga rosella (Hidayanti dkk, 2014).

Menurut Amna H dkk (2009), sirup adalah sejenis minuman ringan

berupa larutan gula kental dengan cita rasa beraneka ragam. Banyaknya

kandungan antioksidan menentukan tingkat kepekatan warna merah pada

bunga rosella. Semakin banyak kandungan antosianin maka semakin pekat

warna merahnya dan semakin banyak kandungan antioksidannya.

Vitamin C berperan sebagai antioksidan yang kuat yang dapat

melindungi sel dari agen-agen penyebab kanker, dan secara khusus mampu

meningkatkan daya serap tubuh atas kalsium (mineral untuk pertumbuhan

gigi dan tulang) serta zat besi dari bahan makanan lain (Rahmawati dkk,

2012).
21

E. Kerangka Konsep

Bunga tanaman
rosella

Rosella Rosella Rosella


ungu merah putih

Daun Biji Kelopak Bunga Batang Akar

Segar Sirup

Vitamin C Vitamin C

Perbandingan
kadar vitamin C

Keterangan:

= Diteliti

= Tidak diteliti

Gambar 2.6. Kerangka Konsep

F. Hipotesa

Hipotesis pada penelitian ini adalah adanya perbedaan kadar vitamin

C antara kelopak bunga rosella (Hibiscus Sabdariffa Linn) segar dengan

sirup rosella merah.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini bersifat analitik, yaitu suatu metode penelitian yang

dilakukan dengan tujuan utama untuk menggambarkan dan menjelaskan

tentang sesuatu keadaan. Rancangan penelitian ini adalah cross sectional

yaitu suatu penelitian yang mempelajari dinamika korelasi antara variabel

sebab dan akibat dengan cara pengamatan atau pengumpulan data dilakukan

sekaligus pada saat yang bersamaan (Notoatmojo, 2010).

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah kelopak bunga rosella merah di

kota Marabahan (Kalimantan Selatan) dan sirup rosella merah produksi

kota Marabahan (Kalimantan Selatan).

2. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah kelopak bunga rosella merah di

lahan budidaya rosella Rumah Tahanan Negara (RUTAN) Marabahan

(Kalimantan Selatan) dan sirup rosella merah produksi Rumah Tahanan

Negara (RUTAN) Marabahan (Kalimantan Selatan).

22
23

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Pengambilan sampel dilakukan di Rumah Tahanan Negara (RUTAN)

Marabahan, dan pemeriksaan sampel dilakukan di Laboratorium Akademi

Analis Kesehatan Borneo Lestari Banjarbaru pada bulan Mei tahun 2016.

D. Reagen dan Instrumen Penelitian

1. Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Labu ukur,

beaker glass, pipet volume, buret dan statif, erlenmayer, corong,

pengaduk, neraca analitik, labu ukur, gelas arloji, ball pipet, ice box.

2. Reagen

Reagen yang digunakan dalam penelitian ini adalah I2 (iodium),

Na2S2O3 (natrium tiosulfat), KBrO3 (kalium bromat) KI (kalium

iodida), amilum, H2SO4 (asam sulfat) dan aquadest.

E. Prosedur Kerja

1. Cara pengambilan sampel

Sampel yang digunakan adalah kelopak bunga yang baru dipanen

dari lahan budidaya rosella Rumah Tahanan Negara (RUTAN)

Marabahan kemudian dimasukkan ke dalam ice box untuk menjaga

kesegaran kelopak bunga rosella. Sedangkan sirup rosella yang

digunakan sebagai sampel adalah produk olahan kelopak bunga rosella

merah dari Rumah Tahanan Negara (RUTAN) Marabahan yang sudah

dikemas dalam botol sirup. Kemudian dibawa ke Laboratorium


24

Akademi Analis Kesehatan Borneo Lestari Banjarbaru untuk dilakukan

pengukuran kadar vitamin C pada masing-masing sampel.

2. Besar sampel

Besar sampel yang digunakan pada penelitian ditentukan dengan

rumus federer. Karena pada kedua sampel yang digunakan pada

dasarnya ada percobaan pembuatan yang dilakukan oleh produsen

sehingga penelitian ini bersifat quality control (QC) bagi produsen. QC

adalah teknik operasional yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan

mutu atau kualitas suatu produk.

Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini ada 2 sampel,

pada masing-masing sampel dengan perlakuan yang berbeda ditentukan

kadar vitamn C nya dengan cara titrasi metode iodimetri dengan jumlah

pengulangan sebanyak 16 kali pada masing-masing sampel. Banyaknya

ulangan (replikasi) dalam penelitian ini dihitung dengan rumus federer

(Supranto J, 2010) sebagai berikut : ( )( )

(t-1) (r-1) ≥ 15

(2-1) (r-1) ≥ 15

1 (r-1) ≥ 15

r-1 ≥ 15

r ≥ 16

Keterangan :

t = jumlah perlakuan dalam penelitian

r = jumlah replikasi (ulangan) sampel


25

3. Persiapan sampel

Sampel kelopak bunga rosella yang telah diambil dimasukkan ke

dalam ice box untuk menjaga kesegaran kelopak bunga rosella selama

dalam perjalanan menuju laboratorium Akademi Analis Kesehatan

Borneo Lestari Banjarbaru. Sedangkan sampel sirup yang digunakan

berupa sirup jadi yang sudah dikemas dalam botol.

4. Standarisasi larutan Na2S2O3 dengan larutan KBrO3 0,01 N

Dipipet 10 ml larutan KBrO3 kemudian masukkan kedalam

erlenmeyer, setelah itu ditambahkan 5 ml KI 10% lalu di tambahkan

larutan H2SO4 dan dititrasi dengan larutan Na2S2O3 sampai warna

kuning muda. Kemudian ditambahkan beberapa tetes larutan amilum,

selanjutnya dititrasi dengan larutan Na2S2O3 sampai warna birunya

menghilang.

5. Standarisasi larutan I2 dengan larutan standar Na2S2O3 0,01 N

Dipipet 10 ml larutan I2 lalu dititrasi dengan larutan Na2S2O3

sampai warna kuning muda. Kemudian ditambahkan beberapa tetes

larutan amilum, selanjutnya dititrasi dengan larutan Na2S2O3 sampai

warna birunya menghilang.

6. Penetapan kadar vitamin C pada sirup rosella merah.

Siapkan sampel, pipet 5 ml sirup, masukkan kedalam labu ukur

100 ml dan tambahkan aquades sampai tanda batas kemudian

homogenkan. Pipet 25 ml larutan tersebut lalu dimasukkan ke dalam

erlenmeyer. Kemudian ditambahkan 2 ml larutan amilum 1% dan titrasi


26

dengan larutan I2 standar 0,1 N sampai berwarna biru (Karlinda dkk,

2013).

7. Penetapan kadar vitamin C pada kelopak bunga rosella segar.

Siapkan sampel, timbang 5 gr dihaluskan, masukkan kedalam

beaker glass, tambahkan aquades secukupnya saring dengan kertas

saring, kemudian masukkan kedalam labu ukur 100 ml dan tambahkan

aquades sampai tanda batas kemudian homogenkan. Pipet 25 ml larutan

tersebut lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Kemudian ditambahkan

2 ml larutan amilum 1% dan titrasi dengan larutan I2 standar 0,1 N

sampai berwarna biru (Karlinda dkk, 2013).

Perhitungan:

( )

( )

F. Variabel dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Variabel bebas pada penelitian ini adalah bentuk rosella merah

dengan kriteria yaitu kelopak bunga rosella (Hibiscus Sabdariffa Linn)

segar dan sirup rosella merah.

Variabel terikat pada penelitian ini adalah kadar vitamin C pada

kelopak bunga rosella (Hibiscus Sabdariffa Linn) dan sirup rosella

merah.
27

2. Definisi Operasional

a. Bentuk rosella merah adalah bentuk dari rosella merah yang belum

diolah berupa kelopak bunga rosella (Hibiscus Sabdariffa Linn)

segar adalah tanaman rosela yang dipetik langsung dari lahan

budidaya rosella Rumah Tahanan Negara (RUTAN) Marabahan.

Tanaman rosella (Hibiscus Sabdariffa Linn) dipetik dengan cara

digunting, dimasukkan kedalam ice box, untuk menjaga kesegaran

kelopak bunga, secara aseptis. Kemudian kelopak dipisahkan dari

daun dan tangkainya yang akan digunakan langsung sebagai

sampel.

b. Sedangkan bentuk rosella yang sudah diolah berupa Sirup rosella

merah yaitu olahan dari kelopak bunga rosella (Hibiscus Sabdariffa

Linn) segar yang diolah langsung dari Rumah Tahanan Negara

(RUTAN) Marabahan dan dikemas dalam botol.

c. Kadar vitamin C adalah kandungan Vitamin C dapat diketahui

jumlah kadarnya dengan cara menganalisis kandungan vitamin C

pada kelopak bunga rosella (Hibiscus Sabdariffa Linn) segar dan

sirup rosella merah yang dianalisis menggunakan metode iodimetri,

dengan skala pengukuran rasio (skala rasio memiliki angka 0 (nol)

dan perbandingan antara dua nilai yang memppunyai arti).

G. Cara Pengumpulan Data

1. Data primer : Berupa data dari hasil analisa di laboratorium

2. Tahapan persiapan : Observasi


28

3. Tahap pelaksanaan

a. Pengambilan sampel

Menggunakan teknik purposive sampling (dimana suatu

sampel yang diambil berdasarkan pada ciri-ciri tertentu) ciri dari

sampel rosella (Hibiscus Sabdariffa Linn) dan sirup rosella merah

adalah kelopak bunga rosella (Hibiscus Sabdariffa Linn) yang

masih utuh, segar, dan berwarna merah tua terang. Sedangkan ciri-

ciri dari sirup rosella merah adalah sirup rosella merah dalam

kemasan botol.

b. Pemeriksaan kelopak bunga rosella (Hibiscus Sabdariffa Linn)

segar dan sirup rosella merah dengan menggunakan metode

iodimetri

H. Pengolahan dan Analisa Data

1. Teknik pengolahan data

Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan dengan tahapan

sebagai berikut:

a. Coding yaitu pemberian atribut variabel penelitian ini untuk

memudahkan dalam pengolahan data.

b. Tabulasi data yaitu pengelompokan data dalam suatu data tertentu

menurut sisfat data yang dimiliki sesuai dengan tujuan penelitian.

c. Entry data yaitu memasukan data hasil pemeriksaan kadar vitamin

C dan dimasukkan kedalam variabel sheet dengan bantuan

komputer.
29

2. Analisa data

Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan kadar vitamin C

metode iodimetri selanjutnya dianalisis dengan uji statistik, data yang

didapatkan menggunakan uji T-test Bebas (membandingkan 2 sampel

dengan perlakuan yang sama) dengan aplikasi SPSS (Statistical

Program For Social Sciences).

I. Kelemahan dan Kesulitan

1. Kelemahan

Tidak adanya takaran bunga rosella yang digunakan pada

pembuatan sirup rosella merah, selain dari proses pembuatan kelopak

bunga rosella menjadi sirup rosella merah juga terlalu banyak faktor

penyebab berkurangnya vitamin C pada kelopak bunga rosella dan

sirup rosella merah yang disebabkan proses pengolahannya mulai dari

pemotongan, pengeringan, perebusan, dan pengemasan.

2. Kesulitan

a. Sulitnya menentukan warna pada titik akhir titrasi

b. Sulitnya mengontrol perlakuan (proses pengolahan yang

dilakukan oleh produsen yaitu membuat kelopak sirup rosella

menjadi sirup rosella merah).


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

1. Kadar vitamin C pada kelopak bunga rosella

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adanya perbedaan kadar

pada kelopak bunga rosella dan sirup rosella merah. Analisis kadar

vitamin C pada kelopak bunga rosella segar menggunakan titrasi

iodimetri dengan larutan baku iodium 0,1 N.

Tabel 4.1 Hasil Analisa kadar Vitamin C pada kelopak bunga rosella
(Hibiscus Sabdariffa Linn)

No Kode Sampel Kadar vitamin C/100 gr


1 A1 0,51
2 A2 0,43
3 A3 0,34
4 A4 0,64
5 A5 0,36
6 A6 0,47
7 A7 0,36
8 A8 0,39
9 A9 0,43
10 A10 0,51
11 A11 0,34
12 A12 0,64
13 A13 0,39
14 A14 0,36
15 A15 0,36
16 A16 0,47
Rata-rata 0,44

Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan kadar vitamin C pada kelopak

bunga rosella segar berkisar antara 0,47-0,63/100 gr.

30
31

2. Kadar vitamin C pada kelopak bunga rosella

Tabel 4.2 Hasil Analisa kadar Vitamin C pada sirup rosella merah

No Kode Sampel Kadar vitamin C/100 ml


1 B1 0,06
2 B2 0,02
3 B3 0,06
4 B4 0,00
5 B5 0,06
6 B6 0,02
7 B7 0,04
8 B8 0,06
9 B9 0,06
10 B10 0,08
11 B11 0,02
12 B12 0,00
13 B13 0,08
14 B14 0,11
15 B15 0,06
16 B16 0,08
Rata-rata 0,05

Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukkan kadar vitamin C pada sirup

rosella merah berkisar antara 0,2-0,11/100 ml.

3. Analisa data statistik

Data hasil analisa pada tabel 4.1 dan tabel 4.2 selanjutnya

dilakukan uji normalitas untuk mengetahui tingkat distribusi data kadar

vitamin C pada kelopak bunga rosella segar dan sirup rosella merah. Uji

normalitas dapat dilakukan menggunakan metode One-Sampel

Kolmogorov-Smirnov Test. Hasil nilai signifikan (Asymp. Ssig2-tailed)

Uji statistik normalitas dapat dilihat pada tabel 4.3.


32

Tabel 4.3 Uji Statistik normalitas


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Kelopak Sirup
N 16 16
a
Normal Parameters Mean .437100 .0506
Std. Deviation .0974462 .03130
Most Extreme Absolute .169 .243
Differences Positive .169 .149
Negative -.156 -.243
Kolmogorov-Smirnov Z .675 .971
Asymp. Sig. (2-tailed) .752 .302
a. Test distribution is Normal.

Tabel 4.3 menunjukkan hasil analisis Uji Statistik Normalitas terhadap

dua variabel yaitu kelopak bunga rosella dan sirup rosella merah. Bagian

yang perlu dilihat untuk uji normalitas adalah bagian baris kolmogorov-

smirnov Z dan Asymp.Sig.(2-tailed). Jika nilai Asymp Sig <0,05 maka data

tidak berdistribusi normal. Berdasarkan hasil analisis pada tabel 4.3

diperoleh variabel kelopak nilai Z K-S adalah 0,675 dengan Asymp Sig

0,752, dari hasil uji normalitas tersebut, nilai Asymp Sig pada kelopak

bunga rosella segar dan sirup rosella merah >0,005 maka dapat disimpulkan

bahwa data tersebut berdistribusi normal.

Setelah dilakukan uji normalitas, maka dilanjutkan dengan uji

homogenitas untuk mengetahui bahwa dua atau lebih kelompok data sampel

berasal dari populasi yang memiliki variansi yang sama. Hasil uji

homogenitas dapat dilihat pada tabel 4.4


33

Tabel 4.4 uji statistik homogenitas


Test of Homogeneity of Variance
Levene Statistic df1 df2 Sig.
kadar Based on Mean 12.183 1 30 .002
Based on Median 8.977 1 30 .005
Based on Median and 8.977 1 18.467 .008
with adjusted df
Based on trimmed mean 10.628 1 30 .003
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa ternyata dengan statistik (Basen On

Mean) signifikan 0,002 melebihi 0,001 dengan demikian data penelitian

dinyatakan homogen.

Setelah dilakukan uji homogenitas, maka dilanjutkan dengan uji

Independent Samples Test untuk mengetahui perbandingan kadar vitamin C

antara kelopak bunga rosella (Hibiscus Sabdariffa Linn) dan sirup rosella

merah. Hasil uji Independent Samples Test dapat dilihat pada tabel 4.4

Tabel 4.5 Uji Statistik Independent Samples Test


Independent Samples Test

Levene's
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence
Interval of the
Difference
Sig. (2- Mean Std. Error
F Sig. t df tailed) Difference Difference Lower Upper
Kadar Equal
variances 11.642 .002 15.104 30 .000 .3864750 .0255873 .3342188 .4387312
assumed
Equal
variances not 15.104 18.062 .000 .3864750 .0255873 .3327314 .4402186
assumed
34

Berdasarkan hasil uji kesesuaian variabel pada tabel F hitung sebesar

11.642 dengan sig.= 0,002, dengan nilai sig <0,05 maka H0 ditolak,

sehingga dapat diasumsikan bahwa variansi tidak sama.

Hasil uji statistik Independent Samples Test terhadap hasil analisa kadar

vitamin C pada tabel t 15,104 nilai sig. (2-tailed) 0,000 dengan nilai sig.

<0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan kadar vitamin C

pada kelopak bunga rosella segar dan sirup rosella merah.

Menurut statistik analisa data kadar vitamin C pada pemeriksaan

sampel dengan replikasi sebanyak 16 kali, penurunan kadar vitamin C pada

sirup rosella merah memberi perbedaan nyata dibandingkan kelopak bunga

rosella segar yang belum melalui proses pengolahan.


35

B. PEMBAHASAN

Berdasarkan Tabel 4.1 dan Tabel 4.2 kandungan vitamin C pada

kelopak bunga rosella segar sebesar 0,4371 mg/100 gr dan sirup rosella

merah sebesar 0,0506 ml/100 ml. Hasil tersebut terlihat penurunan kadar

vitamin C pada kelopak bunga rosella segar dibandingkan dengan yang

sudah diolah menjadi sirup rosella merah. Penurunan kadar vitamin C pada

kelopak bunga rosella segar menjadi sirup rosella merah dipengaruhi dari

proses pengolahan kelopak bunga rosella segar menjadi sirup rosella merah

melalui proses pengeringan dan pemanasan.

Proses pengeringan pada kelopak bunga rosella segar menyebabkan

pengurangan kadar air yang terkandung pada kelopak bunga tersebut yang

berakibat terjadi penurunan kadar vitamin C. Vitamin C merupakan vitamin

yang larut dalam air sehingga proses pengeringan dapat mengurangi atau

menghilangkan kadar vitamin C yang terlarut pada air yang terdapat pada

kelopak bunga segar. Hal ini terlihat dari kadar air pada kelopak bunga

rosella segar sebesar 8,61 gr, sedangkan untuk pembuatan sirup biasanya

menggunakan kelopak bunga rosella yang sudah dikeringkan (Lampiran 7).

Selain proses pengeringan, pembuatan sirup juga melalui proses

pemanasan yang dapat merusak vitamin C karena vitamin C merupakan

vitamin yang mudah rusak oleh panas. Sebelum melalui proses pengeringan

dan pemanasan kelopak bunga rosella segar melalui proses pemotongan

yaitu pada saat pemisahan kelopak bunga rosella dengan tangkainya. Proses
36

pemotongan ini juga dapat menurunkan kadar vitamin C karena vitamin C

juga teroksidasi oleh bahan tembaga dan besi (Winarno, 2008).

Vitamin C akan berkurang jika makanan dibiarkan hangat terlalu lama

atau terlalu panas, penggunaan pisau tajam dan pisau tumpul saat memotong

bahan makanan dapat menyebabkan kerusakan sel yang akhirnya

menyebabkan hilangnya vitamin C dalam makanan (Hayati Rita dkk, 2011).

Ummu. M dkk (2010), melakukan analisis kadar vitamin C pada sirup

rosella ekstraksi tanpa pemanasan lebih tinggi yaitu 102 mg/100 gram,

sedangkan sirup rosella ekstraksi dengan pemanasan memiliki kadar vitamin

C lebih rendah yaitu 75,14 mg/100 gram. Berdasarkan data tersebut terlihat

terjadi penurunan kadar vitamin C, hal ini juga terjadi pada kadar vitamin C

kelopak bunga rosella segar dan sirup rosella merah pada penelitian ini.

Menurut Winarno (2008), menyebutkan bahwa dari semua vitamin

yang ada, vitamin C merupakan vitamin yang mudah rusak. Disamping larut

dalam air, vitamin C mudah teroksidasi dan proses tersebut dipercepat oleh

panas, sinar, alkali, enzim, oksidator, serta oleh katalis tembaga dan besi.

Berdasarkan hasil analisis kadar vitamin C pada kelopak bunga rosella

segar mempunyai kandungan vitamin C sebesar 0,43/100 gr, namun

kandungan vitamin C berkurang setelah dibuat produk minuman sirup

rosella merah sehingga kadar vitamin C nya sebesar 0,05/100 ml.

Penyusutan kadar vitamin C pada kelopak bunga rosella segar dan sirup

rosella merah sebesar 0,78 % (Lampiran 6).


37

Adanya perbedaan hasil kadar vitamin C pada sampel tersebut

dipengaruhi dari proses pengolahan bunga rosella menjadi sirup rosella yang

melalui pemotongan, pencucian, pengeringan, pemanasan dan pengemasan.

Beberapa tahapan proses tersebut sangat berpengaruh terhadap kestabilan

Vitamin C yang terkandung didalam kelopak bunga rosella.

Pada pengolahan sirup rosella merah ini tidak memperhatikan seberapa

besar kandungan vitamin C didalam sirup rosella melainkan lebih

mengutamakan warna yang dihasilkan dari kelopak bunga rosella tersebut.

Untuk memberi warna pada sirup rosella merah sebaiknya, pengolahan sirup

rosella merah diberikan takaran seberapa banyak kelopak rosella yang

dicampurkan dengan volume air tertentu agar kadar vitamin C nya dapat

diukur dengan seksama. Sehingga menghasilkan minuman yang dapat

menjadi sumber alternatif kebutuhan vitamin C di masyarakat khususnya di

Marabahan.

Kebutuhan vitamin C yang dibutuhkan oleh tubuh dari setiap orang

berbeda-beda tergantung dari usia, jenis kelamin, aktivitas harian, gaya

hidup serta adanya penyakit tertentu. namun secara umum, kebutuhan

vitamin C bagi orang dewasa sekitar 75-90 mg/hari. Kadar vitamin C pada

kelopak bunga rosella segar lebih tinggi dibandingkan sirup rosella merah

yaitu 0,43/100 gr kelopak bunga, kelopak bunga rosella dapat digunakan

sebagai alternatif untuk memenuhi kebutuhan vitamin C dengan cara

mengkonsumsi kelopak bunga rosella segar atau menyeduh kelopak bunga

rosella segar dengan air panas (Grober Uwe. 2013).


38

Perbandingan kadar air, kelopak bunga rosella dan gula pasir sebagai

pemanis harus seimbang. Karena semakin banyak kelopak bunga rosella

yang direbus maka akan semakin pekat warna sirup rosella dan semakin

terasa asam karena semakin tinggi pula kadar vitamin C. Dengan

perbandingan dan takaran yang pas hasil olahan sirup rosella merah dapat

memenuhi kebutuhan nutrisi vitamin C bagi konsumen. Proses pengolahan

juga harus diperhatikan, untuk pemisahan kelopak bunga rosella dengan

tangkai bunga sebaiknya tidak menggunakan alat bantu seperti pisau atau

gunting. Pemotongan dapat dilakukan dengan tangan kosong, hal ini

disarankan karena vitamin C mudah teroksidasi oleh katalis berupa tembaga

dan besi. Setelah itu untuk pencucian kelopak bunga dapat dicuci di air

mengalir untuk meminimalisir pengadukan kelopak bunga rosella pada saat

pencucian, dan untuk pengemasan dapat digunakan botol gelap atau botol

terang dengan alas plastik bagian depan untuk menutupi sirup dalam botol

karena vitamin C mudah rusak dengan adanya paparan cahaya secara

langsung.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka ditarik kesimpulan

sebagai berikut:

1. Kadar vitamin C pada kelopak bunga rosella segar sebesar 0,44/100 gr.

2. Kadar vitamin C Pada sirup rosella merah sebesar 0,05/100 ml.

3. Ada perbedaan kadar vitamin C pada kelopak bunga rosella segar

dibandingkan dengan sirup rosella merah dengan nilai sig.(2-tailed)

0,000.

B. Saran

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti menyarankan

kepada:

1. RUTAN (Rumah Tahanan Negara) Marabahan

a. Berdasarkan pada proses pembuatan disarankan kepada pihak

RUTAN Marabahan agar diperhatikan dalam mengatur

keseimbangan volume air, kelopak rosella kering, dan gula sebagai

pemanis pada sirup

b. Disarankan agar membuat sirup rosella merah dari bahan baku

rosella segar untuk meminimalisir penurunan kandungan vitamin C

pada sirup rosella merah karena penggunaan kelopak bunga rosella

kering dapat menurunkan kadar vitamin C.

38
39

c. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai quality control agar

dapat mengeluarkan produksi sirup rosella dengan penurunan kadar

vitamin C yang seminimal mungkin.

2. Bagi peneliti lain

Perlakuan pada kedua sampel tersebut dilakukan oleh produsen

tidak dapat dikontrol penuh oleh peneliti sehingga perlu dilakukan

penelitian lanjutan dengan cara memberi perlakuan yang sesuai dengan

konsep pemikiran peneliti.


DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. 2004. “ Prinsip Dasar Ilmu Gizi “. Gramedia Pustaka Utama:


Jakarta.

Dwiyanti Gebi dan K. Hati Nurani. 2014. “Aktivitas Antioksidan Teh Rosella
(Hibiscus sabdariffa linn) selama Penyimpanan pada Suhu
Ruang“. Seminar disajikan dalam Prosiding Seminar Nasional
Sains dan Pendidikan Sains IX. Fakultas Sains dan Matematika.
Bandung.

deMan, M John. 2007. Kimia Makanan. Bandung: ITB Bandung.

Grober Uwe. 2013. Mikronutrien Penyelarasan Metabolik Pencegahan dan


Terapi. Alih bahasa: Amalia H. Hadinata dan Nurul Aini. Jakarta:
EGC.

Hayati rita, Nurhayati, dan Annisa Nova. 2011. “Pengaruh Suhu Pengeringan
Terhadap Mutu Rosella Kering (Hibiscus Sabdariffa)”. Jurnal
Floratek: Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala Darussalam
Banda Aceh. Vol.6.

Hidayanti Mukhani Dwi, Astul Sussi, Kustyawati Maria Erna. 2014. Pengaruh
Pemberian “Kombucha” Teh Rosella Terhadap Profil Darah
Mencit (Mus musculus L). Agritech. (4): Vol. 34

Hartiyati Amna, Mulyani Sri, Pusparini Ni Made Dwi. 2009.Pengaruh


Preparasi Bahan Baku Rosella dan Waktu Pemasakan Terhadap
Aktivitas Antioksidan Sirup Bunga Rosella. Agrotekno.. (1): Vol.
15

Haryono. 2012. Ayo Mengenal Tanaman Obat. Bogor: IAARD Press.

Hasibuan, D. 2010. Pengaruh Jenis dan Konsentrasi Zat Pendcstabil Terhadap


Mutu Selai Rosella. Skripsi. Universitas Sumatera Utara.

Karinda, M. Fatimawali, Citraningtyas, G. 2013. “Perbandingan hasil


penetapan kadar vitamin C mangga dodol dengan menggunakan
spektrofotometer UV-Vis dan iodometri “. Jurnal ilmiah farmasi :
Fakultas FMIPA, Universitas Manado. Vol.2
Kholiq Abdul. 2011. “ Pengaruh Penggunaan Rosella dan Penambahan Gula
Pasir dengan Konsentrasi yang Berbeda Terhadap Mutu
Organoleptik dan Kadar Vitamin C Minuman Jelly Rosella
(Hibiscus sabdariffa L.)”. Skripsi. Semarang: Fakultas Teknik.
Universitas Negri Semarang.

Lestariana Wiryatun dan Madiyan Maliyah. 2004. Analisa Vitamin dan


Elektrolit Organik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Maryani, H dan L. Krisna. 2008. Khasiat dan Manfaat Rosella. Jakarta:


Agromedia Pustaka.

Mukaromah Ummu, Susetyorini Sri Hetty, Aminah Siti. 2010. Kadar Vitamin
C, Mutu Fisik, pH dan Mutu Organoleptik Sirup Rosella (Hibiscus
sabdariffa linn) Berdasarkan Cara Ekstraksi. Jurnal Pangan dan
Gizi. Universitas Muhamadiyah Semarang. (1): Vol.1

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Rahmawati, Sitti dan Bunbun Bundjali. 2012. Kinetics of the Oxidation of


Vitamin C. Jurnal Indo J. Chem. ISSN: 291-296, Universitas
Tadulako.

Rienoviar dan Husain Nashrianto. 2010. Penggunaan Asam Askorbat (Vitamin


C) untuk Meningkatkan Daya Simpan Sirup Rosella (Hibiscus
Sabdariffa Linn). Jurnal Hasil Penelitian Industri. (1): Vol.23

Rohman Abdul. 2011. Analisis Bahan Pangan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Safitri Anisa Agra. 2012. “ Studi Pembuatan Fruit Leather Mangga-Rosella”.


Skripsi. Makassar: Fakultas Pertanian. Universitas Hasanuddin.

SNI 01-3544-1994. “ Sirup”. Balai Riset dan Standarisasi Industri Medan.

Satuhu, S. 2004. Penanganan dan Pengolahan Buah. Penebar Swadaya:


Jakarta.

Sudarmadji S, Haryono B, Suhardi. 2003. Analisa Bahan Makanan dan


Pertanian. Yogyakarta: Liberty.

Supranto J. 2010. Teknik Sampling untuk Survei dan Eksperimen. Jakarta. PT


Rineka Cipta.

Winarno, FG. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. Bogor: M-Brio Press.
Yuariski Oki dan Suherman. 2012. Pengeringan Bunga Rosella (Hibiscus
sabdariffa) Menggunakan Pengering Rak Udara Sirkulasi. Jurnal
Teknologi Kimia Industri. (1): Vol.1

Yuliani, Marwati, Fahriansyah Muhammad Rega Wahyu. 2011. Studi Variasi


Konsentrasi Ekstrak Rosella (Hibiscus sabdariffa Linn) Karagenan
Terhadap Mutu Minuman Jelly Rosella. Jurnal Teknologi
Pertanian. (1): Vol.7
LAMPIRAN
Lampiran 1. Pembuatan Larutan

1. Pembuatan larutan standar KI 10%

Ditimbang 10 g kristal KI, dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml,

kemudian ditambah aquades sampai tanda batas lalu homogenkan (Karlinda

dkk, 2013).

2. Pembuatan larutan baku iodium 0,01 N

Ditimbang 0,32 g iodium lalu dilarutkan dalam 250 ml aquades.

3. Pembuatan larutan Na2S2O3 0,01 N

Ditimbang 0,04 g kristal Na2S2O3 lalu dimasukan kedalam beaker glass.

Setelah itu ditambahkan aquades 50 ml lalu diaduk sampai homogen.

4. Pembuatan indikator amilum

Ditimbang 1 g amilum, lalu dilarutkan kedalam 100 ml aquades.

5. Pembuatan KBrO3 0,01 N

Ditimbang 0,08 g KBrO3 lalu dimasukan kedalam beaker glass. Setelah

itu ditambahkan aquades 50 ml lalu diaduk sampai homogen.

6. Pembuatan larutan H2SO4 6 N

Pipet 9,4 ml H2SO4, tambahkan 50 ml aquadest dan homogenkan.

7. Pembuatan larutan H2SO4 10%

Pipet 10 ml H2SO4, tambahkan 100 ml aquadest dan homogenkan.


Form-B5

YAYASAN BORNEO LESTARI


AKADEMI ANALIS KESEHATAN BORNEO LESTARI
Jln. Kelapa Sawit 8 Bumi Berkat No. 1 RT. 02 RW. 01 Telp/Fax. 0511-4781787
Banjarbaru Kalimantan Selatan 70714

KETERANGAN HASIL UJI DI LABORATORIUM

Nama : Rusinah Handayani


NIM/NIDN : AK513083

DATA HASIL PENGUJIAN KADAR VITAMIN C PADA


KELOPAK BUNGA ROSELLA SEGAR DAN SIRUP ROSELLA MERAH

Hasil Analisa kadar Vitamin C pada kelopak bunga rosella segar (Hibiscus Sabdariffa Linn)

No Kode Sampel Kadar Vitamin C/100 gr


1 A1 0,51
2 A2 0,43
3 A3 0,34
4 A4 0,64
5 A5 0,36
6 A6 0,47
7 A7 0,36
8 A8 0,39
9 A9 0,43
10 A10 0,51
11 A11 0,34
12 A12 0,64
13 A13 0,39
14 A14 0,36
15 A15 0,36
16 A16 0,47
Rata-rata 0,44
Form-B5

YAYASAN BORNEO LESTARI


AKADEMI ANALIS KESEHATAN BORNEO LESTARI
Jln. Kelapa Sawit 8 Bumi Berkat No. 1 RT. 02 RW. 01 Telp/Fax. 0511-4781787
Banjarbaru Kalimantan Selatan 70714

Hasil Analisa kadar Vitamin C pada sirup rosella merah

No Kode Sampel Kadar vitamin C/100 ml


1 B1 0,06
2 B2 0,02
3 B3 0,06
4 B4 0,00
5 B5 0,06
6 B6 0,02
7 B7 0,04
8 B8 0,06
9 B9 0,06
10 B10 0,08
11 B11 0,02
12 B12 0,00
13 B13 0,08
14 B14 0,11
15 B15 0,06
16 B16 0,08
Rata-rata 0,05

Dengan ini menyatakan bahwa data hasil pengujian penelitian yang dilakukan di
laboratorium AAK Borneo lestari telah divalidasi dan dinyatakan valid.
Demikian keterngan ini dibuat untuk diketahui dan dipergunakan semestinya.

Kepala Laboratorium

Nafila, M.Si
Lampiran 5. Contoh Perhitungan Kadar Vitamin C

A. Standarisasi Na2S2O3 terhadap KBrO3

V1. N1 = V2. N2 Na2S2O3

10 ml. 0,01 = 14,6 . N Na2S2O3

N Na2S2O3 =

= 0,007

B. Standarisasi I2 terhadap Na2S2O3

N1. V1 = N1. V Na2S2O3

N. 12,7 = 0,006. 10 ml

N I2 =

= 0,005

C. Penentuan Kadar Vitamin C

mg vit. C = mmol I2 X Mr. Vit.C X F.K

= (Vtit – V.blanko) X N I2 X 176 X 4

= (2,9 – 0,9) X 0,005 X 176 X 4

= 1 X 0,005 X 176 X 4

= 3,52

mg vit. C dalam 100 gr Rosella Segar

kadar vit C/ 100 gr =

= 70,4
Lampiran 6. Perhitungan Penyusutan Kadar Vitamin C

Tabel 1. Hasil Analisa kadar Vitamin C pada kelopak bunga rosella


(Hibiscus Sabdariffa Linn)

No Kode Sampel Kadar vitamin C/100 gr


1 A1 0,51
2 A2 0,43
3 A3 0,34
4 A4 0,64
5 A5 0,36
6 A6 0,47
7 A7 0,36
8 A8 0,39
9 A9 0,43
10 A10 0,51
11 A11 0,34
12 A12 0,64
13 A13 0,39
14 A14 0,36
15 A15 0,36
16 A16 0,47
Rata-rata 0,44

Tabel 2. Hasil Analisa kadar Vitamin C pada sirup rosella merah

No Kode Sampel Kadar vitamin C/100 ml


1 B1 0,06
2 B2 0,02
3 B3 0,06
4 B4 0,00
5 B5 0,06
6 B6 0,02
7 B7 0,04
8 B8 0,06
9 B9 0,06
10 B10 0,08
11 B11 0,02
12 B12 0,00
13 B13 0,08
14 B14 0,11
15 B15 0,06
16 B16 0,08
Rata-rata 0,05
% Penyusutan =

= 0,78 %
Lampiran 7. Perhitungan Kadar Air
Diketahui : Berat cawan kosong = 24,68

Berat cawan kosong + bunga segar = 35,79

Berat cawan kosong + bunga kering = 27,18

Kadar air = bunga segar – bunga kering

= 35,79 – 27,18 = 8,61

Jawab: a) Berat zat kering (x) = a-b

Dimana: a = berat cawan + sampel kering

b = berat cawan kosong

Jadi: x = 27,18 – 24,68

x = 2,5

b) Berat air (y) = z-x

Dimana: z = berat sampel

Jadi: y = 35,79 - 2,5

y = 33,29

c) Persen kadar air kering (dry basis)

dry basis =

= 1331%

d) Persen kadar air basah (wet basis)

wet basis =

= 98%
Lampiran 8. Statistik

OUTPUT SPSS
T-TEST GROUPS=X1(1 2)
/MISSING=ANALYSIS
/VARIABLES=X2

/CRITERIA=CI(.9500).

T-Test
[DataSet0]
Group Statistics

Sampel N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Kadar Kelopak 16 .437100 .0974462 .0243615

Sirup 16 .050625 .0312983 .0078246

Independent Samples Test

Levene's
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence

Sig. Interval of the

(2- Mean Std. Error Difference

F Sig. t df tailed) Difference Difference Lower Upper

Kadar Equal variances


11.642 .002 15.104 30 .000 .3864750 .0255873 .3342188 .4387312
assumed

Equal variances
15.104 18.062 .000 .3864750 .0255873 .3327314 .4402186
not assumed
NPAR TESTS
/K-S(NORMAL)=X1 X2

/MISSING ANALYSIS.

NPar Tests
[DataSet0]
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

kelopak sirup

N 16 16
a
Normal Parameters Mean .437100 .0506

Std. Deviation .0974462 .03130

Most Extreme Differences Absolute .169 .243

Positive .169 .149

Negative -.156 -.243

Kolmogorov-Smirnov Z .675 .971

Asymp. Sig. (2-tailed) .752 .302

a. Test distribution is Normal.


Lampiran 9. Dokumentasi

(a) (b)
Gambar 1. Pemetikan kelopak bunga rosella (a) oleh penghuni RUTAN
Marabahan (b) oleh Mahasiswa AAK Borneo Lestari

(a) (b)
Gambar 2. Kelopak bunga rosella (a) bunga rosella setelah di petik
(b) bunga rosella dalam ice box

(a) (b)
Gambar 3. Proses pembuatan kelopak bunga rosella menjadi sirup rosella
(a) kelopak bunga rosella kering direbus (b) setelah direbus
disaring.
(a) (b)
Gambar 4. Air rebusan kelopak bunga rosella direbus kembali
(a) tambahkan gula pasir (b) sirup rosella siap untuk diminum

(a) (b)
Gambar 5. (a) instrument yang digunakan (b) reagent yang digunakan

(a) (b)
Gambar 6. (a) kelopak bunga rosella setelah dihaluskan (b) sirup rosella
setelah diencerkan
(a) (b)
Gambar 7. (a) pemberian etiket pada Erlenmeyer (b) proses titrasi

(a) (b)
Gambar 8. (a) sebelum dititrasi (b) sesudah dititrasi

(a) (b)
Gambar 9. (a) blanko (b) standarisasi iodium dan natrium tiosulfat
YAYASAN BORNEO LESTARI
AKADEMI ANALIS KESEHATAN BORNEO LESTARI
Jln. KelapaSawit 8 BumiBerkat No. 1 Telp. (0511) 7672224 Banjarbaru
Kalimantan Selatan 70714

FORMULIR PERSETUJUAN PERBAIKAN KTI

Nama : Rusinah Handayani


NIM : AK513083
Pembimbing : 1. Nafila, M.Si
2. Atni Primanadini, S.Si
Penguji : Abdul Khair, M.Si
Judul Proposal KTI : Perbandingan Kadar Vitamin C pada Kelopak Bunga
Rosella (Hibiscus Sabdariffa Linn) dan Sirup Rosella
Merah
Bab/Bahasan Tanda
No Dosen Saran Perbaikan
pembahasan Tangan
1. Abdul Khair, M.Si BAB I dan IV 1. Tujuan
2. Hasil

2. Nafila, M.Si BAB III 1. Prosedur Kerja

3. Atni Primanadini, S.Si BAB III 1. Prosedur kerja

Banjarbaru, Agustus 2016

Mengetahui:

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

(Nafila, M.Si) (Atni Primanadini, S.Si)


NIK.010210009 NIK.030811019

Anda mungkin juga menyukai