Anda di halaman 1dari 78

BUKU PEDOMAN

Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3)
BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
UNTUK PRAKTEK DAN PRAKTIKUM

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)


MUHAMMADIYAH
MANADO
2016
3
PEDOMAN PELAKSANAAN
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
UNTUK PRAKTEK DAN PRAKTIKUM
DI LABORATORIUM

DISUSUN OLEH :

 MARRY R. RIMPOROK., S.Pd., M.Kes


 HAMIDAH SS., S.Farm., MSi., Apt
 BERTHINA H. KORAH., S.Pd., M.Kes
 IKE FITRAH A.CH., S.ST., M.Kes
KATA PENGANTAR

Sesuai dengan Undang-Undang No. 1 tahun 1970 mengenai Kesehatan dan


Keselamatan Kerja, serta dalam upaya meningkatkan perlindungan maupun
pelestarian lingkungan dalam segala aktivitas, maka dibutuhkan tindakan
pencegahan. Barkaitan dengan hal tersebut diatas, maka diperlukan Pedoman
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) maupun penyediaan sarananya.
Pedoman Pelaksanaan K3 ini disusun dan ditujukan khususnya untuk kepentingan
dosen, mahasiswa dan karyawan di lingkungan STIKES Muhammadiyah Manado
dengan tujuan untuk memastikan komitmen STIKES dalam hal penerapan K3 bisa
terlaksana secara rutin dan berkelanjutan. Untuk itu seluruh dosen, mahasiswa dan
karyawan maupun pihak-pihak terkait diwajibkan melaksanakan dan mentaati
ketentuan-ketentuan standar K3 yang disyaratkan dalam buku pedoman ini, dengan
demikian pencegahan terhadap hal-hal yang tidak diinginkan dapat dihindari.
Atas perhatian dan kerjasama semua pihak, saya ucapkan terima kasih.

Manado,
Tim Penyusun

5
DAFTAR

Halaman Judul.............................................................................................................................i
Kata Pengantar .............................................................................................................. ....... ii
Daftar Isi .................................................................................................................. ............. iii
Daftar Bagan ............................................................................................. ........................... iv
Daftar Lampiran ............................................................................................................. ...... vi

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Penjelasan Umum................................................................................................. 1
1.2 Tujuan .................................................................................................................. 2
1.3 Sasaran ................................................................................................................ 2
1.4 Ruang Lingkup ..................................................................................................... 2
1.5 Referensi .............................................................................................................. 3
1.6 Istilah dan Definisi ............................................................................................... 4

BAB 2 KESEHATAN dan KESELAMATAN KERJA


1.1 Program Pelayanan Kesehatan Kerja .................................................................. 8
2.1.1 Pelayanan Preventif ................................................................................. 8
2.1.2 Pelayanan Promotif ................................................................................. 9
2.1.3 Pelayanan kuratif ..................................................................................... 9
2.1.4 Pelayanan Rehabilitatif ............................................................................ 10

2.1 Alat Pelindung Diri....................................................................................................19


2.3.1 Pelindung Mata dan Muka ....................................................................... 19
2.3.2 Pelindung Pendengaran ........................................................................... 23
2.3.3 Pelindung Pernafasan .............................................................................. 25
2.3.4 Pelindung Tangan .................................................................................... 29
2.3.5 Pakaian Pelindung .................................................................................... 31
2.2 Persyaratan Kesehatan Kerja di Perkantoran ...................................................... 33

BAB 3 PEDOMAN SMK3 ……………………………………………………………….. 34


BAB 4 PENUTUP
Daftar Pustaka..........................................................................................................................viii

v
DAFTAR

Nomor Judul Bagan Hal

Bagan 1.1 Alur..............................................................................................................6


Bagan 1.2 Diagram Alur Pengendalian Bahaya Potensial............................................7
Bagan 3.1 Prinsip Penerapan SMK3...........................................................................40

vi
9

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Bagan Hal

Lampiran 1 Petunjuk Pengguanaan Alat di Lab


Lampiran 2 Petunjuk Penggunaan Alat Pemadam Kebakaran

vii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Penjelasan Umum.

Kesehatan kerja (Occupational health) merupakan bagian dari kesehatan masyarakat


yang berkaitan dengan semua pekerjaan yang berhubungan dengan faktor potensial yang
mempengaruhi kesehatan pekerja (dalam hal ini Dosen, Mahasiswa dan Karyawan).
Bahaya pekerjaan (akibat kerja), Seperti halnya masalah kesehatan lingkungan lain,
bersifat akut atau khronis (sementara atau berkelanjutan) dan efeknya mungkin segera
terjadi atau perlu waktu lama. Efek terhadap kesehatan dapat secara langsung maupun
tidak langsung. Kesehatan masyarakat kerja perlu diperhatikan, oleh karena selain dapat
menimbulkan gangguan tingkat produktifitas, kesehatan masyarakat kerja tersebut dapat
timbul akibat pekerjaanya. Sasaran kesehatan kerja khususnya adalah para pekerja dan
peralatan kerja dilingkungan STIKES Muhammadiyah Manado. Melalui usaha
kesehatan pencegahan di lingkungan kerja masing-masing dapat dicegah adanya
penyakit akibat dampak pencemaran lingkungan maupun akibat aktivitas dan produk
STIKES Muhammadiyah Manado terhadap masyarakat konsumen baik di lingkungan
STIKES Muhammadiyah Manado maupun masyarakat luas.

1.2 Tujuan kesehatan kerja adalah:

1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pekerja di semua


lapangan pekerjaan ketingkat yang setinggi-tingginya, baik fisik, mental maupun
kesehatan sosial.
2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan masyarakat pekerja yang diakibatkan
oleh tindakan/kondisi lingkungan kerjanya.
3. Memberikan perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaanya dari kemungkinan
bahaya yang disebabkan olek faktor-faktor yang membahayakan kesehatan.
4. Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaan yang sesuai
dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya.
Kesehatan kerja mempengaruhi manusia dalam hubunganya dengan pekerjaan dan
lingkungan kerjanya, baik secara fisik maupun psikis yang meliputi, antara lain: metode bekerja,
kondisi kerja dan lingkungan kerja yang mungkin dapat menyebabkan kecelakaan,
penyakit ataupun perubahan dari kesehatan seseorang. Pada hakekatnya ilmu kesehatan
kerja mempelajari dinamika, akibat dan problematika yang ditimbulkan akibat hubungan
interaktif tiga komponen utama yang mempengaruhi seseorang bila bekerja yaitu:

1. Kapasitas kerja: Status kesehatan kerja, gizi kerja, dan lain-lain.


2. Beban kerja: fisik maupun mental.
3. Beban tambahan yang berasal dari lingkungan kerja antara lain:bising, panas, debu,
parasit, dan lain-lain.

Bila ketiga komponen tersebut serasi maka bisa dicapai suatu kesehatan kerja yang optimal.
Sebaliknya bila terdapat ketidakserasian dapat menimbulkan masalah kesehatan kerja berupa
penyakit ataupun kecelakaan akibat kerja yang pada akhirnya akan menurunkan produktifitas
kerja

1.3 Tujuan
Buku pedoman ini disusun dengan tujuan untuk memastikan agar komitmen
STIKES Muhammadiyah Manado dalam hal penerapan K3 bisa terlaksana secara
rutin dan berkelanjutan.

1.4 Sasaran
Sasaran kesehatan kerja di lingkungan Laboratorium STIKES Muhammadiyah Manado adalah Dosen,
Mahasiswa dan Karyawan yang terlibat langsung dengan peralatan kerja dan material Praktikum ser ta

lingkungan sekitarnya. Sasaran yang dituju dalam penerapan STIKES Muhammadiyah


Manado adalah:
1. Menghindari adanya kecelakaan kerja.
2. Menghindari adanya penyakit akibat kerja.

3. Menyediakan lingkungan kerja yang sehat.


4. Menghindari terjadinya efek negatif terhadap lingkungan yang
diakibatkan oleh

aktivitas kerja.

1.5 Ruang Lingkup.


Ruang lingkup kegiatan K3PSTKG mencakup kegiatan K3 di ruang dosen dan
Laboratorium (ruang praktikum mahasiswa, lab basah, lab pelayanan). Sehingga
pedoman K3 ini dapat :
1. Mengendalikan resiko K3 dan meningkatkan kinerjanya.
2. Menetapkan SMK3 untuk mengurangi resiko bagi dosen, mahasiswa dan karyawan
serta pihak lain yang berkepentingan yang mungkin mengalami bahaya K3 akibat
kegiatannya.
3. Menerapkan, memelihara dan melakukan perbaikan SMK3 secara berkelanjutan.
4. Tingkat penerapannya akan bergantung pada beberapa faktor, seperti kebijakan
organisasi K3, sifat kegiatan dan resiko serta kerumitan dalam pekerjaan.
2
1.6 Referensi.

Adapun dasar hukum yang terkait dengan pelaksanaan sistem manajemen K3


antara lain:
a UU No.1 tahun 1970 tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

b UU No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan.


c Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

d Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor: Kep-51/Men/1999 Tentang Nilai Ambang


Batas Faktor Fisika di tempat kerja.

e Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor: Kep-187/Men/1999 Tentang Pengendalian


Bahan Kimia Berbahaya di tempat kerja.

f Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak


Lingkungan.
g Surat Edaran Dirjen Binawas No.SE.05/BW/1997 tentang Penggunaan Alat Pelindung
Diri.
h Peraturan Menteri Tenaga Kerja No: PER.05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen
Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
i Keputusan Presiden Nomor 22 tahun 1993 tentang Penyakit yang timbul Akibat
hubungan Kerja.
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 876/Menkes/SK/IX/VIII/2001 tentang Pedoman

teknis analisis dampak lingkungan.


Keputusan Menteri kesehatan Nomor 1217/Menkes/SK/IX/2001 tentang pedoman
penanganan dampak radiasi.
Keputusan Menteri kesehatan Nomor 315/Menkes/SK/III/2003 tentang komite
kesehatan dan keselamatan kerja sektor kesehatan.
1

1.7 Istilah dan Definisi.


Dalam buku pedoman ini digunakan istilah dan definisi sebagai berikut:
1. K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) adalah kondisi dan faktor yang
mempengaruhi kesehatan dan keselamatan pegawai atau pekerja lain (termasuk
pekerja sementara), pengunjung atau orang lain di daerah kerja.
2. Organisasi adalah unit kerja dan/atau unit kegiatan lainnya di lingkungan STIKES
yang memiliki tugas dan administrasinya sendiri.
3. Manajemen puncak adalah seseorang yang memiliki wewenang dan tanggung jawab
tertinggi dalam organisasi.
4. Kinerja K3 adalah hasil yang dapat diukur dari risiko K3 pada suatu manajemen
organisasi.
Catatan:
a. Pengukuran kinerja meliputi pengukuran efektivitas pengendalian
organisasi.
b. Dalam konteks SMK3, hasil juga dapat diukur terhadap kebijakan K3,
sasaran K3, dan persyaratan kinerja K3 lainnya dari organisasi.
6 SMK3 (Sistem Manajemen K3) adalah bagian dari sistem manajemen organisasi yang
digunakan untuk mengembangkan dan menerapkan kebijakan K3, mengelola risiko K3-
nya serta menumbuhkembangkan budaya keselamatan kerja.

Catatan:
a Sistem manajemen adalah rangkaian unsur saling terkait yang digunakan

untuk menetapkan kebijakan dan sasaran, serta untuk mencapai sasaran


tersebut.

b. Sistem manajemen meliputi struktur organisasi, kegiatan perencanaan,


(termasuk penilaian risiko dan penetapan sasaran), tanggung jawab,

praktek, prosedur, proses dan sumber daya.


7 Perbaikan berkelanjutan adalah proses berulang ntuk meningkatkan SMK3 untuk
mencapai kesempurnaan dalam kinerja k3 secara keseluruhan, konsisten dengan
kebijakan organisasi dan kebijakan K3.
5

8 Risiko adalah gabungan dari kemungkinan terjadinya bahaya atau paparan dan
keparahan luka atau gangguan kesehatan yang dapat disebabkan oleh kejadian atau
paparan.
9 Sasaran K3 adalah tujuan K3, dalam hal kinerja K3, yang ditetapkan organisasi unntuk
dicapai.
10. Prosedur adalah langkah-langkah tertentu untuk melakukan suatu kegiatan atau proses.
11. Insiden adalah peristiwa terkait pekerjaan yang mengakibatkan atau dapat

menimbulkan cedera atau gangguan kesehatan (tanpa memperhatikan keparahannya)


atau kematian, atau kejadian yang dapat menimbulkan kematian.

Catatan:
a Kecelakaan adalah insiden yang mengakibatkan cedera, gangguan
kesehatan atau kematian.

b. Insiden tanpa terjadi cedera, gangguan kesehatan atau kematian disebut


pula sebagai “kejedian nyaris celaka” (near-miss) atau kejadian berbahaya.

c Keadaan darurat merupakan jenis tertentu dari insiden.


12. Audit adalah proses yang sistematis, independen dan terdokumentasi untuk

memperoleh bukti audit dan mengevaluasinya secara obyektif untuk menentukan


sejauh mana kriteria audit telah dipenuhi.

Catatan:
a Independen tidak berarti di luar organisasi. Dalam banyak hal, terutama
pada organisasi yang lebih kecil, independen dapat ditunjukkan dengan
ketidakterlibatan dalam tanggung jawab ada kegiatan yang diaudit.
b. Bukti audit adalah rekaman, pernyataan tentang fakta atau informasi lain

yang relevan dengan kriteria audit dan dapat diverifikasi.


c Kriteria audit adalah ekumpulan kebijakan, prosedur atau persyaratan.
156

K3 STIKES

PENGENDALIAN TEKNIS PENGENDALIAN ADMINISTRATIF


PENGGUNAAN
: APD :
praktek kerja sesuai dengan SOP yang ada.
Pemeliharan alat. Gunakan baju lab pada saat memasuki ruang praktikum.
Pendidikan dan latihan cara kerja yang benar sesuai
Gunakan maskerdengan SOP.memasuki lab basah.
pada saat
Pemantauan tempat kerja secara terusGunakan
menerus.sarung tangan karet pada saat bekerja dengan bahan kimia yang bersifat irit
ISOLASI : Gunakan sarung tangan kulit pada saat bekerja dengan alat yang menghasilkan panas
SUBSTITUSI : VENTILASI:
ketika melakukan boiling out dan pengecoran logam.
Ruang pengecoran logam yang dipisahkan dari ruangan lain agar paparan panas dan radiasi tidak menyebar
Penggantian alat atau bahan yang terbuat dari Penggunaan localexhaust ventilation untuk mengendalikan Gunakan kacamata kerja pada saat melakukan pekerjaan yang menghasilkan debu, m
bahan asbes panas f.
dengan bahan yang terbuat Gunakan kacamata hitam pada saat melakukan pekerjaan yang menghasilkan efek rad
g. Gunakan face shield pada saat melakukan pekerjaan
yang dapat mengotori wajah, misalnya : melakukan pemulasan akrilik.
h. Gunakan ear muff/ ear plug pada saat bekerja ditempat yang bisisng, misalnya : me

dari non asbes

Bagan 1.1 Alur K3 STIKES.


7
1

Bahaya potensial dari bahan dan peralatan Laboratorium

Tidak diperlukan pengendalian lebi


Pengendalian berhasil
teknik

tidak berhasil

Tidak diperlukan pengendalian lebih


berhasil
Pengendalian
administratif

tidak berhasil

Tidak diperlukan
Pemakaian APD pengendalian lebih lanjut
berhasil

tidak berhasil

Analisa resiko kuantitatif

Analisa resiko kuantitatif hanya dilakukan jika terjadi


insiden

Bagan 1.2 Diagram alur pengendalian bahaya potensial di Labotoratorium


BAB 2
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

2.1 Program Pelayanan Kesehatan Kerja.

Sebagaimana pelayanan kesehatan masyarakat pada umumnya, pelayanan


kesehatan masyarakat pekerja di Laboratorium teknik Kesehatan Gigi dilaksanakan dengan

pendekatan menyeluruh (komprehensif) yaitu meliputi pelayanan preventif, promotif,


kuratif dan rehabilitatif.

2.1.1 Pelayanan Preventif.


Pelayanan ini diberikan guna mencegah terjadinya penyakit akibat kerja, penyakit

menular dilingkungan kerja dengan menciptakan kondisi pekerja dan mesin atau tempat
kerja agar ergonomis, menjaga kondisi fisik maupun lingkungan kerja yang memadai dan

tidak menyebabkan sakit atau mebahayakan pekerja serta menjaga pekerja tetap sehat.

Kegiatannya antara lain meliputi:

1. Pemeriksaan kesehatan yang terdiri atas:


a. Pemeriksaan awal/sebelum kerja.
b. Pemeriksaan berkala.

c. Pemeriksaan khusus.
2. Imunisasi.
3. Kesehatan lingkungan kerja.

4. Perlindungan diri terhadap bahaya dari pekerjaan.


5. Penyerasian manusia dengan mesin dan alat kerja.

6. Pengendalian bahaya lingkungan kerja agar ada dalam kondisi aman (pengenalan,
pengukuran dan evaluasi).

2.1.2 Pelayanan Promotif.


Peningkatan kesehatan (promotif) pada pekerja dimaksudkan agar keadaan fisik dan
mental pekerja senantiasa dalam kondisi baik. Pelayanan ini diberikan kepada tenaga kerja

8
3

yang sehat dengan tujuan untuk meningkatkan kegairahan kerja, mempertinggi efisiensi dan
daya produktifitas tenaga kerja di lingkungan Laboratorium Teknik Kesehatan Gigi.

Kegiatannya antara lain meliputi:

1. Pendidikan dan penerangan tentang kesehatan kerja.


2. Pemeliharaan dan peningkatan kondisi lingkungan kerja yang sehat.
3. Peningkatan status kesehatan (bebas penyakit) pada umumnya.

4. Perbaikan status gizi.


5. Konsultasi psikologi.

6. Olah raga dan rekreasi.

2.1.3 Pelayanan Kuratif.


Pelayanan pengobatan terhadap tenaga kerja yang menderita sakit akibat kerja

dengan pengobatan spesifik berkaitan dengan pekerjaannya maupun pengobatan umumnya


serta upaya pengobatan untuk mencegah meluas penyakit menular dilingkungan pekerjaan.
Pelayanan ini diberikan kepada tenaga kerja yang sudah memperlihatkan gangguan
kesehatan/gejala dini dengan mengobati penyakitnya supaya cepat sembuh dan mencegah
komplikasi atau penularan terhadap keluarganya ataupun teman kerjanya.

Kegiatannya antara lain meliputi:

1. Pengobatan terhadap penyakit umum.


2. Pengobatan terhadap penyakit dan kecelakaan akibat kerja.

2.1.4 Pelayanan Rehabilitatif.


Pelayanan ini diberikan kepada pekerja karena penyakit parah atau kecelakaan parah
yang telah mengakibatkan cacat, sehingga menyebabkan ketidakmampuan bekerja secara

permanen, baik sebagian atau seluruh kemampuan bekerja yang baisanya mampu dilakukan
sehari-hari.

Kegiatannya antara lain meliputi:


1. Latihan dan pendidikan pekerja untuk dapat menggunakan kemampuannya yang masih
ada secara maksimal.
1

2. Penempatan kembali tenaga kerja yang cacat secara selektif sesuai kemampuannya.
3. Penyuluhan pada masyarakat dan pengusulan agar mau menerima tenaga kerja yang
cacat akibat kerja
1
1. Gangguan Fisiologis.
Gangguan fisiologis adalah gangguan yang mula-mula timbul akibat bising. Dengan kata
lain fungsi pendengaran secara fisiologis dapat terganggu. Pembicaraan atau instruksi

dalam pekerjaan tidak dapat didengar secara jelas sehingga dapat menimbulkan
kecelakaan kerja. Pembicara terpaksa berteriak-teriak, selain memerlukan tenaga ekstra

juga menimbulkan kebisingan. Kebisingan juga dapat mengganggu cardiac out put dan
tekanan darah.

2. Gangguan Psikologis.
Gangguan fisiologis lama-lama bisa menimbulkan gangguan psikologis. Suara yang tidak
dikehendaki dapat menimbulkan stress, gangguan jiwa, sulit konsentrasi dan berfikir,
dan lain-lain.
3. Gangguan Patologis Organis.
Gangguan kebisingan yang paling menonjol adalah pengaruhnya terhadap alat
pendengaran atau telinga, yang dapat menimbulkan ketulian yang bersifat sementara

hingga permanent.

2.2.2.2.2 Pengendalian Kebisingan dilingkungan kerja.


1. Menghilangkan transmisi kebisingan terhadap pekerja.
Untuk menghilangkan atau mengurangi transmisi kebisingan terhadap pekerja dapat
dilakukan dengan isolasi tenaga kerja atau mesin yaitu dengan menutup atau menyekat
mesin atau alat yang yang mengeluarkan bising. Pada dasarnya untuk menutup mesin-
mesin yang bising adalah sebagai berikut:
a. Menutup mesin serapat mungkin.

b. Mengolah pintu-pintu dan semua lobang secara akustik.


c. Bila perlu mengisolasi mesin dari lantai untuk mengurangi penjalaran getaran.

2. Menghilangkan kebisingan dari sumber suara.


Menghilangkan kebisingan dari sumber suara dapat dilakukan dengan menempatkan

perendam dalam sumber getaran.


3. Mengadakan perlindungan terhadap karyawan.
Usaha melindungi karyawan dari kebisingan dilingkungan kerja dengan memakai alat
pelindung telinga atau personal protective device yaitu berupa ear plugs dan ear muffs.
1

2.2.2.3 Getaran.
Pemaparan terhadap getaran pada umumnya berasosiasi dengan pemaparan
terhadap kebisingan, karena getaran dan kebisingan lebih sering berasal dari sumber yang

sama. Getaran dapat diartikan sebagai gerakan suatu sistem bolak balik, gerakan tersebut
dapat berupa gerakan yang harmonis sederhana dapat pula sangat kompleks yang sifatnya
dapat periodik atau random, steady atau transient, kontinyu atau intermittent. Sistem
tersebut dapat berupa gas (udara), cairan (liquid), dan padat (solid). Partikel-partikel dari

suatu sistem (gas, cair dan padat) mempunyai karakteristik sebagai berikut yaitu
mempuanyai amplitudo, kecepatan dan percepatan (akselerasi). Getaran dapat

menimbulkan gangguan pada jaringan secara mekanik dan gangguan rangsangan reseptor
syaraf didalam jaringan. Pada efek mekanis, sel-sel jaringan mungkin rusak atau
metabolismenya terganggu. Sedangkan pada rangsangan reseptor, gangguan terjadi

mungkin melalui syarap sentral atau langsung pada sistem autonom. Kedua mekanisme ini
terjadi secara bersama-sama.

2.2.2.3.1 Pengaruh Getaran terhadap Manusia.


Dampak getaran terhadap tubuh manusia sangat tergantung pada sifat pemaparan,
yaitu bagian tubuh yang kontak dengan sumber getaran. Bentuk pemaparan dapat dibagi

dalam dua katagori yaitu:


1. Pemaparan seluruh tubuh.
2. Pemaparan yang bersifat segmental yaitu hanya bagian tubuh tertentu (misalnya:

lengan dan bahu) yang mengalami kontak dengan sumber getaran. Dua gejala terutama
ditemukan sehubungan dengan akibat-akibat getaran mekanis pada lengan adalah

kelainan pada peredaran darah dan persyarafan serta kerusakan pada persendian dan
tulang.
Contoh yang terjadi di Laboratorium teknik Kesehatan Gigi:
 Getaran Handpiece saat menggerinda.

 Getaran vibrator saat pengadukan atau pengecoran bahan tanam atau gypsum.
14

2.2.2.3.2 Mengontrol Getaran:


Beberapa cara untuk mengontrol atau mengurangi getaran adala sebagai berikut:
1. Isolasi sumber getaran.

Mempergunakan bahan isolator yang mempunyai kemampuan yang baik untuk


meredam getaran yang ditransmisikan sumber (mesin) terhadap isolator. Isolator yang
baik untuk meredam getaran tersebut dari material yang mempunyai frekwensi
resonansi lebih kecil dari frekwensi sumber, biasanya dipergunakan bahan yang tidak

kaku, frekwensi isolator akan saling meredam dengan frekwensi sumber.


2. Damping (meredam getaran).
Damping adalah suatu mekanisme untuk meredam getaran dengan cara menempelkan
suatu sistem resonan pada sumbu getaran. Dengan sistem resonan ini getaran dapat
dikurangi atau dihilangkan sama sekali. Beberapa cara damping dapat dilakukan sebagai

berikut:
a. Dengan cara interface damping.
b. Dengan cara penerapan suatu lapisan material: dapat dilakukan dengan
mempergunakan bahan yang lunak misalnya asphalt. Asphalt mempunyai

frekwensi resonansi yang sangat rendah, sehingga dapat meredam getaran yang
ditimbulkan oleh mesin.

c. Dengan cara memakai bahan "sandwich" sebagai pengganti bahan utama pada
sumber gataran. Sandwich material adalah suatu lapisan material yang disisipkan
diantara dua lapisan plat yang dipakai sebagai sistem resonan. Perbedaan
frekwensi resonansi dari dua macam material tersebut dapat meredam getaran
yang dikeluarkan oleh mesin.

3. Mengurangi/menghilangkan gangguan mekanik yang menyebabkan getaran.


Gangguan mekanik yang ditimbulkan getaran dapat dikontrol dengan mengurangi
pengaruh gesekan pada roda-roda dudukan mesin atau keseimbangan/pemantapan
dudukan mesin dan lain-lain. Seringkali getaran mesin dapat dikurangi dengan cara

mengatur keseimbangan putaran mesin dan lain-lain.

2.2.2.4 Suhu Udara.


Suhu tubuh manusia yang dapat kita raba/rasakan tidak hanya didapat dari
metabolisme, tetapi juga dipengaruhi oleh panas lingkungan. Makin tinggi panas lingkungan,
1

semakin besar pula pengaruhnya terhadap suhu tubuh. Sebaliknya semakin rendah suhu
lingkungan, makin banyak pula pans tubuh akan hilang. Dengan kata lain, terjadi pertukaran
panas antara tubuh manusia yang didapat dari metabolisme dengan tekanan panas yang
dirasakan sebagai kondisi panas lingkungan. Selama pertukaran ini serasi dan seimbang,
tidak akan menimbulkan gangguan, baik penampilan kerja maupun kesehatan kerja.
Tekanan panas yang berlebihan akan merupakan beban tambahan yang harus diperhatikan
dan diperhitungkan. Beban tambahan berupa panas lingkungan dapat menyebabkan beban

fisiologis misalnya kerja jantung menjadi bertambah. Nilai ambang batas untuk cuaca (iklim)
kerja adalah 21º-30ºC suhu basah. Suhu efektif bagi pekerja di daerah tropis adalah 22º -
27ºC. Yang dimaksud dengan tempertur efektif adalah suatu beban panas yang dapat
diterima oleh rtubuh dalam ruangan. Temperatur efektif akan memberikan efek yang
nyaman bagi orang yang berada diluar ruagan. Cuaca kerja yang diusahakan dapat

mendorong produktifitas antara lain dengan air conditioning di tempat kerja. Kesalahan-
kesalahan sering dibuat dengan membuat suhu terlalu rendah yang berakibat keluhan-

keluhan dan kadang diikuti meningkatnya penyakit pernafasan. Sebaiknya diperhatikan hal-
hal sebagaqi berikut:

a. Suhu distel pada 25º-26ºC.


b. Penggunaan AC di tempat kerja perlu disertai pemikiran tentang keadaan pengaturan

suhu di rumah.
c. Bila perbedaan suhu di dalam dan luar lebih 5ºC, perlu adanya suatu kamar adaptasi.

Contoh: suhu panas dari kompor, preheating furnace, porcelain furnace, pengecoran
logam, dan lain-lain.

2.2.2.5 Kelembaban Udara.


Kelembaban adalah: banyaknya air yang terkandung dalam udara, biasa dinyatakan
dalam persentase. Kelembaban ini berhubungan atau dipengaruhi oleh temperatur udara,

dan secara bersama-sama antara temperatur, kelembaban, kecepatan udara bergerak dan
radiasi panas dari udara tersebut akan mempengaruhi keadaan tubuh manusia pada saat
menerima atau melepaskan panas dari tubunya. Suatu keadaan dengan temperatur udara

sangat panas dan kelembaban tinggi, akan menimbulkan pengurangan panas dari tubuh
secara besar-besaran karena sistem peguapan. Pengaruh lain adalah makin cepatnya denyut
1

jantung karena makin aktifnya peredaran darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen, dan
tubuh manusia selalu berusaha untuk mencapai keseimbangan antara panas tubuh dengan
suhu disekitarnya.

2.2.2.6 Pencahayaan.
Pada umumnya pekerjaan memerlukan upaya penglihatan. Untuk melihat manusia
membutuhkan pencahayaan. Oleh sebab itu salah satu masalah lingkungan di tempat kerja

yang harus diperhatikan adalah pencahayaan. Pencahayaan yang kurang memadai


merupakan beban tambahan bagi pekerja, sehingga dapat menimbulkan gangguan

performance (penampilan) kerja yang akhirnya dapat memberikan pengaruh terhadap


kesehatan dan keselamatan kerja. Hal ini sangat erat kaitannya dan mutlak harus ada karena
berhubungan dengan fungsi indera penglihatan, yang dapat mempengaruhi produktifitas

bagi tenaga kerja. Berdasarkan baku mutu lingkungan kerja, standar pencahayaan untuk
ruangan yang dipakai untuk melakukan pekerjaan yang memerlukan ketelitian adalah 500 -

1000 Lux.

2.2.2.7 Radiasi.
Sumber radiasi dapat berasal dari alam dan buatan. Dampak radiasi terhadap
kesehatan tergantung pada: lamanya terpapar, jumlah yang diserap, tipe dan lebih spesifik
lagi adalah panjang gelombang. Pancaran yang paling berbahaya adalah gelombang pendek,
termasuk ionisasi dan radiasi sinar ultraviolet. Akibat radiasi ultraviolet pada umumnya
mengenai mata dan kulit, bila mengenai mata dapat menyebabkan conjuctivitis.
Contoh radiasi yang terjadi di Laboratorium Teknik Kesehatan Gigi: Sinar mesin Light Cure,
Pengecoran logam, dan lain-lain.

2.2.3 Biological agent.


Faktor biologi dapat berupa bakteri, jamur dan mikroorganisme lain yang dibutuhkan

atau dihasilkan dari bahan baku, proses produksi dan proses penyimpanan hasil produksi.
Contoh paparan biologi di Laboratorium Teknik Kesehatan Gigi adalah:

1. Sumber infeksi: terpapar mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, dan lain-lain.).


misalnya:
1

a. Model cetakan yang belum didesinfeksi (bila menerima model cetakan dari dokter
gigi harus harus direndam dalam larutan desinfektan terlebih dulu sebelum
dikerjakan).
b. Repair denture: sebelum denture direpir harus direndam dalam larutan
desinfektan, karena base akrilik muadah ditumbuhi jamur terutama candida

albicans.
c. Penyimpanan model harus ditempat yang kering atau tempat yang tahan
kelembaban untuk menghindari tumbuhnya jamur.
d. Model stone/gypsum setelah dilepas dari cetakan lebih baik direndam dulu dalam
cairan desinfektan.
2. Bahan iritan: paparan bahan yang bisa menimbulkan iritasi pada kulit., misalnya:
polimer akrilik, larutan electropolishing, dan lain-lain.

2.2.4 Psycological agent.


Psycological agent meliputi: tanggung jawab pekerjaan terhadap orang lain, beban
kerja, ketrampilan, dan lain-lain.
Contoh: perasaan was-was saat menunggu hasil setelah proses praktikum, dan lain-lain.

2.2.5 Ergonomical agent.


Ergonomi adalah penerapan ilmu-ilmu biologis tentang manusia bersama-sama
dengan ilmu-ilmu teknik dan teknologi untuk mencapai penyesuaian satu sama lain secara
optimal dari menusia terhadap pekerjaannya, yang manfaat dari padanya diukur dengan
efisiensi dan kesejahteraan kerja. Ergonomi merupakan pertemuan dari berbagai lapangan
ilmu seperti antropologi, biometrika, faal kerja, higeine perusahaan dan kesehatan kerja,
perencanaan kerja, riset terpakai, dan cybernetika. Namun kekhususan utamanya adalah
perencanaan dari cara bekerja yang lebih baik meliputi tata kerja dan peralatannya.
Ergonomi dapat mengurangi beban kerja. Dengan evaluasi fisiologis, psikologis atau cara-

cara tak langsung, beban kerja dapat diukur dan dinjurkan modifikasi yang sesuai antara
kapasitas kerja dengan beban kerja dan beban tambahan. Tujuan utamanya adalah untuk

menjamin kesehatan kerja dan meningkatkan produktivitas.


1. Disain tempat kerja: gambaran dasar untuk kenyamanan, produktifitas dan keamanan.
a. Rancangan dan arus lalulintas.
18

b. Pencahayaan.
c. Temperatur, kelembaban dan ventilasi
d. Mobilisasi (aktifitas kerja).
e. Fasilitas sanitasi dan drainase (tempat pembuangan limbah cair dan padat).
2. Proses dan disain perlengkapan: untuk fungsi dan keamanan.

c. Disain tempat dan alat kerja akan mempengaruhi kenyamanan, keamanan dan
produktifitas dalam bekerja. Misalnya:

Posisi duduk pada saat membuat klamer, menekuk kawat, menggerinda,
melakukan sand blasting, melakukan pemolesan, dan lain-lain.

A B
Gambar 1. A. Posisi pada saat melakukan sand blasting, B. Posisi pada saat melakukan pemolesan denture


Posisi saat melakukan pengepresan, saat mengangkat handpress dan kuvet,
saat mengangkat panci, dan lain-lain.

Gambar 2. Posisi pada saat melakukan pengepresan

3. Fungsi dan tugas: fungsi dan tugas orang dengan pekerjaan yang pantas. Misalnya:
Karyawan dibagian pengecoran logam, pengepressan harus punya spesifikasi tertentu
misalnya berat dan tinggi badan ideal, dan lain-lain.
1193

2.3 Alat Pelindung Diri (APD).


Menurut hirarki upaya pengendalian diri (controling), alat pelindung
dirisesungguhnya merupakan hirarki terakhir dalam melindungi keselamatan dan
kesehatan tenaga kerja dari potensi bahaya yang kemungkinan terjadi pada saat
melakukan pekerjaan, setelah pengendalian teknik dan administratif tidak mungkin
lagi diterapkan. Ada beberapa jenis alat pelindung diri yang mutlak digunakan oleh
tenaga kerja pada waktu melakukan pekerjaan dan saat menghadapi potensi bahaya
karena pekerjaanya, antara lain seperti topi keselamatan, safety shoes, sarung tangan,
pelindung pernafasan, pakaian pelindung, dan sabuk keselamatan. Jenis alat
pelindung diri yang digunakan harus sesuai dengan potensi bahaya yang dihadapi
serta sesuai denga bagian tubuh yang perlu dilindungi.

Sebagaimana tercantum dalam undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang


keselamatan kerja, pasal 12 mengatur mengenai hak dan kewajiban tenaga kerja
untuk mamakai alat pelindung diri. Pada pasal 14 menyebutkan bahwa pengusaha
wajib menyediakan secara cuma-cuma sesuai alat pelindung diri yang diwajibkan
pada tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap
orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk yag
diperlukan.

Potensi bahaya yang kemugkinan terjadi di tempat kerja, dan yang bisa dikendalikan
dengan alat pelindung diri adalah:

a. Terjatuh, terpeleset, kejatuhan benda, terantuk.


b. Terpapar sinar dan gelombang elektromaknetik.
c. Kontak dengan bahan kimia baik padat maupun cair.
d. Terpapar kebisingan dan getaran.
e. Terhirup gas, uap, debu, mist, fume, partikel cair.
f. Kemasukan benda asing, kaki tertusuk, terinjak benda tajam.
Bagian badan yang perlu dilindungi adalah kepala, alat pernafasan, alat

pendengaran, alat penglihatan, kulit, kaki maupun tubuh pada umumnya.

2.3.1 Alat Pelindung Mata (kaca mata pengaman) dan Muka.


1. Fungsi.

Fungsi kaca mata pengaman adalah untuk melindungi mata dari:


a. Percikan bahan bahan korosif.
b. Kemasukan debu atau partikel-partikel yang melayang di udara.
20

c. Lemparan benda-benda kecil.


d. Panas dan pancaran cahaya
e. Pancaran gas atau uap kimia yang dapat menyebabkan iritasi mata.
f. Radiasi gelombang elekromaknetik yang mengion maupun yang tidak mengion
g. Benturan atau pukulan benda keras atau benda tajam.
2. Jenis.
Menurut jenis atau bentuknya alat pelindung mata dibedakan menjadi:

a. Kaca mata (Spectacles/Goggles).

Gambar 3. Kacamata pelindung (Protective Goggles) digunakan pada saat menggerinda logam/akrilik

Gambar 4. Kacamata pelindung (Protective Goggles) digunakan pada saat melakukan pengecoran logam

b. Tameng muka (Face Shield).

Gambar 5. Pelindung muka (face shields) yang digunakan pada saat polishing akrilik

3. Spesifikasi.
1. Alat pelindung mata mempunyai ketentuan sebagai berikut:
a. Tahan terhadap api.
b. Tahan terhadap lemparan atau percikan benda kecil.
2

c. Lensa tidak boleh mempunyai efek destorsi.


d. Mampu menahan radiasi gelombang elektromagnetik pada panjang gelombang
tertentu.

2. Alat pelindung muka mempunyai ketentuan sebagai berikut:


a. Tahan api
b. Terbuat dari bahan :

Gelas atau gelas yang dicampur dengan laminasi alumunium, yang bila pecah

tidak menimbulkan bagian-bagian yang tajam.



Plastik, dengan bahan dasar selulosa asetat, akrilik, policarbonat atau alil
diglikol karbonat.
4. Cara Pemakaian.
a. Kaca mata pengaman.

Pilihan kaca mata yang sesuai, small, medium, atau large.

Buka tangkai kaca mata lekatkan bagian tengah kacamata pada punggung
hidung.

Tempelkan lensa kaca mata.

Kaitkan tangkai kaca mata pada daun telinga.

Usahakan agar mata dan sekitar betul-betul tertutup oleh kacamata.

Gambar 6. Pemakaian kacamata pelindung (Protective Goggles) digunakan pada saat menggerinda
logam/akrilik

Gambar 7. Pemakaian kacamata pelindung saat menggerinda logam


2

Gambar 8. Pemakaian kacamata pelindung (Protective Goggles) digunakan pada saat melakukan
pengecoran logam

b. Penutup muka (Face Shield)


Penutup muka yang benar adalah yang dapat dikenakan tanpa dipegang dengan

tangan pekerja. Biasanya penutup muka ini dirancang menjadi satu dengan topi
pengaman atau penutup rambut.

Pilih ukuran penutup muka, sesuai dengan besarnya lingkar kepala (kecil/ small,
sedang/medium,atau besar/large).

Periksa bagian luar dan dalam penutup muka, apakah sesuai dengan
spesifikasinya, apakah tudung dalam keadaaan baik, tidak rusak dan bersih.

Kendorkan klep pengatur untuk mempererat kedudukan topi pengaman tudung
atau penutup rambut.
2


Pakai topi pengaman (tudung atau penutup rambut), eratkan di kepala sehingga
terasa pas dengan cara mengatur klep pengatur.

Atur posisi penutup muka sehingga menutupi seluruh permukaan wajah.

Kencangkan kembali klep pengatur.

Gambar 10. Pemakaian pelindung muka (face shields) yang digunakan pada saat polishing akrilik

2.3.2 Pelindung pendengaran.


1. Fungsi.
Untuk melindungi alat pendengaran (telinga) akibat kebisingan, dan melindungi telinga

dari percikan api atau logam-logam yang panas.


2. Jenis.
Secara umum pelindungi telinga 2 (dua) jenis, yaitu:
a. Sumbat telinga atau ear plug, yaitu alat pelindung telinga yang cara penggunaannya
dimasukkan pada liang telinga
b. Tutup telinga atau ear muff, yaitu alat pelindung telinga yang penggunaanya
ditutupkan pada seluruh daun telinga.
3. Spesifikasi.
a. Sumbat Telinga atau ear plug.

Sumbatan telinga yang baik adalah yang bisa menahan atau mengabsorbsi
bunyi atau suara dengan frekuensi tertentu saja, sedangkan bunyi atau suara
dengan frekwensi untuk pembicaraan (komunikasi) tetap tidak terganggu.

Biasanya terbuat dari karet, platik ,lilin atau kapas.

Harus bisa mereduksi suara frekwensi tinggi (4000 dba) yang masuk lubang
telinga, minimal sebesar x-85 dba, dimana x adalah intensitas suara atau

kebisingan di tempat kerja yang diterima oleh tanaga kerja.


2

b. Penutup Telinga atau Ear Muff.



Terdiri dari sepasang (2 buah, kiri dan kanan) cawan atau cup, dan sebuah
sabuk kepala (head band)

Cawan atau cup berisi cairan atau busa (foam) yang berfungsi untuk menyerap
suara yang frekwensinya tinggi

Pada umumnya tutup telinga bisa meriduksi suara frekwensi 2800-4000 hz
sebesar 35-45 dba

Tutup teling harus mereduksi suara yang masuk ke lubang telinga minimal
sebesar x- 85 dba, dimana x adalah intensitas suara atau kebisingan di tempat

kerja yang diterima oleh tenaga kerja.


4. Cara Pemakaian.
a. Sumbat Telinga atau Ear Plug.

Pilih ear plug yang terbuat dari bahan yang bisa menyesuaikan dengan bentuk
telinga. Biasanya terbuat dari karet atau plastik lunak.

Pilih bentuk dan ukuran yang sesuai dengan bentuk dan ukuran dari seluruh
telinga si pemakai

Cek sumbat telinga, apakah secara fisik dalam keadaan baik (tidak rusak) dan
bersih.

Tarik daun telinga ke belakang, kemudian masukkan sumbat telinga ke dalam
lubang telinga hingga benar-benar menutup semua lubang telinga.

Gerak-gerakkan kepala ke atas, ke bawah, ke samping, ke kiri dan ke samping
kanan, buka dan tutup mulut, untuk memastikan bahwa sumbat telinga terpakai
secara sempurna.

b. Penutup Telinga atau Ear Muff.



Pilih penutup telinga yang ukurannya sesuai dengan diameter/lebar daun telinga

Pastikan ahwa posisi cawan atau mangkuk penutup benar benar melingkupi
daun telinga, baik kiri maupun kanan. Bola belum pas (masih ada bagian yang

terbuka), sesuaikan dengan pengatur panjang dan pendeknya pengikat kepala


(head band)

Gerak-gerakkan kepala, ke atas, ke bawah, ke samping kiri dan ke samping
kanan, buka dan tutup mulut untuk memastikan bahwa sumbat telinga terpakai
secara sempurna.
1

5. Pemeliharaan.
a. Sumbat telinga yang telah di selesai digunakan dibersihkan dengan kain lap yang
bersih, basah dan hangat.

b. Kemudian keringkan dengan kain lap yang bersih dan kering.


c. Setelah bersih dan kering simpan alam kotaknya.

d. Simpan kotak tersebut di atas di almari atau tempat penyimpanan yang lain.
e. Penutup telinga yang telah selesai digunakan dibersihkan dengan cara diseka dengan

kain lap yang bersih.


f. Setelah bersih simpan kembali di dalam kotaknya.

g. Simpan kotak di almari atau tempat penyimpanan yang lain.

Gambar 11. Alat pelindung telinga, digunakan pada saat berada diruang bising

2.3.3 Pelindung Pernafasan (Respirator).


1. Fungsi.

Alat pelindung pernafasan berfungsi memeberikan perlindungan organ pernafasan


akibat pencemaran udara oleh faktor kimia seperti debu, uap, gas, fume, asap, mist,
kabut, kekurangan oksigen, dan sebagainya.
2. Jenis.
Berdasarkan fungsinya, dibedakan menjadi :
a. Respirator yang berfungsi memurnikan udara (air purifying respirator).

Gambar 12. Respirator-Disposible paper mask untuk melindungi dari pajanan debu yang tidak
toksik/kadar toksisitasnya rendah, digunakan pada saat prosesing akrilik, mixing bahan
tanam, menggerinda logam/akrilik
2

b. Respirator yang berfungsi memasok oksigen atau udara (air supplying respirator).
3. Spesifikasi.
a. Respirator Yang Memurnikan Udara.

Respirator jenis ini dipakai bila pekerja terpajan bahan pencemar di udara (debu, gas,
uap, fume, mist, asap, fog) yang kadar toksisitasnya rendah. Prinsip kerja respirator ini
adalah membersihkan udara terkontaminasi dengan cara filtrasi, adsorbsi, atau
absorbsi.

Menurut cara kerjanya dibedakan menjadi :


1. Respirator yang mengandung bahan kimia (cemical respirators).

2. Respirator dengan katrid (cartridge) bahan kimia.


a. Prinsip cara kerjanya adalah mengadsorpsi bahan pencemar di udara pernafasan.
b. Bahan kimia yang digunakan untuk mengadsorbsi biasanya karbon aktif atau silika
gel.

c. Biasanya penutup sebagian muka dengan satu atau dua katrid yang mengandung
bahan kimia tertentu.

d. Tidak bisa digunakan untuk keadaaan darurat.


e. Hanya mampu memurnikan satu macam atau satu golongan bahan kimia (gas,
uap) saja.

3. Respirator dengan kanister yang berisi bahan kimia.


a. Prinsip cara kerjanya adalah mengadsorbsi bahan pencemar di udara pernafasan
b. Bahan kimia yang digunakan untuk mengadsorbsi adalah yang sesuai dengan
bahan-bahan kima tertentu saja. Misal kanister untuk uap asam klorida (hcl dan

asam sulfat (h2so4) harus menggunakan kanister yang berisi soda


c. Bahan kimia kanister mempuyai batas waktu kedaluwarsa. Batas waktu
kedaluwarsa ini tergantung pada isi kanister, konsentrasi bahan pencemar, dan
akifitas pemakainya.

d. Bisa menutup sebagian muka atau seluruh muka


e. Tidak bisa digunakan dalam keadaaan udara di lingkungan kerja menggandung
bahan kimia gas atau uap toksik dengan kadar yang cukup tinggi.

f. Satu tipe kanister hanya bisa digunakan untuk memurniakan udara


terkontaminasi satu macam atau satu golongan bahan kimia (gas, uap) saja.
2

4. Respirator mekanik (Mechanical Respirator).


a. Digunakan untuk melindungi si pemakai akibat pemajanan partikel-partikel di
lingkungan kerja seperti debu, asap, fume, mist dan fog.

b. Prinsip kerja respirator ini adalah memurnikan udara terkontaminasi melalui


proses filtrasi memakai bermacam tipe filter.

c. Efisiensi filter tergantung kepada ukuran partikel dan diameter pori-pori filter.
5. Respirator kombinasi filter dan bahan kimia.

a. Respirator jenis ini dilengkapi dengan filter untuk menyaring udara terkontaminasi
partikel (debu) dan aktrid (catridge) atau kanister yan mengandung bahan kimia.

b. Respirator jenis ini biasanya digunakan oleh pekerja pada waktu melakukan
pengecatan dengan cara semprot (spray painting).
b. Respirator dengan pemasok udara atau oksigen.
a. Alat pelindung pernafasan ini tidak dilengkapi dengan filter, ataupun katrid dan
kanister yang mengandung bahan kimia.

b. Pasokan udara bersih atau oksigen, melindungi pekerja dari pemajanan bahan
bahan kimia yang sangat toksit. Konsentarinya tinggi, mampu melindungi pekerja
dari kekurangan oksigen.
c. Pasokan udara ataupun oksigen dapat melalui silinder, tangki, atau kompresor
yang dilengkapi dengan regulator (pengukur tekanan)
d. Respirator dengan pasokan udara atau oksigen dibedakan menjadi :

Airline respirator.

Air hose mask respirator.

Self-contained brathing apparatus.
4. Cara Pemakaian.
1. Pilih ukuran respirator yang sesuai dengan ukuran antropometri tubuh pemakai.

Ukuran antropometri tubuh yang berkaitan adalah :


a. Panjang muka.

b. Panjang dagu.
c. Lebar muka.

d. Lebar mulut.
e. Panjang tulang hidung.
f. Tonjolan hidung.
2

2. Periksa lebih dahulu dengan teliti, apakah respirator dalam keadaan baik, tidak
rusak, dan komponen-komponennya juga dalam keadaan masih baik.
3. Jika terdapat komponen yang sudah tidak berfungsi maka perlu diganti lebih dahulu
dengan yang baru dan baik.
4. Pilih jenis filter atau catrid atau kanister dengan seksama, agar tidak terjadi
kebocoran.
5. Singkirkan rambut yang menutupi bagian muka.
6. Potong cambang dan jenggot sependek mungkin.
7. Pasang atau kenakan gigi palsu, bila pekerja menggunakan gigi palsu. Pakailah
respirator dengan cara sesuai dengan petunjuk operasional (instruction manual)
yang harus ada pada setiap respirator.
8. Gerak gerakkan kepala, untuk memastikan bahwa tidak akan terjadi kebocoran
apabila pekerja bekerja sambil bergerak-gerak.

Gambar 13. Pemakaian respirator-pelindung pajanan debu yang tidak toksik/toksisitasnya rendah

A B
Gambar 14. A. Pemakaian masker pada saat prosesing akrilik, B. Pemakaian masker pada saat mixing bahan
tanam

5. Pemeliharaan.
Agar respirator dapat berfungsi denngan baik dan benar serta dapat digunakan dalam
waktu yang relatif lama, maka respirator perlu pemeliharaan atau perawatan secara
teratur, sebagai berikut:
2

a. Setiap kali setelah dipakai, respirator harus di bersihkan (dicuci) kemudian


dikeringkan.
c. Apabila suatu respirator terpaksa digunakan oleh orang lain, maka harus
dicucihamakan terlebih dahulu.
d. Beri tanda setiap respirator dengan nama pemakainya.
e. Setelah respirator bersih dan kering, simpan dalam loker yang bersih, kering dan
tertutup.

f. Tangki-tangki atau silinder-silender udara atau oksigen harus dicek secara berkala,
untuk mengetahui bahwa persediaan udara atau oksigen masih mencukupi.

g. Klep-klep, regulator dan komponen-komponen lainnya perlu juga dicek secara


berkala. Jika tidak berfungsi harus segera diganti dengan yang baru.

2.3.4 Pelindung Tangan.


1. Fungsi.

Untuk melindungi tangan dan jari-jari tangan dari pajanan api, panas, dingin, radiasi
elektomagnetik, radiasi mengion, listrik, bahan kimia, benturan dan pukulan, tergores,
terinfeksi. Alat pelindung tangan biasa disebut dengan sarung tangan.
2. Jenis.
Menurut bentuknya, alat pelindung tangan dibedakan menjadi :
a. Sarung tangan biasa atau gloves.
b. Mitten, yaitu sarung tangan dengan ibu jari terpisah, sedangkan empat jari lainya

menjadi satu.
c. Hand pad, yaitu alat pelindung tangan yang hanya melindungi telapak tangan.

d. Sleeve, yaitu alat pelindung dari pergelangan tangan sampai lengan. Biasanya
digabung dengan arung tangan.
3. Spesifikasi.
Alat pelindung tangan harus sesuai antara potensi bahaya dengan bahansarung tangan
yang dikenakan pekerja.
3

Potensi bahaya dan bahan sarung tangan yang sesuai, disajikan pada tabel berikut:

Potensi Bahaya Jenis Bahan Sarung Tangan

Listrik Karet
Radiasi mengion Karet atau kulit yang dilapisi dengan timbal (Pb)
Benda-benda tajam atau kasar Kulit atau PVC, kulit yang dilapisi dengan logam
kromium
Asam dan alkali yang korosif Karet
Pelarut organik (solvent) Karet sintetis
Benda-benda panas Kulit atau asbes

A B
Gambar 15. A. Disposible rubber gloves digunakan pada saat bekerja dengan bahan iritan, B. Leather gloves
digunakan pada saat bekerja dengan paparan panas

4. Cara Pemakaian.
a. Pilih jenis alat pelindung tangan yang sesuai dengan potensi bahaya

b. Pilih ukuran sesuai dengan ukuran tangan pemakai.


c. Masukkan tangan yang bagian pergelangan tangannya bermanset atau berkerut,
ujung ujung lengen baju pekerja masuk ke dalam manset atau kerutan sarung

tangan, kemudian manset dikancingkan atau kerutan dirapikan.


d. Sarung tangan tanpa manset atau tanpa kerutan, ujung lengan baju panjang

pekerja harus bermanset, dan bagian lengan sarung tangan berda di dalam manset
atau di dalam kerutan. Tidak disarankan memasukkan ujung lengan baju panjang

kedalam sarung tangan.

A B
Gambar 16. A. Pemakaian disposible rubber gloves digunakan pada saat bekerja dengan bahan iritan,
B. Pemakaian Leather gloves digunakan pada saat bekerja dengan alat panas
3

Gambar 17. Penggunaan sarung tangan karet pada saat penanaman model pada artikulator

5. Pemeliharaan.
a. Alat pelindung tangan yang telah selesai dipakai, harus dibersihkan, dicuci dengan

air, bagian luar maupun dalam kemudian dikeringkan.


b. Simpan di dalam kantong yang bersih dan letakkan di dalam loker atau rak lemari.

2.3.5 Pakaian Pelindung.


1. Fungsi.

Pakaian pelindung berfungsi untuk melindungi sebagain atau seluruh tubuh dari
kotoran, debu, bahaya percikan bahan kimia, radiasi, panas, bunga api maupun api.

2. Jenis.
a. Apron, yang menutupi hanya sebagian tubuh pemakainya, mulai dari dada sampai
lutut.

Gambar 19. Baju lab yang digunakan sebagai pakaian pelindung saat bekerja atau praktikum di LabTekGi
32

b. Overalls, yang menutupi seluruh bagian tubuh.


3. Spesifikasi.
Macam-macam pakaian pelindung adalah:

a. Pakaian pelindung dari kulit, untuk tenaga kerja yang mengerjakan pengelasan.
b. Pakaian pelindung untuk pemadam kebakaran.

c. Pakaian pelindung untuk pekerja yang terpajan radiasi tidak mengion.


d. Pakaian pelindung untuk pekerja yang terpajan radiasi mengion.

e. Pakaian pelindung terbuat dari plastik, untuk tenaga kerja yang bekerja kontak
dengan bahan kimia.

4. Cara pemakaian.
a. Pilih jenis pakaian pelindung yang sesuai dengan potensi bahaya yang dihadapi.
b. Pilih ukurannya yang sesuai dengan ukuran tubuh pemakainya.

c. Cek keadaan fisiknya, apakah dalam keadaan rusak , dan lengkap komponen-
komponennya.

d. Kenakan pakaian pelindung dan kacingkan dengan seksama.


e. Gerak-gerakkan anggota badan (kaki, tangan), untuk memastikan apakah pakaian

pelindung telah terpakai dengan nyaman.

Gambar 20. Pemakaian baju lab pada saat praktikum


5. Cara pemeliharaan.
a. Pakaian pelindung yang disposable (sekali pakai dibuang), setelah habis pakai
dimasukkan ke dalam kantong kertas yang semula untuk membungkus pakaian

pelindung baru, kemudian dibuang di tempat yang telah disediakan.


b. Pakaian pelindung yang tidak disposable, sehabis dikenakan dicuci, setelah
dikeringkan diseterika, dilipat dan disimpan ditempat yang bersih.
3

2.4 Persyaratan Kesehatan Kerja Di Perkantoran.


1. Air Bersih.
a. Persyaratan.

Memenuhi persyaratan fisika, kimia, mikrobiologi dan radioaktif sesuai dengan


kepmenkes no. 907/SK/VII/2002 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air
minum.
b. Pengertian.

Air bersih adalah air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan
kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku dan dapat diminum apabila dimasak.


c. Tata cara pelaksanaan.

Air bersih dapat diperoleh dari PAM, sumber air tanah atau sumber lain yang
telah diolah sehingga memenuhi persyaratan.

Distribusi harus menggunakan perpipaan.

Sumber air bersih dan saran distribusinya harus bebas dari pencemaran fisik,
kimia, dan bakteriologis.

Sampel air bersih untuk pemeriksaan lab diambil dari sumber atau bak
penampungan dan dari kran terjauh, diperiksa minimal 2 (dua) kali dalam 1
(satu) tahun.

2. Udara Ruangan.
Penyehatan udara ruangan adalah upaya yang dilakukan agar suhu dan kelembaban,

debu, pertukaran udara, bahan pencemar dan mikroba di ruang kerja memenuhi
persyaratan kesehatan.

a. Suhu dan Kelembaban.


Agar ruang kerja perkantoran memenuhi persyaratan kesehatan perlu dilakukan

upaya-upaya sebagai berikut:



Tinggi langit-langit dari lantai minimal 2,5 m.

Bila suhu > 280C perlu menggunakan alat penata udara seperti Air Conditioner
(AC), kipas angin, dan lain-lain.

Bila suhu udara luar < 180C perlu menggunkan pemanas ruangan.
3

Bila kelembaban ruang kerja :
- > 60% perlu menggunakan alat dehumidifier.
-
< 40% perlu menggunakan alat humidifier (misalnya: mesin pembentuk
aerosol).
b. Debu.
Agar kandungan debu di dalam ruang kerja perkantoran memenuhi persyaratan

kesehatan maka perlu dilakukan upaya sebagai berikut:



Kegiatan membersihkan ruang kerja perkantoran dilakukan pada pagi dan sore
hari dengan menggunakan kain pel basah atau pompa hampa (vacuum pump).

Pembersihan dinding dilakukan secara periodik 2 (dua) kali dalam 1 (satu)
tahun dan dicat 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun.

Sistem ventilasi yang memenuhi syarat.
c. Pertukaran Udara.

Agar pertukaran udara ruang perkantoran dapat berjalan dengan baik, perlu
dilakukan upaya sebagai berikut:

Untuk ruangan kerja yang ber AC harus memiliki lubang ventilasi minimal 15%
dari luas lantai.

Ruang ber AC secara periodik harus dimatikan dan diupayakan mendapat
pergantian udara secara alamiah dengan cara membuka seluruh pintu dan
jendela atau dengan kipas angin.

Membersihkan saringan atau filter udara AC secara periodek sesuai ketentuan
pabrik.

d. Gas Pencemar.
Agar kandungan gas pencemar dalam ruangan kerja perkantoran tidak melebihi

konsentrasi maksimal, maka perlu dilakukan tindakan sebagai berikut:



Pertukaran udara ruang diupayakan dapat berjalan dengan baik.

Ruang kerja tidak berhubungan langsung dengan dapur.

Dilarang merokok di dalam ruang kerja.

Tidak menggunakan bahan bangunan yang mengeluarkan bau yang
menyengat.
35

e. Mikroba.
Agar angka kuman di dalam ruang tdak melebihi batas persyaratan, perlu dilakukan
beberapa tindakan sebagai berikut:

Keryawan yang menderita penyakit yang ditularkan melalui udara untuk
sementara waktu tidak boleh bekerja.

Lantai dibersihkan dengan antiseptik.

Memelihara sistem ventilasi agar berfungsi dengan baik.

Memelihara sistem AC sentral.

3. Limbah.
a. Limbah padat/sampah.

Adalah sebuah buangan yang berbentuk padat termasuk buangna yang berasal dari
kegiatan perkantoran.

Setiap perkantoran harus dilengkapi dengan tempat sampah yang kuat, cukup
ringan, tahan karat, kedap air dan mempunyai permukaan yang halus pada
bagian dalamnya serta dilengkapi dengan penutup.

Sampah kering dan sampah basah ditampung dalam tempat yang terpisah.

Tersedia tempat pengumpulan sampah sementara yang memenuhi syarat.

Membersihkan ruang dan lingkungan perkantoran minimal 2 (dua) kali sehari.

Mengumpulkan sampah kering dan basah pada tempat yang berlainan dengan
menggunakan kantong plastik warna hitam.

Mengamankan limbah padat sisa kegiatan perkantoran.
b. Limbah cair.
Adalah buangan yang berbentuk cair termasuk tinja.

Kualitas effluen harus memenuhi syarat sesuai ketentuan peraturan
perundangan yang berlaku.

Saluran limbah cair harus kedap air, tertutup, limbah cair dapat mengalir
dengan lancar dan tidak menimbulkan bau.

Semua limbah cair harus dilakukan pengolahan lebih dahulu sebelum dibuang
kelingkungan minimal dengan septik tank.
36

4. Pencahayaan.
a. Jumlah penyinaran pada bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan
kegiatan secara efektif.

b. Intensitas cahaya di ruang kerja minimal 100 lux.


c. Agar memenuhi persyaratan kesehatan, perlu dilakukan tindakan sebagai
berikut:

Pencahayaan alam atau buatan diupayakan tidak menimbulkan kesilauan
dan memiliki intensitas sesuai dengan peruntukannya.

Penempatan bola lampu dapat menghasilkan penyinaran yang optimum
dan bola lampu harus sering dibersihkan.

Bola lampu yang tidak berfungsi dengan baik segera diganti.

5. Vektor penyakit.
a. Pengertian:

Vektor penyakit adalah binatang yang dapat menjadi perantara penular
berbagai penyakit tetentu (misalnya: serangga).

Reservoar (pejamu) penyakit adalah binatang yang didalam tubuhnya terdapat
kuman penyakit yang dapat ditularkan kepada manusia (misalnya: tikus)
b. Tata cara pelaksanaan:
1. Pengendalian secara fisika.
 Konstruksi bangunan tidak memungkinkan masuk dan berkembangbiaknya

vektor reservoar penyakit kedalam ruang kerja dengan memasang alat


yang dapat mencegah masuknya serangga dan tikus.

 Menjaga kebersihan lingkungan, sehingga tidak terjadi penumpukan


sampah dan sisa makanan.
 Pengaturan peralatan dan arsip secara teratur.
 Meniadakan tempat perindukan serangga dan tikus.
2. Pengendalian dengan bahan kimia.

Yaitu dengan melakukan:


 Penyemprotan.

 Pengasapan.
31

 Memasang umpan.
 Abatesasi pada penampungan air bersih.

6. Ruang dan Bangunan.


a. Bangunan kuat, terpelihara, bersih, dan tidak memungkinkan terjadinya gangguan

kesehatan dan kecelakaan.


b. Lantai terbuat dari bahan ang kuat, kedap air, permukaan rata, tidak licin, dan

bersih.
c. Setiap orang mendapatkan ruang udara minimal 10 m3 / karyawan.
d. Dinding bersih dan berwarna terang, permukaan dinding yang selalu terkena
percikan air terbuat dari bahan yang kedap air.
e. Langit-langit kuat, bersih, berwarna terang, ketinggian minimal 2,50 m dari lantai.
f. Atap kuat dan tidak bocor.
g. Luas jendela, kisi-kisi atau dinding gelas kaca untuk masuknya cahaya minimal 1/6

kali luas lantai.

7. Toilet.
Toilet karyawan wanita dan pria terpisah. Setiap kantor harus memiliki toilet dengan
jumlah wastafel, jamban, dan peratusan sesuai dengan jumlah karyawan.
Toilet wanita
∑ Karyawan ∑ Kamar Mandi ∑ Jamban ∑ Wastafel
s/d 20 1 1 2
21-40 2 2 3
41-70 3 3 5
71-100 4 4 6
101-140 5 5 7
141-180 6 6 8

Toilet pria
∑ Karyawan ∑ Kamar ∑ Peturasan ∑ Jamban ∑ Wastafel
Mandi
s/d 25 1 2 1 2
26-50 2 3 2 3
51-100 3 5 3 5
38

8. Instalasi.
a. Pengertian.
Instalasi adalah penjaringan pipa/kabel untuk fasilitas listrik, air limbah, air bersih,

telepon dan lain-lain yang diperlukan untuk menunjang kegiata industri.


b. Persyaratan.

1. Instalasi listrik, pemadam kebakaran, air bersih, air kotor, air limbah, air hujan
harus dapat menjamin keamanan sesuai dengan ketentuan teknis berlaku.

2. Bangunan kantor yang lebih tinggi dari 10 m atau lebih tinggi dari bangunan
lain disekitarnya harus dilengkapi dengan penangkal petir.

c. Tata cara pelaksanaan.


1. Instalasi untuk masing-masing peruntukan sebaiknya menggunakan kode
warna dan label.
2. Diupayakan agar tidak terjadi hubungan silang dan aliran balik antara jaringan
distribusi air limbah dengan menggunakan air bersih sesuai dengan ketentuan

yang berlaku.
3. Jaringan instalasi agar ditata sedemikian rupa agar memenuhi syarat estetika.
4. Jaringan instalasi tidak menjadi tempat perindukan serangga dan tikus.

9. Food safety.
Diluar dari kepmenkes no. 1405/MenKes/SK/XI/2002, maka ada aspek lain yang patut
menjadi perhatian kita yaitu food safety, karena:
a. Keamanan pangan menjadi issue yang cukup penting di perkantoran, karena semua
pekerja setidaknya makan siang di kantor, dengan membeli dari food court yang

ada.
b. Kemudian adanya petugas cleaning services yang sekaligus bertugas menyediakan

makanan dan minuman bagi pekerja, sudah dikatagorikan sebagai foohandler.


c. Karena itu seiring dengan tugas tim office hygiene tadi, maka penerapan

kepmenkes no. 715/MENKES/SK/V/2003 tentang persyaratan hygiene sanitasi


jasaboga perlu mendapatkan perhatian, salah satunya adalah pelatihan bagi

foodhandler dan supervisor kantin.


33
BAB 3
PEDOMAN SISTEM MANAJEMEN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA.

Sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja adalah bagian dari sistem
manajemen secara keseluruhan meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung
jawab pelaksanaan prosedur, proses dan sumberdaya yang dibutuhkan bagi
pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan kebijakan
keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan
dengan kegiatan kerja guna tercapainya kerja yang aman, efisien, dan produktif.

Sistem manajemen kesehatan dan keselamatan (SMK3) tidak terlepas dari


pembahasan manajemen secara keseluruhan. Manajemen merupakan suatu proses
pencapaian tujuan secara efisien dan efektif, melalui pengarahan, penggerakan, dan
pengendalian kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh orang-orang yang tergabung
dalam suatu bentuk kerja. Sedangkan sistem manajemen merupakan rangkaian proses
kegiatan menajemen yang teratur dan terintegrasi untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.

Masalah kesehatan dan keselamatan kerja akhir-akhir ini terus berkembang seiring
dengan kemajuan sains dan teknologi dalam bidang industri atau pelayanan publik.
Keadaan ini merubah pandangan masyarakat industri terhadap pentingnya penerapan
K3 secara sungguh-sungguh dalam kegiatannya. Kesehatan dan keselamatan kerja di
laboratorium merupakan upaya untuk memberikan jaminan kesehatan dan
meningkatkan derajad kesehatan para pegawai, mahasiswa dan dosen dengan cara
pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat
kerja, promosi kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi.

Pedoman manajemen kesehatan dan keselamatan kerja menurut peraturan menteri


kesehatan tahun 2007, meliputi langkah-langkah sebagai berikut:

1. Tahap persiapan (komitman dan kebijakan).


2. Tahap perencanaan.

3. Tahap pengukuran dan evaluasi.


4. Tahap peninjauan ulang dan peningkatan.
merupakan bagian dari semua kegiatan operasional. Maka dari 45
itu pekerjaan atau tugas apapun tidak dapat diselesaikan secra efisien
kecuali jika si pegawai
4
telah mengikuti setiap tindakan pencegahan dan peraturan K3 untuk 0
P melindungi dirinya dan teman kerjanya. Sesuai dengan konsep sebab
e akibat kecelakaan serta prinsip pencegahan kecelakaan, maka
l pengelompoka unsur K3 diarahkan pada pengendalian sebab dan
a pengurangan akibat terjadinya kecelakaan. Tujuan diterapkannya sistem
k manajemen K3 di
s laboratorium ini, menurut Peraturan Menkes diatas adalah terciptanya
a cara kerja,lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman, dan dalam rangka
n meningkatkan derajat
a kesehatan karyawan.
a
n

K
3

h
a
r
u
s
4

BAB 4
PENUTUP

Hal-hal yang dilakukan dalam pelaksanaan K3.


1. Mensosialisasikan kebijakan K3 pada seluruh karyawan, dosen dan mahasiswa.

2. Menyediakan sarana kesehatan kerja.


Kebersihan adalah dasar dari cara bekerja yang aman dan sehat. Beberapa faktor di

bawah ini juga harus dijalankan berkaitan dengan kebersihan lingkungan kantor:
a. Merokok hanya diperkenankan di suatu tempat yang telah ditentukan.

b. Untuk keperluan air minum bagi karyawan, hanya diperbolehkan menggunakan air
mineral dalam kemasan yang telah terjamin kualitas kebersihannya.
c. Ventilasi udara dan penerangan harus cukup, perawatan terhadap AC harus
diperhatikan untuk menghindari pertumbuhan bakteri.
d. Sarana obat-obatan (kotak P3K) harus tersedia di setiap ruangan dan isinya harus

diperbaharui dan dilaksanakan pemeriksaan berkala.


e. Tempat kerja mempunyai ruang yang cukup lapang dan bebas halangan dari

bahaya.
3. Mensosialisikan penggunaan alat pelindung diri.

4. Menyediakan alat pelindung diri bagi semua karyawan.


Merupakan kewajiban setiap karyawan, dosen dan mahasiswa dilingkungan PSTKG
untuk memakai alat pelindung diri sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan, sehingga

semua SDM yang ada dapat melindungi diri dari segala resiko yang mungkin terjadi.
Jenis-jenis alat pelindung diri adalah sebagai berikut:

a. Pakaian pelindung : baju lab.


b. Pelindung respirator : masker

c. Pelindung mata : kaca mata, disesuaikan dengan tempat dan resiko pekerjaan
yang dilakukan.
d. Pelindung tangan : sarung tangan, disesuaikan dengan tempat dan resiko
pekerjaan yang dilakukan.

e. Pelindung telinga : saat bekerja ditempat dengan tingkat kebisingan > 85 db.
5. Mensosialisasikan petunjuk penggunaan paralatan dalam praktikum.

49
5

6. Menetapkan kebijakan perlindungan lingkungan, diantaranya melalui:


a. Sistem manajemen pengelolaan limbah.
Sampah harus dibuang dalam tempat sampah yang disediakan serta sesuai dengan

kode warna (colour coding) dan sampah makanan hanya boleh dibuang ke dalam
tempat sampah makanan dan tidak diperbolehkan berada selama lebih dari 24 jam
di tempat sampah.
Warna Hijau : untuk sampah organik (makanan, dedaunan, kertas, dll).
Warna Kuning
: untuk sampah anorganik (plastik, mika, kaca, kain, sisa bahan
tanam, dll).

Warna merah : untuk sampah yang mengandung bahan berbahaya (tinta


foto copy, tinta printer, spidol, sisa polimer, sisa monomer, dll).
b. Penghematan sumber daya alam.
Melakukan usaha-usaha penghematan sumber daya dengan cara penghematan
terhadap pemakaian listrik dan air.

c. Perlindungan hutan.
Membantu perlindungan hutan di indonesia dengan cara menerapkan kebijakan

terhadap penghematan pemakaian kertas dengan menggunakan e-mail dalam


aktifitas perkantoran.

7. Mengadakan pelatihan K3.


Pendidikan dan pelatihan karyawan diperlukan untuk memastikan bahwa setiap
karyawan mempunyai keahlian yang sesuai dengan pekerjaannya. Begitu pula dengan
pelatihan dibidang K3, diharapkan semua karyawan dapat memahami pentingnya K3
dilingkungan tempat bekerja.

8. Mensosialisasikan keadaan darurat pada semua karyawan, dosen dan mahasiswa,


misalnya bahaya kebakaran.
4

DAFTAR PUSTAKA

Buchori (2007). Manajemen Kesehatan Kerja dan Alat Pelindung Diri. USU Repository.
Available from; http://www.library.usu.ac.id. accessed on Maret 2008.

Buku Pedoman Pelaksanaan Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Perlindungan Lingkungan .


Available from; http://www.binarasano.co.id. accessed on 8 Maret 2008.

Himpunan Peraturan Perundangan Kesehatan Kerja (2004). Departemen Tenaga Kerja dan
Transmigrasi RI.

Irga (2008). Kesehatan Kerja. Available from; http://www.irwanashari.blogspot.com.


ccessed on Maret 2008.

Leimena, S.L, dkk (1991). Upaya Kesehatan Kerja Sektor Informal di Indonesia. Departemen
Kesehatan RI.

Modul Pelatihan Hiperkes dan Keselamatan Kerja (2002). Alat Pelindung Diri. Departemen
Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI.

Sumakmur, PK (1988). Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja. CV. Haji Masagung,
Jakarta.

Tresnaningsih, Erna (2008). Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Setjen Depkes RI. Available
from; http://www.depkes.go.id. accessed on Maret 2008.

Wijono, Joko (2007). Manajemen Program dan kepemimpinan kesehatan. CV. Duta Prima
Airlangga.

Yulini, Emma (2002). Introduction to Office Hygiene (Kesehatan dan Keselamatan Kerja).
Available from; http://www.phitagoras.co.id. accessed on Maret 2008.

viii
PETUNJUK PENGGUNAAN ALAT PEMADAM KEBAKARAN

APAR : alat pemadam kebakaran yang digunakan untuk memadamkan api di awal terjdinya
api.

Jenis APAR dan klasifikasi penggunaannya


Berat : ≤ 16 kg.

Jenis : busa/foam, gas (CO2 dan BCP/hallon), dry chemical/powder

Klas Api Sumber Jenis APAR


Powder Foam CO2, hallon
A Benda padat mudah terbakar (kertas, kayu, kain, dll) Y Y Y
B Cairan yang mudah terbakar (bensin, minyak, oli, dll) Y Y Y
C Alat-alat listrik Y N Y
D Komputer, peralatan presisi, dll N N Y
Note: Y= yes, N= No
SOP penggunaan APAR
a. Ambil APAR yang paling dekat dan mudah dijangkau

b. Bawa ke sumber api dan jaga jarak ± 3 m, dan jangan melawan arah angin
c. Bentangkan hose pada posisi lurus dan arahkan ke sumber api dan semprotkan

sampai padam
Posisi kode penempatan APAR

a. Mudah dijangkau
b. Tidak terhalang/tertutup benda lain

c. Ditandai dengan rambu “APAR”


14/10/20

1
14/10/20

Filosofi (Mangkunegara) :
Suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan
Pengertian K3 kesempurnaan jasmani maupun rohani tenaga kerja khususnya dan
manusia pada umumnya serta hasil karya dan budaya untuk menuju
masyarakat adil dan makmur.
Keilmuan :
Semua ilmu dan penerapannya untuk mencegah terjadinya
kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja (PAK), kebakaran,
peledakan dan pencemaran lingkungan.

2
14/10/20

UU No 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja :


1. Tempat dimana dilakukan pekerjaan bagi suatu usaha.
Dasar Hukum 2. Adanya tenaga kerja yang bekerja di sana.
3. Adanya bahaya kerja di tempat itu.
Permenaker No 5 Tahun 1996 Tentang Sistem Manajemen K3 :
Setiap perusahaan yang memperkerjakan seratus tenaga kerja atau lebih
dan atau yang mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh
karakteristik proses atau bahan produksi yang dapat mengakibatkan
kecelakaan kerja seperti peledakan, kebakaran, pencemaran lingkungan dan
penyakit akibat kerja (PAK).
Permenaker No 4 Tahun 1987 Tentang Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) :
1. Tempat kerja dimana pengusaha atau pengurus memperkerjakan 100
orang atau lebih.
2. Tempat kerja dimana pengusaha memperkerjakan kurang dari seratus
orang tetapi menggunakan bahan, proses dan instalasi yang memiliki
resiko besar akan terjadinya peledakan, kebakaran, keracunan dan
pencemaran radio aktif.

1. Melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga


kerja dan orang lain di tempat kerja.
Tujuan K3 2. Menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan
secara aman dan efisien.
3. Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas Nasional.

3
14/10/20

Pengertian :
Semua sumber, situasi ataupun aktivitas yang berpotensi
Bahaya menimbulkan cedera dan atau penyakit akibat kerja (PAK).

Faktor :
1. Biologi (Bakteri, Virus, Jamur, Tanaman, Binatang).
2. Kimia (Bahan/Material/Cairan/Gas/Uap/Debu Beracun, Reaktif,
Radioaktif, Mudah Meledak/Terbakar, Iritan, Korosif).
3. Fisik/Mekanik (Ketinggian, Konstruksi, Mesin/Alat/Kendaraan/Alat
Berat, Ruang Terbatas, Tekanan, Kebisingan, Suhu, Cahaya, Listrik,
Getaran, Radiasi).
4. Biomekanik (Gerakan Berulang, Postur/Posisi Kerja,
Pengangkutan Manual, Desain Tempat Keja/Alat/Mesin).
5. Psikologi (Stress, Kekerasan, Pelecehan, Pengucilan, Lingkungan,
Emosi Negatif).

Pengertian :
Resiko Potensi kerugian yang bisa diakibatkan apabila kontak dengan sumber
bahaya atau kegagalan suatu fungsi (contoh : luka bakar, patah tulang,
kram, asbetosis, dsb).

Penilaian dan Kategori :


Perkalian antara nilai frekuensi dengan nilai keparahan suatu resiko.

KEPARAHAN
Sedang
Sangat

Sangat
Ringan

Ringan

Berat

Berat

Sangat Sering Sedang Tinggi Tinggi Ekstrim Ekstrim


Rendah Perlu Aturan/Prosedur/Rambu
FREKUENSI

Sering Sedang Sedang Tinggi Tinggi Ekstrim


Sedang Perlu Tindakan Langsung
Sedang Rendah Sedang Sedang Tinggi Ekstrim
Tinggi Perlu Perencanaan Pengendalian
Jarang Rendah Sedang Sedang Tinggi Tinggi
Ekstrim Perlu Perhatian Manajemen Atas
Sangat Jarang Rendah Rendah Sedang Sedang Tinggi

4
14/10/20

HIRARKI PENGENDALIAN RESIKO/BAHAYA


ELIMINASI Eliminasi Sumber Bahaya

Pengendalia
Substitusi Alat/Mesin/Bahan/Tempat Kerja yang Tempat Kerja/Pekerjaan
SUBSTITUSI Lebih Aman Aman (Mengurangi
Modofikasi Alat/Mesin/Tempat Kerja yang Lebih Bahaya)

n
PERANCANGAN Aman
Prosedur, Aturan, Pelatihan, Durasi Kerja, Tanda
ADMINISTRASI Bahaya, Rambu, Poster, Label Tenaga Kerja Aman

Resiko/Bahay APD Alat Perlindungan DiriTenaga Kerja (Mengurangi Paparan)

a ELIMINASI

SUBSTITUSI

KEHANDALA

PROTEK
PERANCANGAN

ADMINISTRASI

APD

Pengertian :
Kejadian tidak terduga yang berpotensi mengakibatkan suatu cedera
Insiden atau kerugian apabila terjadi sedikit saja perubahan situasi di waktu yang
sama.
Contoh :

5
14/10/20

Pengertian :
Kejadian tidak terduga yang dapat menimbulkan cedera, kerugian dan
Kecelakaa atau penyakit akibat kerja (PAK).

n Kerja Contoh :

Penyebab Penyebab

Kecelakaan Kerja
Penyebab Penyebab Kecelakaan
Tidak Langsung Kerugian
Dasar Langsung Kerja
• Kurangnya • Faktor Pekerjaan • Tindakan Tidak • Kontak Dengan • Manusia (Cedera,
Prosedur/Aturan Aman Sumber Bahaya Keracunan,
• Faktor Personal
• Kurangnya • Kondisi Tidak • Kegagalan Cacat, Kematian,
Sarana Aman Fungsi PAK)
• Kurangnya • Mesin/Alat
Kesadaran (Kerusakan
• Kurangnya Mesin/Alat)
Kepatuhan • Material/Bahan
(Tercemar,
Rusak, Produk
Gagal)
• Lingkungan
(Tercemar,
Rusak, Bencana
Alam)

6
14/10/20

Kerugian
Kecelakaa Rp. 1 Juta
Biaya Langsung :
1. Biaya Pengobatan & Perawatan

n Kerja
2. Biaya Kompensasi (Asuransi)
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv

Biaya Tidak Langsung :


1. Kerusakan Bangunan

{
2. Kerusakan Alat dan Mesin
Rp. 5 – 50 Juta 3. Kerusakan Produk dan Bahan/Material
(Biaya Kerusakan Aset 4. Gangguan dan Terhentinya Produksi
Yang Tidak Diasuransikan) 5. Biaya Administratif
6. Pengeluaran Sarana/Prasarana Darurat
7. Sewa Mesin Sementara

8. Waktu untuk Investigasi

{
9. Pembayaran Gaji untuk Waktu Hilang
Rp. 5 – 3Juta 10.Biaya Perekrutan dan Pelatihan
11.Biaya Lembur
(Biaya Lain-lain 12.Biaya Ekstra Pengawas
Yang Tidak Diasuransikan) 13.Waktu untuk Administrasi
14. Penurunan Kemampuan Tenaga Kerja yang Kembali
karena Cedera
15. Kerugian Bisnis dan Nama Baik

Piramida Jika Terdapat 1 Kecelakaan Fatal (Cacat/Kematian)

Kecelakaan Kerja
Untuk Setiap
Kecelakaan Fatal
Terdapat : 10 Kecelakaan Ringan

30
Untuk Setiap KecelakaanYang
Kecelakaan Fatal Menimbulkan
Terdapat : Kerusakan Aset

600
Untuk Setiap
Kecelakaan Fatal Insiden
Terdapat :

7
14/10/20

Pencegaha

Kecelakaa
n Kerja

Pengendalian Bahaya Di Tempat Kerja


Pemantauan Kondisi Tidak Aman
Pemantauan Tindakan Tidak Aman
Pembinaan dan Pengawasan
Pelatihan dan Pendidikan
Konseling & Konsultasi
Pengembangan Sumber Daya
Sistem Manajemen
Prosedur dan Aturan
Penyediaan Sarana dan Prasarana
Penghargaan dan Sanksi

Pengertian :
Penyakit Gangguan kesehatan baik jasmani maupun rohani yang ditimbulkan dan
atau diperparah karena aktivitas kerja atau kondisi yang berhubungan
dengan pekerjaan.
Akibat Kerja (PAK) Contoh :
Anthrax, Silicosis, Asbestosis, Low Back Pain, White Finger Syndrom,
dsb.
Faktor Penyebab :

8
14/10/20

Biologi (Bakteri, Virus Jamur, Binatang, Tanaman) ; Kimia (Bahan


Beracun dan Berbahaya/Radioaktif) ; Fisik (Tekanan, Suhu, Kebisingan,
Cahaya) ; Biomekanik (Postur, Gerakan Berulang, Pengangkutan
Manual) ; Psikologi (Stress, dsb)
Pencegahan :
1. Pemeriksaan Kesehatan Berkala.
2. Pemeriksaan Kesehatan Khusus.
3. Pelayanan Kesehatan.
4. Penyedian Sarana dan Prasarana.

9
14/10/20

Pengertian Keadaan Darurat :


Keadaan sulit yang tidak diduga Tanggap Darurat :
yang memerlukan 1. Matikan/hentikan seluruh
Tangga penanggulangan segera supaya
tidak terjadi kecelakaan.
proses/mesin/aktivitas
produksi/kerja.
p Ruang Lingkup : 2. Segera menuju titik evakuasi
dengan mengikuti jalur
Darura 1. Kebakaran yang gagal
dipadamkan regu pemadam
kebakaran Perusahaan.
evakuasi darurat.
3. Selamatkan aset yang
t 2. Peledakan.
memungkinkan untuk
diselamatkan.
3. Kebocoran gas/cairan/material 4. Tetap tenang dan
berbahaya yang tidak dapat cepat bertindak.
diatasi dalam waktu singkat.
5. Informasikan kepada petugas
4. Keracunan. Tanggap Darurat apabila ada
5. Bencana Alam. rekan yang masih
tertinggal/terperangkap/terluk
6. Perampokan. a.
7. Ancaman Bom. 6. Tetap di area aman hingga ada
8. Demonstrasi / Unjuk Rasa. instruksi lanjutan dari petugas
9. Huru-hara. berwenang.

Api dan Pengertian Api :

Kebakaran Api adalah suatu reaksi kimia (oksidasi) cepat yang terbentuk dari 3 unsur (panas, oksigen dan bahan mudah terba

Panas

Rantai
Pengertian Reaksi

Kebakaran :

1
14/10/20

1
14/10/20

Tahapan
Kebakara
n

Reaksi 3 unsur api.


Padam dengan sendirinya apabila tidak dapat mencapai tahap selanjutnya.
•Menentukan tindakan pemadaman/menyelamatkan diri.

•Api membakar bahan mudahterbakarsehingga panas meningkat.


Dapat terjadi flashover (ikut menyalanya bahan mudah terbakar lain di sekitar api karena panas).
Berpotensi menimbulkan korban terjebak, terluka/kematian bagi petugas pemadam.

Semua bahan mudah terbakar menyala.


Nyala api paling panas dan paling berbahaya bagi siapa saja yang terperangkap di dalamnya.

Tahap kebakaran yang memakan waktu paling lama


Penurunankadar O2 atau bahan mudahterbakar secara signifikan yang menyebabkanpadamnya api.
Terdapatnya bahan mudah terbakar yang belum menyala berpotensi menimbulkan nyala api baru.
Berpotensi menimbulkan backdraft (ledakan yang terjadi akibat masuknya pasokan O2 secara tiba-tiba dari kebakaran ruang tertutup yang dibuka saat kebakaran berlangsung).

Pendinginan
• Menghilangkan unsur panas.
• Menggunakan media bahan dasar air.

Pemadama Isolasi

n • Menutup permukaan benda yang terbakar untuk menghalangi unsur O2 menyalakan api.
• Menggunakan media serbuk ataupun busa.

Kebakaran Dilusi
• Meniupkan gas inert untuk menghalangi unsur O2 menyalakan api.
• Menggunakan media gas CO2.

1
14/10/20

Pemisahan
• Memisahkan bahan mudah terbakar dari unsur api.
• Memindahkan bahan-bahan mudah terbakar jauh dari jangkauan api.
Pemutusan
• Memutus rantai reaksi api dengan menggunakan bahan tertentu untuk mengikat radikal
bebas pemicu rantai reaksi api.
• Menggunakan bahan dasar Halon (Penggunaan Halon sekarang dilarang karena
menimbulkan efek rumah kaca)

1
14/10/20

Kelas A Padat Non Logam Air, Uap Air, Serbuk Kimia, Busa
Kebakara
B
n Gas/Uap/Cairan Serbuk Kimia, CO2, Busa

C Listrik Serbuk Kimia, CO2, Uap

Air
D

Logam Serbuk Kimia Sodium Klorida, Grafit


E Bahan Radioaktif

K Bahan Masakan Cairan Kimia, Serbuk Kimia, CO2

Tata Cara Pin


Penggunaan Penggunaan Tabung Pemadam :
Penunjuk
Tekanan
Tabung Pemadam Tarik pin pengunci Tuas
tuas.
Selang

Arahkan selang ke
pusat api.

Tekan tuas
pegangan tabung pemadam.

Sapukan secara
merata.

1
14/10/20

Pengertian :
Kelengkapan wajib yang digunakan saat bekerja sesuai dengan bahaya
Alat dan resiko kerja untuk menjaga keselamatan tenaga kerja itu sendiri
maupun orang lain di tempat kerja.
Pelindung
Diri
Pelindung Kepala Pelindung Muka dan Mata Pelindung Pendengaran

Pelindung Tangan Pelindung Kaki

Pelindung
Pelindung Pernafasan
Rompi Nyala
Pelindung Ketinggian
Pelampung

Jas Hujan

Sabuk Pengaman

Perlengkapan
Keselamatan

1
14/10/20

Izin Kerja diperlukan


untuk pekerjaan yang Izin Kerja :
Izin Pekerjaan mengandung 1. Panas (Las,
bahaya/resiko tinggi. Gerinda, dsb).
Berbahaya 2.Ketinggian
Izin Kerja bertujuan
untuk memastikan (Konstruksi/Perbaika
bahwa semua n di atas 2m).
kegiatan/kondisi/lokasi 3. Listrik (Arus
aman untuk dilakukan Besar). 4.Galian.
pekerjaan. 5. Alat
Pengurusan Izin Kerja Berat.
dilaksanakan oleh
6.Tangki
tenaga kerja yang
bersangkutan dengan 7. Perpipaan.
Petugas K3. 8.Ruangan Terbatas.

Pengertian :
5R adalah cara/metode untuk mengatur/mengelola tempat kerja
Budaya 5R menjadi tempat kerja yang lebih baik secara berkelanjutan.

Tujuan :
Untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas tempat kerja.
Manfaat :
1. Meningkatkan produktivitas karena pengaturan tempat kerja yang
lebih efisien.
2. Meningkatkan kenyamanan karena tempat kerja selalu bersih
dan luas.
3. Mengurangi bahaya di tempat kerja karena kualitas tempat kerja
yang bagus/baik.
4. Menambah penghematan karena menghilangkan pemborosan-
pemborosan di tempat kerja.

1
14/10/20

Ringkas
Langkah 5R • Memilah barang yang diperlukan & yang tidak diperlukan.
• Memilah barang yang sudah rusak dan barang yang masih dapat digunakan.
• Memilah barang yang harus dibuang atau tidak.
• Memilah barang yang sering digunakan atau jarang penggunaannya.
Rapi
• Menata/mengurutkan peralatan/barang berdasarkan alur proses kerja.
• Menata/mengurutkan peralatan/barang berdasarkan keseringan penggunaannya.
• Pengaturan visual supaya peralatan/barang mudah ditemukan dan selalu pada tempatnya.
Resik
• Membersihkan tempat kerja dari semua kotoran, debu dan sampah.
• Memperbarui/memperbaiki tempat kerja yang sudah usang/rusak.
Rawat
• Mempertahankan 3 kondisi di atas dari waktu ke waktu.
Rajin
• Mendisiplinkan diri untuk melakukan 4 hal di atas.

Tanda/
Label
Fasilitas - Fasilitas K3
- Petunjuk K3
- Kewajiban Umum - Informasi Bahaya
- Pemberitahuan - Awas
- Pengumuman - Hati-Hati

- Fasilitas Umum - Fasilitas - Larangan


- Informasi Umum Radioaktif - Peringatan

1
14/10/20

Tanda Warna
Batas dan
Label pada
Lantai/Alat/B
a
han/Materia
l/ Mesin

Batas Area Kerja


LABEL Batas Ruangan
Batas Lalu Lintas
Produk Jadi
LABEL Sarana Umum
Barang/Bahan Baku
Sarana P3K
LABEL Sarana Keselamatan
Sarana Darurat & Evakuasi

LABEL Barang/Bahan yang akan diproses

LABEL Barang/Bahan Inspeksi QC


Produk/Bahan Ditolak (Reject)
LABEL Sisa Pekerjaan yang tidak terpakai
Tanda Berhenti
Rak/Lemari Meja
LABEL Perlengkapan/Peralatan/Mesin
Area terbatas untuk operasional
Mesin/Alat Berbahaya
Area terbatas untuk keselamatan
Sarana Darurat Kebakaran
Zona Berbahaya

1
14/10/20

Penerapan

1
14/10/20

LABEL PIPA
Tanda, LABEL PIPA Gas Bertekanan

Label dan LABEL PIPA Bahan Mudah


Warna LABEL PIPA Terbakar

Perpipaan Air yang PIPA


LABEL PIPA LABEL
diminum
dapat

Pendingin, Boiler, dsj.

LABEL PIPA LABEL PIPA&


Bahan Beracun
Korosif

LABEL PIPA Media Pemadam Api


LABEL PIPA
LABEL PIPA LABEL PIPA
Bahan Mudah
Menyala

Label
Kemasan Bahan Berbahaya
Mudah Meledak Mudah Menyala/Terbakar Oksidator

Membahayakan Pernafasan
Penyebab Kanker
Korosif

Menyebabkan Iritasi Gas Bertekanan Membahayakan Lingkungan

2
14/10/20

Label
Transporta
si Bahan
Berbahaya

Tanda Larangan Tanda Bahaya Tanda Kewajiban

2
14/10/20

- Sarana Darurat - Sarana Tanggap Fasilitas Umum


Kebakaran Darurat
- Sarana Evakuasi - Sarana K3 / P3K
Kebakaran - Sarana Evakuasi
Darurat

Rambu

2
14/10/20

1. Menulis dan memasang semua syarat keselamatan kerja


yang diwajibkan pada tempat-tempat yang mudah dilihat
Kewajiban dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau Ahli
K3 di tempat kerja yang dipimpinnya.
Pengurus/Pen 2. Memasang semua gambar keselamatan kerja yang
g usaha diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya pada
tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut
petunjuk pegawai pengawas atau Ahli K3 di tempat kerja
yang dipimpinnya.
3. Menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) yang diwajibkan pada
tenaga kerja yang dipimpin maupun orang lain yang
memasuki tempat kerja disertai petunjuk-petunjuk yang
diperlikan menurut pegawai pengawas atau Ahli K3 di tempat
kerja yang dipimpinnya.
(Berdasar pada Undang-Undang No 1Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 14)

1. Memberi keterangan yang benar apabila diminta pegawai


pengawas/keselamatan kerja.
2. Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang diwajibkan.
Tenaga Kerja 3. Memenuhi dan menaati semua syarat-syarat K3
yang diwajibkan.
4. Meminta pada Pengurus agar dilaksanakan semua syarat-
syarat K3 yang diwajibkan.
5. Menyatakan keberatan kerja dimana syarat K3 dan APD
yang diwajibkan diragukan olehnya kecuali dalam hal khusus
ditentukan lain oleh pegawai pengawas dalam batas yang
dapat dipertanggungjawabkan.
(Berdasar pada Undang-Undang No 1Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 12)

2
14/10/20

1. Mencegah & mengurangi kecelakaan kerja.

2. Mencegah, mengurangi & memadamkankebakaran.

Syarat 3.

4.
Mencegah & mengurangi bahaya peledakan.

Memberi jalur evakuasi keadaan darurat.

Dasar K3 5.

6.
Memberi P3K.

Memberi APD pada tenaga kerja.


7. Mencegah & mengendalikan timbulnya penyebaran suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, radiasi, kebisingan
& getaran.

8. Mencegah dan mengendalikan Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan keracunan.

9. Penerangan yang cukup dan sesuai.

10. Suhu dan kelembabanudara yang baik.

11. Menyediakanventilasi yang cukup.

12. Memelihara kebersihan, kesehatan & ketertiban.

13. Keserasian tenaga kerja, peralatan, lingkungan, cara & proses kerja.

14. Mengamankan & memperlancar pengangkutan manusia, binatang, tanaman& barang.

15. Mengamankan & memelihara segala jenis bangunan.

16. Mengamankan & memperlancar bongkar muat, perlakuan & penyimpanan barang

17. Mencegah tekena aliran listrik berbahaya.

18. Menyesuaikan & menyempurnakan keselamatan pekerjaan yang resikonya bertambah tinggi.
(Berdasar pada Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3)

UTAMAKAN
KESELAMATAN & KESEHATAN
KERJA

Anda mungkin juga menyukai