Kriminalitas
Pada tahun 2003 Kelurahan Muktiharjo Kidul memilik penduduk sebanyak 23.876 jiwa
dengan kepadatan penduduk 9.785 jiwa/km2. Tahun 2010 jumlah penduduknya sebanyak 32.182
jiwa dengan kepadatan 16.468 jiwa/km2. Sedangkan pada tahun 2017 jumlah penduduk
Kelurahan Muktihajo Kidul sebanyak 34.470 dan kepadatan penduduknya 16.879. (BPS,
Kecamatan Pedurungan dalam Angka, 2017)
Kepadatan penduduk yang tinggi dan letak yang berada di dekat dengan jalur rel kereta
api menimbukan yang permasalahan social. Permasalahan sosial adalah permasalahan yang
dirasakan baik secara langsung atau tidak langsung berdampak pada publik. Permasalahan sosial
dapat dijumpai di berbagai tempat tergantung dari sudut pandang orang yang melihatnya.
Perkembangan permukiman yang tejadi di Kelurahan Muktiharjo Kidul terjadi di sepanjang rel
dan sekitar polder. Hal ini di karenakan lahanya lebih murah dan bukan merupakan lahan
kosong. Sehingga masyarakat memilih membangun rumah di lokasi tersebut.
Permukiman yang tumbuh secara alami menimbukan ketidakteraturan, sehingga
menimbulkan masalah estetika. Permasalahan yang ada di Kelurahan Muktiharjo Kidul yaitu
masalah estetika. Masalah estetika ini menyangkut sampah yang dibuang sembarangan baik di
pinggir rel kereta api maupun di sekitar permukiman. Sampah yang dibuang sembarangan ini
disebabkan karena pengadaan tong sampah yang minim di Kelurahan Muktiharjo Kidul.
Masyarakat cenderung membuang sampah sembarangan dan membakarnya. Keadaan
permasalahan estetika ini diperparah dengan adanya air rob yang mengalir ke sungai, sehingga
kapasitas air di sungai meluap ke daerah pinggiran rel dan ke permukiman penduduk disekitar
pinggiran rel.
Selain itu, intensitas air hujan yang tinggi ketika musim hujan juga menambah volume air
sungai yang letaknya dekat dengan permukiman penduduk. Air dari sungai tersebut masuk ke
saluran drainase-drainase. Akan tetapi di saluran drainase juga ditemukan sampah-sampah,
sehingga air tidak bisa mengalir dan meluap ke permukiman warga. Masalah estetika yang
lainnya adalah permukiman yang dibangun disekitar pinggiran rel kereta api banyak yang tidak
memiliki hak milik. Keadaan permukiman tersebut cenderung tak tertata, dan ukuran
permukiman lebih kecil. Selain masalah estetika juga terdapat kriminalitas. Latar belakang yang
mendasari orang bertindak kriminal karena terpaksa untuk mengatasi masalah ekonomi keluarga.
Tingkat pendidikan dan perekonomian keluarga disana terbilang sangat minim. Masyarakat
disana mayoritas berkerja sebagai buruh pabrik dan kuli bangunan, namun juga mempunyai
perkerjaan sambilan sebagai nelayan. Kelurahan Muktiharjo Kidul juga menghadapi masalah
keamanan lain yaitu tidak adanya palang rel kereta api yang menghubungkan jalan Kelurahan
Muktiharjo Kidul dengan Kelurahan Muktiharjo Lor. Masyarakat hanya mengandalkan bunyi
kereta api dari kejauhan dan melihat lampu sorot kereta api apabila kereta akan melintasi.
Pada kasus ini terdapat bentuk interaksi sosial disosiatif yaitu interaksi sosial yang
memiliki sifat kecenderungan menjadi negatif. Interaksi sosial disosiatif dilakukan sebagai
pertentangan akan penetingan dan tujuan individu lain atau kelompok.
a. Pencurian
Pencurian pencurian adalah orang yang mengambil milik orang lain secara sembunyi-
sembunyi atau diam-diam dengan jalan yang tidak sah (Poerwardarminta, 1984:217). Melalui
pengertian tersebut pencurian dapat dikatakan tidak memiliki interaksi sosial karena syarat
terjadinya interaksi sosial diantaranya terjadinya suatu kontak baik secara langsung maupun
tidak langsung dan terjadinya proses komunikasi antara dua pihak atau lebih. Pada kasus
pencurian, pelaku akan beraksi secara sembunyi-sembunyi agar tidak terjadi kontak secara
apapun dengan korban. Sehingga tidak terjadi kontak maupun proses komunikasi antara
pelaku dan korban kecuali pelaku tertangkap. Maka pada kasus pencurian tidak memiliki
bentuk interaksi sosial yang tercipta di dalamnya.
b. Pencandu alkohol
Alkohol memiliki pengaruh yang kuat dalam mengendalikan tubuh serta tingkat
kerasionalan. Maka tidak dianjurkan untuk meminum alcohol secara berlebihan. Oleh sebab
itu, pecandu alcohol akan cenderung bersifat agresif dan berbahaya dikarenakan oleh
hilangnya kesadaran atas pengendalian tubuh tersebut. Pecandu alcohol akan pula
berkecenderungan melakukan tindak kriminalitas. Pada kasus ini, di Kelurahan Muktiharjo
Kidul masih terdapat permasalahan pecandu alcohol yang suka berkeliaran di jalan daerah
sekitar kelurahan dan tidak jarang menggaggu kenyamanan warga sekitar baik secara fisik
maupun tidak. Hal tersebut tentu membuat warga sekita sadar serta kahwatir akan adanya
para pecandu alcohol tersebut akan merugikan masyarakat.
Pada kasus berkeliarannya pecandu alcohol di Kelurahan Muktiharjo Kidul terdapat
bentuk interaksi sosial disasosiatif yaitu kontraversi. Kontraversi ini merupakan bentuk
ketidaksenangan atau ketidakpuasan terhadap sesuatu yang dilakukan pihak lain, baik
ditunjukkan secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi. Interaksi sosial diasosiatif
dengan bentuk kontraversi ini dapat tercipta di Kelurahan Muktiharjo Kidul dikarenakan
adanya sikap ketidaksenangan warga sekitar terhadap pihak pecandu alkohol yang ada di
kelurahan Muktiharjo Kidul. Ketidaksenangan ini lebih banyak ditunjukkan secara
sembunyi-sembunyi karena masyarakat takut akan hal yang terjadi selanjutnya jika
ketidaksenangan ini dilakukan secara terang-terangan. Namun, jika sudah sangat meresahkan
warga sebaiknya masyarakat mau untuk menunjukkan rasa ketidaksenangan secara terang-
terangan melalui beberapa cara secara positif. Cara tersebut yaitu dapat dilakukan dengan
penyuluhan tentang bahaya candu alcohol serta rehabilitasi bagi pecandu alcohol. Sehingga
diharapkan tidak ada lagi warga yang merasa khawatir dan terciptanya rasa aman di
kelurahan Muktiharjo Kidul.
Muktiharjo Kidul adalah salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan Pedurungan,
Kota Semarang. Lokasi Kelurahan Muktiharjo Kidul dekat dengan rel kereta api alastua dan
dekat dengan pelabuhan. Kondisi itu dapat berdampak positif maupun berdampak negatif baik
untuk warga sekitar kelurahan Muktiharjo Kidul maupun warga diluar kelurahan tersebut.
Terdapat juga permasalahan sosial didalam kelurahan Muktiharjo Kidul. Permasalahan sosial
merupakan permasalahan yang dirasakan baik secara langsung atau tidak langsung berdampak
pada publik. Permasalahan sosial dapat dijumpai di berbagai tempat tergantung dari sudut
pandang orang yang melihatnya.
Berdasarkan observasi langsung yang telah dilakukan oleh Kelompok Sistem Sosial 1C,
salah satu beberapa masalah yang muncul di Kelurahan Muktiharjo Kidul adalah Kriminalitas.
Kriminalitas yang terjadi contohnya kasus pembegalan, pencurian, KDRT, dan mabuk-mabukan.
Permaslahan kriminalitas termasuk dalam permasalahan sosial karena keberadaanya yang
melibatkan peran dari berbagai pihak. Setidaknya ada dua realitas yang berbeda yaitu
mainstream group dan affected group. Mainstream group merupakan masyarakat pada umumnya
yang menjalani kehidupan sebagaimana layaknya. Sementara affected group dalam permasalahan
ini merupakan kaum kurang berpendidikan dan tingkat perekonomian yang dalam strata
kehidupan sosial berada di kelas terbawah dari lapisan masyarakat. Kelompok affected ini timbul
karena adanya permasalahan lain yang berkaitan dengan masalah perencanaan dan pembangunan
yang merupakan akar dari adanya permasalahan kriminalitas.
Berdasarkan uraian diatas, kriminalitas yang terjadi di daerah Karangsari termasuk
realitas affected group, yaitu dikarenakan kurangnya pendidikan dan perekonomian. Kriminalitas
merupakan masalah yang telah ada sejak lama dan merupakan akibat dari perbuatan atau aktfitas
manusia. Terdapat penyebab atau akar permasalahan dan juga proses genesa atau proses
terjadinya. Beberapa masyarakat di Kelurahan Muktiharjo Kidul menganggap bahwa warganya
yang pemabuk dan pengangguran adalah pembuat masalah dari adanya masalah kriminalitas di
daerah tersebut. Akan tetapi, kriminalitas tersebut tidak hanya disebabkan ancaman dari
warganya bahkan ancaman dari luar.
Latar belakang yang mendasari orang bertindak kriminal karena terpaksa untuk
mengatasi masalah ekonomi keluarga. Tingkat pendidikan dan perekonomian keluarga di
Kelurahan Muktiharjo Kidul terbilang sangat minim. Masyarakat disana mayoritas berkerja
sebagai buruh pabrik dan kuli bangunan, namun juga mempunyai perkerjaan sambilan sebagai
nelayan. Banyak usia produktif disana yang memilih berhenti melanjutkan pendidikannya
daripada melanjutkan pendidikan karena alasan perekonomian. Hal tersebut tidak dimanfaatkan
untuk mencari pekerjaan tetapi memilih untuk menjadi pengangguran dan melakukan mabuk-
mabukan. Akan tetapi, tidak dipungkiri bahwa keberadaan kriminalitas tak sepenuhnya
merupakan akibat dari tingkat ekonomi dan tingkat pendidikan yang rendah. Faktor lainnya
yang paling utama adalah kurangnya tingkat kesadaran diri untuk berjuang melawan
kemiskinan yang masih kurang.
Sumber : Analisis Kelompok Sistem Sosial 1C, 2017
Gambar 4. 3 Peta Interaksi Sosial Kejahatan di Kelurahan Muktiharjo Kidul
Intervensi Kebijakan
Implementasi kebijakan ialah tahap yang krusial dalam proses kebijakan. Suatu program
kebijakan harus diimplementasikan agar mendapatkan tujuan atau dampak yang diinginkan.
Implementasi kebijakan merupakan salah satu hal penting yang dapat berpengaruh terhadap
keberhasilan suatu kebijakan dalam memecahkan permasalahan kriminalitas.
Menurut pasal 362 KUHP dimana mengatakan bahwa “Barang siapa mengambil suatu
benda yang seluruhnya atau sebagian milik orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara
melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama 5 tahun atau
denda paling banyak sembilan ratus rupiah”. Kebijakan dalam mengatur kriminalitas seperti
pembegalan, perampokan, dan lain-lain dapat dilakukan dengan melakukan 3 pendekatan. Tiga
pendekatan untuk pencegahan kriminalitas dapat dilakukan dengan pendekaan secara sosial
(social crime prevention), pendekaan situsional (situational crime prevention), dan pencegahan
kejahatan berdasarkan komunitas/masyarakat (community based crime prevention).
1. Social Crime Prevention
Pendekatan secara sosial ini ialah pendekatan yang berusaha mencegah kejahatan dengan
jalan mengubah pola kehidupan sosial daripada bentuk fisik dari lingkungan. Pencegahan
kejahatan dengan pendekatan ini menuntut intervensi dari pemerintah yang menyusun
kebijakan dan penyedia fasilitas bagi masyarakat dalam upaya mengurangi perilaku
kriminal dengan mengubah kondisi sosial masyarakat, pola perilaku, serta nilai-nilai atau
disiplin-disiplin yang ada di masayarakat. Pendekatan ini lebih menekankan pencegahan
agar penyebab-penyebab permasalahan kejahatan dapat ditumpas. Dalam melakukan
pendekatan ini penyuluhan dilakukan kepada masyarakat umum dan pelaku-pelaku yang
berpotensi untuk melakukan pembuat kebijakan adalah masyarakat umum dan pelaku –
pelaku yang berpotensi melakukan kejahatan.
2. Situational Crime Prevention
Pencegahan ini dilakukan dengan melibatkan manajemen, desain atau manipulasi
keadaan lingkungan sekitar dengan cara yang sistematis. Pendekatan ini pada dasarnya
menekankankan bagaimana caranya mengurani kesempatan bagi pelaku untuk melakukan
kejahatan, terutama pada situasi, tempat, dan waktu tertentu.
3. Community-Based Crime Revention
Pencegahan berupa operasi dalam masyarakat dengan melibatkan masyarakat secara aktif
dalam bekerja sama dengan lembaga lokal pemerintah untuk menangani masalah-
masalah yang berkontibusi. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kejahatan,
kenakalan, dan gangguan kepada masyarakat. Pendekatan ni dilakukan dengan
memperbaiki kapasitas dari anggota masyarakat, melakukan pencegahan secara kolektif,
dan memberlakukan control sosial informal.
Kehidupan sosial masyarakat di suatu wilayah tidak bisa terlepas dari masalah sosial itu
sendiri. Masalah tersebut dapat datang dari arah mana saja, baik karena faktor internal yang ada
di dalam lingkungan wilayah tersebut maupun faktor eksternal yang berasal dari luar. Setiap
permasalahan sosial ini dapat membawa dampak, khususnya bagi perencanaan dan
pembangunan suatu wilayah. Fenomena kriminalistas sudah lama melekat pada identitas
kawasan Muktiharjo Kidul. Hal ini dikarenakan banyak faktor, dimana yang paling utama
berkaitan dengan perekonomian keluarga dan kemiskinan. Hal ini juga dapat disangkutpautkan
dengan minimnya kesejahteraan tingkat masyarakat pada daerah itu sendiri, khususnya dalam hal
memperoleh pekerjaan yang layak. Masyrakat tersebut dituntut untuk memenuhi kebutuhan
hidup yang tentunya tinggi dimana hanya mendapatkan pendapatan yang sedikit. Belum lagi
ditambah pula dengan tuntutan dan tekanan yang berasal dari masing – masing masyarakat.
Permasalahan kriminalitas juga merupakan bagian dari permasalahan perencanaan dan
pembangunan hal tersebut diketahui dari beberapa ciri permaslahan pembangunan yaitu adanya
sistem sistem yang rusak, permasalahan yang kompleks, dinamis (waktu dapat berubah-ubah
sesuai dengan waktu), tidak pasti penyelesaian dan solusinya, serta sangat sensitif apabila
dihubungkan dengan isu politik di kawasan tersebut. Hal ini dikaitkan dengan berbagai aspek
yang berkaitan dengan ekonomi, politis, kependudukan, dan sosial budaya. Berbagai masalah
sosial tersebut sebenarnya merupakan dampak dari perencanaan dan pembangunan itu sendiri.
Karena itulah diperlukan suatu kebijakan dan penanganan masalah anak jalanan secara efektif
yang dapat mengatur,serta merubah pola pikir para masyarakat mengenai kriminalitas. Dengan
harapan bahwa setiap subjek yang ada di kawasan Muktiharjo Kidul dapat mengalokasikan
sumber-daya nya dalam berbagai alternatif, untuk penyelesaian masalah sosial yang berkaitan
dengan kriminalitas dan berpengaruh terhadap pengembangan wilayah di sekitar kawasan
Muktiharjo Kidul yang membaik.
DAFTAR PUSTAKA
Arief, Barda Nawawi dan Muladi,1992, Teori dan Kebijakan Pidana, Bandung: Alumni
Muladi, 1995, Kapita Selekta Hukum Pidana, Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro
Ratnasari, Kartika & Adi, Wiratama. 2015. Analisis Faktor Penyebab Kemiskinan dan
Kriminalitas (Studi Kasus: Kampung Stren Kali Jagir Kota Surabaya). Jurusan
{erencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil. Insitut Teknologi Sepuluh
November: Surabaya.
Saleh, Roeslan, 1983, Stelsel Pidana Indonesia, Jakarta: Aksara Baru
Saleh, Wantjik, 1983, Tindak Pidana Korupsi dan Suap, Jakarta: Ghalia Indonesia