“REVIEW JURNAL”
Dosen Pengampu:
Dr.H.M. Abid Marzuki, M.Ed
Disusun Oleh:
2023
Judul Penelitian HUBUNGAN ANTARA KESABARAN DAN STRES AKADEMIK PADA
MAHASISWA DI PEKANBARU
Jurnal An – Nafs: Jurnal Fakultas Psikologi
Volume dan Tahun Vol 13, No 1, Tahun 2019
Nama Peneliti Indah Indria, Juliarni Siregar, Yulia Herawaty
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kesabaran dengan stres
akademik pada mahasiswa Universitas X di Pekanbaru. Penelitian ini melibatkan 120
sampel mahasiswa Universitas X yang dipilih menggunakan teknik cluster sampling.
Alat pengumpulan data berupa skala sabar yang disusun oleh Rozi dan El Hafiz dan
skala stres akademik yang disusun oleh Wicaksana (2017). Berdasarkan dari hasil
analisis uji korelasi Pearson Product Moment, maka diperoleh nilai koefisien korelasi
(r) = -0,559 dengan nilai signifikansi 0,000 (ρ <0,05). Hal ini menunjukkan bahwa
terdapat korelasi negatif yang signifikan antara sabar dengan stres akademik pada
mahasiswa Universitas X di Pekanbaru. Semakin tinggi kesabaran mahasiswa maka
akan semakin rendah stres akademik mahasiswa dan begitu juga sebaliknya, semakin
rendah kesabaran maka akan semakin tinggi pula stres akademik mahasiswa.
Pendahuluan/Latar Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), mahasiswa merupakan seorang
Belakang Masalah pembelajar yang menempuh pendidikan di perguruan tingggi (Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan, 2016). Rata-rata usia mahasiswa untuk tingkat sarjana di Indonesia
menurut direktur kemahasiswaan Kementrian Riset dan Teknologi Pendidikan Tinggi,
Dr. Misbah Fikrianto, adalah 19-23 tahun (Berita Satu, 2018). Artinya, mahasiswa
bertanggungjawab penuh terhadap proses pendidikan yang ia lalui. Hal ini dapat
dilihat dari proses pendidikan yang diterapkan di perguruan tinggi yang sangat
berbeda dengan pendidikan menengah. Akan tetapi, Tidak semua mahasiswa siap
dengan tuntutan-tuntutan akademik tersebut. Mahasiswa yang tidak siap akan
mengalami stres yang disebut sebagai stres akademik (Govaerst & Gregoire, 2004).
Hal ini dapat dibuktikan dari hasil penelitian Putri (2015) yang menunjukkan bahwa
seluruh sampel mahasiswa yang diteliti mengalami stres akademik dalam kategori
sedang sampai dengan sangat tinggi.
Teori/ definisi dari Definisi yang dipakai dalam penelitian ini adalah:
variabel yang terlibat Stres akademik adalah stres yang disebabkan oleh ketidakmampuan peserta didik
dalam beradaptasi terhadap tuntutan akademik yang dinilai menekan, dimana hal ini
dapat menyebabkan munculnya perasaan yang tidak nyaman yang memicu
ketegangan fisik, psikologis, dan perubahan tingkah laku (Wilks, 2008; Desmita,
2011). Adapun sumber-sumber dari stres akademik tersebut menurut Davidson
(2001) meliputi adanya penilaian terhadap situasi belajar yang dianggap monoton,
kebisingan, banyaknya tugas yang harus diselesaikan, adanya harapan yang terlalu
tinggi, menilai bahwa adanya ketidakjelasan dalam proses belajar, kontrol yang
kurang, kehilangan kesempatan, tuntutan yang saling bertentangan, dan adanya
deadline tugas perkuliahan. El Hafiz, Mundzir, Pratiwi, dan Rozi (2013)
mendefinisikan sabar sebagai kemampuan seseorang secara aktif memberi respon
awal dalam menahan emosi, pikiran, perkataan, dan perilaku baik pada kondisi
senang maupun susah dengan mentaati aturan untuk tujuan kebaikan dengan
didukung oleh rasa optimis, pantang menyerah, semangat mencari informasi atau
ilmu untuk memperoleh alternatif solusi, konsisten, dan tidak mudah mengeluh.
Seorang mahasiswa yang menggunakan sabar sebagai coping berarti berusaha
menahan dirinya dari keluarnya keluhan, munculnya rasa putus asa, kemalasan, atau
hal-hal lain yang dapat menghambat tercapainya tujuannya yang baik, seperti target
prestasi akademis. Atau dengan kata lain, mahasiswa dapat mengatur dan menahan
emosinya (keinginannya).
Hipotesis Hipotesis pada penelitian ini adalah stres akademik dipengaruhi oleh sabar. Apabila
mahasiswa dalam menghadapi tekanan-tekanan dalam aktivitas akademiknya dengan
kesabaran yang tinggi, maka mahasiswa tersebut tidak akan mengalami stres
akademik.
Sampel/Subjek Sampel penelitian berjumlah 120 orang mahasiswa Universitas X yang dipilih
Penelitian menggunakan teknik cluster sampling.
Desain Penelitian/ Peneliti dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif korelasional.
Rancangan Eksperimen Terdapat 2 variabel yaitu kesabaran sebagai variabel bebas (X) dan stres akademik
sebagai variabel terikat (Y).
Metode Pengumpulan Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini terdiri dari
Data dua skala. Skala pertama adalah skala stres akademik yang disusun oleh Wicaksana
(2017) yang terdiri dari 34 item. Skala kedua dalam penelitian ini adalah skala
Kesabaran diukur dengan menggunakan skala sabar yang disusun oleh Rozi dan El
Hafiz berdasarkan pendapat-pendapat ulama yang terdiri dari 20 item. kedua skala
tersebut telah diuji cobakan terlebih dahulu kepada 60 orang subjek dimana diperoleh
nilai reliabilitas dengan menggunakan Alpha Cronbach sebesar 0,943 untuk skala
stres akademik dan 0,876 untuk skala kesabaran.
Pelaksanaan Penelitian Peneliti mengambil Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa di salah satu
Universitas swasta yang ada di Pekanbaru yang berjumlah 26.169 orang (Biro
Administrasi Akademik Universitas X, 2018). Sampel penelitian berjumlah 120 orang
ditentukan berdasarkan tabel penentuan jumlah sampel dalam buku Sugiyono (2011)
dengan menggunakan tingkat kesalahan 10%. Sampel tersebut diambil dengan
menggunakan teknik cluster random sampling gugus bertahap dengan 2 tahapan. Pada
tahap pertama peneliti melakukan random terhadap Fakultas, dan dilanjutkan dengan
melakukan random pada program studi. Berdasarkan hasil random, diperoleh 30
orang sampel dari Fakultas Agama Islam, 30 orang dari Fakultas Pertanian, 30 orang
dari Fakultas Hukum dan 30 orang dari Fakultas Ilmu sosial dan Politik.
Metode Analisis Data Peneliti menggunakan teknik analisis statistik parametrik yaitu uji korelasi Pearson
product moment yang bertujuan untuk menguji hipotesis asosiatif (uji hubungan) dua
variabel yaitu antara satu variabel bebas dengan satu variabel terikat. Sebelum
dilakukan uji hipotesis, peneliti terlebih dahulu melakukan uji asumsi normalitas dan
linieritas.
Hasil Penelitian Berdasarkan kategorisasi skor stres akademik, ditemukan bahwa sebagian besar
subjek penelitian ini memiliki skor stres akademik pada kategori sedang yaitu
sebanyak 56 dari 120 orang yang menjadi subjek penelitian, atau sebesar 46,7 persen
dari 100 persen subjek yang terlibat, sedangkan skor sabar diketahui bahwa sebagian
besar subjek penelitian ini memiliki skor sabar juga pada kategori sedang yaitu
sebanyak 40 dari 120 orang yang menjadi subjek penelitian, atau sebesar 33,3 persen
dari 100 persen subjek yang terlibat. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dapat
diambil kesimpulan bahwa mahasiswa pada sampel penelitian ini secara umum
memiliki stres akademik dan kesabaran dalam kategori sedang. Hanya sedikit
mahasiswa yang mengalami stres akademik sangat tinggi yaitu 6,7% dan sangat
sedikit mahasiswa yang memiliki kesabaran dalam kategori sangat rendah yaitu
sebesar 5%. Hasil uji asumsi normalitas sebaran data dengan menggunakan
Kolmogorv-Smirnov yang menunjukkan hasil bahwa variabel stres akademik
memiliki nilai signifikansi sebesar 0,074 (p > 0,05) dan variabel sabar 0,052 (p >
0,05). Hal ini menunjukkan bahwa kedua data dari variabel stres akademik dan sabar
berdistribusi normal. Selanjutnya hasil uji liniearitas ditemukan bahwa nilai
Flinierity= 56,162 dengan p sebesar 0,000 (p<0,005) maka dapat disimpulkan bahwa
hubungan antara variabel kesabaran dengan stres akademik menujukkan pola
hubungan linier. Hasil analisis statistik parametrik yaitu uji korelasi Pearson product
moment, maka diperoleh nilai koefisien korelasi (r) = -0,559 dan nilai signifikansi
0,000 (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi negatif yang signifikan
antara sabar dengan stres akademik pada mahasiswa. Semakin tinggi kesabaran
mahasiswa maka akan semakin rendah stres akademik mahasiswa dan juga
sebaliknya semakin rendah kesabaran maka akan semakin tinggi pula stres akademik
mahasiswa. Dengan demikian, hasil uji analisis data ini menyatakan bahwa hipotesis
dalam penelitian ini diterima. Berdasarkan hasil uji determinansi, maka diperoleh
nilai koefisien determinan (R-squared) dari pengaruh sabar terhadap stres akademik
pada mahasiswa adalah sebesar 0,312. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh sabar
terhadap stres akademik adalah sebesar 31,2%. Artinya, sabar memberikan
sumbangan efektif sebesar 31,2% terhadap stres akademik, sedangkan sisanya yang
sebesar 68,8% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian
ini.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kesabaran memberikan
dampak positif terhadap berkurangnya stres akademik pada mahasiswa. Sabar
memberikan sumbangan efektif sebesar 31,2% dalam menekan munculnya stres
akademik mahasiswa.
Kelebihan Dalam jurnal ini, penulis menggunakan dasar teori yang beragam dalam menjelaskan
permasalahan penelitian serta penulisan jurnal tersusun rapi dan sistematis. Bahasa
yang mudah di pahami dan pemaparan dari hasil penelitian di gambarkan dalam
bentuk tabel sehingga lebih mudah dipahami oleh pembaca. Jurnal ini juga
menuliskan saran untuk mahasiswa dan peneliti selanjutnya secara rinci.
Kekurangan Dalam jurnal ini, penulis tidak menjelaskan tahapan dari seluruh rangkaian penelitian
dengan rinci serta kurangnya responden untuk mengungkap permasalahan yang di
teliti karena dalam judul jurnal yaitu mahasisa di Pekanbaru. Akan tetapi, responden
hanya 120 orang dari 26.169 orang yang menjadi populasi.
Judul Penelitian Hubungan Syukur dan Sabar terhadap Kesejahteraan Subjektif pada Remaja
Nama Peneliti Farra Anisa Rahmania, Syarifah Na’imi Anisa, Putri Tri Hutami, Muhammad
Wibisono Ahmad Rusdi
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kesabaran dan syukur memiliki
korelasi positif yang signifikan dengan kesejahteraan subjektif. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui korelasi antara rasa syukur, sabar dan kesejahteraan
subjektif dari remaja. Terdapat 164 orang remaja yang berpartisipasi dalam penelitian
ini. Analisis statistik menunjukkan bahwa sabar dan syukur memiliki korelasi positif
yang signifikan dengan kesejahteraan subjektif. Sabar memiliki korelasi lebih tinggi
dengan kesejahteraan subjektif daripada rasa syukur. Analisis faktor menunjukkan
bahwa rasa syukur memiliki korelasi yang lebih baik dengan pengaruh positif
daripada kesabaran, tetapi sabar memiliki korelasi yang lebih baik dengan pengaruh
negatif dan kepuasan hidup daripada rasa syukur.
Pendahuluan/Latar Remaja dalam tahapan sosial dan psikologis memiliki kesadaran akan tanggung
Belakang Masalah jawab sosial (Brown, 2004), namun berbagai tekanan yang dialami pada masa remaja
akan berdampak pada fungsi neurologis, fisiologis, kognitif, emosional, fungsi
somatis, dan karakteristik kepribadiannya. (Santrock, 2003). Erikson (Pudjijogyanti,
1988) menyebutkan bahwa perubahan psikologis dan tuntutan dari lingkungan
mendorong remaja untuk dapat bersikap mandiri, sehingga merasa perlu untuk
mencari jati diri. Hal tersebut membantu remaja untuk bertahan dan mampu
mengatasi permasalahan yang sedang dialami. Dalam perkembangannya, tahapan
remaja rentan memiliki permasalahan dalam kesejahteraan subjektifnya. Menurut
Pargament (Pargament, Olsen, Reilly, Falgout, Ensing & Haitsma, 1992),
religiositas menjadi suatu bagian penting dalam konstruksi coping. Individu yang
memiliki hubungan langsung dengan Tuhan memiliki kekuatan yang lebih besar
untuk menghadapi stres kehidupan.
Teori/ definisi dari Abdullah bin Mas’ud berkata: “Iman itu terbagi menjadi dua bagian; sebagiannya
variabel yang diteliti (adalah) sabar dan sebagian (lainnya adalah) syukur (Sagir, 2014). Agama Islam
menganjurkan seorang muslim hendaknya memiliki sifat sabar dan syukur atas
kehidupan yang telah dimiliki. Sabar secara rasional merupakan aktualisasi atau sikap
dari perasaan sempit atau menyesakkan atas diri sendiri, sementara syukur merupakan
sikap atau pernyataan dari perasaan seseorang yang dalam keadaan gembira dan
menyenangkan. Namun, kedua sikap tersebut ada dalam qalbi/ hati setiap individu.
Dua perasaan tersebut dapat dikeluarkan berdasarkan keadaan yang dialami walaupun
keduanya bersumber dari dalam hati yang satu (Sagir, 2014)
Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini ada hubungan yang signifikan antara kesejahteraan
subjektif, syukur, dan sabar pada remaja
Sampel/Subjek Subjek dalam penelitian ini adalah 164 remaja yang terdiri dari siswa Sekolah
Penelitian Menengah Atas (SMA), mahasiswa, dan individu yang bekerja. Rata-rata subjek
berusia 21 tahun dengan 115 orang subjek perempuan dan 49 subjek laki-laki.
Desain Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Pengumpulan data dalam penelitian
Penelitian/Rancangan ini menggunakan skala dalam bentuk angket untuk mengungkap tiga variabel, yaitu,
Penelitian variabel syukur, dan variabel sabar, variabel kesejahteraan subjektif. Skala
kebersyukuran dan skala sabar yang digunakan pada penelitian ini merupakan skala
yang disusun oleh Rusdi (2016). Kemudian, skala kesejahteraan subjektif yang
digunakan pada penelitian ini adalah SWLS (Satisfaction With Life Scale) oleh
Diener, Emmons, Larsen dan Griffin (1985) dan skala PANAS (Positive and
Negative Affect) oleh Watson, Clark, dan Tellegen (1988) di mana skala PANAS
tersebut merupakan adaptasi dari teori yang dikemukakan oleh Diener.
Metode Pengambilan Pengambilan data dilakukan dengan metode purposive sampling, yakni pemilihan
Data subjek berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti.
Pelaksanaan penelitian Melakukan pemilihan subjek berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti
sebagai berikut: remaja yang mengalami perubahan fisik dan psikologis,
pembentukan identitas baru, dan pembentukan jati diri yang berdampak pada tingkat
kesejahteraan subjektif yang menurun.
Metode Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis korelasi Product
Moment Pearson. Metode tersebut digunakan setelah hasil uji normalitas
menunjukkan bahwa sebaran data normal.
Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa sabar dan syukur secara bersama-sama berperan
dalam kesejahteraan subjektif remaja. Hal ini senada dengan hasil-hasil riset
sebelumnya. Kebersyukuran memiliki peran dalam meningkatkan kesejahteraan
subjektif sebab terdapat penghargaan akan berbagai hal yang terjadi dalam kehidupan
individu. Hasil dari riset ini tidak hanya terbukti dari berbagai kajian literatur
sebelumnya (Sansone & Sansone, 2010; Wood, Froh, & Geraghty, 2010), namun
juga pada riset yang berbasis eksperimen (Rash, Matsuba, & Prkachin, 2011).
Dengan demikian, konsistensi hasil dapat dipertahankan termasuk dalam riset ini.
Selain itu, variabel kesabaran juga menunjukkan hasil yang senada dengan riset
terdahulu. Walaupun konstruk kesabaran dalam riset Barat relatif berbeda dengan
konstruk Islam. Dalam konsep Islam, kesabaran dimaknai sebagai ketabahan hingga
kemampuan menahan diri untuk melakukan hal yang dilarang oleh agama (Al-
Jauziyah, 2006). Sedangkan di Barat, merupakan kemampuan untuk menahan diri
pada saat menghadapi kesulitan atau tantangan (Schnitker, 2012). Ada kesamaan
terutama dalam hal kemampuan untuk mengendalikan diri saat menghadapi
kesusahan. ada masa remaja, eksplorasi diri yang dilakukan lebih kepada pengalaman
yang positif sehingga perilaku syukur lebih mudah untuk ditampilkan dalam
kehidupan sehari-hari sedangkan perilaku sabar biasanya dimunculkan ketika
individu berada pada pengalaman yang negatif. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat
disimpulkan bahwa perilaku syukur sedikit lebih tinggi sumbangan efektifnya
terhadap kesejahteraan subjektif dibandingkan perilaku sabar. Namun, baik syukur
dan sabar secara signifikan berhubungan dengan kesejahteraan subjektif pada remaja.
Kesimpulan Pada penelitian ini syukur dan sabar berhubungan secara signifikan dengan
kesejahteraan subjektif pada remaja. Semakin tinggi syukur dan sabar yang dimiliki
oleh subjek maka semakin tinggi tingkat kesejahteraan subjektif nya. Sebaliknya,
semakin rendah syukur dan sabar yang dimiliki oleh subjek maka semakin rendah
tingkat kesejahteraan subjektifnya.
Kelebihan Jurnal ini di tulis secara rapi dan sistematis, menggunakan bahasa yang mudah
dipahami serta menggunakan sumber-sumber dan literatur yang banyak. Selain itu,
teori yang digunakan juga beragam dan relevan dengan permasalahan yang diteliti.
Peneliti juga menjelaskan hasil dari penelitian menggunakan tabel dan penjelasan
yang mudah dipahami.
Kekurangan Dalam jurnal ini, kurang menjelaskan langkah-langkah dari penelitian yang
dilakukan. Selain itu, jumlah antara responden laki-laki dan perempuan memiliki
selisih yang cukup banyak yaitu sebanyak 66.
Judul Penelitian SABAR DAN SHALAT SEBAGAI MODEL UNTUK MENINGKATKAN
RESILIENSI DI DAERAH BENCANA YOGYAKARTA
Jurnal Jurnal Intervensi Psikologi
Volume dan Tahun Volume 4, No 2, Tahun 2012
Nama Peneliti Qurotul Uyun, Rumiani
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas Pelatihan Kesabaran dan Sholat
untuk meningkatkan Resiliensi bagi warga penyintas erupsi Merapi di
Yogyakarta, Indonesia. Perlakuan terdiri atas 8 sesi pelatihan diberikan selama
satu pekan dan masing-masing selama 2 jam. Partisipan dalam penelitian ini
adalah 68 penyintas (survivors) yang berasal dari 2 huntara, berusia sekitar 18-55
tahun dan dikelompokkan dalam 2 kelompok. Satu kelompok (n=37) sebagai
kelompok eksperimen menerima perlakuan, yakni pelatihan Kesabaran dan
Sholat. Satu kelompok lainnya (n=31) sebagai kelompok control (waiting list).
Skala Resiliensi CD-RISC (Connor-Davidson Resilience Scale) digunakan
sebagai alat ukur. Prates disajikan sebelum perlakuan dan pascates disajikan
setelah perlakuan dan 2 pekan setelah pascates (follow-up). Hasil uji t
menunjukkan t=0,614 dan p=0,270 (p>0,05). Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa perlakuan tidak efektif untuk meningkatkan resiliensi.
Pendahuluan/Latar Bencana yang beberapa waktu lalu terjadi adalah letusan gunung Merapi pada
Belakang Masalah akhir bulan Oktober 2010. Sebagian besar warga sekitar Merapi kehilangan harta
benda, tempat tinggal, dan nyawa dalam peristiwa tersebut. Kabupaten Sleman
merupakan daerah yang mengalami dampak paling parah, diikuti kabupaten
Magelang, Klaten dan baru kemudian dampak yang kurang parah pada daerah
lainnya. Secara psikologis hampir semua orang mengalami stres setelah kejadian
bencana hebat seperti letusan gunung berapi. Sebagian besar orang mengalami
stres berat saat kehilangan orang yang dicintainya, apalagi secara tidak terduga
seperti bencana alam. Menurut skala Rahe dan Holmes, peristiwa kehilangan
orang yang dicintai merupakan bentuk tekanan hidup yang terbesar (Nevid dkk,
1997). Penelitian tentang resiliensi di Indonesia sangat penting, karena banyak
kejadian yang menyebabkan tekanan dalam kehidupan masyarakat. Berdasarkan
hasil observasi terhadap penyintas gempa bumi di Bantul diketahui bahwa
sebagian dari mereka sangat resilien (memiliki resiliensi) karena keyakinan
spiritual mereka. Mereka yang lebih resilient disebabkan keyakinan-keyakinan
positif (positive beliefs) mereka. Mereka yakin bahwa bencana datangnya dari
Allah, kemudian mereka menerima dengan ikhlas serta berusaha mencari makna
dalam peristiwa tersebut. Kesabaran merupakan cara yang diajarkan Islam ketika
orang menghadapi keadaan yang sulit. Al-Quran memerintahkan kepada manusia
untuk menjadikan sabar dan shalat sebagai media untuk mendapat pertolongan
Allah dalam menghadapi berbagai kesulitan hidup.
Teori/ definisi dari variabel Resiliensi merupakan kemampuan individu untuk menghadapi trauma atau
yang terlibat kesengsaraan (adversity) dengan cara yang konstruktif, sehingga resiliensi akan
memengaruhi kemampuan para penyintas bencana untuk bangkit kembali setelah
kehilangan orang yang dicintainya. Salah satu faktor penting dalam spiritualitas
Islam adalah kesabaran. Al-Jauziyah (2006) menyatakan bahwa kesabaran
adalah kesediaan untuk menerima penderitaan dengan penuh ketabahan dan
ketenangan, sehingga kesabaran membuat orang mampu mengatasi setiap
masalah. Secara umum ada tiga aspek kesabaran, yaitu (1) ketaatan pada perintah
Allah dan sunnah Rasul dalam kehidupan sehari-hari, (2) ketaatan untuk
menghindari larangan Allah, (3) penerimaan terhadap cobaan, sehingga mampu
menghadapi keadaan yang buruk. Selain itu dikatakan juga bahwa shalat
bermanfaat untuk memberikan kesempatan mengungkapkan perasaan, harapan,
dan kebutuhan. Shalat merupakan bagian dari praktek keagamaan yang
digunakan sebagai sarana beribadah kepada Allah. Shalat lima waktu adalah
ibadah yang penting bagi orang Islam. Menurut Al-Ghazali (2010), shalat
adalah pilar agama, tempat bersemayamnya keyakinan, puncak perbuatan baik,
dan tindakan terbaik dari ketaatan kepada Allah. Shalat memainkan peran yang
penting terhadap kesehatan psikologis seseorang. Sebagaimana dikemukakan
oleh Ashy (1999), shalat lima waktu membantu mengurangi tekanan psikologis.
Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada pengaruh pelatihan sabar
dan shalat terhadap peningkatan resiliensi.
Sampel/Subjek Penelitian Subjek penelitian berjumlah 68 orang yang berasal dari masyarakat penyintas
letusan Merapi Oktober 2010 dan masih berada di barak pengungsian.
Desain Desain dalam penelitian ini menggunakan quasi experimental karena kesulitan
Penelitian/Rancangan dalam melakukan seleksi terhadap subjek yang masih berada di barak
Eksperimen pengungsian, sehingga tidak dimungkinkan melakukan random assignment
Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner alat ukur resiliensi
dengan skala CD-RISC hasil analisis faktor dari Yu & Zhang (2007). Skala
tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Pelaksanaan Penelitian 1) Pemilihan subjek dilakukan dengan cara ditawarkan pada orang-orang yang
masih tinggal di shelter dan bersedia mengikuti prosedur pelatihan. Subjek
berasal dari 2 shelter, 1 shelter sebagai kelompok eksperimen dan shelter lainnya
sebagai kelompok kontrol. 2) Sebelum pelatihan, subjek dalam kedua kelompok
diminta melengkapi kuesioner resiliensi sebagai pengukuran prates. 3) Kelompok
treatment diberi pelatihan dan kelompok kontrol akan diberi perlakuan setelah
selesai pengambilan pascates (waiting list). 4) Setelah sesi pelatihan selesai,
subjek melengkapi kuesioner resiliensi sebagai pascates. 5) Pengukuran tindak
lanjut (follow-up) dilakukan dua minggu setelah pascates. Pelatihan diberikan
selama delapan sesi, dengan waktu dua jam setiap sesi. Pelatihan diberikan oleh
trainer dan co trainer, serta ada observer yang diberi lembar kerja untuk
mencatat hasil observasi. Subjek juga diberi tugas rumah untuk menjalankan apa
yang sudah dipelajari dalam pelatihan, kemudian akan dilakukan review pada
pertemuan berikutnya.
Metode Analisa Data Teknik analisa data yang digunakan adalah independent sample t-test dengan
bantuan program SPSS14.5 for windows.
Hasil Penelitian Hasil analisis data menunjukkan t = 0,614 dengan p = 0,270 (p > 0,05).
Berdasarkan hasil tersebut, dinyatakan bahwa tidak ada perbedaan antara
kelompok yang diberi pelatihan (eksperimen) dengan kelompok yang tidak diberi
pelatihan (kontrol). Pelatihan sabar dan shalat tidak efektif untuk meningkatkan
resiliensi pada penyintas letusan Merapi, sehingga hipotesis yang diajukan tidak
diterima. Tidak adanya pengaruh pelatihan sabar dan shalat terhadap peningkatan
resiliensi menunjukkan bahwa pelatihan tersebut tidak efektif.
Kesimpulan Pelatihan sabar dan shalat tidak efektif untuk meningkatkan resiliensi, sehingga
hipotesis ditolak. Beberapa alasan telah dikemukakan di atas, yaitu berkaitan
dengan keadaan subjek yang masih berada di shelter, pendekatan teori yang
memandang resiliensi sebagai faktor kepribadian yang sulit diubah dalam waktu
singkat, adanya faktor-faktor lain yang menyebabkan resiliensi, serta tidak
dilakukannya randomisasi pada saat pembagian kelompok.
Kelebihan Jurnal ini tertulis secara rapih dan menggunakan teori atau literatur yang mudah
dipahami. Dalam pelaksanaan pelatihan yang dilakukan juga dijelaskan secara
detail dan sistematis, sehingga respoden mudah untuk mengikutinya.
Kekurangan Adapun kekurangan dalam jurnal ini, yaitu terlalu banyak sesi dalam pelatihan
dan tidak banyak mengaitkan teori atau literatur lain di luar judul penelitian yang
memungkinkan adanya keterkaitan untuk hasil penelitian.
Judul Penelitian Kualitas Hidup Lansia Ditinjau dari Sabar dan Dukungan sosial