Anda di halaman 1dari 25

2.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. BATU PERMATA / GEMSTONE

Batu permata bisa dikatakan sebagai sebuah batu batu mineral atau batu yang
dibentuk dari hasil prosedur geologi yang unsurnya terdiri atas satu ataupun
sejumlah komponen kimia yang mempunyai harga jual yang amat tinggi bahkan
harganya sampai milyaran. Batu permata banyak diminati oleh para kolektor. Batu
permata harus dipoles terlebih dahulu sebelum dijadikan perhiasan.

Membeli sebuah batu permata harus teliti dan hati-hati, bila tidak mengetahui
informasi tentang batu sudah pasti secara cepat akan mudah ditipu. Kualitas
daripada batu permata itu sendiri tergantung pada karakteristik yang berlainan.
Empat dari karakteristik tersebut secara mudah diingat selaku 4 C: Color, Clarity,
Cut and Carat.

2.1.1. SKALA KEKERASAN

Skala kekerasan adalah sebuah sifat fisik dari bebatuan, yang dipengaruhi oleh
tata letak intern dari atom. Peneliti mineral terkenal, Mr.K.E. Kinge (1860)
menyampaikan pengelompokan Batu Mulia / Batu Permata yang dijadikan
perhiasan dalam lima kelas sebagai berikut :

1. Batu permata kelas I (Diamond, Ruby, Safir, Topaz, Chrysoberyl Cubic


Zirconia) nilai kekerasan antara 8 s/d 10 Skala Mohs.

2. Batu permata kelas II (Beryl, Zircon, Zamrud, Aquamarine, Amethyst,


Garnet, Spinel,Quartz) nilai kekerasan antara 7 s/d 8 Skala Mohs.

3. Batu permata kelas III (Lapiz Lazuli, Citrin,Tourqis) Batu permata kelas
ini tergolong jenis batu mulia dan batu mulia tanggung, nilai kekerasan
kira-kira 7 Skala Mohs, sebagian besar terdiri dari asam kersik
(kiezelzuur).

10
Universitas Kristen Petra
4. Batu - Batu mulia Tanggung yaitu batu kelas IV (Phenakite Beryl Quartz
Peridot moonstone Opal), nilai kekerasan antara 4 – 7 5 Skala Mohs.

5. Batu kelas V nilai kerasnya dan kadar berat jenisnya sangat berbeda-beda.
Warnanya gelap (kusam) dan kebanyakan agak keruh, tidak tembus
cahaya, batunya sedikit mengkilap, dan harganyapun amat murah bila
dibandingkan dengan harga batu mulia. Dalam kelas ini termasuk batu
marmer dan batu kelas V tidak tergolong batu mulia. Contohnya adalah
Batu Akik. (The Jeweler’s Directory of Gemstone, 2012)

2.1.2. CUT & SHAPE / POTONGAN & BENTUK BATU

Ada 2 jenis potongan dalam batu mulia yaitu :

1. Cabochon : adalah batu atau obyek lain yang memiliki permukaan bawah
yang rata . Bentuknya ada yang bulat, lonjong, tetes air, kotak ataupun yang
tak beraturan.

Gambar 2.1. Contoh cabochon sapphire

2. Faceted : adalah batu / mineral yang sudah dibentuk berdasarkan potongan


simetris sehingga membentuk pantulan sinar yang indah jika dilihat dari atas.

Gambar 2.2. Contoh faceted sapphire

11
Universitas Kristen Petra
Gambar 2.3. Bagian Bentuk Batu

Gambar 2.4. Macam-macam bentuk potongan batu


(Sumber : The Jeweler’s Directory of Gemstone, 2012)

2.1.3. CLARITY / KEJERNIHAN BATU

12
Universitas Kristen Petra
Gambar 2.5. Kelas kejernihan batu
Sumber : Gemological Institute of America (GIA)

 Internally flawless (IF) : inclusion tidak terlihat meskipun dengan 10x


zoom.

 Very-very slight (VVS) : inclusion sangat halus sangat sulit terlihat

 Very slight (VSI) : inclusion kecil agak sulit terlihat

 Slight inclusion (SI) : inclusion agak mudah terlihat

 Imperfect (I) : inclusion sangat mudah terlihat dan kadang terlihat secara
kasat mata, mempengaruhi kecemerlangan dan penembusan cahaya
(transparency) .

2.1.4. CARATS / SATUAN BERAT BATU

Berat batu mulia dihitung dalam satuan berat "Carats (cts)" dimana 1 carat =
0.20 gram

13
Universitas Kristen Petra
Gambar 2.6. Cara menghitung karat batu
(Sumber : Gemological Institute of America, GIA)

2.1.5. COLOR / WARNA

Batu Berlian yang banyak diburu adalah yang Colorless alias bening tanpa
warna.

Gambar 2.7. Kelas warna batu


(Sumber : Gemological Institute of America, GIA)

2.1.6. SERTIFIKASI BATU MULIA

14
Universitas Kristen Petra
Gambar 2.8. Contoh sertifikat dari Aviannoor Gemslab
(Sumber : The Jeweler’s Directory of Gemstone, 2012)

Gambar 2.9. Contoh sertifikat dari GRI Lab


(Sumber : The Jeweler’s Directory of Gemstone, 2012)

2.2. Gallery

2.2.1. Pengertian Gallery (Ruang Pamer)

15
Universitas Kristen Petra
Menurut John F. Pile, gallery adalah ruang yang memamerkan barang-
barang seni, sebagian besar memiliki skala ruang yang lebih kecil dari museum
dan tidak disiapkan untuk menerima pengunjung dalam jumlah yang besar. Dalam
galeri yang harus diperhatikan yaitu perancangan ruang. pencahayaan ruang,
pencahayaan dan warna harus baik sehingga mendukung obyek yang dipamerkan.

Gallery adalah ruangan atau gedung unruk pameran karya seni dengan
mencoba menank perhatian orang banyak (Kamus Besar Bahasa Inggris-Indonesia
140).

2.2.2. Tujuan Gallery

1. Memberikan informasi mengenai benda-benda dan hasil karya seni


terhadap pengunjung atau konsumen dengan jalan memajang atau
memamerkan barang tersebut.

2. Sebagai promosi barang-barang seni.

3. Sebagai sarana komunikasi antara masyarakat dengan seniman.

4. Sebagai obyek rekreatif.

2.2.3. Fungsi Gallery

Menurut Kepala Kantor Wilayah Perdagangan (1990), gallery didirikan


dengan tujuan untuk memberikan informasi mengenai benda-benda dan hasil-hasil
karya seni, baik yang merupakan hasil karya para seniman maupun produk
industri terhadap para pengunjung atau konsumen, dengan jalan memajang atau
memamerkan barang-barang tersebut di dalam suatu peragaan yang
sesungguhnya. Barang-barang yang dipajang adalah barang-barang yang dapat
menarik perhatian dan dapat memberi informasi atau pengetahuan kepada
pengunjung.

Fungsi gallery menurut kakanwil perdagangan (1990) adalah:

1. Sebagai pusat infolmasi bagi para pengunjung.

16
Universitas Kristen Petra
2. Sebagai wadah promosi barang-barang seni.

3. Sebagai wadah pembinaan para seniman dalam mengembangkan dan


memasarkan hasil karya seninya.

4. Sebagai sarana komunikasi antara pengelola dengan peengunjung di dalam


suasana yang rekreatif.

5. Sebagai sarana memperkenalkan dan melestarikan karya seni dan budaya


dari seluruh Indonesia.

6. Sebagai wadah pembinaan usaha dan organisasi usaha bagi para seniman
dan pengelola.

7. Sebagai wadah kontak dagang antara konsumen dengan produsen serta


antar peserta pameran yang memungkinkan untuk peluang ekspor.

8. Sebagai jembatan dalam rangka pengelnbangan eksistensi semangat


kewiraswastaan.

9. Sebagai salah satu proyek pengembangan pariwisata nasional.

Gallery memiliki tiga fungsi menurut Roomscapes, Rizzoli Int Inc, New
York 1993,yaitu:

1. Fungsi komunikatif

Yang merupakan media penyampaian secara tidak langsung kepada


komsumen atau pengunjung gallery mengenai produk-produknya.

2. Fungsi apresiatif

Merupakan tempat berapresiasi para seniman dalam meningkatkan ide-ide


dan karyanya.

3. Fungsi estetis

Jadi sesuai dengan fungsi dan tujuan dari gallery maka gallery diharapkan
mampu untuk menjadi wadah apresiasi untuk para seniman.

17
Universitas Kristen Petra
Dalam ruang pameran ini juga harus mempunyai prinsip-prinsip desain
tata pameran gallery, yaitu:

1. Daya Tarik pameran dalam gallery:

a. Penggantian koleksi pameran secara kontinu atau lancar adalah sangat


penting sebagai daya tarik pengunjung.

b. Perlunya system atau desain tata pameran yang memudahkan


perubahan-perubahan koleksi tersebut.

c. Dalam hal di atas ini maka perlu lebih digiatkan adanya pameran
berkala.

2. Memuaskan dan menyenangkan pengunjung :

a. Memberikan pengarahan serta juga memberikan kebebasan bergeraj


kepada pengunjung.

b. Memberikan ruangan yang cukup bagi pengunjung.

c. Mengurangi sebanyak mungkin gangguan-gangguan terhadap


pengunjung, seperti gangguan cahaya, suara, dan kelembaban udara
serta lainnya.

d. Tata pameran yang mudah dihayati dan dimengerti oleh pengunjung


misalnya dengan ditingkatkannya teknik foto maupun tulisan yang
lebih dimengerti. Perlu juga dipertimbangkan pengunjung yang
berbeda-beda latar belakangnya.

3. Menaikkan nilai benda-benda koleksi :

a. Menonjolkan nilai sejarah serta religius dengan teknik tata pameran.

b. Membatasi serta menyeleksi benda-benda koleksi, sehingga jangan


menimbulkan kesan sangat padat penuh, serta memberi kesempatan
lebih besar pada pameran.

4. Mengutamakan kehadiran benda-benda koleksi:

18
Universitas Kristen Petra
a. Teknik tata pameran yang sederhana dapat menaikkan nilai benda-
benda pamer, dengan menghindari adanya unsur-unsur dekorasi
ataupun unsur yang lebih dominan dari benda koleksi yang mungkin
akan mengganggu konsentrasi.

b. Teknik pameran yang memberikan kesempatan lebih luas dan lebih


jelas kepada penglihatan pengunjung.

2.2.4. Pembagian Ruang dalam Gallery

1. Area publik

Area ini terdiri dari ruang pamer utama, toko souvenir (shop), ruang
istirahat terkadang menyediakan pula fasilitas ruang bimbingan
(workshop), auditorium, dan perpustakaan, restoran, kafetaria.

2. Area privat

Area privat terdiri dari kantor administrasi, gudang, ruang staff, dan ruang
maintenance.

2.2.5. Penataan Benda pada Gallery

Syarat penataan benda :

1. Random typical (acak).

2. Large space with an introductory showroom (terdapat pembatasan ruang


berdasarkan benda-benda yang dipajang).

Menurut Patricia dan David Adler (33), penataan benda seni ada 3 macam,
yaitu:

1. In show case

19
Universitas Kristen Petra
Benda yang dipanlerkan termasuk kecil, maka diperlukan wadah atau
kotak tembus pandang (kaca), yang kadang juga memperkuat kesan tema
dari benda yang didisplay.

2. Free standing on the floor or plinth or supports

Benda yang akan didisplay mempunyai bentuk yang cukup besar, sehingga
diperlukan panggung ataupun ketillggian lantai untuk batas dari display

3. On wall or panels

Benda karya seni lukisan yang paling banyak ditempatkan pada dinding
ruangan ataupun dinding partisi yang dibentuk untuk membatasi ruangan.

2.3. PERENCANAAN DAN LAYOUT

Desain interior harus mengklarifikasi poin-poin berikut dengan klien


mereka :

a. Presentase total ruang pameran display diberikan pada setiap jenis barang,
balk untuk pria, wanita, dan umum.

b. Jumlah rata-rata dan jenis dari setiap tipe yang diletakkan pada display /
dipamerkan dan yang disimpan.

c. Tingkat keamanan yang diberikan.

Prinsip-prinsip di atas biasa digunakan untuk toko-toko perhiasan dan harus


dipertimbangkan dalam tahap-tahap perencanaan sebagai berikut :

2.3.1. Lokasi

Toko yang melayani penjualan untuk pasaran secara luas sebaiknya


diletakkan pada jalanan yang sibuk agar dapat menarik penjualan secara besar-
besaran. Toko perhiasan dianggap sebagai toko yang menjual barang dengan
perbandingan dimana pelanggan dapat memilih berbagai perhiasan dengan gaya,
buatan, harga dan kualitas yang bermacam-macam. Karena itu secara umum akan

20
Universitas Kristen Petra
lebih baik untuk toko-toko lainnya menjadi 1 kelompok dengan toko perhiasan
lainnya di daerahnya.

2.3.2. Golongan

Barang pribadi untuk pelanggan pria atau wanita biasanya dipamerkan


pada meja display yang bagian atasnya terbuat dan kaca. Barang umum
dipamerkan pada lemari kaca di belakang meja display.

2.3.3. Jendela

Toko-toko popular memerlukan jandela dalam jumlah yang banyak yang


digunakan untuk memamerkan pilihan barang-barang jualannya yang beraneka
ragam. Keadaan dan ukuran dari barang jualan membuat mereka harua dilihat dari
jarak yang sangat dekat. Yang tentunya manyebabkan jendela harus memiliki
ambang yang tinggi dan kedalaman yang terbatas. Pertimbangan harus diberikan
untuk memberikan akses kepada para pegawai untuk dapat mengambil barang
untuk dijual secara langsung dan juga pengaturan sistem keamanan untuk
mencegah pencurian. Kaca laminasi anti pencuri harus digunakan pada jendela
dan kaca display sebagai pengganti dari terali keamanan yang tidak terlihat.

2.3.4. Interior

Desain interiornya harus didasarkan pada poin-poin berikut :

a. Pelanggannya dominan wanita, dan sebagian untuk pria.

b. Tingkat kemewahan harus dikaitkan dengan kualitas dari barang yang


dijual.

c. Dinding belakang biasanya pola jadi tidak bersaing dengan barang-barang


jualan.

21
Universitas Kristen Petra
d. Pada denah, meja display biasanya ditempatkan di sekeliling area
penjualan. Ini membuat pembatas dengan pelanggan pada sisi satu dan
pegawai pada sisi lainnya.

e. Toke eksklusif bisa juga memiliki denah dengan meja display yang bertipe
island, dimana pelanggan ditarik untuk berjalan berkeliling, dan mereka
dapat duduk dan melihat- lihat barang yang dibawa pada mereka pada area
resepsi.

2.3.5. Finishes

Display background yang digunakan menggunakan beludru agar serasi.


Biasanya berwarna Ungu gelap / biru yang digunakan pada perhiasan dari
bebatuan, biru gelap / hijau untuk perhiasan dari perak, platinum intan, dan merah
gelap untuk emas dan tembaga. Sedangkan untuk background dengan 1 warna
biasanya menggunakan dove grey (abu-abu).

2.3.6. Lighting

Tata cahaya yang benar memegang peranan penting karena akan


mempengaruhi penjualan. Dapat dihasilkan dengan kombinasi dari lampu
fluorescents dan incandescents dengan voltase yang rendah. Pencahayaan
incandescent bagus untuk batu-batu berharga karena menghasilkan sinar tajam
yang menyebabkan kilauan yang terang. Sedangkan untuk pewter (campuran
timah putih dan hitam) dan perak akan menghasilkan sinar berwarna kuning yang
merugikan dalam penjualan. Karena itu harus diseimbangkan dengan cahaya
matahari / fluorescents. Pertimbangan khusus harus diberikan pada pencahayaan
meja display, lemari pameran, dan jendela pameran. Pencahayaan dari dalam
harus mempunyai sumber yang tersernbunyi dan didukung dengan power points
untuk menghindari pelenturan / pembengkokan.

2.4. FIXTURES AND FITTINGS

22
Universitas Kristen Petra
2.4.1. Meja Display

Bagian atas dan depan biasanya terbuat dari kaca dengan akses dari bagian
belakang. Mungkin terdapat 1 dek pada stand logam atau meja display tinggi
dengan dek display pada bagian atasnya dan ketinggian display menengah. Harus
terdapat laci dan baki yang dapat dipindah jika diinginkan. Display kaca mungkin
memerlukan alas beludru untuk display dari beberapa perhiasan tertentu.

2.4.2. Wall Cabinet

Digunakan untuk memamerkan barang-barang yang lebih besar seperti


jam, pewter dan barang-barang dari perak. Tipe yang popular dibagi menjadi 2
bagian : bagian atas yang mempunyai pintu dari kaca yang bisa digeser dengan
kunci keamanan, dengan bagian bawah yang mempunyai laci atau pintu geser
yang terbuat dari bahan solid dan digunakan untuk menyimpan barang — barang
cadangan, kotak perhiasan, kotak untuk membungkus dan lain- lain.

2.4.3. Lemari Kaca

Lemari kaca ini harus didesain khusus menyesuajkan dengan pelanggan,


didalamnya terdapat pencahayaan dari dalam, ukuran yang bervariasi, jenis kaca,
sistem penguncian, dan fnishing yang dipilih.

2.4.4. Kursi

Jumlah, ukuran, dan tipe dari kursi harus disesuaikan dengan pelanggan.
Pengaturan kursi harus dihubungkan dengan display dan furnitur lainnya seperti
meja — meja, penggantung jas atau mantel, asbak, dll.

2.5. KEAMANAN

23
Universitas Kristen Petra
Toko perhiasan termasuk sebagai toko yang berisiko tinggi yang
didalamnya keamanan pelanggan harus diperhatikan. Hal ini meliputi :

2.5.1. Personal Attack

Tombol keamanan bisa disesuaikan dengan tempat manajer, resepsionis,


atau meja lain sehingga apabila ada serangan siapa saja dapat manekan tombol
atau memicu alarm ; bisa saja diprogam untuk menyalakan alarm secara otomatis
setelah beberapa detik atau secara langsung (untuk memberikan peringatan
secepatnya). Alat untuk memberi tanda bisa berupa bel, sirene, atau peringatan
melalui telepon. Sistem keamanan bisa juga dihubungkan dengan pengoperasian
dan perekaman pada kamera.

2.5.2. Alat Pendeteksi Penyusup

Banyak pilihan sistem yang tersedia untuk mandeteksi penyusup


didalamnya termasuk tombol perlindungan, papan kabel atau tabung, deteksi
getaran, detekai suara ultrasonik, Lapisan lantai yang mendeteksi tekanan dan
“ruang“ yang mendeteksi adanya pargerakkan didalam area yang dilindungi.

2.5.3. Pintu Keamanan

Dapat diaplikaaikan untuk melindungi area dengan resiko tinggi yang


didalamnya terdapat Barang-barang berharga seperti ruang kerja, ruang
penyimpanan. Perlindungan yang diaediakannya terpusat pada penerobosan secara
paksa atau tembakan oleh penyusup yang berusaha masuk. Pintu ini terbuat dari
batang-batang besi didalamnya dan bergantung pada engsel yang dapat menahan
beban berat yang ditanam pada tepian yang terbuat dari kayu keras yang dipasang
pada potongan logam. Pintu dapat dilengkapi dengan panel yang terlihat, kunci
listrik, dan sistem penutup otomatis. Dekorasi akhir dapat disesuaikan dengan
dekorasi ruangan.

24
Universitas Kristen Petra
2.5.4. Tempat Penyimpanan

Tempat penyimpanan sangat bermacam-macam tergantung dari pembuatan,


bentuk, dan ukuran. Sebelum tempat penyimpanan dipasang harus
dipertimbangkan apakah lantainya akan kuat menahan beban dan apakah tempat
penyimpanan tersebut dapat dibawa ke tempat yang dibutuhkan.

2.5.5. Ruang Tempat Penyimpanan

Ruang tempat penyimpanan biasanya dibangun oleh perusahaan khusus,


biasanya menggunakan spiral reinforcements balok — balok baton:

a. Spiral reinforcements : biasanya digunakan pada pekeljaan dalam;


menyediakan perlindungan yang lebih besar, tetapi harganya juga relatif
mahal. Terdiri dari 12,7mm batang didalam gulungan spiral berdiameter
127mm. Batang illi dipasang secara vertikal sebagai penyambung. Proses ini
diulang hjngga seluruh bagian dinding terjalin menjadi satu bentukan yang
solid.

b. Balok—balok beton : balok ini mempunyai lubang berbentuk lingkaran pada


bagian inti. Ukuran standart balok : ketebalan - 230mm, 305mm, 380mm,
535mm, atau 610mm; panjang — 610mm, atau 915mm; tinggi — 330mm;
tinggi rangkaian spesial — 203mm, 228mm, 280mm;sudut(bentuk L) — 305
X 610mm atau 610 X 915mm.

c. Atap : dapat dikonstruksikan dengan menggunakan balok beton yang sama


yang diperkuat dengan batang — batang baja atau dengan barisan balok yang
diperkuat dengan susunan spiral.

d. Lantai : balok dapat dibangun pada lantai beton yang sudah tersedia atau
dibangun pada fondasi baru hingga ke pembuatan detail. Ketika
meletakkannya diatas lantai yang sudah tersedia, perlu dipastikan bahwa lantai
itu dapat menahan beban. Alur berukuran 75 x 50mm dapat dipotong pada
beton yang terdapat pada akhir batang baja.

25
Universitas Kristen Petra
e. Ukuran : ukuran ruang tempat penyimpanan hams disesuajkan dengan ukuran
standart balok Hal ini menghilangkan kemungkinan yang akan menimbulkan
titik lemah pada ruang penyimpanan. Ukuran dalam ruangannya tidak boleh
lebih kecil dari 2,6 X 3,6 X 2,3 m (ketinggian). Ukuran yang lebih kecil dari
ini rnembuat ruangan tidak dapat digunakan dan tidak ekonomis untuk
dibangun

f. Internal Finishes : permukaan dinding dan atap harus dilapisi dengan lapisan
anti- kondensasi. Lantai biasanya ditipiskan menjadi garis dengan ambang
pintu pada bagian dalam.

g. Pintu Ruang Penyimpanan : harus ditempatkan sehingga dapat diayunkan


180° sehingga terbuka penuh. Biasanya terdiri dari pintu bagian luar dan pintu
bagian dalam. Pintu bagian luar dikonstruksi dengan plat baja pada bagian
luar, material pelapis pada bagian dalam, dan plat baja bagian dalam yang
menyatu dengan bagian luar. Material pelapis didesain untuk menahan
serangan dari peralatan pemotongan oksigen dan peralatan bor. Pintunya
dilengkapi dengan baut geser yang berat yang mengunci ke tepi ketika
terbentang. Jumlah baut bervariasi tetapi tidak biasa jika mendapati 7 baut di
bagian tepi, dan 2 baut pada bagian atas dan bawah. Pintu bagian dalam terdiri
dari terali baja yang dapat dikunci ketika pintu utama dibuka.

h. Pencahayaan : kabel - kabel listrik tidak boleh melewati dinding-dinding. Hal


ini dapat dicapai dengan memiliki saluran khusus yang menuju dan dari
tombol tersembunyi pada bagian atas engsel pada pintu utama ruang
penyimpanan. Cara ini juga memasrtikan bahwa semua perkabelan dalam
ruangan besi itu mati ketika pintu tertutup dan menghilangkan kemungkinan
terjadinya kebakaran akibat dari hubungan arus pendek. Pilihan pencahayaan
rnurni dari masalah citarasa / selera.

i. Ventilasi : dapat diperkenallcan dengan ruang plenum yang dibangun pada


bagian atas dari pintu utama.

j. Perlengkapan : kebutuhan pribadi harus disesuaikan dengan pelanggan.


Contohnya: lemari baja penyimpanan, rak terbuka, lemari penyimpanan,

26
Universitas Kristen Petra
security lockers dan peti besi untuk menyimpan uang dan barang-barang
berharga.

Gambar 2.10. Ruang penyimpanan menggunakan tembok beton

(Sumber : Ketchum 1957, p.189)

Gambar 2.11. Gambar tampak depan dan denah ruang penyimpanan

(Sumber : Ketchum 1957, p.179)

27
Universitas Kristen Petra
2.5.6. Ruang Kerja

Mungkin diperlukan ruang untuk perbaikan jam tangan dan barang-barang


perhiasan, mengukir, mendesain dan membangun pekerjaan berkomisi atau untuk
tujuan lainnya. Untuk keamanan dalam toko perhiasan, sebajknya pelanggan tidak
diberi akses ke ruang kerja. Barang-barang yang ingin diperbaiki diserahkan di
meja utama meja resepsionis dan diambil oleh pegawai kemudian dibawa ke
ruang kerja. Pertukaran / pengiriman barang- barang berharga dengan jumlah
banyak dilakukan pada ruang kerja dan ruang penyimpanan dibalik pintu
keamanan untuk menyediakan batas keamanan antara ruang tersebut dengan ruang
penjualan.

2.6. TOKO PERHIASAN

Gambar 2.13. Standar denah toko perhiasan

(Sumber : Ketchum 1957, p.183)

28
Universitas Kristen Petra
2.6.1. Tips dan Petunjuk

1. Pengaturan retail yang membawa barang-barang dengan kualitas tinggi


memerlukan sistem keamanan untuk tokonya dan untuk melindungi display dan
tempat penyimpanan.

 Lemari kaca yang berada di depan harus tahan akan serangan “smash-and-
grab”.

2. Kebanyakan toko perhiasan memberikan pelayanan melalui pegawai daripada


segi Service / pelayanan sendiri. Dengan mempertimbangkan :

 Persepsi pelanggan yang membeli produk dengan kualitas tinggi.

 Hubungan antara pelanggan dan penjual.

 Kenyamanan pelanggan.

3. Pencahayaan memainkan peranan panting dalam komunikasi non-verbal dalam


penampilan penjualan dari toko perhiasan tersebut.

 Gunakan spotlight untuk menerangi barang-barang yang dijual

 Terangi bagian dalam dari kotak display

 Terangi kotak display atau permukaan lainnya ketika pelanggan akan


melihat-lihat barang-barang yang dijual

 Pencahayaan sekeliling harus dipilih untuk melengkapi pencahayaan


produk.

2.4.2. Standar Ukuran

29
Universitas Kristen Petra
Gambar 2.14. Standar ukuran showcase dan sit-down counter

(Sumber : Ketchum 1957, p.186)

30
Universitas Kristen Petra
Gambar 2.15. Standar ukuran countertop mirror, window shadowbox dan corner
showcase

(Sumber : Ketchum 1957, p.186)

Gambar 2.16. Standar ukuran display yang dapat dilihat dari 4 sisi

(Sumber : Ketchum 1957, p.189)

31
Universitas Kristen Petra
Gambar 2.17. Standar ukuran showcase kaca dan free standing showcase

(Sumber : Ketchum 1957, p.189)

Gambar 2.18. Standar ukuran tabletop display

(Sumber : Ketchum 1957, p.189)

32
Universitas Kristen Petra
Gambar 2.19. Tata cara penempatan lampu pada display

(Sumber : Ketchum 1957, p.190)

Gambar 2.20. Standar ukuran display untuk perhiasan anting

(Sumber : Ketchum 1957, p.188)

33
Universitas Kristen Petra
Gambar 2.21. Standar ukuran wall display case dan potongannya

(Sumber : Ketchum 1957, p.188)

34
Universitas Kristen Petra

Anda mungkin juga menyukai