NIM : 195231094 Kelas : PBS 6C "Analisis Pembiayaan Bank Syariah"
Analisa Konten Youtube dari Detikcom
"Blak-Blakan Jusuf Kamka : Bank Syariah Lebih Kejam"
Banyak perusahaan-perusahaan yang mempunyai hutang di Bank, kata Jusuf Hamka,
"Mending ambil take over utangnya, kalau bank-bank sekarang lebih kejam. Ibarat kata kalau lagi panas, kita dikasih payung, begitu hujan payungnya diambil tidak boleh dipakai. Dan saya sudah mengalami berkali-kali, jangan sampai kita terkena kolektibilitas. Masalah kolektibilitas ini bisa menyangkut nama baik. Jangan sampai salah langkah menjadi susah karena bank-bank ini. Seperti kata Ustad Yusuf Manshur, jangankan Bank Konvensional yang sudah ingat kredit Bank Syariah juga lebih kejam. Itu benar saya nyatakan bank syariah karena saya pernah mengalami suatu hal kita hutang kita minta turun bunga tidak disetujui namun mau melunasi juga tidak disetujui. Bank Syariah yang kemarin dan tahun ini sudah siap dipolisikan kasusnya karena uang yang saya masukkan 800 Milyar untuk bayar utang, uangnya tidak diterima. Jusuf Hamka ingin dikembalikan uangnya 800 Milyar tetapi hanya 690 Milyar yang dikembalikan sedangkan 110 Milyar ditahan untuk membayar bunga, inilah bank syariah yang menurut beliau zalim, kejam dan kemaruk (lintah darat). Jusuf Hamka akan membuktikan bahwa ini zalim dan beliau mengaku bahwa mau diperas 20 Milyar untuk bayar denda dan ganti rugi. Semua karyawan yang bekerja diperusahaan belau sudah diasuransikan ke jiwasraya, pada awal covid-19 sudah diklaim semua. Sehingga 30% dari 1200 pegawai perusahaan mendapatkan pensiun dini ratusan juta hingga milyar rupiah untuk modal wirausaha dan keluar dari pekerjaannya. Menurut Jusuf Hamka, perusahaan ada uang lebih baik jangan di deposito karena hanya dengan bunga 3% dan dipotong pajak 0,5% jadi penghasilan bunga hanya 2,5% sedangkan hutang bunganya 10%, bank seperti mencekik orang lebih baik uangnya untuk melunasi hutang daripada untuk deposito." Permasalahan yang terjadi sebenarnya bukan terkait sistem dan perbankan syariah, melainkan terkait hubungan nasabah dengan bank. Dimana ada proses negosiasi dalam penyelesaian kewajiban pembiayaan yang belum memperoleh kesepakatan antara nasabah dengan sindikasi bank syariah. Permasalahan tersebut menyangkut pelunasan dipercepat atas pembiayaan sindikasi dari bank syariah. Lantaran terdapat persepsi dan perbedaan perhitungan kewajiban pelunasan tersebut antara nasabah dengan pihak bank. Fasilitas pembiayaan sindikasi senilai 834 Milyar, dengan akad pembiayaan Al Murabahah (jual beli). Terkait perubahan akad pembiayaan harus ada kesepakatan yang disetujui oleh kedua belah pihak. Kalau mau mengubah, maka harus atas mutual consent pihak yang terlibat yaitu nasabah dan bank syariah. Tidak bisa satu pihak memaksakan keinginannya sendiri tanpa persetujuan pihak lain, ini karena akan mengubah akad yang ada. Pihak bank berharap masyarakat ikut proaktif membuat bank syariah lebih kompetitif : 1. Masyarakat perlu memahami perbedaan mendasar antara bank syariah dengan bank konvensional. Contohnya, bedanya bunga dengan margin profit dalam pembiayaan murabahah. Di bank konvensional, bunga adalah tambahan yang harus dibayar oleh nasabah sebagai akibat dari pinjaman yang dilakukan. Obyek pinjamannya adalah uang. Sedangkan margin adalah tambahan yang harus dibayar oleh nasabah sebagai akibat dari jual beli yang dilakukan bank dengan nasabah dalam skema murabahah. Obyek pembiayaannya adalah barang/jasa yang dibutuhkan masyarakat. Oleh karena itu, dalam akad murabahah, barang/jasa yang dibutuhkan nasabah harus spesifik karena nanti bank syariah yang akan membeli lalu menjualnya kembali pada nasabah. 2. Masyarakat perlu menyadari bahwa tidak semua sektor usaha dapat dibiayai oleh bank syariah. Hanya sektor usaha yang sesuai dengan prinsip syariah yang dapat dibiayai. 3. Masyarakat perlu menyadari bahwa bank syariah memiliki DPS (Dewan Pengawas Syariah) yang menjalankan fungsi memastikan kesesuaian syariah dari praktek yang dilakukan bank syariah sehingga tidak bisa bank dan nasabah bermain-main dengan akad syariah. 4. Masyarakat juga perlu paham bahwa meningkatkan tabungan di bank syariah merupakan bagian dari meningkatkan daya saing bank syariah. Jika tabungan selama ini hanya sekedar tabungan berjangka maka masyarakat harus lebih percaya menempatkan tabungan dan bertransaksi sehari-hari di bank syariah. Semakin besar ukuran bank syariah yang ditandai dengan asset yang semakin besar maka bank syariah akan semakin efisien sehingga akan menjadi sangat kompetitif.