Anda di halaman 1dari 13

BUKU KERJA

PROGRAM PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI

PENANGANAN PASCA PANEN CABAI MERAH

Oleh :

Rijanti Rahaju Maulani

SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI


INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2020
Program Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode :
Penanganan Pasca Panen Cabai Merah

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .............................................................................................................................................. 2


BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................................. 3
1.1. STANDAR MUTU CABAI MERAH SEGAR ................................................................................ 4
BAB II PANEN .......................................................................................................................................... 5
2.1. Waktu Panen ............................................................................................................................... 5
2.2. Kriteria Panen .............................................................................................................................. 5
2.3. Cara Panen................................................................................................................................... 6
2.4. Pengumpulan hasil panen ........................................................................................................... 6
BAB III PENANGANAN PASCA PANEN CABAI MERAH ........................................................................... 7
3.1. Pencucian/pembersihan ............................................................................................................. 7
3.2. Sortasi dan grading .................................................................................................................... 7
3.3. Curing ........................................................................................................................................... 8
3.4. Pengemasan dan pelabelan ........................................................................................................ 8
3.5 Penyimpanan .............................................................................................................................. 10
3.6 Pengangkutan ............................................................................................................................. 10
BAB IV PENGERINGAN CABAI MERAH ................................................................................................. 11
BAB V PENUTUP ................................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................. 13

2
Judul Modul : Penanganan Pasca Panen Cabai Merah
Versi : 2020
Program Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode :
Penanganan Pasca Panen Cabai Merah

BAB I PENDAHULUAN

Cabai merah (Capsicum annum L.) merupakan salah satu jenis tanaman sayuran yang
mempunyai nilai ekonomi tinggi, karena komoditi ini merupakan jenis sayuran yang setiap
harinya banyak dikonsumsi. Tanaman cabai mempunyai daya adaptasi yang cukup baik untuk
dibudidayakan hampir pada semua jenis tanah dan tipe iklim yang berbeda, serta dapat
diusahakan sepanjang tahun.
Potensi pasar cabai merah terbuka lebar, baik pasar bebas maupun industri. Berdasarkan data
dari Kemendag RI (2019), kebutuhan perkapita cabai terus meningkat dari tahun ke tahun.
Tahun 2016 konsumsi untuk cabai total 2,90 kg/kapita/tahun, tahun 2017 sebesar 2,
kg/kapita/tahun, tahun 2018 sebesar 3,00 kg/kapita/tahun, dan tahun 2019 sebesar 3,05
kg/kapita/tahun. Harga cabai di pasar bebas relatif lebih baik dibandingkan dengan jenis
sayuran lainnya.
Seperti produk hortikultura lainnya, cabai merah merupakan komoditas yang mudah rusak,
sehingga dalam hal ini penanganan pasca panen berperan sebagai mata rantai yang tidak
dapat dipisahkan dari kegiatan produksi. Keberhasilan pasca panen cabai merah dimulai dari
sejak pemilihan benih, pertanaman, panen, setelah panen, pengemasan, penyimpanan,
pengangkutan, hingga pengolahan hasil. Semua tahapan yang dilaksanakan secara benar dan
sesuai akan saling mendukung dan memberikan hasil yang maksimal. Jika tidak ditangani
dengan baik setelah panen, maka mutu cabai akan turun sehingga akan menyebabkan
kerugian bagi petani.
Beberapa hal yang menjadi penyebab kerusakan cabai merah setelah panen (Ariawan, 2019),
diantaranya:
a. Hama dan penyakit: hama lalat buah (Dacus horsalis hend), penyakit antraknosa
(Colletotricum capsici syidow) dan busuk phytoptora (Phytophthora capsici leonian).
b. Kerusakan mekanis: terjadi selama penanganan dan pengangkutan.
c. Kerusakan fisis: tingginya kelembaban nisbi (>90%) dan suhu.
d. Kerusakan fisiologis: masih melakukan respirasi, setiap kenaikan suhu 10° akan memacu
laju 2-3 kali lipat.
Penanganan pasca panen yang baik melalui penerapan pedoman Good Handling Practices
(GHP) adalah salah satu cara untuk meminimalkan tingkat kerusakan produk hasil pertanian
setelah panen. Penerapan GHP mengurangi resiko kontaminasi produk segar selama
penanganan, pengemasan, penyimpanan dan transportasi. Dalam hal ini petani dituntut
untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam penanganan pascapanen buah cabai,
agar dapat bertahan lebih lama dan nilai jualnya semakin meningkat, bahkan dapat mejadi
sumber penghasilan tambahan bagi mereka.
Prinsip GHP cabai merah adalah:
3
Judul Modul : Penanganan Pasca Panen Cabai Merah
Versi : 2020
Program Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode :
Penanganan Pasca Panen Cabai Merah

a. Menekan tingkat kerusakan atau kehilangan hasil,


b. Menjaga mutu cabai sesuai persyaratan standar mutu yang berlaku,
c. Memproduksi cabai yang terjamin kualitas, kualitas dan kontinuitas (K3).

1.1. STANDAR MUTU CABAI MERAH SEGAR


Standar mutu cabai merah segar menurut SNI 01-4480-1998 adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Standar Mutu Cabai Merah Segar
Karakteristik Satuan Mutu I Mutu II Mutu III
Keseragaman warna % Merah >= 95 Merah >= 95 Merah >= 95
Keseragaman bentuk % 98 seragam 96 seragam 98 seragam
Keseragaman ukuran % 98 normal 96 normal 95 normal
a. Cabai merah besar
a.1. Panjang buah cm 12 - 14 9 - 11 <9
a.2. Garis tengah pangkal cm 1,5 - 1,7 1,3 - 1,5 < 1,3
b. Cabai merah keriting
b.1. Panjang buah cm > 12 - 17 10 - <12 <10
b.2. Garis tengah pangkal cm > 1,3 - 1,5 1,0 - <1,3 <1,0
Kadar kotoran % 1 2 5
Tingkat kerusakan dan busuk
a. Cabai merah besar % 0 1 2
b. Cabai merah keriting % 0 1 2

Catatan : Mutu II 5% dari jumlah buah atau panjang dan diameter buah boleh tidak memenuhi syarat mutu I,
tetapi masih memenuhi syarat II; Mutu III dari jumlah buah atau panjang dan diameter boleh tidak
memenuhi syarat mutu II, tetapi memenuhi syarat mutu III.
Sumber: SNI 01-4480-1998

4
Judul Modul : Penanganan Pasca Panen Cabai Merah
Versi : 2020
Program Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode :
Penanganan Pasca Panen Cabai Merah

BAB II PANEN

Pemanenan adalah kegiatan akhir dari pertanaman dan merupakan faktor penentu untuk
proses selanjutnya. Pemanenan dan penanganan cabai merah perlu dilakukan dengan hati-
hati untuk mempertahankan mutu.
2.1. Waktu Panen
Khusus di dataran rendah, tanaman cabai merah dapat dipanen pertama kali pada umur 70-
75 hari setelah tanam (BPTP Jateng, 2010). Sedangkan waktu panen pertama untuk cabai
merah di dataran tinggi biasanya lebih lambat, yaitu umur 4-5 bulan setelah tanam. Umur
panen cabai tergantung varietas yang digunakan, lokasi penanaman, dan kombinasi
pemupukan yang digunakan serta kesehatan tanaman.
Waktu panen sebaiknya dilakukan pada pagi hari karena bobot buah dalam keadaan optimal
akibat penimbunan zat pada malam hari dan belum terjadi penguapan. Pemanenan tidak
dilakukan pada saat dan setelah hujan, dengan tujuan untuk menghindari resiko
terkontaminasi dan perkembangbiakan mikroorganisme pengganggu
Panen cabai dapat dilakukan antara 12 - 16 kali dengan selang setiap 2 - 5 hari sekali
tergantung dari luas tanaman dan kondisi pasar. Tanaman cabai merah merah biasanya
mengalami masa istirahat selama 7-14 hari, setelah itu berbunga lagi. Namun bunga kedua
biasanya menghasilkan buah cabai yang berukuran kecil sehingga hasilnya menurun. Hasil
buah terbanyak pada umumnya terjadi pada panen ke empat sampai ke tujuh.

(a) (b) (c)


Gambar 1. Cabai merah siap panen (a); Panen cabai merah (b); Cabai merah baru dipanen (c)

2.2. Kriteria Panen


Cabai merah sebaiknya dipanen pada tingkat kematangan yang tepat. Cabai merah yang siap
dipanen yakni bentuknya utuh, padat, berwarna merah tua mengkilat dengan tingkat
kematangan 80-90% (masak) (Ariawan, 2019). Pada stadia merah tingkat kepedasan cabai
paling tinggi, sesuai dengan permintaan pasar dan konsumen. Jika pemanenan buah cabai
merah terlalu muda akan mengakibatkan buah mudah layu, susut bobot tinggi, tidak tahan
simpan dan kurang tahan gangguan mekanis selama pengangkutan.

5
Judul Modul : Penanganan Pasca Panen Cabai Merah
Versi : 2020
Program Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode :
Penanganan Pasca Panen Cabai Merah

2.3. Cara Panen


Pemanenan cabai merah dilakukan dengan tangan, caranya yaitu memetik buah beserta
tangkainya supaya buah tidak cepat busuk. Beberapa hal yang harus diperhatikan ketika
memanen cabai merah:
a. Hindari terjadinya luka dan patahnya cabang/ranting dengan melakukan pemetikan yang
tepat dan hati-hati.
b. Gunakan sarung tangan saat memetik untuk mencegah kontaminasi, peningkatan
kelembaban & keamanan pekerja terhadap minyak cabai yang dapat merusak kulit.
c. Gunakan wadah untuk petikan cabai, agar tidak tercecer.
d. Pisahkan segera buah yang busuk, untuk mencegah terjadinya penularan mikroba ke
buah cabai yang sehat.
e. Hasil panen harus disimpan terbuka dan hindarkan penutupan dengan karung plastik.
f. Hasil panen harus segera dibawa ke tempat teduh agar terhindar dari sinar matahari yang
panas.

2.4. Pengumpulan hasil panen


Pengumpulan hasil panen cabai merah dilakukan dengan memperhatikan persyaratan
sebagai berikut:
a. Lokasi pengumpulan harus terlindung dari sinar matahari dan air hujan secara langsung,
b. Kondisi lokasi pengumpulan: teduh, cukup lembab dan sirkulasi udara baik.
c. Dekat dengan lokasi panen,
d. Selama dikumpulkan, dapat dianginkan agar suhu tumpukan cabai sama dengan suhu
ruangan,
e. Tumpukan tidak boleh terlalu padat untuk menghindari panas berlebih,
f. Hindari tempat yang dekat dengan sumber kontaminan (misalnya: kandang ternak).
Perlengkapan yang dibutuhkan untuk pengumpulan hasil panen cabai merah adalah:
a. Lokasi tempat pengumpulan yang teduh/ternaungi dan bersih dari sampah,
b. Wadah atau alas tempat menampung,
c. Peralatan penganginan
d. Sarung tangan untuk pekerja.

6
Judul Modul : Penanganan Pasca Panen Cabai Merah
Versi : 2020
Program Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode :
Penanganan Pasca Panen Cabai Merah

BAB III PENANGANAN PASCA PANEN CABAI MERAH


Teknologi penanganan pascapanen primer (produk segar) maupun sekunder (produk olahan)
merupakan alternatif teknologi yang dapat dipilih terkait dengan peningkatan nilai tambah
produk dari cabai merah. Penanganan pasaca panen primer cabai erah segar merupakan
kegiatan utama yang penting dilakukan sebelum melangkah pada alternatif pengolahan yang
lain. Dengan penanganan segar yang baik, diharapkan mcabai merah dapat memenuhi
standar mutu produk cabai segar sesuai SNI serta memiliki nilai tambah yang lebih baik. Pada
saat cabai merah tidak dapat memenuhi standar mutu penjualan produk segar atau harga jual
yang rendah, maka cabai merah dapat diolah menjadi bentuk lain yang memiliki nilai ekonomi
cukup tinggi yaitu cabai kering dan pasta cabai.
Kegiatan-kegiatan penanganan pascapanen cabai merah segar harus dilakukan sesuai dengan
Pedoman Cara Penanganan Yang Baik (Good Handling Practices/GHP) yang mencakup
kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
3.1. Pencucian/pembersihan
Tujuan pencucian adalah untuk menghilangkan kotoran dan benda asing selain cabai yang
melekat pada cabai. Khusus untuk bahan baku industry, tangkai yang melekat pada cabai ikut
dibuang. Tahapan pencucian cabai merah adalah sebagai berikut:
a. Menghilangkan kotoran yang melekat: dengan cara menggosok secara perlahan dan
membilas dengan air bersih mengalir.
b. Penirisan: bertujuan agar cabai tidak basah, busuk, kusam, dan keriput.
c. Pada kondisi tertentu pencucian dapat menggunakan air berklorin dengan kadar yang
aman (maksimal 100 - 300 ppm).
3.2. Sortasi dan grading
Sortasi dilakukan untuk memisahkan buah cabai merah yang sehat, bentuk normal, dan baik.
Cabai merah yang cacat, rusak, abnormal, dan terserangan hama dan penyakit dipisahkan
pada wadah yang terpisah. Penundaan sortasi akan memperbesar kebusukan. Grading
merupakan kegiatan untuk mengelompokkan kelas mutu cabai merah berdasarkan
parameter mutu yang langsung terkait dengan nilai ekonomi dan tujuan penggunaannya,
dapat dilakukan bersama sekaligus dengan sortasi.
Pengelompokan mutu cabai merah didasarkan pada tiga hal, yaitu:
a. Pengelompokan menurut kelas mutu: Keseragaman, warna, bentuk, ukuran, dan
varietas.
b. Disesuaikan standar mutu/pasar: SNI 01-4480-1998, standar perdagangan lokal,
regional, maupun internasional.
c. Tujuan penggunaan: konsumsi segar, bahan baku industri pengolahan.
Grading untuk kepentingan pasar lokal, cukup dipisahkan antara golongan kualitas A1 (ukuran
>10 cm) dengan cabai kualitas B (ukuran <10 cm) panjangnya (Ariawan, 2019). Berdasarkan
7
Judul Modul : Penanganan Pasca Panen Cabai Merah
Versi : 2020
Program Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode :
Penanganan Pasca Panen Cabai Merah

hasil penelitan tentang preferensi konsumen rumah tangga terhadap kualitas cabai merah
menunjukkan bahwa rata-rata konsumen rumah tangga menyukai kulit cabai yang merah tua.
Hal ini sangat erat kaitannya dengan masakan yang akan dihasilkannya, yaitu berwarna merah
dan lebih menarik selera.

Gambar 3. Sortasi dan grading cabai merah

3.3. Curing
Curing bertujuan untuk memaksimalkan pembentukan dan penstabilan warna cabai merah
sebelum dikeringkan. Sedangkan curing pada penyimpanan cabai merah segar dimaksudkan
untuk membuang panas lapang, untuk mengurangi beban refrigerator (lemari pendingin).
Proses curing biasanya dilakukan dengan cara menghamparkan hasil panen cabai merah di
dalam rumah atau ditempat teduh sebelum dijual. Cara tersebut dimaksudkan untuk
mencegah kebusukan cabai merah sebelum dijual. Cara ini termasuk curing, karena
menyesuaikan kondisi mutu sesuai dengan keinginan pasar.
3.4. Pengemasan dan pelabelan
Pengemasan adalah suatu fasilitas perlakuan sebelum pemasaran dan memiliki fungsi dapat
mencegah kerusakan. Pengemasan yang baik dapat mencegah kehilangan hasil, memelihara
mutu, dan penampilan akan tetap baik. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
pengemasan cabai merah segar, sebagai berikut:
a. Meletakkan cabai yang telah disortasi dan di-grading ke dalam suatu wadah atau
kemasan tertentu, sesuai dengan kebutuhan perlakuan selanjutnya,
b. Penanganan pada saat pengemasan harus dilakukan dengan hati-hati,
c. Kapasitas kemasan harus memperhatikan yang direkomendasikan,
d. Gunakan kemasan yang tidak menyebabkan susut tercecer dan mekanis,
e. Isi kemasan jangan terlalu padat,
f. Harus memperhatikan aspek ekonomis kemasan.
Syarat pengemas yang baik adalah sebagai berikut:
a. Mudah dikelola/diangkat.
b. Aman
c. Ekonomis
d. Kebersihan terjamin

8
Judul Modul : Penanganan Pasca Panen Cabai Merah
Versi : 2020
Program Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode :
Penanganan Pasca Panen Cabai Merah

e. Tahan benturan
f. Berventilasi, sehingga memudahkan pertukaran udara, yang bisa mengurangi
penguapan.
Kemasan terbagi menjadi dua kelompok tergantung tujuannya, yaitu kemasan primer dan
kemasan sekunder.
a. Kemasan primer, kemasan eceran, kemasan pajangan: Kemasan yang dibuat khusus
dengan menambahkan nilai estetis untuk keperluan komersil. Bahan kemasan yang bisa
digunakan untuk eceran adalah baki styrofoam atau mika yang ditutup dengan plastik
wrapping, kantong plastik polyethylene (PE)/polypropylene (PP), dan wadah berbahan
plastic mika.

Gambar 4. Kemasan primer cabai merah segar


b. Kemasan sekunder, kemasan transportasi: Kemasan yang digunakan untuk memudahkan
pemindahan cabai agar tidak tercecer dan utuh. Bahan kemasan yang digunakan adalah
keranjang bambu, keranjang kayu, keranjang plastik, sak plastik, kantong plastik dan
kotak kardus/ karton.

Gambar 5. Kemasan sekunder cabai merah segar


Kelebihan penggunaan keranjang plastik sebagai kemasan transportasi adalah:
• Lebih baik dan lebih awet dari keranjang bambu/kayu
• Mengurangi kerusakan fisiologis karena memiliki aerasi udara yang baik
• Sesuai untuk pasar modern, ekspor
• Untuk transportasi dan penyimpanan
• Dapat digunakan berulang-ulang
• Ramah lingkungan
Kelebihan penggunaan kardus/karton adalah:
• Sesuai untuk pasar modern, ekspor
9
Judul Modul : Penanganan Pasca Panen Cabai Merah
Versi : 2020
Program Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode :
Penanganan Pasca Panen Cabai Merah

• Mudah ditangani
• Dapat digunakan untuk transportasi dan retail
• Ramah lingkungan & mudah didaur ulang
Pelabelan bertujuan untuk memberikan informasi tentang produk yang dikemas. Label yang
digunakan dalam kemasan cabai dapat berupa nama produk, jenis produk, nama produsen
atau logo. Pada label kemasan juga dapat ditambahkan dengan informasi lain seperti manfaat
produk atau ciri khas produk. Bila sudah tersertifikasi organik, pada label dapat dicantumkan
label organic.
3.5 Penyimpanan
Seperti produk hortikultura lainnya, setelah dipanen secara fisiologis cabai merah masih terus
melakukan proses kehidupan melalui aktivitas respirasi. Sehingga perlu diusahakan agar
respirasi tidak dibiarkan berlangsung cepat. Sampai saat ini, pendinginan masih diakui sebagai
cara yang terbaik dipakai untuk menyimpan cabai segar, walaupun hanya menghasilkan masa
simpan yang terbatas. Pendinginan pada dasarnya berprinsip bahwa mikroorganisme tidak
dapat berkembang dan sebagian besar perubahan secara biokimia dapat dicegah.
Penyimpanan pada suhu dingin dengan menggunakan refrigerator (lemari pendingin) dinilai
lebih mudah dibandingkan dengan cara pendinginan lainnya. Penyimpanan cabai merah pada
suhu 5oC dapat mempertahankan cabai merah selama 38 hari (Aulianda, 2019). Sedangkan
pada suhu ruang hanya bertahan selama 5 hari (Sudaro & Dewi, 2000).
3.6 Pengangkutan
Pengangkutan merupakan mata rantai penting dalam penanganan, penyimpanan dan
distribusi sayuran. Hampir seluruh hasil produksi cabai merah mengalami proses
pengangkutan dari tempat cabai merah dipanen sampai ke konsumen, pasar atau pusat-pusat
perdagangan lainnya. Selama pengangkutan, hasil panen mengalami kerusakan, baik
kerusakan fisik, mekanik, maupun biologis. Kerusakan mekanik terjadi akibat benturan,
gesekan, dan memar, sedangkan kerusakan biologis terjadi akibat adanya respirasi bahan
dalam wadah tertutup. Respirasi menyebabkan naiknya suhu, sehingga cabai mudah rusak.
Untuk mengurangi risiko kerusakan selama proses pengangkutan, hal-hal yang harus
dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Cabai merah harus dikemas dalam wadah yang berventilasi seperti keranjang bambu atau
keranjang plastik dengan kapasitas 20 kg atau karton/kardus berventilasi dengan
kapasitas 20 kg.
b. Tidak ditumpuk secara berlebihan.
c. Tidak diduduki atau ditumpuk dengan produk lain yang lebih berat.
d. Tidak dilempar saat muat ataupun bongkar muat.

10
Judul Modul : Penanganan Pasca Panen Cabai Merah
Versi : 2020
Program Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode :
Penanganan Pasca Panen Cabai Merah

BAB IV PENGERINGAN CABAI MERAH


Teknologi pengeringan cabai merupakan salah satu alternatif teknologi untuk meningkatkan
nilai tambah produk pada saat kapasitas produksi meningkat serta harga jual menurun. Cabai
yang telah kering sempurna ditandai dengan tingkat kerapuhan yang tinggi bila diremas. Pada
pengeringan secara konvensional, dapat dilakukan pengeringan dengan mempergunakan
panas matahari (sekitar 8 -15 hari) dimana sangat tergantung pada cuaca, suhu, dan
kelembaban. Proses pengeringan dapat dipercepat dengan cara pembelahan cabai dan
membuang bijinya serta dikombinasi dengan proses pengeringan dengan mempergunakan
oven pengering dengan suhu 60° C selama 10 - 15 jam. Untuk memperpanjang umur simpan,
sebaiknya tepung cabai memiliki kadar air akhir maksimal 7 - 8 % serta kondisi pengemasan
yang baik. Pada proses pengolahan tepung cabai kering, umumnya diperoleh rendemen
berkisar 40 - 50 %.
Tahapan pengeringan cabau sebagai berikut:
a. Sortasi: pemilihan cabai yang tidak busuk dan terkena hama dan penyakit.
b. Pencucian: cabai dicuci dengan menggunakan air bersih dan mengalir untuk
menghilangkan kotoran yang menmpel.
c. Pembersihan tangkai dan pembuangan biji: menggunakan pisau tajam dan bersih,
pekerja harus menggunakan sarung tangan.
d. Blansing: direndam dalam air panas (90oC) yang sudah dicampur dengan natrium bisulfit
(0,2%) selama 6 menit.
e. Penirisan: untuk menghilangkan air bekas rendaman yang menempel.
f. Pengeringan: menggunakan metode penjemuran langsung, penjemuran tidak langsung,
atau oven pengering sampai cabai mongering (kadar air <12%).
g. Penggilingan: untuk menghasilkan cabai bubuk, dilakukan penggilingan menggunakan
blender atau milling.
h. Pengemasan: menggunakan kemasan plastic atau alumunium foil yang tertutup rapat.

Gambar 6. Cabai kering dan cabai kering giling

11
Judul Modul : Penanganan Pasca Panen Cabai Merah
Versi : 2020
Program Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode :
Penanganan Pasca Panen Cabai Merah

BAB V PENUTUP
Penanganan pasca panen cabai merah yang sesuai dengan pedoman Good Handling Practices
(GHP) dapat memberikan banyak keuntungan bagi produsen, selain dapat menekan
kehilangan (loss) pasca panen, GHP dapat mempertahankan mutu cabai merah segar maupun
kering yang baik sehingga nilai ekonomisnya tetap tinggi dan produk yang dihasilkan
memenuhi standar kemanan pangan (food safety) dan ramah linkungan.

12
Judul Modul : Penanganan Pasca Panen Cabai Merah
Versi : 2020
Program Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode :
Penanganan Pasca Panen Cabai Merah

DAFTAR PUSTAKA
Ariawan, I. 2019. Penanganan Pasca Panen Cabai. Diakses dari:
http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/77200/Penanganan-Pasca-Panen-Cabai/
pada tanggal 30 Oktober 2020.

Aulianda, R. 2019. Pendugaan umur simpan cabai merah segar (Capsicum annum l.)
Berdasarkan kandungan total padatan terlarut menggunakan model arrhenius dan
Q10. [Skripsi]. Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. 2019. Analisis Perkembangan Harga Bahan


Pangan Pokok di Pasar Domestik dan Internasional. Pusat Pengkajian Perdagangan
Dalam Negeri. Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan.

Sudaro, Y. & Dewi A. R. 2000. Pengeringan Cabai. Penebar Swadaya. Jakarta.

13
Judul Modul : Penanganan Pasca Panen Cabai Merah
Versi : 2020

Anda mungkin juga menyukai