Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN AKHIR

CABAI MERAH (Capsicum annum L)

PRAKTEK TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN HOLTIKULTURA

DISUSUN OLEH

NAMA : IRWAN SYAHPUTRA


NPM : 1913010109

PRODI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN PANCA BUDI

MEDAN

2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur tidak henti-hentinya kita panjatkan kehadirat Allah
Swt yang telah memberikan rahmat, nikmat dan anugerah-Nya sehingga Laporan
Praktikum teknologi produksi tanaman Holtikultura ini dapat terselesaikan dengan
baik, meski jauh dari kata sempurna.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dan terlihat dalam proses pembuatan Laporan Praktilk teknologi produksi
tanaman Holtikultura ini, terkhusus kepada:

1. Kepada Ir Maimunah Siregar, MP, selaku dosen pengampu mata kuliah


Praktik teknologi produksi tanaman Holtikultura
2. Kepada para orangtua yang tak pernah putus mendoakan agar kuliah kami
berjalan dengan baik.
3. Dan seluruh Dosen – dosen dan staf Universitas Pembangunan Panca Budi
yang berkenan membantu hingga Laporan Praktikum teknologi produksi
tanaman Holtikultura ini dapat selesai.

Demikianlah Laporan Praktik teknologi produksi tanaman Holtikultura yang


saya buat dengan sepenuh hati. Tidak lupa kritik dan saran saya harapkan agar
laporan ini dapat menjadi lebih baik lagi.

Semoga laporan ini bisa bermanfaat bagi semua dan terkhusus bagi saya
selaku penulis. Terima Kasih.

Stabat, Januari 2021

Irwan syahputra
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR....................................................................................ii

DAFTAR ISI ............................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................4

1.1 Latar belakang.......................................................................................4


1.2 tujuan ....................................................................................................5
1.3 rumusan masalah ..................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................6

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................8

3.1 Hasil ....................................................................................................8

3.2 Pembahasan.........................................................................................10

BAB IV PENUTUP .......................................................................13


4.1 Kesimpulan ....................................................................................13
4.2 Saran ..............................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................14
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 latar belakang

Tanaman cabai merah merupakan salah satu komoditi sayuran yang

memiliki nilai ekonomi tinggi. Besarnya kebutuhan cabai merah baik dalam

maupun luar negeri menjadikan cabai merah sebagai komoditi hasil pertanian

yang menjanjikan. Pada tahun 2016 BPS mencatat produktivitas cabai mencapai 8

ton/ha. Sedangkan kebutuhan masyarakat perkotaan setiap bulan mencapai 88.000

ton/bulan dengan luasan lahan panen yang harus tersedia sebesar 11.000 ton/ha.

Budidaya cabai merah tersebar di seluruh provinsi di Indonesia dengan sasaran

produksi tertinggi di Pulau Jawa diikuti Provinsi Sumatera Utara. RENSTRA

Kementerian Pertanian tahun 2015 –2019 meunjukkan target pemerintah dalam

sektor produksi cabai merah mengalami peningkatan 11,75%. Seiring dengan

kebutuhan cabai merah yang terus meningkat.(Swastika et al, 2017)

Budidaya cabai merah menjanjikan keuntungan yang besar, tetapi tidak

jarang petani justru mengalami kerugian akibat gagal panen dan harga yang tidak

stabil pada saat musim panen. Salah satu penyebab cabai merah mengalami gagal

panen adalah sistem perawatan yang kurang tepat, misalnya pada saat pemupukan,

penyemprotan hama dan pengairan. Sistem pengairan yang dilakukan petani saat

ini masih manual, yaitu melakukan pengairan dengan melihat kondisi permukaan

tanah. Apabila permukaan tanah terlihat kering, petani melakukan pengairan

begitupun sebaliknya. Pola pengairan seperti ini menjadi salah satu penyebab

gagal panen, pangkal batang tanaman cabai membusuk dan mati akibat terlalu

basah.
Cabai merah adalah tanaman hortikultura yang banyak dibudidayakan

secara komersial.Hal ini disebabkan karena cabai mengandung gizi dan dapat

menambah citarasa masakan. Kebutuhan akan cabai merah semakin meningkat,

sejalan dengan semakin beragamnya jenis makanan yang menggunakan cabai

merah. Cabai merah pada dasawarsa terakhir ini merupakan komoditas unggulan

diantara 18 jenis sayuran komersial yang dibudidayakan di Indonesia. Walaupun

harga cabai merah tersebut selalu mengalami fluktuasi harga yang tajam, namun

minat petani untuk membudidayakannya tetap tinggi (Barus, 2006).

1.2 Tujuan

1. Mempelajari mata kuliah praktik teknologi produksi tanaman holtikultura

terutaman tanaman cabai merah

2. Mempelajari perkembangan tanaman cabai merah dari mulai semai sampai

dengan panen

3. Mengenal resiko yang akan dihadapi pada saat budidaya tanaman cabai

merah.

1.3 Rumusan masalah

1. Bagaimana cara tanaman cabai merah agar tidakk terkena penyakit layu

fusarium ?

2. Bagaimana cara mengatasi kriting daun pada tanaman cabai ?

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
Cabai merah (Capsicum annum L.) merupakan salah satu jenis tanaman

hortikultura penting yang dibudidayakan secara komersial, hal ini disebabkan

selain cabai memiliki kandungan gizi yang cukup lengkap juga memiliki nilai

ekonomis tinggi yang banyak digunakan baik untuk konsumsi rumah tangga

maupun untuk keperluan industri makanan . Cabai merah memberikan warna dan

rasa yang dapat membangkitkan selera makan, banyak mengandung vitamin dan

dapat juga digunakan sebagai obat - obatan, bahan campuran makanan dan

peternakan

Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan spesies yang

dibudidayakan paling luas karena merupakan spesies cabai pertama yang

ditemukan oleh Columbus dan di introduksikan ke seluruh dunia. Cabai

diperdagangkan ke Asia pada abad ke-16, dan spesies cabai pedas tersebar paling

luas di Asia Tenggara 2002). Cabai merah masuk ke Indonesia dibawa oleh

bangsa Portugis sekitar 450-500 tahun yang lalu.

Cabai merah beradaptasi dengan cepat dan dan diterima oleh bangsa asli

Indonesia sehingga menjadi salah satu sayuran penting. Lebih dari 100 spesies

Capsicum telah diidentifikasi. Lima spesies di antaranya telah dibudidayakan

Yaitu C. Annum, C. Chinense, C. Frutescens, C. Pubescens, dan C. Baccatum

Kebutuhan akan cabai merah tiap tahun semakin meningkat sehubungan

dengan semakin beragam dan bervariasinya jenis masakan yang menggunakan

bahan asal cabai merah mulai dari kebutuhan rumah tangga, buah segar sampai

kebutuhan luar negeri. Tingkat konsumsi per kapita terhadap cabai merah pada

tahun 1992 sebesar3.16kg/tahun + 8.9 g per kapita per hari, tidak termasuk

kebutuhan industri
.Berikut ini merupakan klasifikasi tanaman cabai merah :

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Subkelas : Sympetale

Ordo : Tubiflorae

Famili : Solonaceae

Genus : Capsicum

Spesies : Capsicum annuum L


BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Dari pengamatan tanaman cabai merah ( capsicum annum L ) dari mulai

penyemaian sampai minggu ke sembilan, maka di dapat hasil sebagai berikut ;

Gambar 1, pengamatan minggu keenam

Tabel 1, pengamatan minggu keenam

Kompos + sekam + Bakaran + sekam + Top soil + sekam +

poc poc poc


Tan1 Tan2 Tan3 Tan1 Tan2 Tan3 Tan1 Tan2 Tan3
tinggi 42 cm 44 cm 36 cm 23 cm 23 cm 25 cm 38 cm 42 cm 35 cm
Helai 22 20 21 19 17 18 18 20 20

daun

Gambar 2, pengamatan minggu ke delapan


Kompos + sekam + Bakaran + sekam + Top soil + sekam +

poc poc poc


Tan Tan2 Tan Tan1 Tan Tan Tan1 Tan Tan3

1 3 2 3 2
tinggi 50 37 35 35 33 35 49 35 31

cm cm cm cm cm cm cm cm cm
Helai daun 46 35 29 39 29 26 35 25 22

Gambar 3, pengamatan minggu ke sembilan


Tabel 3, pengamatan minggu kesembilan

Kompos + sekam + Bakaran + sekam + Top soil + sekam +

poc poc poc


Tan Tan2 Tan Tan1 Tan Tan Tan1 Tan Tan3

1 3 2 3 2
tinggi 50 38 35 36 35 37 50 37 33

cm cm cm cm cm cm cm cm cm
Helai daun 46 34 30 35 30 30 37 26 22

3.2 Pembahasan

Usaha tani tanaman cabe (Capsicum annuum L.) memerlukan modal besar

dan keterampilan yang cukup. Tidak jarang petani cabe merugi karena abai

memperhitungkan faktor cuaca, fluktuasi harga atau serangan hama dan penyakit.

Oleh karena itu, segala resiko dalam budidaya tanaman cabe harus

dipertimbangkan secara matang.

Serangan hama dan penyakit merupakan salah satu faktor resiko yang

cukup besar dalam budidaya cabe. Agar sukses menjalankan usaha tani cabe, ada

baiknya kita mengenal jenis-jenis hama dan penyakit yang biasa menyerang

tanaman cabe.

Dari hasil praktikum teknologi produksi tanaman holtikultura komoditas

cabai, tanaman mengalami kenaikan yang cukup stabil. Hal ini dapat dilihat ketika

pengamatan minggu ke enam pada media tanam kompos + sekam + poc, sampel

tanaman pertama memiliki tinggi 42 cm helai daun 22, kemudia sampel tanama

kedua memiliki tinggi 44 cm helai daun 20, dan sampel tanaman ketiga 36 cm

helai daun 21,. Kemudian pada media tanam tanah top soil + sekam + poc, sampel
tanaman pertama memiliki tinggi 38 cm helai daun 18, kemudia sampel tanama

kedua memiliki tinggi 42 cm helai daun 20, dan sampel tanaman ketiga 35 cm

helai daun 20,. Sedangkan pada media tanam tanah tanah bakaran + sekam + poc,

sampel tanaman pertama memiliki tinggi 23 cm helai daun 19, kemudia sampel

tanama kedua memiliki tinggi 23 cm helai daun 17, dan sampel tanaman ketiga

25 cm helai daun 18, kendala yang saya hadapi pada saat sapai minggu ke enam

ini belum terlihat.

Kemudian pada pengamatan minggu ke delapan pada media tanam

kompos + sekam + poc, sampel tanaman pertama memiliki tinggi 50 cm helai

daun 46, kemudia sampel tanama kedua memiliki tinggi 37 cm helai daun 35, dan

sampel tanaman ketiga 35 cm helai daun 29,. Kemudian pada media tanam tanah

top soil + sekam + poc, sampel tanaman pertama memiliki tinggi 49 cm helai

daun 35, kemudia sampel tanama kedua memiliki tinggi 35 cm helai daun 25, dan

sampel tanaman ketiga 31 cm helai daun 22,. Sedangkan pada media tanam tanah

tanah bakaran + sekam + poc, sampel tanaman pertama memiliki tinggi 35 cm

helai daun 39, kemudia sampel tanama kedua memiliki tinggi 33 cm helai daun

29, dan sampel tanaman ketiga 35 cm helai daun 26, Untuk Kendalanya Ada

Beberapa Tanaman Daun Nya Cepat Menguning Dan 1 Tanaman Yang Lama

Pertumbuhan Nya dan beberapa daun tanaman ada mulai kriting.

Kemudian pada pengamatan minggu kesembilan pada media tanam

kompos + sekam + poc, sampel tanaman pertama memiliki tinggi 50 cm helai

daun 46, kemudia sampel tanama kedua memiliki tinggi 38 cm helai daun 34, dan

sampel tanaman ketiga 35 cm helai daun 30,. Kemudian pada media tanam tanah

top soil + sekam + poc, sampel tanaman pertama memiliki tinggi 50 cm helai
daun 37, kemudia sampel tanama kedua memiliki tinggi 37 cm helai daun 26, dan

sampel tanaman ketiga 33 cm helai daun 22,. Sedangkan pada media tanam tanah

tanah bakaran + sekam + poc, sampel tanaman pertama memiliki tinggi 36 cm

helai daun 35, kemudia sampel tanama kedua memiliki tinggi 35 cm helai daun

30, dan sampel tanaman ketiga 37 cm helai daun 30, Untuk Kendala yang saya

hadapi di minggu ke 9 ini ialah, beberapa daun tanaman cabai kriting, dan ada

satu tanaman sepertinya mengalami penyakit layu fusarium,. Kelebihan yang saya

dapatkan di minggu ke 9 ini ialan, walapun tanaman mengalami keriting daun

tetapi sudah terjadi pembuahan.


BAB IV

PENUTUPAN

4.1 Kesimpulan

1. Dari hasil praktikum teknologi produksi tanaman holtikultura komoditas

cabai, tanaman mengalami kenaikan yang cukup stabil,

2. Dalam melakaukan Usaha tani tanaman cabe (Capsicum annuum L.)

memerlukan modal besar dan keterampilan yang cukup, karena Serangan

hama dan penyakit merupakan salah satu faktor resiko yang cukup besar

dalam budidaya cabai merah

3. Dari pengamatan minggu ke enam belum terlihat kendala yang saya

hadapi

4. Dari pengamatan minggu ke delapan Untuk Kendalanya Ada Beberapa

Tanaman Daun Nya Cepat Menguning Dan 1 Tanaman Yang Lama

Pertumbuhan Nya dan beberapa daun tanaman ada mulai kriting.

5. Untuk Kendala yang saya hadapi di minggu ke 9 ini ialah, beberapa daun

tanaman cabai kriting, dan ada satu tanaman sepertinya mengalami

penyakit layu fusarium,. Kelebihan yang saya dapatkan di minggu ke 9 ini

ialan, walapun tanaman mengalami keriting daun tetapi sudah terjadi

pembuahan.

5.2 Saran

` Dalam melakukan praktikum sebaiknya dilakukan secara tatap muka, agar


tidak terjadi kesalahfahaman
DAFTAR PUSTAKA

Herawati Susilo, 1992. Fisiologi Tanaman Budidaya Terjemahan Franklin P6.

Pearce RB and Mitchell. 1986, Physiology of Crop Plant. VI Pers : Jakarta

126 hal

Leopold, A and P. E. Kriedmann. 1979. Plant growth and development. 3rd.Tata

McGraw Hill. New Delhi.545 p

Dirjen Hortikultura. 1999. Petunjuk Tenis Budidaya Tanaman Cabai. Jakarta

Alex S. 2013. Kreatif Bertanam Cabai dalam Pot. Yogyakarta: Pustaka baru

Press.

Harpenas, Asep dan R. Dermawan. 2010. Budidaya Cabai Unggul, Cabai

Besar, Cabai Keriting, Cabai Rawit dan Paprika. Jakarta: Swadaya.

Anda mungkin juga menyukai