Anda di halaman 1dari 16

BUDIDAYA JAMUR TIRAM

PROPOSAL BISNIS

Dosen Pengampu

Hajar Setyaji, S.TP., M.P

Disusun Oleh :

Tasya Apriliani Putri

D1A020097

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2022

1
Executive summary
Tujuan diadakannya program usaha ini adalah untuk mengembangkan atau
meningkatkan lebih dalam lagi kreativitas dan kemampuan dalam
mengembangkan suatu usaha yang baru, dapat berpikir panjang untuk
kedepannya, membuka peluang atau kesempatan untuk mendapatkan keuntungan
yang cukup besar dalam berwirausaha serta melatih jiwa kewirausahaan agar lebih
terampil, efektif, efisien, dibidang kewirausahaan.
Jamur tiram merupakan salah satu jenis jamur yang saat ini menjadi
alternatif pilihan sebagai makanan sehat yang layak dikonsumsi, disamping rasa
yang lezat juga memiliki kandungan gizi yang cukup bermanfaat bagi tubuh,
sehingga peluang pasarnya cukup menjanjikan.

A. Profil Usaha
Nama Tempat Usaha : Jati Rian
Bidang Usaha : Budidaya Jamur
Jenis Produk : Jamur Tiram
Alamat Usaha Perumahan Kota Baru, Kecamatan Alam Barajo, Kabupaten
Muaro Jambi, Provinsi Jambi
Nomor Telepon : 082274850373
Mulai Dari : 2021
B. Komoditi yang diproduksi
Jamur tiram yang diproduksi memiliki modal yang cukup untuk jumlah
yang besar. Dalam memproduki jamur tiram membutuhkan media tanam seperti
baglog dengan bahan yang mudah didapat seperti serbuk gergaji kayu, bakatul dan
kapur, sehingga selain mudah didapat , bahan limbah yang terbuang bisa di
manfaatkan dalam proses budidaya jamur tiram ini.
C, Penjualan
Penjualan jamur tiram perhari
Penjualan : 300 Kg
Harga / kg : Rp. 10.000
Total Penjualan : 300 x 10000 = 3.000.000

2
D. Prospek Pengembangan Usaha
Usaha Budidaya jamur tiram memiliki prospek yang crah diamasa depan
khususnya di provinsi jambi karena salah satu makanan olahan yang banyak
diminati oleh masyarakat bawah hingga atas dengan harga terjangkau dan
ekonomis. Hal ini dikarenakan harga yang murah dan mempunyai kandungan gizi
serta manfaat kesehatan yang baik, maka jamur tiram ini nantinya mampu
menjangkau keseluruh kalangan masyarakat

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan
keridhoannya, kami bisa membuat suatu gagasan usaha yang Insya Allah akan
bermanfaat bagi kami, pemilik usaha, wirausahawan dan masyarakat umumnya.
Pembuatan Proporsal ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
kewirausahaan yang diampu oleh Dr. Husda Marwan, S.P., M.P.
Kami sangat berterima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung,
memberi saran, dan masukan–masukannya untuk kelancaran pembuatan proporsal
usaha jamur tiram ini. Semoga amal kebaikan kita semua dibalas oleh Allah SWT.
Saya menyadari dalam penyusunan proposal ini masih banyak kekurangan
dalam penyajiannya, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi
penyempurnaan di masa yang akan datang.

3
Jambi, 8 Juni
2022

Jaenal
Mutaqin

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Berangkat dari niat untuk mendalami dunia usaha yang terbuka lebar serta
keinginan untuk memberikan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat maka
dengan segenap pengalaman, pengetahuan, dan berbagai hasil survey serta
konsultasi, penulis menyusun proposal pengembangan usaha jamur tiram ini.
Pengembangan usaha ini dipilih atas beberapa pertimbangan diantaranya daya
serap pasar yang masih sangat tinggi dan potensial, kebutuhan skill yang tidak
begitu tinggi, biaya investasi yang relatif rendah serta telah tersedianya sarana dan
prasarana utama sehingga investasi yang masuk akan dialokasikan untuk dana
operasional usaha.
Budidaya jamur tiram putih yang bernama latin Pleurotus ostreatus ini masih
tergolong baru. Di Indonesia, Khususnya di Jambi pengusaha budidaya jamur
tiram masih sangat sedikit. Kebanyakan usaha yang ada dijambi ialah sebagai
petani sawit, karet, pinang dan holtikultura, sementara pengusaha jamur tiram
masih minim sedangkan jumlah permintaan yang cukup banyak baik lokal
maupun luar daerah.
Sekilas Tentang Jamur Tiram Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus)
merupakan salah satu jamur kayu yang sangat baik untuk dikonsumsi manusia.
Selain karena memiliki cita rasa yang khas, jamur tiram juga memiliki nilai gizi

4
yang tinggi. Jamur tiram mengandung protein sebanyak 19 – 35 % dari berat
kering jamur, dan karbohidrat sebanyak 46,6 – 81,8 %. Selain itu jamur tiram
mengandung tiamin atau vit. B1, riboflavin atau vit. B2, niasin, biotin serta
beberapa garam mineral dari unsur-unsur Ca, P, Fe, Na, dan K dalam komposisi
yang seimbang. Bila dibandingkan dengan daging ayam yang kandungan
proteinnya 18,2 gram, lemaknya 25,0 gram, namun karbohidratnya 0,0 gram,
maka kandungan gizi jamur masih lebih lengkap sehingga tidak salah apabila
dikatakan jamur merupakan bahan pangan masa depan.

Selain itu juga jamur tiram juga bermanfaat dalam pengobatan yaitu :
dapat menurunkan tingkat kolesterol dalam darah. Memiliki kandungan serat
mulai 7,4 % sampai 24,6% yang sangat baik bagi pencernaan. Antitumor,
antioksidan dan lain lain. Budidaya jamur tiram memiliki prospek ekonomi yang
baik. Jamur tiram merupakan salah satu produk komersial dan dapat
dikembangkan dengan teknik yang sederhana. Selain itu, konsumsi masyarakat
akan jamur tiram cukup tinggi, sehingga produksi jamur tiram mutlak diperlukan
dalam skala besar.
Jamur tiram tumbuh pada serbuk kayu, khususnya yang memiliki serat lunak
seperti jenis kayu albasiah. Suhu optimum untuk pertumbuhan tubuh buah jamur
tiram adalah 20° – 28°C, dengan kelembaban 80 – 90 %.

A.  Latar Belakang Budidaya Jamur

Pemilihan bentuk usaha budidaya jamur tiram ini dilatarbelakangi oleh :


 Budidaya jamur tiram memiliki prospek ekonomi yang baik. Pasar jamur
tiram yang telah jelas serta permintaan pasar yang selalu tinggi
memudahkan para pembudidaya memasarkan hasil produksi jamur tiram
khususnya di daerah jambi.
 Merupakan salah satu jenis usaha yang memiliki tingkat kerumitan
sederhana dan membutuhkan modal yang terjangkau.
 Jamur tiram merupakan salah satu produk komersial dan dapat
dikembangkan dengan teknik yang sederhana. Bahan baku yang
dibutuhkan tergolong bahan yang murah dan mudah diperoleh seperti

5
serbuk gergaji, dedak dan kapur, sementara proses budidaya sendiri tidak
membutuhkan berbagai pestisida atau bahan kimia lainnya.
 Membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar pertanian jamur
tiram.
.

B.Visi
Menjadi industri budidaya jamur tiram yang dapat bersaing, menghasilkan
produk dengan kualitas baik serta memenuhi kebutuhan jamur tiram dalam negeri
khususnya daerah Kota jambi sekitarnya dan Indonesia pada umumnya.

C.  Misi
 Meningkatkan taraf hidup petani dengan menghasilkan jamur berkualitas
baik.
 Memperkenalkan jamur tiram secara luas kepada masyarakat melalui
pendekatan kualitas (cita rasa, mutu dan kesegaran) Membuka pelatihan
budidaya jamur tiram kepada masyarakat secara luas.
 Mensosialisasikan manfaat jamur tiram bagi kesehatan masyarakat sekitar
Kota Jambi pada khususnya dan Indonesia pada umumnya.

D. Analisis Swot
1) Strength ( Kekuatan )
Higienis dan harga yang relatif terjangkau.
Merupakan salah satu bagian produk yang banyak dibutuhkan oleh
masyarakat.
Harga Yang stabil bahkan bisa naik.
2) Weakness ( Kelemahan )
Kurang Tersedianya Tempat Yang cukup untuk meluaskan usaha.
Harga bahan baku yang tidak stabil
3) Opprtunity ( Peluang )
Masih Minimnya Usahawan Jamur Tiram.
Permintaan Konsumen yang tinggi
4) Threat ( Ancaman )

6
Makin banyaknya pesaing budidaya Jamur lainnya ( Jamur Tangkos ) dan
Usaha jamur yang sama di kemudian hari.

1.2  Maksud dan Tujuan


1.2.1        Maksud
 Melalui upaya budidaya jamur tiram maka limbah industri pengolahan kayu
dapat termanfaatkan dan menjaga kelestarian lingkungan hidup disamping
menjadikan sumber usaha bagi masyarakat usahawan.
 Menciptakan peluang usaha dan meminimalisir mencari lapangan kerja ke luar
daerah jambi.

1.2.2        Tujuan
 Meningkatkan pendapatan keluarga dan dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
 Memenuhi tugas matakuliah kewirausahaan yang diampu oleh Dr. Husda
Marwan, S.P., M.P.

BAB II
ANALISIS PASAR

A.      Deskripsi Produk
Produk jamur tiram yang dihasilkan berupa :
 Menghasilkan berbagai jenis jamur tiram yang berkualitas baik.

B.       Prospek Pasar
Budidaya jamur tiram di Kecamatan Mendalo darat telah memiliki pasar yang
jelas. Hampir semua petani jamur tiram memiliki hubungan dengan pedagang
yang siap menerima hasil produksi jamur tiram dari petani dengan harga yang
cukup tinggi bila dibandingkan dengan tanaman sayuran lainnya.
1. Dari hasil analisis pemesanan yang dilakukan oleh para pedagang jamur terhadap
petani jamur tiram sangat jelas terlihat prospek yang sangat baik.

7
2. Masyarakat semakin sadar pentingnya mengkonsumsi jamur untuk tujuan
kesehatan.
3. Jamur saat ini dikonsumsi sebagai pengganti daging selain dari beralihnya pola
makan masyarakat kepada bahan pangan organik

C. Kebutuhan dan Kecenderungan Pasar


Target ‘market’ usaha ini adalah konsumen jamur dari kebutuhan rumah
sehingga kebutuhan akan jamur tiram masih tergolong tinggi dan pemenuhannya
masih terbatas pada pasar tradisional pada umumnya dan beberapa ‘retail’ pada
beberapa kota besar.
Sementara itu kecenderungan pasar akan jamur tiram masih tergolongkan pada
secondary goods, namun permintaan pasar masih tinggi. Sebaliknya pada segmen
hotel dan restoran yang kebutuhan akan jamur tiramnya cukup tinggi ‘suppliers’
jamur tiram masih minim dan masih sangat dibutuhkan.
Kecenderungan dari hotel dan restoran yang paling penting untuk disikapi
adalah pelayanan akan faktor ‘satisfaction’ penyediaan barang, mulai dari
ketepatan waktu, jenis pambayaran, layanan purna jual, dan yang paling utama
penurunan harga jual.

D.      Target Pasar
Produk jamur segar yang dihasilkan akan dipasarkan ke / melalui :
1. Agen baik dalam skala besar maupun kecil, yang selanjutnya akan dikirim ke
berbagai wilayah di Daerah mendalo,kota jambi dan sekitarnya.
2. Pasar yang ada dikota Jambi dan sekitarnya.

E. Strategi Pengembangan Usaha


Usaha ini diorientasikan sebagai usaha kecil menurut banyak pakar ekonomi,
namun usaha tersebut dipandang sebagai tulang punggung dalam salah satu
pemulihan ekonomi Indonesia. Untuk itu pengembangan budidaya jamur ini akan
dibagi dalam tiga tahap, yaitu: tahap industri kecil awal, tahap industri kecil
lanjut, dan tahap industri menengah. Penjelasan mengenai ketiga tahap industri
tersebut adalah sebagai berikut :

8
1.    Tahap Industri Kecil Awal
• Tahap ini merupakan langkah awal menuju terbentuknya industri padat karya
yang kuat dan kokoh.
• Menerapkan standar produksi yang tepat untuk mengoptimalkan hasil budidaya
jamur.
• Penyempurnaan sistem produksi, keuangan dan distribusi.
• Penambahan tenaga kerja.
• Pencarian investor (guna penambahan modal usaha yang di orientasikan
perkembangan perusahaan).
Tahap industri kecil awal ini merupakan jembatan menuju berdirinya industri
kecil yang kokoh.

2.    Tahap Industri Kecil Lanjut.


Tahap ini merupakan pengembangan dari tahap industri kecil awal. Setelah
kebutuhan dana mencukupi, dan seluruh kekurangan telah dapat diatasi, maka
dimulailah industri kecil lanjut yang ditargetkan untuk memiliki perijinan dan
pembentukan badan usaha. Industri ini diharapkan mampu menyerap banyak
tenaga kerja, mulai dari pekerja kasar di bagian produksi hingga profesional di
bidang pemasaran, R & D dan administrasi. Tahap industri kecil lanjut ini
merupakan jembatan menuju berdirinya industri menengah yang mampu
menghasilkan jamur tiram hingga 75 % kebutuhan pasar.

3.    Tahap Industri Menengah Nasional.


Secara umum, tahap industri menengah adalah perluasan dari industri kecil,
mulai dari sistem, kapasitas produksi hingga ekspansi distribusinya. Tidak
tertutup kemungkinan untuk melakukan ekspor. Tahap ini diharapkan dapat
menyerap menyerap tenaga kerja lebih banyak.

BAB III
FAKTOR PENGHAMBAT DAN PENDUKUNG

9
Setiap usaha yang dijalankan, pasti ada yang sukses dan ada yang belum
sukses seperti halnya usaha ini. Ada beberapa hal yang menurut kami akan
menghambat dan sangat mendukung dalam menjalankan usaha ini.

A. Faktor penghambat tersebut diantaranya :


1. Kurang Tersedianya Tempat Yang cukup untuk meluaskan usaha.
2. Harga bahan baku yang tidak stabil.

Tapi kami sudah merencanakan untuk memecahkan masalah faktor


penghambat tersebut diantaranya yaitu dengan berhati–hati dalam mengelola
setiap anggaran dana yang akan dikeluarkan. Sedangkan untuk mengatasi faktor
yang kedua, yakni harga bahan baku tidak stabil, kami menyiasatinya dengan
membeli bahan baku langsung kepada petani setempat agar memperoleh harga
yang lebih murah.

B. Faktor Pendukung Usaha Ini Diantaranya :


1. Masih Minimnya Usahawan Jamur Tiram.
2. Higienis dan harga yang relatif terjangkau.
3. Merupakan salah satu bagian produk yang banyak dibutuhkan oleh masyarakat.

BAB IV
ANALISIS OPERASIONAL

A.      Lokasi Produksi
Lokasi usaha Jati Rian berada Perumahan Kota baru,Kecamatan Alam Barajo,
Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi.

B.       Kapasitas Produksi

10
Diperkirakan dalam tahap awal memproduksi sekitar 3000 baglog. Panen
dilakukan setelah 1 bulan penanaman jamur tiram dan panen dilakukan setiap hari
dan  penanaman tersebut hanya mampu memenuhi 30-50 % kebutuhan pasar.

C.       Proses Produksi
Proses produksi dijelaskan dalam bagan sebagai berikut.

D.      Investasi Yang Dibutuhkan.


Investasi awal yang dibutuhkan adalah sebesar 70  juta rupiah. Investasi
diperoleh dari uang yang terkumpul pada setiap pendiri usaha.

E.       Rancangan Produksi
Sebagai gambaran, sarana dan prasarana utama seperti bangunan kumbung
dan kelengkapannya dalam pengembangan usaha ini telah tersedia sehingga
investasi yang ada akan difokuskan untuk biaya operasional usaha.

F.        Profil dan Struktur Kepengurusan.


Struktur kepengurusan dibuat sesederhana mungkin sehingga selama tahap
industri rumah tangga, tiap pengurus memegang  jabatan rangkap. Susunan
kepengurusannya adalah sebagai berikut :
1) Satu orang Manajer Utama merangkap Manager Pemasaran bertugas
mengelola perusahaan secara umum. Sebagai seorang Manager
Pemasaran, ia pun bertugas membuka pasar, melakukan negosiasi bisnis
dan memastikan produk dipasarkan dengan baik dan sampai ke konsumen
tanpa masalah.
2) Satu orang Manajer Operasional Harian merangkap Manager Produksi.
Direktur Operasional dan Manajer Produksi bertanggung jawab terhadap
kelancaran produksi secara keseluruhan, melakukan pengembangan bibit,
memastikan produk berada dalam kondisi baik.
3) Satu orang Manajer Keuangan. Manajer Keuangan bertugas melakukan
analisis keuangan dan memiliki pertanggungjawaban penuh pada
pengaturan arus pengembalian modal dan pembagian keuntungan pada

11
investor. Bersama dengan manajer lainnya juga berkordinasi dalam
melakukan pengembangan dan ekspansi skala produksi secara bertahap.
4) Dalam target jangka panjang, setelah memasuki tahap industri menengah,
susunan kepengurusan akan disempurnakan dengan penambahan pengurus
baru dan tidak ada lagi jabatan rangkap. Divisi produksi akan
diorientasikan sebagai divisi padat karya, sehingga mampu menyerap
banyak tenaga kerja. Tenaga kerja terlatih akan direkrut dari lulusan yang
cakap dan ulet, dan tenaga pemasaran akan ditambah sesuai dengan
kapasitas produksi berjalan.

BAB V
ANALISIS KEUANGAN

A. Analisis Modal Yang Di Butuhkan  (Skala Produksi 3000 baglog)


1. Modal tetap
Lahan (10 m x 8 m) = Rp. 20.000.000
2. Biaya Penyusutan
Biaya pembuatan Gubuk  = Rp. 15.000.000
3. Modal kerja (Biaya operasional)
a. Bahan baku untuk 3000 baglog
Biaya 3000 baglog  = Rp. 7.500.000
b. Gaji pegawai
Jumlah total per musim = Rp.3.000.000
c. Operasional  = Rp. 500.000
4. Total Modal =  Modal tetap + modal Penyusutan + Modal Kerja
= Rp. 20.000.000 + Rp. 15.000.000 + Rp. 11.000.000
= Rp. 46.000.000
D.      Modal  Yang Terkumpul
Diperoleh dari 3 orang pendiri Usaha :
3 orang  x  Rp. 10.000.000  =  Rp. 30.000.000 

12
E.   Tambahan Modal Yang Dibutuhkan
Total Modal – Modal Yang Terkumpul  =  Rp. 46.000.000  -  Rp. 30.000.000 
                                                                    = Rp. 16.000.000 
D. Perhitungan  Pendapatan
1. Pendapatan kotor
Produksi jamur (kegagalan 20%) = (3000 x 20%)log x 0,25 kg
                                                       = 650 kg
650 kg  x 10.000 = Rp. 6.500.000/hari
2. Biaya Produksi 1 kali penanaman = Biaya bahan baku + Biaya
                                                                 Pekerja + operasional
  = Rp. 7.500.000 + Rp. 3.000.000 + Rp.
500.000
  = Rp. 11.000.000
3.    Pendapatan bersih (Net Profit) = pendapatan kotor – biaya produksi
= Rp. (6.500.000 x 7) – Rp. 11.000.000
= Rp.34.500.000
4.    Break Event Point
BEP Produksi = Total biaya produksi / harga satuan
= 11.000.000 / 10.000
= 1.100 kg
Artinya budidaya jamur tiram tidak mendapat untung dan juga tidak
mengalami kerugian bila jumlah produksi sebesar  1.100 kg
BEP Harga = Total biaya produksi / jumlah produksi
= 11.000.000 / 3000
= Rp. 3.666,67
Artinya usaha ini tidak mendapatkan untung dan juga tidak mengalami
kerugian bila harga jual Rp3.666,67 per kilo
5.    Benefit Cost Ratio
BC Ratio = Rp. 34.500.000/ Rp. 11.000.000
= 3,136

13
Artinya pendapatan bersih yang diperoleh dalam usaha pembibitan bibit
jamur adalah 3,136 di atas total biaya.
6.    Masa Pengembalian Modal
dengan penghasilan bersih sebanyak  Rp. 34.500.000 dalam setiap 1 kali
penanaman jamur dihitung modal usaha dapat diperkirakan akan kembali pada 2
kali penanaman jamur tiram dengan waktu kurang lebih 1 bulan 1 minggu.
7.    Pembagian keuntungan
Pembagian keuntungan bersih direncanakan adalah sebagai berikut:
Kepentingan sosial : 5% (zakat 2,5% + kepentingan sosial 2,5%)
profit
Pengembangan usaha : 25 % profit
Pengelola : 20 % profit
Dividen investor : 50 % profit (20% profit share ; 30% pengembalian modal)

BAB VI
ANALISIS MANAJEMEN

A.      Manajemen Pengelolaan
Dalam kurun waktu tahun 2022 sampai dengan 2024  difokuskan pada
pemantapan produksi. Maksudnya adalah membuat usaha perdagangan jamur
tiram tersebut menjadi dikenal dan tersosialisasi dengan baik untuk seluruh
lapisan masayarakat, bahwasannya jamur tiram yang dikembangkan ternyata
dapat diterima dengan baik oleh masyarakat.
Sumber daya manusia yang dikelola dalam pembudidayaan jamur tiram  juga
masih sangat minim pengetahuannya. Sehingga perlu sekali pemahaman dengan
cara pembelajaran terlebih dahulu. Hal ini dilakukan dengan beberapa cara,
misalnya studi banding, mengikuti pelatihan, ataupun studi literatur dari berbagai
media cetak maupun elektronik, baik lokal maupun internasional. Kebanyakan
karyawan juga berasal dari daerah sekitar lokasi usaha, dengan kondisi yang
cukup minim untuk kualifikasinya, sehingga banyak sebagai tenaga kasar pada
bagian produksi.

14
Strategi marketing juga dilakukan melalui blog-blog di internet dan media
sosial tentang Profil usaha dan marketingnya. Bahkan yang sudah berjalan adalah
konsultasi mengenai budi daya jamur melalui email yang sudah berjalan
sebelumnya.
Manajerial masih dilakukan secara sederhana, namun sudah lebih terkonsep
dan penuh strategi, sedangkan pendataan, administrasi dan keuangan sudah
terkomputerisasi. Sehingga untuk keuangan sudah lebih tertata rapi dan terpilah
antara keuangan keluarga dan usaha.

BAB VII
PENUTUP

A.      Antisipasi Masa Depan


Sebagai wirausahawan yang baik, kami tidak akan membiarkan usaha ini
berjalan secara dan konsumen puas atas jamur yang kami buat. Karena apabila
kualitas jamur tiram kami tidak kami tingkatkan kemungkinan besar usaha ini
tidak akan maju, dan terancam bangkrut.

B.       Kesimpulan
Menurut kami usaha ini dapat berkembang dan akan mencapai keberhasilan.
Kami sangat yakin bahwa usaha ini akan maju dan terus berkembang karena
dilakukan oleh orang–orang yang mempunyai kualitas dalam menjalankan setiap
pekerjaan. Kami sadar bahwa usaha ini tak akan langsung berkembang pesat tapi
kami akan terus berjuang untuk terus menjalankan dan mengembangkan usaha ini.

C.       Saran
Demikian proposal pengembangan usaha jamur tiram ini penulis susun.
Dari hasil analisis penulis mengenai peluang pemasaran, operasional, dan

15
keuangan, penulis optimis bahwa budidaya jamur tiram ini layak dan berpotensi
tinggi untuk dikembangkan.

16

Anda mungkin juga menyukai