Anda di halaman 1dari 4

“PEMBUDIDAYAAN JAMUR TIRAM”

ANALISIS PASAR
Latar Belakang
Target ‘market’ usaha ini adalah konsumen jamur dari ‘house need’
sehingga kebutuhan akan jamur tiram masih tergolong tinggi dan
pemenuhannya masih terbatas pada pasar tradisional pada umumnya.
Sementara itu kecenderungan pasar akan jamur tiram masih tergolongkan
pada secondary goods, namun permintaan pasar masih tinggi. Sebaliknya
pada segmen hotel dan restoran yang kebutuhan akan jamur tiramnya
cukup tinggi ‘suppliers’ jamur tiram masih minim dan masih sangat
dibutuhkan.
Kecenderungan dari hotel dan restoran yang paling penting untuk disikapi
adalah pelayanan akan faktor ‘satisfaction’ penyediaan barang, mulai dari
ketepatan waktu, jenis pambayaran, layanan purna jual, dan yang paling
utama penurunan harga jual.

Deskripsi Produk
Produk jamur tiram yang dihasilkan berupa :

 Menghasilkan berbagai jenis jamur tiram yang berkualitas baik.


 Produk inovasi dari jamur tiram seperti keripik jamur dan jamur goreng
krispi
Segmentation, targeting dan positioning :
1. Segmentation
Segmentasi Budi daya jamur dari sisi geografi terletak di jalan muradi
Simpang belui, Kerinci, dekat dengan jalan lintas raya utama. Unutk sisi
demografi yang dituju menargetkan kalangan masyarakat dari usia 15-60
tahun. Dari sisi psikografis, konsumen yang ingin mencoba inovasi dari
produk turunan jamur tiram.
2. Targeting
Kalangan masyarakat dari remaja sampai orang tua yang berusia 15-60
tahun dari pendapatan bawah, menengah, sampai keatas yang
membutuhkan untuk acara kenduri, kumpul kelurga, dan acara
pernikahan.
3. Positioning
Jamur tiram yang dapat mudah dijumpai serta dengan inovasi produk
turunan jamur tiram membuat konsumen tertarik untuk membelinya. Hal
ini didukung dari harga yang relatife murah, cita rasa, kualitas,
kehigienisan dan kesegarannya yang terjaga.

Prospek Pasar
Budidaya jamur tiram di Kerinci, Simpang Belui telah memiliki pasar
yang jelas. Hampir semua petani jamur tiram memiliki hubungan dengan
pedagang yang siap menerima hasil produksi jamur tiram dari petani
dengan harga yang cukup tinggi bila dibandingkan dengan tanaman
sayuran lainnya.
1. Dari hasil analisis pemesanan yang dilakukan oleh para pedagang
jamur terhadap petani jamur tiram sangat jelas terlihat prospek yang
sangat baik, petani jamur tiram hanya mampu memnuhi permintaan
pasar sekitar 75 % dari 1,25 ton/hari yang dibutuhkan , dengan
begitu petani sangat besar kemungkinan untuk membesarkan
usahanya untuk memenuhi permintaan pasar.
2. Masyarakat semakin sadar pentingnya mengkonsumsi jamur untuk
tujuan kesehatan.
3. Jamur saat ini dikonsumsi sebagai pengganti daging selain dari
beralihnya pola makan masyarakat kepada bahan pangan organik

Target Pasar
Pada tahun-tahun awal, pemasaran produk difokuskan pada pasar
domestik, ‘traditional market’, dan ‘house need’.
Produk jamur segar yang dihasilkan akan dipasarkan ke / melalui :
1. Agen baik dalam skala besar maupun kecil, yang selanjutnya akan
dikirim ke berbagai wilayah di Kerinci dan sekitarnya.
2. Pasar Semurup dan sekitarnya. Sebagai gambaran, permintaan pasar
induk seperti pasar Sungai penuh
3. Pasar swalayan, restoran, dan hotel. Pemasaran direncanakan akan
dilaksanakan melalui sektor tersebut apabila produksi telah stabil serta
sarana dan prasarana telah memadai.
Promosi
Usaha untuk mearik pelanggan yaitu melalui media social seperti
facebook, Tokopedia, lazada, shopee dan whatsapp

Proyeksi Pengembangan Usaha


Usaha ini diorientasikan sebagai usaha kecil menurut banyak pakar
ekonomi, namun usaha tersebut dipandang sebagai tulang punggung dalam
salah satu pemulihan ekonomi Indonesia. Untuk itu pengembangan
budidaya jamur ini akan dibagi dalam tiga tahap, yaitu: tahap industri kecil
awal, tahap industri kecil lanjut, dan tahap industri menengah.
Strategi Pemasaran Perusahaan Terhadap Pesaing
Analisis SWOT
1. Strenghth (kekuatan)
 Tidak menggunakan pestisida atau bahan kimia
 Higienis dan harga yang relatif tejangkau
 Mutu dan kesegaran yang terjaga
 Inovasi dari produk jamur keripik jamur, jamur goreng krispi
2. Weakness (kelemahan)
 Perusahaan belum dikenal oleh masyarakat
 Kecendrungan pasar akan jamur tiram masih tergolong secondary
good
3. Opportunity ( peluang)
 Bisa mengantarkan langsung produk kepada konsumen dan juga
pedagang tanpa pemotongan biaya ongkos
 Konsumen bisa langsung memilih atau panen sendiri di tempat
 Kondisi tempat yang berada di tepi jalan raya
4. Threat ( ancaman)
 Banyak usaha yang sama
 Kemungkinan orang meniru dengan adanya produk turunan dari
jamur tiram

ANALISIS OPERASIONAL.

A. Kapasitas Produksi
Diperkirakan dalam tahap awal memproduksi sekitar 3750 baglog. Panen
dilakukan setelah 2 minggu penanaman jamur tiram dan panen dilakukan
setiap hari dalam 1 minggu penanaman tersebut hanya mampu memenuhi
75 % kebutuhan pasar..
B. Investasi Yang Dibutuhkan.
Investasi awal yang dibutuhkan adalah sebesar 70 juta rupiah. Investasi
diperoleh dari uang yang terkumpul pada setiap pendiri usaha.
C. Rancangan Produksi
Sebagai gambaran, sarana dan prasarana utama seperti bangunan kumbung
dan kelengkapannya dalam pengembangan usaha ini telah tersedia
sehingga investasi yang ada akan difokuskan untuk biaya operasional
usaha.

ANALISIS KEUANGAN

A. Analisis Modal Yang Di Butuhkan (Skala Produksi 3750 log)


1. Modal tetap
Lahan (10 m x 7 m) = Rp. 25.000.000
2. Biaya Penyusutan
Biaya pembuatan Gubuk = Rp. 10.000.000
3. Modal kerja (Biaya operasional)
a. Bahan baku untuk 3750 log
Biaya 3750 baglog = Rp. 7.500.000
b. Gaji pegawai
Jumlah total per musim = Rp.3.000.000
c. Operasional = Rp. 500.000
4. Total Modal = Modal tetap + modal Penyusutan + Modal Kerja
= Rp. 25.000.000 + Rp. 10.000.000 + Rp. 11.000.000
= Rp. 46.000.000
B. Modal Yang Terkumpul
Diperoleh dari 1 orang pendiri Usaha :
1 orang x Rp. 30.000.000 = Rp. 30.000.000
C. Tambahan Modal Yang Dibutuhkan
Total Modal – Modal Yang Terkumpul = Rp. 46.000.000 -
Rp. 30.000.000
= Rp. 16.000.000

D. Perhitungan Pendapatan
1. Pendapatan kotor
Produksi jamur (kegagalan 20%) = (3750 x 20%)log x 0,25 kg
= 750 kg
750 kg x 7000 = Rp. 5.250.000/hari
2. Biaya Produksi 1 kali penanaman = Biaya bahan baku + Biaya
Pekerja + operasional
= Rp. 7.500.000 + Rp. 3.000.000 + Rp. 500.000
= Rp. 11.000.000
3. Pendapatan bersih (Net Profit) = pendapatan kotor – biaya
produksi
= Rp. (5.250.000 x 7) – Rp. 11.000.000
= Rp.25.750.000
4. Break Event Point
BEP Produksi = Total biaya produksi / harga satuan
= 11.000.000 / 7000
= 1571,4 kg
Artinya budidaya jamur tiram tidak mendapat untung dan juga tidak
mengalami kerugian bila jumlah produksi sebesar 1571,4 kg
BEP Harga = Total biaya produksi / jumlah produksi
= 11.000.000 / 3750
= Rp. 2933,33
Artinya usaha ini tidak mendapatkan untung dan juga tidak mengalami
kerugian bila harga jual Rp. 2933,33 per kilo
5. Benefit Cost Ratio
BC Ratio = Rp. 25.750.000/ Rp. 11.000.000
= 2,34
Artinya pendapatan bersih yang diperoleh dalam usaha pembibitan bibit
jamur adalah 2,34 di atas total biaya.
6. Masa Pengembalian Modal
dengan penghasilan bersih sebanyak Rp. 25.750.000 dalam setiap 1 kali
penanaman jamur dihitung modal usaha dapat diperkirakan akan kembali
pada 2 kali penanaman jamur tiram dengan waktu kurang lebih 1 bulan 1
minggu.
7. Pembagian keuntungan
Pembagian keuntungan bersih direncanakan adalah sebagai berikut:
Kepentingan sosial : 5% (zakat 2,5% + kepentingan sosial 2,5%)
profit
Pengembangan usaha : 25 % profit
Pengelola : 20 % profit
Dividen investor : 50 % profit (20% profit share ; 30% pengembalian
modal)

Anda mungkin juga menyukai