ANALISIS PASAR
Latar Belakang
Target ‘market’ usaha ini adalah konsumen jamur dari ‘house need’
sehingga kebutuhan akan jamur tiram masih tergolong tinggi dan
pemenuhannya masih terbatas pada pasar tradisional pada umumnya.
Sementara itu kecenderungan pasar akan jamur tiram masih tergolongkan
pada secondary goods, namun permintaan pasar masih tinggi. Sebaliknya
pada segmen hotel dan restoran yang kebutuhan akan jamur tiramnya
cukup tinggi ‘suppliers’ jamur tiram masih minim dan masih sangat
dibutuhkan.
Kecenderungan dari hotel dan restoran yang paling penting untuk disikapi
adalah pelayanan akan faktor ‘satisfaction’ penyediaan barang, mulai dari
ketepatan waktu, jenis pambayaran, layanan purna jual, dan yang paling
utama penurunan harga jual.
Deskripsi Produk
Produk jamur tiram yang dihasilkan berupa :
Prospek Pasar
Budidaya jamur tiram di Kerinci, Simpang Belui telah memiliki pasar
yang jelas. Hampir semua petani jamur tiram memiliki hubungan dengan
pedagang yang siap menerima hasil produksi jamur tiram dari petani
dengan harga yang cukup tinggi bila dibandingkan dengan tanaman
sayuran lainnya.
1. Dari hasil analisis pemesanan yang dilakukan oleh para pedagang
jamur terhadap petani jamur tiram sangat jelas terlihat prospek yang
sangat baik, petani jamur tiram hanya mampu memnuhi permintaan
pasar sekitar 75 % dari 1,25 ton/hari yang dibutuhkan , dengan
begitu petani sangat besar kemungkinan untuk membesarkan
usahanya untuk memenuhi permintaan pasar.
2. Masyarakat semakin sadar pentingnya mengkonsumsi jamur untuk
tujuan kesehatan.
3. Jamur saat ini dikonsumsi sebagai pengganti daging selain dari
beralihnya pola makan masyarakat kepada bahan pangan organik
Target Pasar
Pada tahun-tahun awal, pemasaran produk difokuskan pada pasar
domestik, ‘traditional market’, dan ‘house need’.
Produk jamur segar yang dihasilkan akan dipasarkan ke / melalui :
1. Agen baik dalam skala besar maupun kecil, yang selanjutnya akan
dikirim ke berbagai wilayah di Kerinci dan sekitarnya.
2. Pasar Semurup dan sekitarnya. Sebagai gambaran, permintaan pasar
induk seperti pasar Sungai penuh
3. Pasar swalayan, restoran, dan hotel. Pemasaran direncanakan akan
dilaksanakan melalui sektor tersebut apabila produksi telah stabil serta
sarana dan prasarana telah memadai.
Promosi
Usaha untuk mearik pelanggan yaitu melalui media social seperti
facebook, Tokopedia, lazada, shopee dan whatsapp
ANALISIS OPERASIONAL.
A. Kapasitas Produksi
Diperkirakan dalam tahap awal memproduksi sekitar 3750 baglog. Panen
dilakukan setelah 2 minggu penanaman jamur tiram dan panen dilakukan
setiap hari dalam 1 minggu penanaman tersebut hanya mampu memenuhi
75 % kebutuhan pasar..
B. Investasi Yang Dibutuhkan.
Investasi awal yang dibutuhkan adalah sebesar 70 juta rupiah. Investasi
diperoleh dari uang yang terkumpul pada setiap pendiri usaha.
C. Rancangan Produksi
Sebagai gambaran, sarana dan prasarana utama seperti bangunan kumbung
dan kelengkapannya dalam pengembangan usaha ini telah tersedia
sehingga investasi yang ada akan difokuskan untuk biaya operasional
usaha.
ANALISIS KEUANGAN
D. Perhitungan Pendapatan
1. Pendapatan kotor
Produksi jamur (kegagalan 20%) = (3750 x 20%)log x 0,25 kg
= 750 kg
750 kg x 7000 = Rp. 5.250.000/hari
2. Biaya Produksi 1 kali penanaman = Biaya bahan baku + Biaya
Pekerja + operasional
= Rp. 7.500.000 + Rp. 3.000.000 + Rp. 500.000
= Rp. 11.000.000
3. Pendapatan bersih (Net Profit) = pendapatan kotor – biaya
produksi
= Rp. (5.250.000 x 7) – Rp. 11.000.000
= Rp.25.750.000
4. Break Event Point
BEP Produksi = Total biaya produksi / harga satuan
= 11.000.000 / 7000
= 1571,4 kg
Artinya budidaya jamur tiram tidak mendapat untung dan juga tidak
mengalami kerugian bila jumlah produksi sebesar 1571,4 kg
BEP Harga = Total biaya produksi / jumlah produksi
= 11.000.000 / 3750
= Rp. 2933,33
Artinya usaha ini tidak mendapatkan untung dan juga tidak mengalami
kerugian bila harga jual Rp. 2933,33 per kilo
5. Benefit Cost Ratio
BC Ratio = Rp. 25.750.000/ Rp. 11.000.000
= 2,34
Artinya pendapatan bersih yang diperoleh dalam usaha pembibitan bibit
jamur adalah 2,34 di atas total biaya.
6. Masa Pengembalian Modal
dengan penghasilan bersih sebanyak Rp. 25.750.000 dalam setiap 1 kali
penanaman jamur dihitung modal usaha dapat diperkirakan akan kembali
pada 2 kali penanaman jamur tiram dengan waktu kurang lebih 1 bulan 1
minggu.
7. Pembagian keuntungan
Pembagian keuntungan bersih direncanakan adalah sebagai berikut:
Kepentingan sosial : 5% (zakat 2,5% + kepentingan sosial 2,5%)
profit
Pengembangan usaha : 25 % profit
Pengelola : 20 % profit
Dividen investor : 50 % profit (20% profit share ; 30% pengembalian
modal)