Anda di halaman 1dari 10

Pengaruh Kondisi Sosial dan Ekonomi Keluarga (Nunung Nurwati)

Pengaruh Kondisi Sosial dan Ekonomi Keluarga


Terhadap Motivasi Pekerja Anak
dalam Membantu Keluarga
di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat

Nunung Nurwati*)

Abtract
The purpose of this study was to assess the contributions made by child
labor to the family, and how much influence the social and economic
variables on the motivation of child labor in helping families. The
research method used is explanatory research. The population in this
study were children aged <18 years working in the industry sector
(formal sector). The number of samples taken as many as 165 child
workers. The results showed that the influence of family economic
condition is more dominant than the influence of family social conditions
Key Words: Family, motivation, child labor, Indonesia

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji kontribusi yang diberikan
oleh pekerja anak kepada keluarga, dan seberapa besar pengaruh
variabel kondisi sosial dan ekonomi terhadap motivasi pekerja anak
dalam membantu keluarga. Metode penelitian yang digunakan adalah
explanatory research. Populasi dalam penelitian ini adalah anak yang
berumur <18 tahun yang bekerja di sektor Industri (sektor formal).
Jumlah sampel yang diambil sebanyak 165 pekerja anak. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pengaruh kondisi ekonomi keluarga
lebih dominan dibandingkan dengan pengaruh kondisi sosial keluarga
terhadap motivasi pekerja anak dalam memberikan bantuan bagi
keluarga
.
Kata Kuci : Keluarga, motivasi, pekerja anak, Indonesia.

*)
Peneliti pada Pusat Penelitian Kependudukan dan Pengajar pada Jurusan Kesejahteraan Sosial
FISIP Unpad
112
Jurnal Kependudukan Padjadjaran, Vol. 10, No. 2, Juli 2008 : 112 - 121

Pendahuluan dingkan dengan di negara-negara


Anak-anak sebagai generasi berkembang. Di negara-negara maju
penerus akan menjadi pelaku utama yang telah lama mengalami indus-
dalam mengisi pembangunan di trialisasi dan mencapai kesejah-
masa mendatang, oleh karenanya teraan sosial ekonomi yang tinggi
mempersiapkan mereka untuk hingga saat ini belum sepenuhnya
menyongsong masa depan yang terbebas dari masalah pekerja anak
lebih baik menjadi penting. Pen- (White:1994). Hasil data dari ILO
didikan dan kesehatan serta per- pada tahun 2000 memperkirakan
kembangan jiwa anak merupakan terdapat sekitar 250 juta anak di
sebagian kecil dari sejumlah rang- seluruh dunia terpaksa bekerja, yang
kaian kebutuhan hak anak yang umumnya ditemukan di negara
seharusnya mereka terima sebagai miskin dan sedang berkembang, dan
bekal dalam menghadapi masa beberapa kasus ditemukan pula di
depan. negara maju. Tingginya jumlah
pekerja anak di negara miskin atau
Namun, pada kenyataannya
berkembang erat kaitannya dengan
tidak semua anak memperoleh hak
kemiskinan yang dialami oleh negara
tersebut, masih ada sebagian anak-
tersebut. Beberapa penelitian mem-
anak yang justru sepanjang waktu
buktikan adanya hubungan yang
hidupnya habis dilakukan untuk
signifikan antara pendapatan
bekerja mendapatkan upah atau
nasional dengan jumlah pekerja
bekerja untuk keluarga. Anak-anak
anak, artinya pendapatan nasional
yang bekerja untuk mendapatkan
rendah menyebabkan keberadaan
upah, apalagi jika tidak bersekolah,
pekerja anak menjadi lebih banyak
akan kehilangan masa dunia anak-
(Basu, 1999).
anaknya (childhood) dan juga tidak
akan pernah mendapatkan kesem- Fenomena pekerja anak erat
patan untuk mencapai masa depan kaitannya dengan kemiskinan,
yang lebih baik. Hal ini akan menjadi seperti yang dikemukakan oleh
lebih buruk lagi apabila mereka Grootaert dan Kanbur (1995), ada
bekerja pada pekerjaan yang empat faktor penentu (determinants)
seharusnya dilakukan oleh orang anak yang bekerja yaitu; faktor
dewasa. Tentu saja hal ini akan pertama, jumlah anak dalam rumah
menganggu perkembangan jiwa dan tangga merupakan faktor penentu
mental serta kesehatan anak itu yang potensial (potential determinats)
sendiri, terutama bagi mereka yang penawaran pekerja anak di pasar
bekerja pada bidang pekerjaan yang kerja; karena itu perilaku fertilitas
sangat berbahaya yang dapat sangat berpengaruh dalam penawar-
mencelakai diri anak-anak tersebut. an pekerja anak. Hasil penelitian
Anak yang bekerja disebut sebagai yang dilakukan di beberapa negara
pekerja anak, sebutan ini dirasa lebih berkembang menunjukkan bahwa
santun daripada sebutan sebagai makin besar jumlah keluarga akan
buruh anak. mengurangi partisipasi sekolah anak-
anak dan mengurangi investasi
Keberadaan pekerja anak tidak
orang tua untuk menyekolahkan
hanya di negara-negara berkembang
anak-anaknya. Dengan kata lain,
saja tetapi di negara maju pun ada,
makin besar jumlah anggota ke-
hanya saja jumlah maupun persen-
luarga akan meningkatkan risiko
tasenya sangat kecil bila diban-
anak-anak untuk bekerja.

113
Pengaruh Kondisi Sosial dan Ekonomi Keluarga (Nunung Nurwati)

Faktor penentu kedua, yang pengeluaran perusahaan melakukan


menyebabkan anak-anak bekerja subcontracting, yaitu menyerahkan
adalah yang berkaitan dengan risiko sebagain proses produksi suatu
rumah tangga jika anak-anak ditarik barang kepada penduduk yang
dari pasar kerja. Pada rumah tangga berada di sekitar perusahaan untuk
miskin mengijinkan anak-anak masuk dikerjakan di rumah. Hal ini merupa-
pasar kerja merupakan strategi untuk kan upaya perusahaan untuk
meminimalkan terhentinya arus pe- mengurangi berbagai biaya seperti
masukan pendapatan rumah tangga listrik, asuransi, dan berbagai fasilitas
dan mengurangi dampak anggota pekerja. Pekerjaan subkontrak (home
keluarga yang kehilangan pekerjaan. wokers) ini biasanya dikerjakan oleh
Pada rumah tangga yang termasuk perempuan dan melibatkan anak-
ke dalam katagori miskin, biasanya anak terutama anak perempuan.
tidak memiliki aset yang dapat dijual Bellamy (1997) mengemukakan
serta tidak memiliki jaringan untuk bahwa, kekuatan yang paling kuat
meminjam uang, dan kehilangan mendorong anak-anak ke dalam
pekerjaan merupakan ancaman bagi lingkungan pekerjaan adalah
kelangsungan hidup keluarga. eksploitasi dari kemiskinan.
Karena itu, menjadi jelas mengapa Sekalipun pengaruh kemiskinan
pekerja anak lebih banyak terjadi sangat besar terhadap munculnya
pada keluarga miskin. pekerja anak, tetapi kemiskinan
Faktor penentu ketiga, adalah bukanlah satu-satunya faktor yang
struktur pasar kerja yaitu yang berpengaruh. Salah satu faktor lain
berkaitan dengan pengupahan. yang berpengaruh adalah pola pikir
Dalam pasar kerja yang kompetitif, yang pendek dan simpel akibat
upah bersifat fleksibel, pekerja anak rendahnya pendidikan, misalnya
dapat mensubtitusi pekerja dewasa. pada sektor pertanian, perikanan dan
Dalam berbagai penelitian di negara industri kerajinan, sejak kecil anak-
berkembang, ditemukan bahwa jenis anak biasanya sudah dididik untuk
pekerjaan tertentu pengusaha lebih bekerja. Dalam banyak kasus, di
menyukai pekerja anak daripada kalangan keluarga miskin anak-anak
pekerja dewasa dengan alasan biasanya bekerja demi menambah
pekerjaan itu justru tidak efektif jika penghasilan keluarga atau rumah
dikerjakan oleh orang dewasa tangganya. Tampaknya faktor
(Haryadi dan Tjanraningsih: 1995 kemiskinan memiliki dampak yang
dalam Wiyono, Nur Hadi: 2001). sangat besar dan berantai terhadap
Faktor penentu keempat, adalah anak sejak dari kandungan hingga
peranan teknologi. Dari beberapa besar dan besaing di pasar kerja. Di
hasil penelitian ditemukan bahwa, beberapa negara berkembang
perubahan teknologi terbukti mengu- keberadaan anak dalam pasar kerja
rangi jumlah pekerja anak. Pada lebih banyak berasal dari keluarga
masa revolusi industri, penggunaan miskin. Tampaknya jika kemiskinan
mesin pintal (spinning) dan weaving harus dihapuskan atau diminimalkan
telah mengurangi permintaan pekerja karena akan menjadi sumber utama
anak. Namun demikian, sejalan rendahnya kualitas manusia dan
dengan perubahan teknologi juga anak sebagai generasi penerus yang
bisa mendorong munculnya pekerja mengalami dampak yang paling
anak, misalnya untuk menekan besar (Seacombe:2000). Faktor
ekonomi keluarga yang tidak men-
114
Jurnal Kependudukan Padjadjaran, Vol. 10, No. 2, Juli 2008 : 112 - 121

cukupi, orang tua menganggur, pekerja anak tidak diperbolehkan


sehingga tercipta kemiskinan yang bekerja dalam jenis-jenis pekerjaan
pada akhirnya mendorong anak-anak seperti; perdagangan komoditas
bekerja mencari nafkah demi ke- yang mengandung alkohol/narkotika/
langsungan hidup keluarga (Manning, obat bius, prostitusi, maupun
Effendi, dan Tukiran: 1990). pekerjaan lain yang membahayakan
Selanjutnya Bellamy (1997) kesehatan anak.
menyebutkan bahwa pekerja anak Kecenderungan banyaknya
akan terperangkap dalam lingkaran pekerja anak di tanah air mendorong
setan (vicious circle), karena anak- para peneliti melakukan kajian
anak yang bekerja di usia dini terhadap fenomena ini; studi yang
biasanya berasal dari keluarga dilakukan oleh beberapa peneliti
miskin, dengan pendidikan yang sebelumnya menemukan bahwa
terabaikan akan tumbuh menjadi kemiskinan merupakan faktor yang
seorang dewasa yang terjebak dalam dominan mempengaruhi anak
pekerjaan yang tidak terlatih, dan bekerja (White Benjamin dan
dengan upah yang rendah. Indrasari Tjandraningsih: 1998,).
Pekerja anak baru mulai di- Hal yang sama juga dikemuka-
permasalahkan secara serius ketika kan oleh Talcott Parson (dalam
industrialisasi dan urbanisasi telah Irwanto; 1999:1) bahwa gejala pe-
merubah secara fundamental kerja anak lebih banyak disebabkan
hubungan kerja serta menimbulkan oleh faktor ekonomi daripada faktor
bahaya yang bertambah besar pada budaya. Artinya, anak bekerja lebih
anak-anak. Berbagai upaya untuk banyak dikarenakan faktor ekonomi
melakukan intervensi guna menang- keluarga. Pada keluarga miskin
gulangi permasalahan pekerja anak anak-anak dilibatkan untuk mencari
telah dilakukan di berbagai negara uang guna menambah pendapatan
dengan tujuan untuk melindungi keluarga. Banyak keluarga yang
anak-anak dari berbagai ekses dari memerlukan bantuan mereka untuk
industri-industri yang sangat ber- memenuhi kebutuhan ekonomi, pada
bahaya, seperti pada sektor industri kondisi seperti ini tidak jarang pekerja
pertambangan dan perikanan. anak menjadi tulang punggung
Pemerintah Indonesia telah ekonomi keluarga. Pekerja anak
melakukan berbagai upaya untuk seringkali mengerjakan pekerjaan
mengurangi jumlah pekerja anak. yang dapat menghambat perkem-
Sebelum tahun 2002, pemerintah bangannya, misalnya jam kerja yang
telah meratifikasi Konvensi ILO panjang, banyak meng-hirup zat-zat
Nomor 138 (mengenai usia minimum kimia yang digunakan oleh industri
mempekerjakan anak) dan Konvensi tempat ia bekerja, cenderung lebih
ILO Nomor 182 mengenai peng- mudah diperlakukan salah, mereka
hapusan jenis pekerjaan yang menghadapi kondisi yang tidak
membahayakan bagi pekerja anak. menguntungkan, rentan terhadap
Pada tahun 2002 pemerintah mene- eksploitasi, dan yang tidak kalah
tapkan Undang-undang Nomor 23 penting pekerja anak umumnya
tahun 2002 mengenai Perlindungan kehilangan akses untuk mengem-
Anak. Berdasarkan peraturan yang bangkan diri secara fisik, mental, dan
ada sekarang ini, usia minimum intelektual (Irwanto, dkk: 1999).
pekerja anak adalah 15 tahun dan

115
Pengaruh Kondisi Sosial dan Ekonomi Keluarga (Nunung Nurwati)

Berdasarkan data hasil Survai kan analisa dan interpretasi kuan-


Ketenaga kerjaan Jawa Barat tahun titatif menggunakan teknik statistik.
2000, diketahui, jumlah pekerja anak Teknik pengumpulan data yang
usia 10-14 tahun yang bekerja dilakukan dalam penelitian ini yaitu
selama periode 2000-2003 jumlah- wawancara terstruktur dengan
nya telah mengalami penurunan, menggunakan daftar pertanyaan dan
yaitu dari 104.839 orang pada tahun observasi.
2000 menjadi 64.563 orang tahun Populasi dalam penelitian ini
2003. Sebagian dari mereka ber- adalah anak yang berumur kurang
tempat tinggal di pedesaan. Walau- dari 18 tahun yang sedang bekerja di
pun terjadi penurunan fenomena ini sektor industri (sektor formal) atau
tetap menjadi perhatian semua home industry. Data yang tercatat
pihak, jika tidak diantisipasi ada pada Dinas Tenaga Kerja dan
kemungkinan jumlah pekerja anak Transmigrasi Kabupaten Cirebon
akan meningkat, dan dapat me- sampai dengan Desember tahun
nimbulkan masalah sosial. 2006 jumlah pekerja anak adalah
Dari beberapa kajian tentang sebanyak 488 orang, Berdasarkan
anak yang dilakukan oleh beberapa Rumus penarikan sampel yang
peneliti terdahulu lebih sering dikembangkan oleh Kerlinger. F.N
ditekankan pada motif atau dorongan (1973), jumlah sampel yang diambil
anak bekerja, tetapi kurang mene- sebanyak 165 pekerja anak.
kankan pada pembahasan tentang Pemilihan lokasi penelitian
motivasi pekerja anak untuk dilakukan dengan cara purposive
berkontribusi bagi keluarga. Se- dengan pertimbangan; di daerah
hubungan dengan hal inilah, peneliti tersebut jumlah pekerja anak lebih
tertarik untuk mengangkat masalah banyak daripada desa-desa lainnya.
pekerja anak, adapun yang menjadi Berdasarkan pertimbangan tersebut
pokok bahasan dalam penelitian ini maka lokasi penelitian ini mengambil
adalah bagaimana kondisi sosial dan 7 wilayah kecamatan yakni; Keca-
ekonomi keluarga mempengaruhi matan Plered, Weru, Depok, Tengah
motivasi pekerja anak dalam Tani, Duku Puntang, Palimanan, dan
kontribusinya bagi keluarga. Kajian Mundu. Dengan pertimbangan yang
ini dilakukan di daerah pedesaan di sama, dari masing-masing keca-
Kabupaten Cirebon, dengan per- matan tersebut ditentukan dua desa.
timbangan bahwa pekerja anak lebih
banyak bertempat tinggal di
pedesaan. Hasil Penelitian
Data lapangan menemukan
Metode Penelitian rata-rata pekerja anak bekerja
selama 7,72 jam per hari. Mereka
Penelitian ini menggunakan bekerja 6 hari per minggu. Seluruh
metode survei. Metode survei yang waktu dihabiskan untuk bekerja
digunakan adalah explanatory survei mencari uang agar mereka dapat
atau confirmatory. Analisa dan membantu ekonomi keluarga,
interpretasi data dalam penelitian ini seharusnya mereka tidak dibebani
menggunakan dua pendekatan yaitu dengan kegiatan mencari tambahan
pendekatan kuantitatif dan kualitatif. pendapatan bagi keluarga, tugas
Analisa dan interpretasi kualitatif utamanya adalah belajar (sekolah).
dilakukan secara deskriptif sedang-
116
Jurnal Kependudukan Padjadjaran, Vol. 10, No. 2, Juli 2008 : 112 - 121

Terkait dengan hak pemenuhan sendiri ataupun orang tua dapat


kebutuhan dasar anak ,salah satunya dipandang sebagai motivasi anak
adalah kebutuhan bermain, maka dalam berkontribusi bagi keluarga.
kebutuhan tersebut tidak dapat Seperti telah disebutkan sebe-
terpenuhi. Tampaknya bekerja meru- lumnya, bekerja bukan pilihan yang
pakan pilihan yang terpaksa harus terbaik bagi anak maupun keluarga,
diambil. mereka umumnya berkeinginan agar
Menurut UU Nomor 13 Tahun anak mereka dapat sekolah. Se-
2003 tentang Ketenagakerjaan. hubungan dengan itu, beberapa anak
Dikemukakan bahwa anak tidak berkeinginan agar sebagian anggota
boleh bekerja lebih dari 4 jam per keluarga lainnya, terutama adik-adik
hari dan tidak boleh mempekerjakan mereka, dapat menamatkan sekolah
anak pada kegiatan/pekerjaan yang sesuai dengan keinginan keluarga.
membahayakan. Bila merujuk ke Dalam batas tertentu, kontribusi anak
Undang-undang tersebut dapat terhadap keluarga dapat diindika-
dikatakan bahwa pengusaha yang sikan dengan pekerja anak yang
telah mempekerjakan pekerja anak membantu orang tua dalam meme-
lebih dari 4 jam perhari telah nuhi nafkah keluarga.
melangar UU Nomor 13 Tahun 2003 Selanjutnya, dari hasil perhi-
tentang Ketenagakerjaan. tungan statistik diketahui besaran
Pekerja anak menerima upah pengaruh kondisi sosial dan ekonomi
Rp. 63,968 per minggu, ini sangat terhadap motivasi pekerja dalam
jauh dibawah standar upah minimum. memberikan bantuan untuk keluarga,
Upah minimum Kabupaten Cirebon sebagai berikut;
berdasarkan SK Gubernur Jawa 1. Pengaruh kondisi sosial ke-
Barat No 561/KEP,1020/Bangsos luarga yang didasarkan pada
2006 yaitu sebesar Rp. 600,000 per penilaian atau sikap pekerja anak
bulan. Dalam hal ini pekerja anak mengenai status sosial orang tua,
tidak memiliki kekuatan untuk pendidikan orang tua dan mata
meminta kenaikan upah, mereka pencaharian orang tua . Berdasarkan
´SDVUDK´ GHQJDQ XSDK \DQJ PHUHND hasil perhitungan dengan mengguna-
terima. Padahal sebagian dari pe- kan rumus regresi linier diperoleh
kerja anak merupakan tulang pung- nilai koefisien determinasi multiple
gung keluarga. Upah yang diterima 2
(R yx1) atau nilai total pengaruh
mereka sisihkan untuk membantu simultan aspek sosial terhadap
keluarga. Latar belakang ekonomi motivasi sebesar 0,281 (28,1 persen)
keluarga pekerja anak berasal dari sedangkan faktor lain (epsilon)
keluarga miskin, pekerjaan utama sebesar 71,9 persen. Dengan demi-
orang tua mereka bekerja sebagai kian dapat ditegaskan bahwa kondisi
buruh tani, dan rata-rata jumlah sosial keluarga mempengaruhi
tanggungan keluarga 4 orang. motivasi pekerja anak dalam
Bekerja bagi anak merupakan berkontribusi bagi keluarga.
salah satu solusi yang terpaksa Untuk melihat besaran
harus diambil, dilihat dari konteks pengaruh dari masing-masing
keterbatasan kondisi sosial dan indikator dalam dimensi kondisi
ekonomi keluarga, maka keinginan sosial keluarga terhadap variabel
anak bekerja yang diorientasikan motivasi dilakukan penghitungan
untuk memenuhi kebutuhan diri secara parsial, hasil penghitungan

117
Pengaruh Kondisi Sosial dan Ekonomi Keluarga (Nunung Nurwati)

menunjukkan bahwa pengaruh paling Dengan demikian, mahalnya biaya


besar terhadap motivasi pekerja pendidikan dan minimnya dukungan
anak adalah dari variabel latar orang tua terhadap pendidikan
belakang pendidikan kepala keluarga menempatkan anak dalam posisi
(ayah) yaitu sebesar 23,1 persen, yang dilematis. Anak yang masih
kemudian diikuti kedudukan status berminat sekolah, tetapi tidak mampu
sosial orang tua (kepala keluarga) dibiayai oleh orang tuanya akan
sebesar 13,4 persen, dan mata memaksa anak untuk bekerja.
pencaharian orang tua sebesar 19,1 Sementara itu, kesibukan bekerja
persen. Angka ini memberi makna akan membuat anak terganggu
bahwa penilaian atau sikap pekerja waktu belajarnya, terpaksa mem-
anak mengenai latar belakang bolos dari kelas, dan pada akhirnya
pendidikan ayahnya memiliki penga- terpaksa putus sekolah. Bagi pekerja
ruh yang cukup dominan terhadap anak yang masih bersekolah cen-
motivasi pekerja dalam memberikan derung rentan untuk putus sekolah.
bantuan untuk keluarga. Gambaran Mereka tidak konsentrasi mengerja-
tentang pengaruh dari faktor-faktor kan tugas-tugas sekolah maupun
tersebut adalah sebagai berikut: belajar, karena sebagian waktunya
Pendidikan orang tua sebagai dihabiskan untuk bekerja.
bagian dari kondisi sosial keluarga Mata pencaharian orang tua
yang dikaji berdasarkan persepsi (ayah dan ibu), sebagian besar
atau penilaian yang dilakukan oleh mereka mengatakan sedang (cukup),
pekerja anak, ternyata pengaruhnya artinya pekerjaan orang tua menurut
sangat dominan terhadap motivasi pekerja anak dianggap sedang atau
pekerja anak dalam melakukan cukup untuk ukuran daerah tersebut.
kontribusinya pada keluarga. Anak tidak memandang rendah
Pendidikan dan pemahaman terhadap pekerjaan orang tuanya,
orang tua ikut berperan dalam anak menghargai pekerjaan yang
mempertahankan anak tetap seko- dilakukan oleh orang tua mereka, hal
lah. Orang tua yang memiliki latar ini ada kaitannya dengan salah satu
belakang pendidikan tinggi akan wujud rasa hormat anak kepada
memberi inspirasi kepada anak- orang tua. Data empirik menemukan
anaknya untuk tetap bersekolah dan ada diantara pekerja anak yang
berusaha untuk melanjutkan ke menganggap pekerjaan orang tuanya
jenjang yang lebih tinggi. Sebaliknya rendah yaitu sebanyak 16,4 persen,
orang tua yang tidak memiliki mereka menganggap bahwa peker-
pemahaman pentingnya pendidikan jaan sebagai pegawai kantoran atau
cenderung kurang memberi dukung- buruh pabrik dianggap lebih baik
an bagi pendidikan anak-anaknya. daripada bekerja sebagai buruh tani
atau buruh serabutan. Rendah atau
Bagi para orang tua pekerja
tingginya persepsi yang diberikan
anak di wilayah penelitian, pendi-
oleh pekerja anak terhadap pekerja-
dikan dianggap barang mahal, ini
an orang tuanya, merupakan penilai-
pula yang menjadi penyebab anak
an yang subjektif dan hanya berlaku
bekerja. Mahalnya biaya pendidikan
untuk ukuran di daerah penelitian.
telah mendorong orang tua memper-
timbangkan kesempatan ekonomis Selanjutnya, mengenai persepsi
yang hilang bila anak tetap di bangku atau penilaian pekerja anak terkait
sekolah dan meminta anak bekerja. dengan status sosial orang tua

118
Jurnal Kependudukan Padjadjaran, Vol. 10, No. 2, Juli 2008 : 112 - 121

mereka, umumnya menilai bahwa sedangkan faktor lain sebesar 65,9


orang tua mereka hanya orang biasa persen.
yang tidak memiliki kedudukan sosial Selanjutnya, hasil penghitungan
di lingkungannya. Mengacu pada dengan menggunakan regresi linier
hasil perhitungan secara statistik, multiple diketahui besaran dari
tampaknya status sosial orang tua masing-masing indikator tersebut
pengaruhnya tidak terlalu dominan (kecukupan pendapatan dan beban
terhadap motivasi pekerja anak untuk tanggungan keluarga). Ternyata
membantu keluarga. motivasi pekerja anak dalam ber-
kontribusi bagi orang tua lebih
2. Pengaruh Kondisi Ekonomi Ke- banyak dipengaruhi oleh penilaian
luarga terhadap Motivasi Peker-ja yang dilakukannya tentang penge-
Anak. Kondisi ekonomi keluarga me- luaran keluarga sebesar 17,4 persen,
rupakan bagian integral dari kondisi sedangkan pengaruh beban tang-
sosial ekonomi yang dimanifestasi- gungan keluarga terhadap motivasi
kan dalam bentuk penilaian atau berkontribusi sebesar 17,3 persen,
sikap pekerja anak mengenai; (1) keduanya menunjukkan perbedaan
kecukupan pendapatan bagi kehi- yang sangat kecil. Hal ini dimung-
dupan keluarga, (2) beban tanggung- kinkan karena kehidupan keluarga
an keluarga. Pekerja anak dianggap pekerja anak di daerah penelitian
sudah mampu untuk memberi pe- VDQJDW ´WUDQVSDUDQ´ WHUKDGDS DQDN-
nilaian atau tanggapan terhadap anaknya, fakta di lapangan mene-
indikator tersebut. Kehidupan ke- mukan permasalahan atau kesulitan
luarga di pedesaan cenderung lebih ekonomi yang dihadapi oleh keluarga
terbuka dalam berkomunikasi dengan akan mudah diketahui oleh anak.
anggota keluarga dan tetangga ter- Informasi tersebut diperoleh anak
masuk menyampaikan atau menge- dengan cara disengaja atau men-
luhkan beban kehidupan. Anak dari dengarkan pembicaraan orang tua
keluarga miskin di pedesaan tidak mereka dengan kerabat maupun
memiliki privacy seperti pada ke- dengan tetangga.
luarga mampu di perkotaan. Dengan Selanjutnya, hasil penghitungan
tidak adanya privacy, anak terbiasa dengan menggunakan regresi linier
mendengar dan merasakan keluhan multiple diketahui besaran dari
beban orang tua, sehingga anak- masing-masing indikator tersebut.
anak di pedesaan dari keluarga Ternyata motivasi pekerja anak lebih
miskin akan lebih cepat dewasa banyak dipengaruhi oleh penilaian
dibanding dengan anak seusianya yang dilakukan oleh pekerja anak
yang tinggal di daerah perkotaan. mengenai pengeluaran keluarga
Berdasarkan asumsi tersebut, maka yaitu sebesar 17,4 persen, sedang-
pekerja anak dapat menilai kecukup- kan penilaian pekerja anak terhadap
an pendapatan dan beban tanggung- beban tanggungan keluarga sebesar
an keluarga. 17,3 persen. Ternyata besar penga-
Berdasarkan perhitungan koe- ruh dari keduanya menunjukkan
fisien determinansi dari analisis jalur, perbedaan yang sangat kecil. Hal ini
pengaruh kondisi ekonomi terhadap dimungkinan karena kehidupan
motivasi pekerja anak dalam mem- keluarga pekerja anak di daerah
bantu keluarga sebesar 34,1 persen, penelitian sangat transparan ter-
hadap anak-anaknya, fakta di

119
Pengaruh Kondisi Sosial dan Ekonomi Keluarga (Nunung Nurwati)

lapangan menemukan bahwa per- penafsiran atau penilaian yang


masalahan atau kesulitan ekonomi dilakukan oleh pekerja anak
yang dihadapi oleh keluarga akan mengenai pendapatan dan beban
diketahui anak, sehingga anak di tanggungan keluarga. Berdasarkan
daerah penelitian terlihat lebih hasil perhitungan diketahui kondisi
´PDWDQJ´ (dewasa) dibandingkan ekonomi mempengaruhi kontribusi
dengan anak seusianya yang tinggal yang dilakukan oleh pekerja anak
di daerah perkotaan dengan kondisi dalam upaya membantu keluarga.
sosial yang lebih tinggi. Apabila Beban tanggungan keluarga memiliki
dibandingkan dengan dimensi sosial pengaruh lebih besar daripada
ternyata dimensi ekonomi lebih pendapatan (identik dengan penge-
dominan pengaruhnya. Artinya kondi- luaran). Menurut penafsiran pekerja
si ekonomi keluarga yang tergolong anak, beban tanggungan keluarga
miskin telah menjadikan anak- mencerminkan kondisi nyata ekono-
anaknya sebagai pekerja bahkan mi keluarganya. Pekerja anak di
diantaranya merupakan tulang daerah penelitian dianggap sudah
punggung keluarga. mampu memberikan penilaian atau
tanggapan terhadap keadaan ke-
uarganya. Secara umum kehidupan
keluarga dengan kondisi sosial dan
Kesimpulan ekonomi rendah yang tinggal di
1. Kondisi sosial keluarga mem- pedesaan sebenarnya lebih trans-
pengaruhi motivasi pekerja anak paran dalam hal mengemukakan
dalam kontribusinya pada keluarga. keadaan keluarganya. Dalam ke-
Derajat pengaruh persepsi pekerja luarga semacam ini hampir tidak ada
anak mengenai pendidikan kepala privacy sehingga anak akan mudah
keluarga lebih kuat dibandingkan mengetahui keadaan kehidupan
dengan derajat pengaruh indikator orang tuanya. Jika orang tua sedang
lainnya (status sosial keluarga dalam mengalami kesulitan keuangan,
struktur masyarakat setempat, dan maka anak akan segera mengetahui-
mata pencaharian orang tua). nya, karena orang tua mereka akan
Sebagian besar pendidikan kepala mudah dan tanpa mempertimbang-
keluarga rendah (sekolah dasar), kan keberadaan anak saat menyam-
sehingga kurang memiliki apresiasi paikan keadaan terutama beratnya
terhadap pendidikan anak. Anak beban hidup mereka kepada anggota
akan dibiarkan untuk menentukan keluarga lainnya atau pada tetangga
akan tetap sekolah atau berhenti sekitar rumahnya.
sekolah dan memilih bekerja. Umumnya pekerja anak berasal
Dengan demikian pendidikan kepala dari keluarga miskin, dengan
keluarga berpengaruh pada motivasi demikian pemicu anak bekerja
pekerja anak. karena kemiskinan. Oleh karena itu
2. Hasil penelitian menunjukkan yang pertama diintervensi adalah
kondisi ekonomi keluarga penga- keluarga. Hal ini dapat dilakukan
ruhnya lebih dominan dari kondisi dengan melalui program Pemberda-
sosial terhadap motivasi pekerja yaan keluarga yang bertujuan untuk
anak dalam berkontribusi bagi menambah pendapatan keluarga.
keluarga. Kondisi ekonomi keluarga Kegiatan ini dapat dilakukan dengan
yang diaplikasikan ke dalam bentuk bekerjasama antar instansi terkait.
Kedua, pihak perusahaan atau
120
Jurnal Kependudukan Padjadjaran, Vol. 10, No. 2, Juli 2008 : 112 - 121

pengusaha harus memberikan dijelaskan mengenai pembagian jam


kemudahan bagi pekerja anak dalam kerja antara pekerja dewasa dengan
mengakses pendidikan, misalnya pekerja anak. Tampaknya peraturan
memberi kesempatan untuk ini masih perlu disosialisasikan
mengikuti pendidikan non formal kembali kepada semua pihak yang
seperti Kejar paket A dan B, serta menggunakan tenaga kerja anak,
diberi pelatihan dalam pekerjaan. agar dampak negatif yang timbul
Dalam Peraturan Menteri Tenaga akibat kehadiran pekerja anak dapat
Kerja Nomor 01 tahun 1987, sudah diatasi.

Daftar Pustaka
Basu, K. 1999. Child labor: Cause, Wiyono, Nur Hadi. 2001. Pekerja
Consequence and Cure, with Anak di Indonesia : Tinjauan
Remarks on International Labor Teoritis dan Empiris. Dalam
Standards. Journal of Economic Warta Demografi Tahun ke 31
Literature 37(3): 1083 - 1119. Nomor 4 Tahun 2001. Jakarta:
Bellamy, Carol. 1997. Laporan Situa- Lembaga Demografi Universitas
si Anak-anak di Dunia 1997. Indonesia.
Jakarta: Unicef. Seacombe, K. 2000. Family in
Grootaert, C and R. Kanbur. 1995. Poverty in The 1990s: Trends,
Child Labour: An Economic Causes, Consequences and
Perspective in International Lessons Learned. Jounal of
Labour Review, No. 2 Vol 134 Marriage and The Families. Vol.
62 No 4.
Irwanto. 1999. Anak yang Membu-
tuhkan Perlindungan Khusus: White, Ben. 1994. Children, Work,
Analisis Situasi. Jakarta: PKPM and Child Labour; Changing
Atma Jaya. Response to The Employmentt
of Children. Inaugural Address
Kerlinger, F N. 1973. Foundation of
Delivered on 16 June 1994 as
Behavioral Research. 2 nd ed.
Professor of Rural Sosiology at
Holt Rinchart and Witston.
The Institute of Social Studies,
Manning, Chris. Tadjuddin Noer The Hague, Netherlands.
Effendi, dan Tukiran. 1990.
White, Ben & Tjandraningsih. 1998.
Struktur Pekerjaan Sektor In-
Child Workers in Indonesia.
formal dan Kemiskinan di Kota.
Bandung: Akatiga.
Yogyakarta: Pusat Penelitian
Kependudukan, Universitas
Gadjah Mada.

121

Anda mungkin juga menyukai