Anda di halaman 1dari 7

Permasalahan Sosial yang Terjadi di Lingkungan Sekitar

Nama: Megi Alesandro Tazkiya

NIM: 2006509

Kelas: 5A

No. Topik Faktor Permasalahan Analisis


Permasalahan
1. Fenomena Anak Penyebab pertama anak jalanan Adapun dampak dari
Jalanan di Kota di kota cirebon adalah anak jalanan tersebut
Cirebon kurangnya ekonomi keluarga yaitu Lingkungan di
sehingga anak harus turun ke sekitar jalanan pada
jalan untuk jualan tisu, ngamen hakikatnya adalah bukan
bahkan meminta-minta tempat terbaik bagi
(mengemis). Uang yang anak-anak menuntaskan
didapatkan oleh anak jalanan proses tumbuh kembang
tersebut sebagian besar mereka. Karena
digunakan untuk memenuhi lingkungan sosial di
kebutuhannya seperti untuk jalanan sangat heterogen
jajan, makan, bahkan untuk dengan stigma negatif
membeli perlengkapan sekolah yang melekat di
dan membayar SPP sekolah. dalamnya. Mereka juga
harus melepaskan masa
Penyebab kedua yaitu teman keceriaan bermain
sebaya, di mana anak-anak di bersama teman sebaya
ajak oleh teman lainnya untuk dengan bergulat dengan
main di jalan dengan debu jalanan, bising
menyenangkan karena suara kendaraan, risiko
mendapatkan uang. Sedangkan menjadi korban
jika tinggal di rumah tidak kecelakaan lalu lintas.
medapatkan uang. Bahkan kekerasan selalu
mengintai mereka setiap
Penyebab ketiga yaitu Tekanan waktu. Beberapa
dan eksploitasi oleh orang kekerasan yang mereka
tuanya untuk berjualan tisu agar terima, baik ketika di
menhasilkan uang dengan alasan jalanan ataupun di
orang tua “jika bukan anak yang lingkungan tempat anak
menjual tisu maka tidak laku”. jalanan berada.

Adapun solusi yang


perlu dilakukan adalah
bantuan dari pemerintah,
seperti melalui program
keluarga harapan (PKH),
kemudian program-
program pengentasan
kemiskinan yang
digulirkan oleh
Pemerintah Kota
Cirebon (Suryadi, 2020).
2. Pengelolaan Penyebab pertama adalah Adapun dampak dari
Sampah di Kota Rendahnya kesadaran penumpukan sampah
Bertipe Sedang: masyarakat akan pengelolaan tersebut adalah banyak
Studi Kasus di sampah dari sumbernya sekali sampah yang
Kota Cirebon membuat pengelolaan sampah berserakan di pinggiran
belum maksimal. jalan, kemudian
penumpukan yang
Penyebab kedua adalah terjadi pada TPS. Aliran
Keterbatasan lahan TPA, sungai dipenuhi dengan
buruknya sistem pengumpulan sampah.
dan pengangkutan sampah yang
kurang higienis, serta belum Adapun solusi dari
terpisah antara sampah organik penumpukan sampah ini
dan anorganik di masyarakat yang paling utama
turut menjadi penyebab masalah adalah kesadaran dari
sampah di perkotaan. (Prihatin, masyarakat, kemudian
2020) dibantu oleh pemerintah
melalui program
pembuangan sampah
terbuka (open dumping)
dalam jangka waktu
maksimal 5 tahun.
Sejauh ini, paradigma
pengelolaan sampah
yang dilakukan di kota
di Indonesia masih
berpegang pada prinsip
3P (pengumpulan,
pengangkutan, dan
pembuangan).
Maksudnya, sampah
dikumpulkan sebanyak-
banyaknya, kemudian
diangkut secepat-
cepatnya dan dibuang
sejauh-jauhnya. Sampah
masih dianggap sebagai
sisa hasil kegiatan
manusia yang tidak
memiliki nilai dan harus
segera dijauhkan atau
dibuang serta jika perlu
dimusnahkan (Kuncoro,
2009). Pengelolaan
sampah dengan
menggunakan paradigma
3P memiliki
ketergantungan yang
tinggi terhadap
keberadaan TPA
(Wibowo, 2009).
3. Pengaruh Kondisi Penyebab pertama adalah jumlah Dampaknya yaitu
Sosial dan anak dalam rumah tangga kondisi ekonomi
Ekonomi Keluarga merupakan faktor penentu yang keluarga pengaruhnya
Terhadap Motivasi potensial (potential determinats) lebih dominan dari
Pekerja Anak penawaran pekerja anak di pasar kondisi sosial terhadap
dalam Membantu kerja; karena itu perilaku motivasi pekerja anak
Keluarga di fertilitas sangat berpengaruh dalam berkontribusi bagi
Kabupaten dalam penawaran pekerja anak. keluarga. Kondisi
Cirebon, Jawa Hasil penelitian yang dilakukan ekonomi keluarga yang
Barat di beberapa negara berkembang diaplikasikan ke dalam
menunjukkan bahwa makin bentuk penafsiran atau
besar jumlah keluarga akan penilaian yang dilakukan
mengurangi partisipasi sekolah oleh pekerja anak
anakanak dan mengurangi mengenai pendapatan
investasi orang tua untuk dan beban tanggungan
menyekolahkan anak-anaknya. keluarga. Berdasarkan
Dengan kata lain, makin besar hasil perhitungan
jumlah anggota keluarga akan diketahui kondisi
meningkatkan risiko anak-anak ekonomi mempengaruhi
untuk bekerja. (Nurwati, 2014) kontribusi yang
dilakukan oleh pekerja
Penyebab kedua yang anak dalam upaya
menyebabkan anak-anak bekerja membantu keluarga.
adalah yang berkaitan dengan Beban tanggungan
risiko rumah tangga jika anak- keluarga memiliki
anak ditarik dari pasar kerja. pengaruh lebih besar
Pada rumah tangga miskin daripada pendapatan
mengijinkan anak-anak masuk (identik dengan
pasar kerja merupakan strategi pengeluaran). Menurut
untuk meminimalkan terhentinya penafsiran pekerja anak,
arus pemasukan pendapatan beban tanggungan
rumah tangga dan mengurangi keluarga mencerminkan
dampak anggota keluarga yang kondisi nyata ekonomi
kehilangan pekerjaan. Pada keluarganya. Pekerja
rumah tangga yang termasuk ke anak di daerah penelitian
dalam katagori miskin, biasanya dianggap sudah mampu
tidak memiliki aset yang dapat memberikan penilaian
dijual serta tidak memiliki atau tanggapan terhadap
jaringan untuk meminjam uang, keadaan keuarganya.
dan kehilangan pekerjaan Secara umum kehidupan
merupakan ancaman bagi keluarga dengan kondisi
kelangsungan hidup keluarga. sosial dan ekonomi
Karena itu, menjadi jelas rendah yang tinggal di
mengapa pekerja anak lebih pedesaan sebenarnya
banyak terjadi pada keluarga lebih transparan dalam
miskin. hal mengemukakan
keadaan keluarganya.
Penyebab ketiga adalah struktur Dalam keluarga
pasar kerja yaitu yang berkaitan semacam ini hampir
dengan pengupahan. Dalam tidak ada privacy
pasar kerja yang kompetitif, sehingga anak akan
upah bersifat fleksibel, pekerja mudah mengetahui
anak dapat mensubtitusi pekerja keadaan kehidupan
dewasa. Dalam berbagai orang tuanya. Jika orang
penelitian di negara tua sedang mengalami
berkembang, ditemukan bahwa kesulitan keuangan,
jenis pekerjaan tertentu maka anak akan segera
pengusaha lebih menyukai mengetahuinya, karena
pekerja anak daripada pekerja orang tua mereka akan
dewasa dengan alasan pekerjaan mudah dan tanpa
itu justru tidak efektif jika mempertimbangkan
dikerjakan oleh orang dewasa keberadaan anak saat
(Haryadi dan Tjanraningsih: menyampaikan keadaan
1995 dalam Wiyono, Nur Hadi: terutama beratnya beban
2001) hidup mereka kepada
anggota keluarga lainnya
atau pada tetangga
sekitar rumahnya.
Solusi yang dapat
dilakukan yaitu dengan
melalui program
Pemberdayaan keluarga
yang bertujuan untuk
menambah pendapatan
keluarga. Kegiatan ini
dapat dilakukan dengan
bekerjasama antar
instansi terkait. Kedua,
pihak perusahaan atau
pengusaha harus
memberikan kemudahan
bagi pekerja anak dalam
mengakses pendidikan,
misalnya memberi
kesempatan untuk
mengikuti pendidikan
non formal seperti Kejar
paket A dan B, serta
diberi pelatihan dalam
pekerjaan. Dalam
Peraturan Menteri
Tenaga Kerja Nomor 01
tahun 1987, sudah
dijelaskan mengenai
pembagian jam kerja
antara pekerja dewasa
dengan pekerja anak.
Tampaknya peraturan ini
masih perlu
disosialisasikan kembali
kepada semua pihak
yang menggunakan
tenaga kerja anak, agar
dampak negatif yang
timbul akibat kehadiran
pekerja anak dapat
diatasi.

Referensi
Kuncoro, S. (2009). Pengelolaan Sampah Terpadu dengan sistem node, sub point, dan center
point. Yogyakarta : Kanisius, 1-16.

Nurwati, N. (2014). Pengaruh Kondisi Sosial dan Ekonomi Keluarga. 1-10.

Prihatin, R. B. (2020). Pengelolaan sampah di kota cirebon . jurnal masalah-masalah sosial,


1-16.

Suryadi, A. F. (2020). Fenomena Anak Jalanan di Kota Cirebon. Jurnal Equalita, 1-12.

Wibowo, A. (2009). Kondisi persampahan kota di indonesia. narasibumi, 1-16.

Ben & Tjandraningsih. 1998. Child Workers in Indonesia. Bandung: Akatiga.

Anda mungkin juga menyukai