kemungkinannya untuk merujuk secara ekstra-musikal, karakteristik musik dapat dibedakan menjadi tiga ranah makna yang utama, yaitu:
ranah spasio-temporal (the spacio-temporal field),
ranah kinetis (the kinetic field), dan ranah afektif (the affective field). Ranah makna spasio-temporal: musik adalah pengalaman tentang waktu karena hakikatnya sebagai seni yang mewaktu, mengalir seturut waktu; sementara pengalaman tentang ruang dalam musik dapat dialami melalui tubuh.
Ranah makna kinetik: terdapat kaitan langsung antara pola-pola
ritme dan melodi dengan pola-pola gestur dan gerak yang menyertai tindakan (bergoyang dan menari). Struktur bunyi musikal dapat diterjemahkan melalui tubuh (embodied).
santai, putus asa, bahagia, gembira, dst.) dapat diekspresikan melalui musik. Dengan kata lain, pengalaman afektif adalah paling mendasar bagi bahasa ekspresif musik. Retorika Musik
1. Peniruan Bunyi
“The Four Seasons” (Vivaldi)
– ikon bunyi (sound iconism atau onomatope); diagram: pergeseran atau pergantian musim demi musim; makna emosional: kesunyian, gairah, semangat, dll.
“Indonesia Raya” (lagu kebangsaan Indonesia, W.R. Soepratman)
– simbol bagi nasionalitas. Genre musik dangdut – simbol identitas kelas sosial. Musik angklung (Sunda) – simbol etnisitas dan metonimi bagi kebudayaan Sunda.
Lagu-lagu mars – simbol kelompok militer; diagram: pola langkah/derap kaki; indeks bagi semangat (perjuangan).