Anda di halaman 1dari 119

FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

BAHAN AJAR
Struktur Bahan Ajar Kuliah 1

Bagian Yang
No Keterangan
Harus Ada
1. Judul Bab Peran Mahasiswa Sebagai Agent of Change dan Keterlibatan
Dalam Lingkungan Kampus, Keluarga, Masyarakat Nasional,
Internasional
2. Kompetensi Mahasiswa mampu menunjukkan peran mahasiswa sebagai
Dasar agent of change (inisiator, educator, motivator, implementori) dan
keterlibatan mahasiswa dalam lingkungan kampus, keluarga,
masyarakat nasional, internasional
3. Materi Pokok a. PBAK di Perguruan Tinggi
b. Peran Pendidik dalam Pengajaran PBAK
c. Peran Mahasiswa (peran di Kampus, Keluarga Masyarakat
tingkat nasional dan internasional)
d. Pelibatan mahasiswa dalam Gerakan antikorupsi
4. Tugas-Tugas a. Diskusi aktif pada pembelajaran TM
b. Searching literature tentang peran mahasiswa sebagai change
of agent dalam pemberantaran korupsi
5. Daftar Pustaka 1. Adwirman. (2014). BUKU AJAR PENDIDIKAN DAN BUDAYA
ANTIKORUPSI (PBAK). Jakarta Selatan: Pusat Pendidikan
dan Pelatihan Tenaga.
2. Dietika, J. G. (2021). Modul Perkuliahan Pendidikan Budaya
Anti Korupsi. Palangkaraya: POLTEKKES PALANGKARAYA.
3. Kemendikbud, R. I. (2018). Buku Pendidikan Anti-Korupsi
Untuk Perguruan Tinggi.

Disiapkan Oleh: Diperiksa Oleh: Disahkan Oleh:


Penanggungjawab Mata Sekretaris Program Studi Ketua Jurusan/ Ketua
Kuliah Kebidanan Magelang Perwakilan Jurusan Kebidanan
Magelang

Bekti Yuniyanti S.SiT, MHKes Arfiana, S.Kep, Ns, S.Tr. Keb, M.Kes Sri Widatiningsih, M.Mid
NIP 196706081990032001 NIP. 197303171998032001 NIP. 19681101 1989032001
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

Lampiran 1
Peran Mahasiswa Sebagai Agent of Change dan Keterlibatan Dalam
Lingkungan Kampus, Keluarga, Masyarakat Nasional, Internasional

A. PBAK di Perguruan Tinggi


Mahasiswa dianggap sebagai agen perubahan (agent of change)
pada suatu masyarakat atau bangsa. Dalam rangka pemberantasan korupsi
sangat diharapkan keterlibatan mahasiswa yang sifatnya tidak pada upaya
penindakan yang merupakan kewenangan institusi penegak hukum, tetapi
mahasiswa berperan aktif dalam upaya pencegahan. Gerakan antikorupsi
adalah suatu gerakan memperbaiki perilaku individu (manusia) dan sebuah
sistem demi mencegah terjadinya perilaku koruptif. Upaya untuk perbaikan
sistem yang perlu dilakukan, antara lain menyempurnakan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, memperbaiki tata kelola pemerintahan,
reformasi birokrasi, menciptakan lingkungan kerja antikorupsi, menerapkan
prinsip-prinsip clean and good governance, dan pemanfaatan teknologi
transparansi.
Mahasiswa diharapkan dapat berperan sebagai agen perubahan dan
motor penggerak dalam gerakan antikorupsi di lingkungan keluarga,
lingkungan kampus, serta lingkungan masyarakat sekitar dan di tingkat
lokal/nasional. Untuk keberhasilan gerakan tersebut, mahasiswa perlu dibekali
dengan pengetahuan yang cukup tentang seluk beluk korupsi dan
pemberantasannya.

B. Peran Pendidik dalam Pengajaran PBAK


Beberapa hal yang patut diperhatikan para dosen atau pengajar PBAK adalah
sebagai berikut.
1. Kurikulum PBAK adalah sesuatu yang baru dalam konteks dunia
pendidikan Indonesia, bahkan konsep secara tertulis baru diterbitkan
Direktorat Pendidikan Tinggi pada tahun 2012 sehingga para dosen perlu
memahami secara mendalam materi PBAK dan juga mencermati berbagai
kasus korupsi di lingkungan pendidikan yang dapat dijadikan contoh pada
saat pembahasan pembelajaran
2. Pengajar PBAK perlu menunjukkan contoh sikap antikorupsi dalam
kehidupan sehari-hari sehingga tidak bertentangan dengan pembelajaran
PBAK yang diampu.
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

3. Pengajar PBAK perlu mendorong implementasi pendidikan, penelitian, dan


pengabdian pada masyarakat secara berintegritas sebagai refleksi positif
dari Tri Dharma Perguruan Tinggi.
4. Pengajar PBAK perlu mendorong mahasiswa untuk melakukan kegiatan-
kegiatan pendidikan antikorupsi kepada masyarakat lebih luas, terutama
pemantauan pelayanan public sebagai tugas terkait PBAK.

C. Peran Mahasiswa (peran di Kampus, Keluarga Masyarakat tingkat


nasional dan internasional)
1. Peran mahasiswa di lingkungan kampus
a. Menciptakan kampus bebas dari korupsi
1) Mahasiswa dapat berperan dalam memberikan pendidikan dan
meningkatkan kesadaran tentang korupsi kepada sesama
mahasiswa dan anggota masyarakat kampus. Ini dapat dilakukan
melalui seminar, lokakarya, diskusi, dan kampanye informasi untuk
menyebarkan pengetahuan tentang korupsi, dampaknya, serta cara
mencegah dan melawannya.
2) Mahasiswa dapat melakukan penyelidikan terkait potensi praktik
korupsi di lingkungan kampus. Mereka dapat menjadi mata dan
telinga yang peka untuk mendeteksi tanda-tanda kecurangan atau
penyalahgunaan kekuasaan. Selain itu, mahasiswa juga dapat
menjadi pengawas terhadap penggunaan anggaran kampus dan
memastikan transparansi dan akuntabilitas dalam penggunaan
sumber daya.
3) Mahasiswa dapat aktif terlibat dalam organisasi mahasiswa, badan
perwakilan mahasiswa, atau badan pengawas di kampus. Dengan
menjadi anggota organisasi semacam itu, mahasiswa dapat
berkontribusi dalam mengawasi dan memastikan integritas dalam
proses pengambilan keputusan dan pengelolaan sumber daya
kampus.
4) Mahasiswa dapat berperan sebagai advokat dalam melawan korupsi
di kampus. Mereka dapat mengorganisir kampanye, protes, atau
demonstrasi damai untuk menuntut perubahan dan mendorong
lembaga kampus untuk melaksanakan praktik-praktik yang
transparan dan bebas korupsi. Mahasiswa juga dapat membentuk
kelompok advokasi antikorupsi di kampus untuk mengkoordinasikan
upaya mereka secara lebih efektif.
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

5) Mahasiswa juga perlu membentuk etika pribadi yang kuat dan


menjadi teladan dalam menjaga integritas dan menghindari korupsi.
Dengan mengembangkan kesadaran diri tentang etika dan nilai-nilai
yang benar, mahasiswa dapat mempengaruhi teman-teman sebaya
dan lingkungannya untuk menghargai integritas dan menghindari
praktik korupsi.
b. Memberi edukasi kepada masyarakat
1) Melalui pengabdian masyarakat
2) Menjadi salahsatu kegiatan dalam pkl
3) Mengadakan sayembara poster
4) Lomba karya populer tentang anti korupsi
5) Pentas seni anti korupsi
6) Penjajakan persepsi masyarakat terhadap pelayanan publik
7) Menjaring keluhan masyarakat terhadap pelayanan publik
c. Mengontrol kebijakan pemerintah
1) Melakukan aksi damai untuk mengkritik kebijakan yg dinilai tidak
sesuai
2) Menghadiri langsung sidang terbuka dpr

2. Peran mahasiswa di keluarga


a. Menjalankan hak dan kewajiban sebagai anggota keluarga dengan baik
b. Mematuhi aturan yang disepakati di keluarga
c. Menerapkan nilai nilai religius
d. Memberi bantuan tanpa pamrih / atas kesadaran sendiri
e. Mengakui kesalahan sendiri secara bertanggung jawab

3. Peran mahasiswa di masyarakat sekitar


a. Melakukan gerakan anti korupsi dan menanamkan nilai - nilai anti
korupsi di masyarakat sekitar
b. Berkontribusi dalam perbaikan sistem
1) Mengamati proses pelayanan publik misal ktp, sim,kk dll
2) Kaji fasilitas pelayanan umum mis angkutan umum, sopir dll.
3) Bagaimana kualitas pelayanan kesehatan dirasakan oleh
masyarakat
4) Bagaimana transparansi dan akses publik untuk mengetahui
penggunaan dana pemerintah
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

4. Peran mahasiswa di tingkat local dan nasional


a. Berkontribusi dalam memberikan kritik, rekomenhdasi terhadap
pemerintah
b. Mensosialisasikan nilai nilai anti korupsi
c. Membangun integritas diri ( bersatunya antara ucapan dan perbuatan )
d. Menerapkan nilai nilai agama dan etika
e. Mempelajari tokoh bangsa yang memiliki integritas tinggi melalui
kegiatan lintas kampus
f. Berlatih mulai dari hal hal kecil tentang anti korupsi
1) Gerakan mematuhi aturan lalulintas
2) Gerakan membuang sampah pada tempatnya
3) Membangun komitmen untuk tidak menyontek
4) Membangun budaya malu
5) Menjunjung tinggi integritas diri

D. Pelibatan mahasiswa dalam Gerakan antikorupsi


Diyakini bahwa upaya perbaikan sistem (sistem hukum dan
kelembagaan serta norma) dan perbaikan perilaku manusia (moral dan
kesejahteraan) dapat menghilangkan, atau setidaknya memperkecil peluang
bagi berkembangnya korupsi di negeri ini.
Mahasiswa dapat berperan dalam edukasi dan kampanye yang
merupakan salah satu strategi pemberantasan korupsi yang sifatnya represif.
Melalui program edukasi dan kampanye dapat dibangun perilaku dan budaya
antikorupsi antar sesama mahasiswa atau jenjang lebih rendah yaitu TK, SD,
SMP dan SMA. Universitas misalnya bisa bekerja sama dengan Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) memberikan materi teknik investigasi yang
tingkatannya disesuaikan dengan kemampuan mahasiswa dan tujuan mata
kuliah
Mahasiswa juga bisa berperan aktif dalam upaya pencegahan korupsi
dalam bidang seni, seperti menyanyi, membuat lagu antikorupsi, membuat
cerita pendek, poster-poster korupsi dan antikorupsi, film-film pendek
kampanye antikorupsi, beberapa kampus telah menyelenggarakan berbagai
kegiatan extra kurikuler antikorupsi yang digerakan oleh mahasiswa contohnya
Future Leader for Anticorruption (FLAC) Indonesia.
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

Lampiran 2
SOAL
1. Mengapa mahasiswa dianggap sebagi agen perubahan (agent ofchange)
pada suatu masyarakat arau suatu bangsa ?
a. Mahasiswa adalah mereka yang masih berjiwa bersihkarena
beridealisme, semangat muda, dan kemampuanintelektual yang
tinggi
b. Mahasiswa adalah kaum muda yang penuh semangat untuk
perubahan
c. Mahasiswa berperan dalam menjlankan bahasa Indonesia
d. Mahasiswa dapat mengerjakan tugas dengan baik
2. Di kampus terdapat spanduk yang memuat tentang pemberantasan jiwa
korupsi yang sederhanamisalnya himbauan mahasiswa untuk tidak
mencontek saat ujian.Hal yang dilakukan oleh pihak kampus merupakan
salah satu program pemberantasan korupsi dalam bentuk program .…
a. Edukasi
b. Promosi
c. Kampanye
d. Demo
3. Kampus yang menjadi salah satu tempat berkembangnya niat dan
kesempatan untuk berlaku korupsi. Untuk itu, penciptaan lingakungan
kampus yang bebas korupsi harus dimulai dari kesadaran civitas
akademika kampus. Untuk itu kampus dalam halini disebut sebagai …
a. Miniatur sebuah negara
b. Tempat berkurangnya korupsi
c. Miniatur budaya korupsi
d. Cermin sebuah negara
4. Linda menitipkan presensi kehadiran pada temannya pada mata kuliah
dosen X . Hal ini merupakan contoh korupsi di lingkungan ?…
a. Keluarga
b. Kampus
c. Pasar
d. Kantor
5. Seseorang mahasiswa berupaya melakukan perbaikan perilaku manusia
dalam rangakan gerakan antikorupsi antara lain dapat dimulai dengan
menanamkan nilai-nilai yang mendukung terciptanya perilaku antikorupsi.
Nilai-nilai yang dimaksud tersebut dapat berupa nilai…
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

a. Kejujuran, kepedulian, kemandirian, kedisiplinan, tanggung jawab,


kerja keras, kesederhanaa, kewibawaan dan keadilan
b. Kejujuran, kerapihan, kepedulian, kemandirian,
kedisiplinan,tanggung jawab, kerja keras, kesederhanaa,
kewibawaan dankeadilan
c. Kejujuran, kepedulian, kemandirian, kedisiplinan,tanggung jawab,
kerja keras, kesederhanaa, keberaniandan keadilan
d. Kejujuran, kebersihan, kemandirian, kedisiplinan, tanggung jawab,
kerja keras, kesederhanaa, keberanian dan keadilan

KUNCI JAWABAN
1. A
2. C
3. A
4. B
5. C
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

BAHAN AJAR
Struktur Bahan Ajar Kuliah 2

Bagian Yang
No Keterangan
Harus Ada
1. Judul Bab Konsep Umum Korupsi, Jenis Korupsi, Pola , Penyebab, Modus
Korupsi di Indonesia
2. Kompetensi Mahasiswa mampu menjelaskan tentang Konsep Umum Korupsi,
Dasar jenis korupsi, pola , penyebab, modus korupsi di Indonesia
3. Materi Pokok a. Pengertian Korupsi
b. Jenis -jenis korupsi
c. Pola Korupsi
d. Penyebab korupsi
e. Modus korupsi di Indonesia
4. Tugas-Tugas a. Mahasiswa memperhatikan penjelasan dosen
b. Mahasiswa mendiskusikan bagaimana pola, modus,
penyebab, jenis korupsi di Indonesia
c. Mendiskusikan secara berkelompok dan dipresentasi
5. Daftar Pustaka a. Adwirman. (2014). Buku Ajar Pendidikan Dan Budaya
Antikorupsi (PBAK). Jakarta Selatan: Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Tenaga.
b. Dietika, J. G. (2021). Modul Perkuliahan Pendidikan Budaya
Anti Korupsi. Palangkaraya: Poltekkes Palangkaraya.
c. Parellangi, A. G. (2020). Modul Pendidikan Budaya
Antikorupsi Di Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan
RI. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
d. Kemendikbud, R. I. (2018). Buku Pendidikan Anti-Korupsi
Untuk Perguruan Tinggi.

Disiapkan Oleh: Diperiksa Oleh: Disahkan Oleh:


Penanggungjawab Mata Sekretaris Program Studi Ketua Jurusan/ Ketua Perwakilan
Kuliah Kebidanan Magelang Jurusan Kebidanan Magelang

Bekti Yuniyanti S.SiT, MHKes Arfiana, S.Kep, Ns, S.Tr. Keb, M.Kes Sri Widatiningsih, M.Mid
NIP 196706081990032001 NIP. 197303171998032001 NIP. 19681101 1989032001
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

Lampiran 1

Konsep Umum Korupsi, Jenis Korupsi, Pola,


Penyebab, Modus Korupsi di Indonesia
A. Pengertian Korupsi
Kata korupsi berasal dari bahasa latin corruptio atau corruptus.
Selanjutnya, disebutkan pula bahwa corruptio berasal dari kata corrumpere
satu kata dari bahasa Latin yang lebih tua. Dari bahasa Latin tersebut,
kemudian dikenal istilah corruption, corrupt (Inggris), corruption (Perancis), dan
“corruptic/korruptie” (Belanda). Indonesia kemudian memungut kata ini menjadi
korupsi. Arti kata korupsi secara harfiah adalah “sesuatu yang busuk, jahat,
dan merusakkan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi keempat,
korupsi didefinisikan lebih spesifik lagi yaitu penyelewengan atau
penyalahgunaan uang negara (perusahaan, organisasi, yayasan, dsb.) untuk
keuntungan pribadi atau orang lain. Dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 31
Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, korupsi
dikategorikan sebagai tindakan setiap orang dengan tujuan menguntungkan
diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan
kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau
kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian
negara. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa korupsi adalah tindakan
menguntungkan diri sendiri dan orang lain yang bersifat busuk, jahat, dan
merusakkan karena merugikan negara dan masyarakat luas.

B. Jenis -jenis korupsi


Beberapa ahli mengidentifikasi jenis korupsi, di antaranya Syed Hussein
Alatas yang mengemukakan bahwa berdasarkan tipenya korupsi
dikelompokkan menjadi tujuh jenis korupsi sebagai berikut.
1. Korupsi transaktif (transactive corruption) yaitu menunjukkan kepada
adanya kesepakatan timbal balik antara pihak pembeli dan pihak penerima,
demi keuntungan kedua belah pihak dan dengan aktif diusahakan
tercapainya keuntungan ini oleh kedua-duanya.
2. Korupsi yang memeras (extortive corruption) adalah jenis korupsi di mana
pihak pemberi dipaksa untuk menyuap guna mencegah kerugian yang
sedang mengancam dirinya, kepentingannya atau orang-orang dan hal-hal
yang dihargainya.
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

3. Korupsi investif (investive corruption) adalah pemberian barang atau jasa


tanpa ada pertalian langsung dari keuntungan tertentu, selain keuntungan
yang dibayangkan akan diperoleh di masa yang akan datang.
4. Korupsi perkerabatan (nepotistic corruption) adalah penunjukan yang tidak
sah terhadap teman atau sanak saudara untuk memegang jabatan dalam
pemerintahan, atau tindakan yang memberikan perlakuan yang
mengutamakan dalam bentuk uang atau bentuk-bentuk lain, kepada
mereka, secara bertentangan dengan norma dan peraturan yang berlaku.
5. Korupsi defensif (defensive corruption) adalah perilaku korban korupsi
dengan pemerasan, korupsinya adalah dalam rangka mempertahankan diri
dari penuntutan hukum atau ancaman hukuman terkait tindakan ilegal atau
melanggar aturan.

C. Pola Korupsi
Korupsi pada hakekatnya berawal dari suatu kebiasaan (habit) yang
tidak disadari oleh setiap aparat, mulai dari kebiasaan meneima upeti, hadiah,
serta pemberian fasilitas tertentu ataupun yang lain pada akhirnya kebiasaan
tersebut lama-lama akan menjadi bibit korupsi nyata dan merugikan keuangan
Negara. Pola-pola yang sering dipakai para koruptor dalam melakukan tindak
pidana korupsi, antara lain pemalsuan, penyuapan, penggelapan, komisi,
pemerasan, sistem pilih kasih, penyalahgunaan wewenang, bisnis orang
dalam, nepotisme, sumbangan ilegal dan pemalsuan.
Ada 7 bentuk pola korupsi, yaitu :
1. Pola Konvensional
2. Pola Kuintansi fiktif
3. Pola Komisi
4. Pola Upeti
5. Pola Menjegal Order
6. Pola Perusahaan Rekanan
7. Pola Penyalahgunaan wewenang
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

D. Penyebab korupsi
Menurut Komisi Pemberantasan Korupsi, jenis-jenis korupsi menurut
hukum kedengarannya berat, padahal korupsi bisa juga terdapat dalam
kejadian sehari-hari yang sebenarnya bisa dihindari. Banyak faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya korupsi. Menurut Wanaraja (2007) salah satu
penyebab paling utama dan sangat mendasar terjadinya korupsi di kalangan
birokrat adalah menyangkut masalah keimanan, kejujuran, moral dan etika
sang birokrat.
1. Faktor-Faktor Umum yang Menyebabkan Korupsi
Dalam teori yang dikemukakan oleh Jack Boulogne atau sering
disebut GONE Theory bahwa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
korupsi sebagai berikut.
a. Greeds (keserakahan)
b. Opportunities (kesempatan)
c. Needs (kebutuhan)
d. Exposures (pengungkapan)

2. Faktor-Faktor Internal dan Eksternal


Faktor- faktor penyebabnya bisa dari internal pelaku korupsi itu
sendiri, tetapi bisa juga berasal dari situasi lingkungan yang mendukung
seseorang untuk melakukan korupsi.
a. Faktor Internal
1) Aspek perilaku individu
a) Sifat tamak/rakus manusia
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

Korupsi bisa terjadi pada orang yang tamak/rakus karena


walaupun sudah berkecukupan, tapi masih juga merasa kurang
dan mempunyai hasrat besar untuk memperkaya diri
b) Moral yang kurang kuat
Seorang yang moralnya tidak kuat cenderung mudah tergoda
untuk melakukan korupsi.
c) Penghasilan yang kurang mencukupi
Penghasilan seorang pegawai selayaknya memenuhi kebutuhan
hidup yang wajar.
d) Kebutuhan hidup yang mendesak
Dalam rentang kehidupan ada kemungkinan seseorang
mengalami situasi terdesak dalam hal ekonomi.
e) Gaya hidup yang konsumtif
Kehidupan di kota-kota besar sering mendorong gaya hidup
seseorang konsumtif atau hedonis
f) Malas atau tidak mau bekerja
Sebagian orang ingin mendapatkan hasil dari sebuah pekerjaan
tanpa keluar keringat atau malas bekerja.
g) Ajaran agama yang kurang diterapkan
Agama apa pun melarang tindakan korupsi seperti agama Islam
yang juga mengecam praktik korupsi
2) Aspek Sosial
Perilaku korup dapat terjadi karena dorongan keluarga. Kaum behavioris
mengatakan bahwa lingkungan keluargalah yang secara kuat
memberikan dorongan bagi orang untuk korupsi dan mengalahkan sifat
baik seseorang yang sudah menjadi sifat pribadinya
b. Faktor Eksternal
1) Aspek organisasi
a) Manajemen yang kurang baik sehingga memberikan peluang untuk
melakukan korupsi..
Tujuan organisasi yang tidak dipahami dengan baik oleh pimpinan
dan staf membuka ruang terjadinya penyalahgunaan yang termasuk
kegiatan korupsi, sehingga menimbulkan kerugian baik materiil
maupun immateriil.
b) Kultur organisasi yang kurang baik
Latar belakang kultur Indonesia yang diwarisi dari kultur kolonial
turut menyuburkan budaya korupsi.
c) Lemahnya controling/pengendalian dan pengawasan
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

Masyarakat bisa juga melakukan pengawasan secara tidak


langsung dan memberikan masukan untuk kepentingan
peningkatan organisasi, dengan cara-cara yang baik dan
memperhatikan aturan.
d) Kurangnya transparansi pengelolaan keuangan
Dengan uang, salah satunya, kegiatan organisasi akan berjalan
untuk melaksanakan misi organisasi dalam rangka mencapai visi
yang telah ditetapkan.
2) Sikap Masyarakat Terhadap Korupsi
Sikap masyarakat juga dapat menyuburkan tindakan korupsi, di
antaranya adalah:
1. Nilai-nilai yang dianut masyakat.
2. Masyarakat sering kali menganggap bahwa pejabat harus kaya, oleh
karena itu pejabat harus mendapat uang
3. Masyarakat tidak menyadari bahwa yang dilakukannya juga
termasuk korupsi, karena kerugian yang ditimbulkan tidak secara
langsung.
4. Dampak korupsi tidak kelihatan secara langsung, sehingga
masyarakat tidak merasakan kerugian.
5. Masyarakat memandang wajar hal-hal umum yang menyangkut
kepentingannya.
3) Aspek ekonomi
Gaya hidup yang konsumtif, menjadikan penghasilan selalu dianggap
kurang.
4) Aspek politik atau tekanan kelompok
Seseorang melakukan korupsi mungkin karena tekanan orang
terdekatnya seperti istri/suami, anak-anak, yang menuntut pemenuhan
kebutuhan hidup.
5) Aspek hokum
Masyarakat umum sudah mulai luntur kepercayaan kepada
aparat penegak hukum, karena praktik-praktik penegakan hukum yang
masih diskriminatif, dan tidak jelas tujuannya.

E. Modus korupsi di Indonesia


Beberapa contoh mdous korupsi yang terjadi di sektor kesehatan:
1. Mark up harga obat: Para pejabat atau pihak yang terlibat dalam
pengadaan obat dapat memanipulasi harga obat dengan menaikkan
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

harga secara tidak wajar. Mereka kemudian memperoleh keuntungan


pribadi dari perbedaan harga tersebut.
2. Pungutan liar: Pungutan liar sering kali terjadi di berbagai fasilitas
kesehatan, di mana pasien atau keluarga mereka diperintahkan untuk
membayar uang di luar biaya yang seharusnya mereka bayar. Uang
yang terkumpul ini kemudian digunakan oleh pihak terkait untuk
kepentingan pribadi.
3. Korupsi dalam pengadaan peralatan medis: Dalam proses pengadaan
peralatan medis seperti alat diagnosis atau peralatan rumah sakit
lainnya, korupsi dapat terjadi melalui manipulasi proses tender atau
pengadaan. Pihak yang terlibat dapat menerima suap dari pemasok atau
memanipulasi proses penawaran untuk memperoleh keuntungan
finansial.
4. Penyalahgunaan anggaran kesehatan: Anggaran yang dialokasikan
untuk sektor kesehatan dapat disalahgunakan oleh pihak-pihak yang
tidak bertanggung jawab. Misalnya, anggaran kesehatan dapat
dialokasikan untuk proyek fiktif atau digunakan untuk tujuan pribadi yang
tidak terkait dengan pelayanan kesehatan.
5. Korupsi dalam penerimaan tenaga medis: Korupsi dapat terjadi dalam
proses penerimaan tenaga medis, di mana seseorang menerima jabatan
atau posisi tertentu dalam layanan kesehatan dengan memberikan suap
kepada pejabat yang berwenang. Hal ini dapat mengakibatkan
ketidakadilan dalam penempatan tenaga medis yang berkualitas.
6. Penyalahgunaan dana asuransi kesehatan: Dana dari program asuransi
kesehatan yang seharusnya digunakan untuk membayar biaya
perawatan pasien dapat disalahgunakan oleh pihak yang tidak
bertanggung jawab. Misalnya, klaim palsu atau pemalsuan dokumen
untuk memperoleh pembayaran yang tidak pantas

Secara garis besar modus korupsi dapat dilihat seperti pada tabel berikut:
Konvensional Political Corruption State Capture
Coruption
SPPD
Penjarahan Desain kebijakan
Modus Tiket dan Progam
APBD/APBN yang koruptif
fiktif
Birokrat Birokrat
PNS
Makelar Makelar
Aktor Penegak
Pengrus parpol Pengrus parpol
Dan lain lain
Anggota DPR/DPRD Anggota DPR/DPRD
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

Modus Korupsi Saat Ini : Melibatkan Keluarga


FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

Lampiran 2

SOAL

1. Keterlibatan mahasiswa di lingkungan kampus dapat berdampak positif


dalam upaya gerakan antikorupsi, salah satunya yaitu…
a. Menitipkan absensi kehadiran pada teman
b. Tidak mengikuti aturan kampus
c. Tidak adanya sikap berintegritas
d. Menciptakan lingkungan kampus bebas korupsi
2. Korupsi adalah penyelewengan uang, baik secara langsung ataupuntidak
langsung, Menunjukan kepada adanya kesepakatan timbal balikantara
pihak pemberi dan penerima demi keuntungan kedua belah pihakdan
dengan aktif diusahakan tercapainya keuntungan ini oleh kedua-duanya,
disebut…
a. Korupsi transaktif
b. Korupsi kekerabatan
c. Korupsi investif
d. Korupsi yang memeras defensif
3. Korupsi tidak hanya berupa uang, tapi dapat berupa pemberian
darisesorang terhadap aparat. Pemberian dalam arti luas, yakni meliputi
pemberian uang, barang rabat (diskon), komisi, pinjaman tanpa bunga,tiket
perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatancuma-
cuma, dan fasilitas lainnya disebut …
a. Korupsi
b. Kolusi
c. Gratifikasi
d. Nepotisme
4. Salah satu peran mahasiswa atau kelompok mahasiswadalam mengamati
tindakan korupsi di lingkungan masyarakat sekitarialah …
a. Ikut serta dan memfasilitasi penghakiman lurah yang
kepergokmenerima suap
b. Mengawasi serta melaporkan kepada pihak berwenang jikaterdapat
kantor pemerintah daerah yang melakukan pungutanyang tidak
sewajarnya dan tidak berizin
c. Mengawasi banyak tidaknya orang membuang sampahsembarangan
d. Ikut campur dalam pembagian dana pembangunan desa setempat
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

5. Seseorang melakukan korupsi mungkin karena tekanan orang terdekatnya


seperti istri/suami, anak-anak, yang menuntut pemenuhan kebutuhan
hidup, merupakan …
a. Aspek politik
b. Aspek hukum
c. Aspek ekonomi
d. Aspek organisasi

KUNCI JAWABAN

1. D

2. D

3. C

4. B

5. A
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

BAHAN AJAR
Struktur Bahan Ajar Kuliah 3

Bagian Yang
No Keterangan
Harus Ada
1. Judul Bab Sejarah Korupsi dan Upaya Pemberantasannya di Indonesia
2. Kompetensi Mahasiswa mampu menghubung kan sejarah korupsi dan upaya
Dasar pemberantas annya di Indonesia
3. Materi Pokok a. Sejarah korupsi di Indonesia Upaya pemberantasan korupsi
pada masa pra kemerdekaan
b. Sejarah korupsi di Indonesia Upaya pemberantasan korupsi
pada masa pasca kemerdekaan
c. Sejarah pembentukan dan perjalanan antikorupsi (tokoh
bangsa berintegritas dan tokoh kesehatan)
4. Tugas-Tugas a. Mahasiswa memperhatikan penjelasan dosen
b. Searching literatur sesuai bahan kajian
c. Membaca artikel yang disediakan dan mendiskusikan secara
berkelompok kemudian dipresentasikan
5. Daftar Pustaka a. Dietika, J. G. (2021). Modul Perkuliahan Pendidikan Budaya
Anti Korupsi. Palangkaraya: POLTEKKES PALANGKARAYA.
b. Syuraida, Hikmatus.(2015). Pemberantasan Korupsi Di
Indonesia Era Orde Lama Hingga Hera Reformasi.
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah
c. Kemendikbud, R. I. (2018). Buku Pendidikan Anti-Korupsi
Untuk Perguruan Tinggi.

Disiapkan Oleh: Diperiksa Oleh: Disahkan Oleh:


Penanggungjawab Mata Sekretaris Program Studi Ketua Jurusan/ Ketua Perwakilan
Kuliah Kebidanan Magelang Jurusan Kebidanan Magelang

Bekti Yuniyanti S.SiT, MHKes Arfiana, S.Kep, Ns, S.Tr. Keb, M.Kes Sri Widatiningsih, M.Mid
NIP 196706081990032001 NIP. 197303171998032001 NIP. 19681101 1989032001
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

Lampiran 1

Sejarah Korupsi dan Upaya Pemberantasannya di Indonesia

A. Sejarah korupsi di Indonesia Upaya pemberantasan korupsi pada masa


pra kemerdekaan
Sejarah korupsi pada masa pra kemerdekaan dimulai dari masa :
1. Masa Kerajaan Majapahit (Abad ke-15)
a) Korupsi memicu konflik cukup besar
b) Memasuki awal abad ke-15 pasca Gajah Mada wafat, Majapahit
terpecah menjadi dua kubu kekuasaan. Dua kubu ini sama-sama
mengirimkan wakil ke Ming untuk memberikan hadiah dan diakui
kedaulatannya.
c) Perang saudara (Perang Paregreg) akhirnya terjadi
2. Masa Kerajaan Mataram Islam (Abad ke-16 dan 17)
a) Pada abad ke-16 Belanda masuk negeri ini, korupsi terjadi dengan
banyaknya pemimpin yang mengambil uang dari masyarakat.
Bangsawan mengemplang pajak atau menipu kerajaan secara besar-
besaran.
b) Pihak kerajaan menyuap Belanda agar menjadi sekutu dan tidak
diserang
3. Masa Kerajaan Sriwijaya (Abad 7 sampai 11)
a) Sriwijaya berakhir karena tidak ada penerus kerajaan Bala-putra Dewa
b) Budaya yang sangat tertutup dan penuh “keculasan” itu turut
menyuburkan “budaya korupsi” di Nusantara.
c) Abdi dalem “korup” mengambil “upeti” (pajak) dari rakyat yang akan
diserahkan Demang (Lurah) selanjutnya oleh Demang akan diserahkan
Tumenggung. Abdi dalem di Katemenggungan setingkat kabupaten/
propinsi mengkorup harta yang akan diserahkan Raja atau Sultan.

B. Sejarah korupsi di Indonesia Upaya pemberantasan korupsi pada masa


pasca kemerdekaan
Korupsi sudah membudaya sejak zaman dahulu yakni dimulai periode pra
kemerdekaan, esudah kemerdekaan, di era orde lama, orde baru, berlanjut
hingga era reformasi. Orde Lama (Demokrasi Terpimpin) Masa Pasca
Kemerdekaan (1945-1950). Keadaan ekonomi keuangan pada masa awal
kemerdekaan amat buruk, antara lain disebabkan oleh :
1. Inflasi yang sangat tinggi, disebabkan oleh beredarnya lebih dari satu mata
uang secara tidak terkendali. Pada waktu itu, untuk sementara waktu
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

pemerintah RI menyatakan tiga mata uang yang berlaku di wilayah RI, yaitu
mata uang De Javasche Bank, mata uang pemerintah Hindia Belanda, dan
mata uang pendudukan Jepang. Pada bulan Oktober 1946, pemerintah RI
juga mengeluarkan uang kertas baru, yaitu ORI (Orang Republik Indonesia)
sebagai pengganti uang Jepang. Berdasarkan teori moneter, banyaknya
jumlah uang yang beredar mempengaruhi kenaikan tingkat harga.
2. Adanya blokade ekonomi oleh Belanda sejak bulan November 1945 untuk
menutup pintu perdagangan luar negeri RI.
3. Kas negara kosong.
4. Eksploitasi besar-besaran di masa penjajahan.
Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan ekonomi,
antara lain:
1. Program Pinjaman Nasional dilaksanakan oleh menteri keuangan Ir.
Surachman dengan persetujuan BP-KNIP, dilakukan pada bulan Juli 1946.
2. Upaya menembus blokade dengan diplomasi beras ke India, mengadakan
kontak dengan perusahaan swasta Amerika, dan menembus blokade
Belanda di Sumatera dengan tujuan ke Singapura dan Malaysia.
3. Konferensi Ekonomi Februari 1946 dengan tujuan untuk memperoleh
kesepakatan yang bulat dalam menanggulangi masalah-masalah ekonomi
yang mendesak,
4. Pembentukan Planning Board (Badan Perancang Ekonomi) 19 Januari
1947.
5. Kasimo Plan yang intinya mengenai usaha swasembada pangan dengan
beberapa petunjuk pelaksanaan yang praktis.
Penyebab adanya korupsi yang ada di Indonesia adalah kecilnya gaji
yang diperoleh di era Orde Lama serta keadaan sistem pemerintahan
Indonesia yang masih belum stabil menyebabkan banyaknya tindakan korupsi
yang dilakukan. Keuntungan yang diperoleh dari tindakan korupsi tidak
sebanding dengan hukuman yang didapat oleh orang-orang yang melakukan
tindakan korupsi sehingga tidak menimbulakan efek jera serta rasa takut dari
perbuatan korupsi yang dilakukan.(Syuraida, 2015)

C. Sejarah pembentukan dan perjalanan antikorupsi (tokoh bangsa


berintegritas dan tokoh kesehatan)
TOKOH BERINTEGRITAS MELAWAN KORUPSI
1. Belajar dari Haji Agus Salim
Kalimat fenomenal yang menggambarkan sosok Haji Agus Salim adalah
Leiden is Lijden yang berarti memimpin adalah menderita. Dalam karya tulis
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

yang berjudul Het dagboek van Schermerhorn karya Willem Schermerhorn


(seorang pejabat Belanda) mengomentari Haji Agus Salim, “orang tua yang
sangat pandai ini adalah seorang yang genius. Ia mampu berbicara dan
menulis secara sempurna setidaknya dalam sembilan bahasa.
Kelemahannya hanya satu: ia hidup melarat.” Dari kalimat tersebut, kita
bisa mengetahui kalau Haji Agus Salim adalah sosok yang sederhana dan
bersahaja
2. Manakib untuk Barlop
Di era pemerintahan Gus Dur, Barlop ditunjuk sebagai Jaksa Agung RI
sekaligus Menteri Kehakiman dan Perundang-undangan. Kinerja Barlop
sebagai penegak hukum tidak usah diragukan lagi. Maka dari itu Gus Dur
mempercayainya untuk mengemban amanah penting. Barlop tegas dan
berani melawan white collar crime wabilkhusus kasus korupsi. Ia menyeret
Tony Gozali yang diduga memanipulasi dana reboisasi sebesar Rp2 miliar.
Barlop juga terus berupaya mengejar keterlibatan Akbar Tanjung, Arifin
Panigoro, Nurdin Halid, dan bahkan mantan Presiden Soeharto dalam
kasus korupsi.
3. Belajar dari Satu Di Antara Tiga
Hoegeng pantang terima pemberian hanya karena jabatan. Hoegeng
menempati rumah dinas, ia terkejut bukan kepalang karena rumah itu
dipenuhi barang-barang mewah. Hoegeng tak bisa menerima. Ia dan
keluarga bersikeras tinggal di hotel jika barang-barang mewah itu masih
ada disana. Mereka akan menempati rumah apabila barang-barang mewah
itu dikeluarkan dan hanya terisi barang inventaris kantor. Belakangan
diketahui, barang-barang itu berasal dari bandar judi yang hendak menyuap
Hoegeng Iman Santosa.
4. Belajar dari Proklamator Berkacamata yang Sederhana, Jujur, Lugu, dan
Bijaksana.
Kala itu, Sekretaris Kabinet Maria Ulfah menyodorkan uang Rp6 juta yang
merupakan sisa dana nonbujeter untuk keperluan operasional Bung Hatta
selama menjabat wakil presiden. Namun dana itu ditolak Bung Hatta. Ia
mengembalikan uang itu kepada negara. Mohammad Hatta melakukan itu
karena ia tak ingin meracuni diri dan mengotori jiwanya dari rezeki yang
bukan haknya. Karena dia selalu teringat pepatah Jerman, Der Mensch ist,
war est izt yang berarti sikap manusia sepadan dengan caranya mendapat
makan.
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

5. Belajar dari Kisah Mi Godhok Sang Menteri


Ketika Ki Hadjar Dewantara ditetapkan sebagai Menteri Pendidikan,
Pengajaran, dan Kebudayaan Republik Indonesia, Ki Hadjar pulang larut
malam. Tak ada pesta, acara mewah nan megah untuk merayakan jabatan
baru, sebenarnya Ki Hadjar bisa saja membuat pesta yang megah. Namun
dalam hidupnya telah mengalir darah kesederhanaan. Jadi tak perlu
dirayakan dengan mengadakan pesta yang mewah. Cukup disyukuri
dengan hal-hal sederhana namun bermakna.
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

Lampiran 2

SOAL

1. Sejarah kejadian korupsi pada masa Kerajaan Sriwijaya adalah…


a. Abdi dalem “korup” mengambil “upeti” (pajak) dari rakyat yang akan
diserahkan Demang (Lurah) selanjutnya oleh Demang akan diserahkan
Tumenggung
b. Abdi dalem di Katemenggungan setingkat kabupaten/ propinsi
mengkorup harta yang akan disimpan pribadi
c. korupsi terjadi dengan banyaknya pemimpin yang mengambil uang dari
masyarakat
d. Bangsawan mengemplang pajak atau menipu kerajaan secara besar-
besaran.
2. Korupsi harus dicegah dari tingkat Lokal sampai Nasional, salahsatunya
dengan cara menjaga integritas. Berikut cara agarintegritas dapat terjaga
kecuali …
a. Belajar dari tokoh bangsa yang memiliki integritas tinggi
b. Berlatih dari hal-hal yang kecil
c. Mempelajari dan menerapkan nilai-nilai agama dan etika
d. Menunda-nunda untuk memulai melakukan integritas
3. Melakukan mekanisme pelaporan dan pertanggung jawaban atassemua
kegiatan yang dilakukan dan evaluasi merupakan pelaksanaan dari perinsip
anti korupsi…
a. Kontrol kebijakan
b. Fairness
c. Akuntabilitas
d. Kebijakan
4. Yang merupakan prinsip-prinsip anti korupsi yaitu…
a. Akuntabilitas, kewajaran, kontrol kebijakan
b. Akuntabilitas, kejujuran, transparasi, kewajaran
c. Akuntabilitas,transparasi,kewajaran,kesederhanaan,kedisiplinan
d. kuntabilitas, transparasi, kewajaran, kebijakan, dankontrol kebijakan
5. Pemberantasan tindak korupsi, yang termasuk dalam tindak pidanakorupsi
adalah setiap orang yang dikategori melawan hukum,melakukan perbuatan
memperkaya diri sendiri, menguntungkan dirisendiri atau oarang lain atau
suatu komperasi, menyalahgunakankewenangan maupun kesempatan atau
sarana yang ada padanya karena jabatan dan kedudukan yang dapat
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, termasuk dalam


undang-undang nomor…
a. 31
b. 32
c. 33
d. 34

KUNCI JAWABAN

1. A

2. D

3. C

4. D

5. A
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

BAHAN AJAR
Struktur Bahan Ajar Kuliah 4

Bagian Yang
No Keterangan
Harus Ada
1. Judul Bab Nilai-Nilai dan Prinsip Anti-Korupsi
2. Kompetensi Mahasiswa mampu memahami nilai-nilai dan prinsip anti-korupsi
Dasar
3. Materi Pokok a. Nilai -nilai dan prinsip antikorupsi
b. Contoh kode etik profesi/organi sasi
c. Integritas dan indikatornya
d. Konflik kepentingan
4. Tugas-Tugas a. Mahasiswa memperhatikan penjelasan dosen
b. Menonton film pendek yang berkaitan dengan korupsi
c. Menganalisis nilai prinsip yang terkandung
d. Melakukan diskusi secara aktif
5. Daftar Pustaka a. I.Yudhiantoro, P.Suyata.(2016). Integritas untuk umum.
Jakarta Selatan : Direktorat Pendidikan dan Pelayanan
Masyarakat Kedeputian Bidang Pencegahan KPK
b. Parellangi, A. G. (2020). Modul Pendidikan Budaya
Antikorupsi Di Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan
Ri. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
c. Kemendikbud, R. I. (2018). Buku Pendidikan Anti-Korupsi
Untuk Perguruan Tinggi.

Disiapkan Oleh: Diperiksa Oleh: Disahkan Oleh:


Penanggungjawab Mata Sekretaris Program Studi Ketua Jurusan/ Ketua Perwakilan
Kuliah Kebidanan Magelang Jurusan Kebidanan Magelang

Bekti Yuniyanti S.SiT, MHKes Arfiana, S.Kep, Ns, S.Tr. Keb, M.Kes Sri Widatiningsih, M.Mid
NIP 196706081990032001 NIP. 197303171998032001 NIP. 19681101 1989032001
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

Lampiran 1

Nilai-Nilai dan Prinsip Anti-Korupsi

A. Nilai -nilai dan prinsip antikorupsi


Korupsi disebabkan oleh adanya dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal merupakan penyebab korupsi dari faktor individu,
sedangkan faktor eksternal berasal dari lingkungan atau sistem. Nilai-nilai
antikorupsi yang meliputi kejujuran, kemandirian, kedisiplinan, tanggung jawab,
kerja keras, sederhana, keberanian, dan keadilan, harus dimiliki oleh tiap-tiap
individu untuk menghindari munculnya faktor internal sehingga korupsi tidak
terjadi. untuk mencegah faktor eksternal penyebab korupsi, selain harus
memiliki nilai-nilai antikorupsi, setiap individu juga harus memahami dengan
mendalam prinsip-prinsip antikorupsi yang meliputi akuntabilitas, transparansi,
kewajaran, kebijakan, dan kontrol kebijakan dalam
organisasi/individu/masyarakat. Pada dasarnya korupsi terjadi karena adanya
faktor internal (niat) dan faktor eksternal (kesempatan). Setidaknya ada
sembilan nilai-nilai antikorupsi yang penting untuk ditanamkan pada semua
individu, kesembilan nilai antikorupsi tersebut terdiri dari:
A) inti, yang meliputi kejujuran, kedisiplinan, dan tanggung jawab
B) sikap, yang meliputi keadilan, keberanian, dan kepedulian
C) etos kerja, yang meliputi kerja keras, kesederhanaan, dan kemandirian
1. Jujur
Jujur didefinisikan sebagai lurus hati, tidak berbohong dan tidak curang.
Jujur adalah salah satu sifat yang sangat penting bagi kehidupan
mahasiswa, tanpa sifat jujur mahasiswa tidak akan dipercaya dalam
kehidupan sosialnya (Sugono, 2008). Kejujuran merupakan nilai dasar yang
menjadi landasan utama bagi penegakan integritas diri seseorang.
Permasalahan yang hingga saat ini masih menjadi fenomena dikalangan
mahasiswa yaitu, budaya ketidakjujuran mahasiswa. terdapat beberapa
contoh budaya ketidakjujuran mahasiswa, misalnya: Mencontek
a) Plagiasi (penjiplakan karya tulis)
b) Titip absen
2. Disiplin

Disiplin adalah salah satu nilai yang penting dalam upaya melawan
korupsi. Nilai disiplin mencakup kedisiplinan dalam menjalankan tugas dan
tanggung jawab dengan integritas serta patuh terhadap aturan dan prosedur
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

yang berlaku. Berikut adalah beberapa alasan mengapa disiplin penting


dalam upaya anti-korupsi:
a. Disiplin membantu memperkuat integritas individu dan organisasi.
Dengan memiliki disiplin yang tinggi, seseorang cenderung untuk
menjalankan tugasnya dengan jujur, adil, dan tanpa memanfaatkan
jabatan atau kekuasaan untuk keuntungan pribadi.
b. Disiplin membantu mengurangi kesempatan terjadinya korupsi. Dengan
menjalankan proses kerja sesuai dengan aturan dan prosedur yang
telah ditetapkan, peluang penyalahgunaan kekuasaan atau pelanggaran
hukum dapat diminimalisir.
c. Disiplin menciptakan budaya akuntabilitas di mana setiap individu
bertanggung jawab atas tindakan dan keputusan mereka. Dengan
memiliki kedisiplinan yang tinggi, individu lebih cenderung mengakui
kesalahan, mengambil tanggung jawab, dan bersedia menghadapi
konsekuensi dari perbuatan mereka.
d. Disiplin merupakan ciri kepemimpinan yang baik. Seorang pemimpin
yang disiplin akan menjadi contoh bagi orang lain, menginspirasi
mereka untuk mengikuti standar etika yang tinggi dan berkomitmen
untuk menjaga integritas dalam setiap aspek kehidupan.
3. Tanggung Jawab
Mahatma Gandhi: Gandhi mengartikan tanggung jawab sebagai kewajiban
moral untuk bertindak secara jujur, adil, dan bertanggung jawab dalam
segala aspek kehidupan. Baginya, tanggung jawab juga melibatkan
pengabdian terhadap masyarakat dan kebaikan umum.. Penerapan nilai
tanggung jawab pada mahasiswa dapat diwujudkan dalam bentuk :
a. Mempunyai prinsip dan memikirkan kemana arah masa depan yang
akan dituju.
b. Mempunyai atitude atau sikap yang menonjolkan generasi penerus
tenaga kesehatan yang berguna dikemudian hari dalam
mengembangan profesinya.
c. Selalu belajar untuk menjadi generasi muda yang berguna, tidak hanya
dengan belajar akan tetapi mempunyai sikap dan kepribadian baik
d. Mengikuti semua kegitan yang telah dijadwalkan oleh kampus yaitu ikut
Praktikum laboratorium di kampus, Praktik Klinik di Rumah Sakit,
Puskesmas dan Komunitas; ujian, dan mengerjakan semua tugas in dan
out.
e. Menyelesaikan tugas pembelajaran dan Praktik secara individu dan
kelompok yang diberikan oleh Dosen dengan baik dan tepat waktu.
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

4. Adil
Adil adalah sama berat, tidak berat sebelah, tidak memihak. Keadilan
adalah penilaian dengan memberikan kepada siapapun sesuai dengan apa
yang menjadi haknya, yakni dengan bertindak proporsional dan tidak
melanggar hukum. Nilai keadilan dapat dikembangkan oleh mahasiswa
dalam kehidupan sehari-hari, baik di dalam kampus maupun di luar
kampus. Hal ini antara lain dapat diwujudkan dalam bentuk:
a. Selalu memberikan pujian tulus kepada kawan yang berprestasi
b. Memberikan saran perbaikan dan semangat pada kawan yang tidak
berprestasi
c. Tidak memilih kawan berdasarkan latar belakang sosial, dan lain-lain.
d. Menimbang atau menakar sesuatu secara obyektif dan seimbang ketika
menilai teman atau orang lain.
e. Ketika ada teman berselisih, dapat bertindak bijaksana dan memberikan
solusi serta tidak memojokkan salah satu pihak, memihak yang benar
secara proporsional
f. Tidak mengurangi dosis atau takaran obat yang diberikan kepada klien
g. Adil terhadap dirinya sendiri, seperti belajar maksimal sebagai sebuah
keadilan keadilan terhadap potensi dan bakat yang diberikan oleh Alloh
SWT untuk ditumbuhkembangkan secara optimal dan menghargai bakat
yang diberikan oleh Alloh SWT.
h. Adil terhadap diri sendiri juga dapat diterapkan dengan cara hidup
seimbang.
5. Berani
Seseorang yang memiliki karakter kuat akan memiliki keberanian untuk
menyatakan kebenaran, berani mengaku kesalahan, berani bertanggung
jawab, dan berani menolak kebatilan. Ia juga berani berdiri sendirian dalam
kebenaran walaupun semua kolega dan teman-teman sejawatnya
melakukan perbuatan yang menyimpang dari hal yang semestinya. Nilai
keberanian dapat dikembangkan oleh mahasiswa dalam kehidupan di
kampus dan di luar kampus. Antara lain dapat diwujudkan dalam bentuk:
a. Bertanya kepada dosen jika tidak mengerti
b. Berani mengemukakan pendapat secara bertanggung jawab ketika
berdiskusi atau berani maju ke depan untuk menyelesaikan tugas yang
diberikan
c. Melaporkan temannya yang membuat tugas atau makalah dengan cara
copy paste dari sumber lain, tanpa memperhatikan kaidah penulisan
ilmiah atau meyadur dari makalah yang sudah jadi.
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

d. Melaporkan teman yang berbuat curang ketika ujian seperti mencontek,


membuat ringkasan untuk mencontek, diskusi pada saat ujian
e. Melaporkan diri sendiri atau teman jika mengalami intimidasi atau
kekerasan dari teman atau orang lain
6. Peduli
Kata "perduli" merujuk pada tindakan dan sikap memperhatikan,
memedulikan, dan memperhatikan keadaan atau kepentingan orang lain
atau masalah tertentu. Ini melibatkan empati, simpati, dan kepedulian
terhadap kebutuhan, penderitaan, atau kesejahteraan orang lain. Individu
yang memiliki jiwa sosial tinggi akan memperhatikan lingkungan
sekelilingnya di mana masih terdapat banyak orang yang tidak mampu,
menderita, dan membutuhkan uluran tangan. Pribadi dengan jiwa sosial
tidak akan tergoda untuk memperkaya diri sendiri dengan cara yang tidak
benar, tetapi ia malah berupaya untuk menyisihkan sebagian penghasilnya
untuk membantu sesama. upaya untuk mengembangkan sikap peduli
dikalangan mahasiswa sebagai subjek didik sangat penting. Hal tersebut
dapat diwujudkan dengan:
a. Berusaha ikut memantau jalannya proses pembelajaran, memantau
system pengelolaan sumber daya di kampus
b. Memantau kondisi infra struktur lingkungan kampus
c. Jika ada teman atau orang lain yang tertimpa musibah, mahasiswa
dengan sukarela mengumpulkan bantuan dana dan barang, atau
mungkin membantu dengan tenaga langsung sesuai kebutuhan yang
terkena musibah
d. Terlibat aktif dalam kegiatan yang diselenggarakan BEM, HIMA, BLM
e. Tidak merokok, karena dengan merokok, udara yang ditimbulkan akibat
asap rokok bisa merugikan diri sendiri dan orang lain
f. Tidak mengkonsumsi minuman beralkohol atau NAPZA karena bisa
menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan seperti menimbulkan perilaku
adiktif, pertengkaran, pelecehan, dan mengganggu keamanan dan
ketertiban kampus
g. Membuang sampah pada tempatnya, jika melihat sampah berserakan
sebaiknya mahasiswa memungutnya agar tercipta lingkungan kampus
yang bersih
h. Menghargai dan menghormati teman, dosen dan karyawan
7. Kerja Keras
Bekerja keras didasari dengan adanya kemauan. Kemauan menimbulkan
asosiasi dengan keteladan, ketekunan, daya tahan, daya kerja, pendirian,
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

pengendalian diri, keberanian, ketabahan, keteguhan, dan pantang mundur.


Individu beretos kerja akan selalu berupaya meningkatkan kualitas hasil
kerjanya demi terwujudnya kemanfaatan publik yang sebesar-besarnya.
Kerja keras dapat diwujudkan oleh mahasiswa dalam kehidupan sehari-
hari. Misalnya: dalam melakukan sesuatu menghargai proses bukan hasil
semata, tidak melakukan jalan pintas, belajar dan mengerjakan tugas-tugas
akademik dengan sungguh-sungguh. Contoh Penerapan nilai kerja keras
pada mahasiswa dapat diwujudkan dalam bentuk :
a) Belajar dengan sungguh-sungguh untuk meraih cita-cita
b) Memanfaatkan waktu luang untuk belajar
c) Bersikap aktif dalam belajar, misalnya bertanya kepada dosen tentang
materi yang akan dipahami
d) Tidak mudah putus asa dalam mengerjakan tugas yang diberikan dosen
e) Tidak tergantung kepada orang lain dalam mengerjakan tugas-tugas
kampus
f) Rajin mengikuti kegiatan ekstarkurikuler untuk meningkatkan prestasi
diri
g) Menjaga lingkungan agar tetap bersih dan asri
h) Bersikap ramah tamah, peduli, dan suka menolong terhadap
masyarakat sekitar
i) Bersikap rendah hati dan tidak angkuh dalam setiap kesempatan.
j) Tidak membuang waktu untuk melakukan sesuatu yang tidak berguna
8. Kesederhanaan
Pribadi yang berintegritas tinggi adalah seseorang yang menyadari
kebutuhannya dan berupaya memenuhi kebutuhannya dengan semestinya
tanpa berlebih-lebihan. Dengan gaya hidup sederhana, seseorang
dibiasakan untuk tidak hidup boros yang tidak sesuai dengan
kemampuannya. Selain itu seseorang yang bergaya hidup sederhana juga
akan memprioritaskan kebutuhan di atas keinginannya dan tidak tergoda
untuk hidup dengan gelimang kemewahan. Mahasiswa dapat menerapkan
nilai kesederhanaan dalam kehidupan sehari-hari, baik di kampus maupun
di luar kampus, misalnya: dengan hidup sesuai dengan kebutuhan, tidak
suka pamer kekayaan, dan sebagainya. Contoh Penerapan nilai kerja keras
pada mahasiswa dapat diwujudkan dalam bentuk :
a) Tawadhu’ (rendah hati). Tidak membeda-bedakan golongan, status
sosial, ataupun berbagai bentuk atribut lainnya.
b) Berpakain yang sopan dan sesuai aturan yang ditetapkan
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

c) Merasa cukup dengan apa yang ada, bukan lantaran pasrah, melainkan
telah berusaha menyempurnakan usaha.
d) Tidak sombong atau menonjolkan diri dalam pergaulan (dalam arti
negatif), sekalipun ia mempunyai kelebihan atau kemampuan
e) Menyelaraskan antara kebutuhan atau keinginan dengan kemampuan
secara realistis dan proposional.
f) Bersabar serta berprasangka baik. Kejengkelan atau prasangka buruk
tidak akan mengubah keadaan atau menyelesaikan masalah, bahkan
menambah masalah
g) Selalu bersyukur dengan apa yg ia miliki, tetapi tetap selulu
mengusahakan yang terbaik yang bisa ia lakukan
h) Tidak sombong ketika dipuji, dan tidak rendah diri ketika dikritik atau
diberikan saran oleh orang lain
9. Mandiri
Mandiri adalah nilai yang penting dalam upaya anti-korupsi. Nilai mandiri
mencakup kemandirian dalam menjalankan tugas, tidak tergantung pada
suap atau upaya memanfaatkan kekuasaan orang lain untuk keuntungan
pribadi. Kemandirian membentuk karakter yang kuat pada diri seseorang
untuk menjadi tidak tergantung terlalu banyak pada orang lain. Pribadi yang
mandiri tidak akan menjalin hubungan dengan pihak-pihak yang tidak
bertanggung jawab demi mencapai keuntungan sesaat. Kondisi mandiri
bagi mahasiswa dapat diartikan sebagi proses mendewasakan diri yaitu
dengan tidak bergantung pada orang lain untuk dapat mengerjakan tugas
dan tanggung jawabnya. Ciri mahasiswa mandiri adalah mahasiswa yang
memiliki kemampuan untuk mandiri dan bertanggung jawab ditengah arus
besar tuntutan kebebasan. Mahsiswa harus memegang dua hal subtansial,
yakni tannggung jawab dan kemandirian. Nilai kemandirian dapat
diwujudkan antara lain dalam bentuk mengerjakan soal ujian secara
mandiri, mengerjakan tugas-tugas akademik secara mandiri, dan
menyelenggarakan kegiatan kemahasiswaan secara swadana

Prinsip-Prinsip Antikorupsi

Prinsip-prinsip antikorupsi pada dasarnya terkait dengan semua aspek kegiatan


publik yang menuntut adanya integritas, objektivitas, kejujuran, keterbukaan,
tanggung gugat, dan meletakkan kepentingan public di atas kepentingan individu.
Dalam konteks korupsi ada beberapa prinsip yang harus ditegakkan untuk
mencegah faktor eksternal penyebab terjadinya korupsi, yaitu prinsip akuntabilitas,
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

transparansi, kewajaran (fairness), dan adanya kebijakan atau aturan main yang
dapat membatasi ruang gerak korupsi serta kontrol terhadap kebijakan tersebut.

1. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kesesuaian antara aturan dan pelaksanaan kerja. Prinsip
akuntabilitas merupakan pilar penting dalam rangka mencegah terjadinya
korupsi. Oleh karena itu, prinsip akuntabilitas membutuhkan perangkat-
perangkat pendukung, baik berupa perundang-undangan (de jure) maupun
dalam bentuk komitmen dan dukungan masyarakat (de facto), baik pada level
budaya (individu dengan individu) maupun pada level lembaga. Sebagai
bentuk perwujudan prinsip akuntabilitas, Undang-Undang Keuangan Negara
juga menyebutkan adanya kewajiban ganti rugi yang diberlakukan atas mereka
yang karena kelengahan atau kesengajaan telah merugikan negara. Untuk
mewujudkan prinsip-prinsip akuntabilitas pengelolaan keuangan negara, maka
dalam pelaksanaannya harus dapat diukur dan dipertanggungjawabkan
melalui:
a) Mekanisme pelaporan dan pertanggungjawaban atas semua kegiatan yang
dilakukan. Pelaporan dan pertanggungjawaban tidak hanya diajukan
kepada penanggung jawab kegiatan pada lembaga yang bersangkutan dan
Direktorat Jendral Anggaran Kementerian Keuangan, melainkan kepada
semua pihak khususnya kepada lembaga-lembaga kontrol seperti DPR
yang membidanginya serta kepada masyarakat.
b) Evaluasi. Evaluasi terhadap kinerja administrasi, proses pelaksanaan,
dampak dan manfaat yang diberikan oleh setiap kegiatan kepada
masyarakat, baik manfaat langsung maupun manfaat jangka panjang
setelah beberapa tahun kegiatan itu dilaksanakan.

2. Transparansi
Transparansi merupakan prinsip yang mengharuskan semua proses kebijakan
dilakukan secara terbuka, sehingga segala bentuk penyimpangan dapat
diketahui oleh publik. Dalam prosesnya, terdapat lima proses dalam
transparansi, yaitu penganggaran, penyusunan kegiatan, pembahasan,
pengawasan, dan evaluasi.
a) Proses penganggaran
Proses penganggaran bersifat dari bawah ke atas (bottom up), mulai dari
perencanaan, implementasi, laporan pertanggungjawaban, dan penilaian
(evaluasi) terhadap kinerja anggaran.
b) Proses penyusunan kegiatan
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

Proses penyusunan kegiatan terkait dengan proses pembahasan tentang


sumber-sumber pendanaan (anggaran pendapatan) dan alokasi anggaran
(anggaran belanja) pada semua tingkatan.
c) Proses Pembahasan
Proses pembahasan adalah pembahasan tentang pembuatan rancangan
peraturan yang berkaitan dengan strategi penggalangan dana kegiatan
dalam penetapan retribusi, pajak, serta aturan lain yang terkait dengan
penganggaran pemerintah.
d) Proses pengawasan
Proses pengawasan tentang tata cara dan mekanisme pengelolaan
kegiatan mulai dari pelaksanaan tender, pengerjaan teknis, pelaporan
finansial, dan pertanggungjawaban secara teknis.
e) Proses evaluasi
Proses evaluasi dilakukan terhadap penyelenggaraan kegiatan yang
dilakukan secara terbuka. Evaluasi harus dilakukan sebagai
pertanggungjawaban secara administratif, teknis dan fisik dari setiap output
kerja pembangunan.

3. Kewajaran
Prinsip kewajaran (fairness) dimaksudkan untuk mencegah adanya
ketidakwajaran dalam penganggaran, dalam bentuk mark up maupun
ketidakwajaran lainnya. Prinsip kewajaran terdiri atas lima sifat, yaitu sebagai
berikut:
a) Komprehensif dan disiplin
Mempertimbangkan semua aspek, berkesinambungan, taat asas, prinsip
pembebanan, pengeluaran, dan tidak melampaui batas (off budget).
b) Fleksibilitas
Tersedianya kebijakan tertentu untuk mencapai efisiensi dan efektivitas
(prinsip tak tersangka, perubahan, pergeseran, dan desentralisasi
manajemen).
c) Terprediksi
Ketetapan dalam perencanaan berdasarkan asas value for money dengan
tujuan untuk menghindari defisit dalam tahun anggaran berjalan.
d) Kejujuran
Kejujuran adalah tidak adanya bias perkiraan penerimaan atau pengeluaran
yang disengaja yang berasal dari pertimbangan teknis maupun politis.
e) Informatif
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

Sistem informasi pelaporan yang teratur dan informatif adalah dasar


penilaian kinerja, kejujuran, dan proses pengambilan keputusan

4. Kebijakan
Prinsip kebijakan adalah prinsip antikorupsi yang keempat yang dimaksudkan
agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang kebijakan
antikorupsi. Kebijakan berperan untuk mengatur tata interaksi dalam ranah
sosial agar tidak terjadi penyimpangan yang dapat merugikan negara dan
masyarakat. Kebijakan antikorupsi dapat dilihat dalam empat aspek berikut.
a) Isi kebijakan
Kebijakan antikorupsi akan menjadi efektif apabila mengandung unsur -
unsur yang terkait dengan permasalahan korupsi sebagai fokus dari
kegiatan tersebut.
b) Pembuat kebijakan
Pembuat kebijakan adalah hal yang terkait erat dengan kebijakan
antikorupsi.
c) Penegakan Kebijakan
Kebijakan yang telah dirumuskan akan berfungsi apabila didukung oleh
actor penegak kebijakan, yaitu Kepolisian, Pengadilan, Pengacara, dan
Lembaga Permasyarakatan.
d) Kultur kebijakan
Keberadaan suatu kebijakan memiliki keterkaitan dengan nilai-nilai,
pemahaman, sikap, persepsi, dan kesadaran masyarakat terhadap hokum
undang-undang antikorupsi. Selanjutnya tingkat partisipasi masyarakat
dalam pemberantasan korupsi akan ditentukan oleh kultur kebijakan.

5. Kontrol Kebijakan
Kontrol kebijakan adalah upaya agar kebijakan yang dibuat benar-benar efektif
dan menghapus semua bentuk korupsi. Sedikitnya terdapat tiga model atau
bentuk kontrol terhadap kebijakan pemerintah, yaitu berupa:
a) Partisipasi
Kontrol kebijakan berupa partisipasi yaitu melakukan kontrol terhadap
kebijakan dengan ikut serta dalam penyusunan dan pelaksanaannya.
b) Evolusi
Kontrol kebijakan berupa evolusi yaitu mengontrol dengan menawarkan
alternatif kebijakan baru yang dianggap lebih layak.
c) Reformasi
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

Kontrol kebijakan berupa reformasi yaitu mengontrol dengan mengganti


kebijakan yang dianggap tidak sesuai. Substansi dari tiga model tersebut
adalah keterlibatan masyarakat dalam mengontrol kebijakan negara.
Sasaran pengawasan dan kontrol publik dalam proses pengelolaan
anggaran negara adalah terkait dengan konsistensi dalam merencanakan
program dan kegiatan, dan terkait dengan pelaksanaan penganggaran
tersebut.

B. Contoh kode etik profesi/organi sasi


Best Pratices Penerapan Kode Etik dan Kode Perilaku Pimpinan dan Pegawai
pada Komisi Pemberantasan Korupsi
Tugas dan kewenangan KASN sebagai lembaga pengawas independen
dalam penerapan kode etik dan kode perilaku di lingkungan instansi
pemerintah; latar belakang dan tujuan kedatangan tim ke KPK, dan tantangan
serta hambatan instansi pemerintah dalam penerapan kode etik dan kode
perilaku pegawainya Pemilihan KPK sebagai salah satu instansi yang dapat
menjadi Best Practices dalam penerapan kode etik dan kode perilaku pimpinan
dan pegawainya, diharapkan dapat menjadi inspirasi yang efektif bagi
lingkungan instansi pemerintah dalam penerapannya. Tim KPK menjelaskan
tujuan bagaimana formulasi penyusunan kebijakan kode etik baik untuk
pimpinan dan Pegawai KPK diproses berbasis pada kebutuhan yang sangat
tinggi dan kasus-kasus yang dialami. Kronologi pembuatan peraturan kode etik
KPK diawali sejak tahun 2004.
Awalnya landasan hukum penegakan kode etik di KPK berasal dari
Keputusan Pimpinan KPK Nomor : Kep – 6/P.KPK./02/2004. Namun peraturan
tersebut hanya berlaku untuk level pimpinan saja. Kemudian tahun 2006, KPK
membuat peraturan kode etik untuk pegawainya, yakni Peraturan KPK Nomor :
5 P.KPK Tahun 2006. Selanjutnya peraturan tersebut dicabut dan diganti
dengan Peraturan KPK no 7 tahun 2013 Tentang Nilai-Nilai Dasar dan
Pedoman Perilaku Pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi. Nilai dan asas
kode etik KPK terdiri dari religiusitas, integritas, keadilan, profesionalisme,
kepemimpinan (RIKPK).
Religiusitas berarti pelaksanaan keyakinan beragama atau nilai-nilai
spiritualitas yang diyakini kebenarannya berdasarkan agama atau
kepercayaannya masing-masing. Integritas adalah kesatuan antara pola pikir,
perasaan, ucapan dan perilaku yang selaras dengan hati nurani dan norma
yang berlaku di KPK. Selanjutnya, keadilan dimaknai sebagai rujukan nilai
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

untuk melakukan penegakkan hukum yang harus didasari dengan persamaan


hukum, asas legalitas dan praduga tak bersalah.
Kemudian profesionalisme adalah kompetensi untuk melaksanakan
tugas dan fungsi secara benar sehingga dibutuhkan adanya keahlian dan
keterampilan seseorang. Terakhir, kepemimpinan adalah kemampuan
menggerakkan dan mempengaruhi untuk mencapai tujuan bersama yang telah
ditetapkan serta berani mengambil keputusan yang dapat
dipertanggungjawabkan. KPK memiliki strategi (key success factors) dalam
menegakkan kode etik di lingkungannya. diantaranya ialah :
1. Terdapat peraturan secara rinci mengenai pedoman perilaku pegawai dan
tambahan khusus untuk pedoman perilaku pimpinan.
2. Proses internalisasi nilai kode etik dilakukan sejak rekrutmen. Dengan
menyeleksi secara ketat pelamar dan menerima orang-orang yang memiliki
kompetensi yang sudah ditentukan KPK.
3. Dilakukan review peraturan kode etik melalui Focus Group Discussion
(FGD) setahun sekali. FGD bertujuan untuk menilai dan mengevaluasi
pelanggaran kode etik yang sering terjadi dan meninjau kembali relevansi
peraturan dengan kondisi saat ini.
4. Desain sistem pengawasan penegakkan kode etik memungkinkan zero
tolerance bisa terwujud. Tidak ada lagi rasa sungkan untuk melaporkan
pelanggaran yang dilakukan atasan. Penegakkan kode etik tidak lagi
melihat latar belakang jabatan pegawai.
5. Kepatuhan juga terjadi karena baiknya mekanisme sanksi. Sebagai contoh,
di internal, saksi mata yang melihat adanya pelanggaran bisa terkena
hukuman bila tidak melaporkannya.
6. Terdapat pembinaan kesadaran terhadap pentingnya kode etik di tiap
pegawai untuk saling mengingatkan.
7. Setiap pegawai memiliki sense of belonging sebagai pegawai KPK.
8. Pengawasan internal pegawai yang berjalan baik dengan adanya evaluasi
rutin terhadap penegakkan kode etik dan kode perilaku. (NH dan
SD/PPS/Komisi ASN.

C. Integritas dan indikatornya


Integritas adalah bertindak dengan cara yang konsisten dengan apa yang
dikatakan. Nilai integritas merupakan kesatuan antara pola pikir, perasaan,
ucapan, dan perilaku yang selaras dengan hati nurani dan norma yang berlaku.
Integritas merupakan salah satu nilai-nilai dasar pribadi yang harus dimiliki
masyarakat yakni dengan bersikap, berperilaku dan bertindak jujur terhadap
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

diri sendiri dan lingkungan, konsisten dalam bersikap dan bertindak, memiliki
komitmen terhadap misi pemberantasan korupsi, objektif terhadap
permasalahan, berani dan tegas dalam mengambil keputusan dan resiko kerja,
disiplin dan bertanggung jawab dalam menjalankan tugas dan amanah.

Nilai inti integritas yaitu jujur, tanggung jawab dan disiplin


1. Berintegritas Jujur
Berintegritas “jujur” adalah lurus hati, tidak curang dan tidak berbohong.
Seorang yang jujur adalah konsisten apa yang dikatakan dan yang
dilakukan, satunya kata dan perbuatan. Berintegritas jujur tidak bisa
seorang diri. Dia perlu dukungan orang lain, seperti teman sejawat atau
keluarga. Salah Satu cara berintegritas adalah aktif memberikan info
adanya dugaan ketidakjujuran yang mengarah ke tindak pidana korupsi.
Pengaduan masyarakat menjadi salah satu sarana efektif untuk
memberantas korupsi.
2. Tanggung jawab
Bertanggung jawab adalah tidak mengelak, berani menghadapi, dan
konsekuen dengan apa yang dikatakan. Pemimpin masa depan adalah
mereka yang melakukan sesuai yang dikatakan, mengakui kesalahan dan
tidak melempar kesalahan pada orang lain. Seseorang yang diserahi
amanah dan tanggung jawab sebuah jabatan harus menjalani peran dan
tugas jabatan itu sebaik-baiknya. Pemimpin yang bertanggung jawab akan
menjalankan tugas sebaik-baiknya. Jika anak buah melakukan kesalahan,
dia ikut bertanggung jawab.
3. Disiplin
Disiplin adalah sikap mental untuk melakukan hal-hal yang seharusnya pada
saat yang tepat dan benar-benar menghargai waktu. Sikap mental tersebut
perlu dilatih agar segala perbuatannya tepat sesuai aturan yang ada (Kamus
Umum Bahasa Indonesia, 1976). Disiplin berada pada diri sendiri, dirinyalah
yang berjanji untuk komit pada yang sudah ditetapkannya. Disiplin sangat
diperlukan oleh seorang pemimpin, apa yang dilakukan akan dicontoh anak
buahnya. Disiplin adalah kunci kesuksesan seorang pemimpin. Kepribadian
“disiplin” perlu dimiliki oleh anggota masyarakat Jika semua berjalan sesuai
apa yang direncanakan dan komitmen tinggi untuk taat pada perencaan
yang telah dibuat, korupsi tidak akan terjadi.

D. Konflik kepentingan
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

Definisi konflik kepentingan adalah situasi di mana seseorang


penyelenggaraan negara yang mendapatkan kekuasaan dan kewenangan
berdasarkan peraturan perundang-undangan memiliki atau diduga memiliki
kepentingan pribadi atas setiap penggunaan wewenang yang dimilikinya
sehingga dapat mempengaruhi kualitas dan kinerja yang seharusnya.
Salah satu faktor pendorong terjadinya tindak pidana korupsi adalah konflik
kepentingan (conflict of interest). Konflik kepentingan seperti hubungan afiliasi
antara seorang Penyelenggara Negara yang terlibat dalam Pengadaan
Barang dan Jasa dengan calon rekanan atau situasi ketika seorang
Penyelenggaran Negara hendak mengambil keputusan terkait dengan sebuah
lembaga di mana pejabat tersebut memiliki rangkap jabatan di lembaga
tersebut adalah contoh-contoh situasi yang sering dihadapi.
1. Bentuk-bentuk Konflik Kepentingan
Beberapa bentuk konflik kepentingan yang sering terjadi dan dihadapi oleh
Penyelenggara Negara antara lain adalah:
a. Situasi yang menyebabkan seseorang menerima gratifikasi atau
pemberian/penerimaan hadiah atas suatu keputusan/jabatan;
b. Situasi yang menyebabkan penggunaan asset jabatan/instansi untuk
kepentingan pribadi/ golongan;
c. Situasi yang menyebabkan informasi rahasia jabatan/instansi
dipergunakan untuk kepentingan pribadi/golongan
d. Perangkapan jabatan di beberapa lembaga/ instansi/perusahaan yang
memiliki hubungan langsung atau tidak langsung, sejenis atau tidak
sejenis, sehingga menyebabkan pemanfaatan suatu jabatan untuk
kepentingan jabatan lainnya
e. Situasi dimana seorang penyelenggara negara memberikan akses
khusus kepada pihak tertentu misalnya dalam rekrutmen pegawai tanpa
mengikuti prosedur yang seharusnya
f. Situasi yang menyebabkan proses pengawasan tidak mengikuti
prosedur karena adanya pengaruh dan harapan dari pihak yang diawasi
g. Situasi dimana kewenangan penilaian suatu obyek kualifikasi dimana
obyek tersebut merupakan hasil dari si penilai
h. Situasi dimana adanya kesempatan penyalahgunaan jabatan
i. Post employment (berupa trading influence, rahasia jabatan);
j. Situasi dimana seorang penyelenggara negara menentukan sendiri
besarnya gaji/remunerasi
k. Moonlighting atau outside employment (bekerja lain diluar pekerjaan
pokoknya)
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

l. Situasi untuk menerima tawaran pembelian saham pihak masyarakat


m. Situasi yang memungkinkan penggunaan diskresi yang
menyalahgunakan wewenang.
2. Hal-hal apa yang dapat menimbulkan konflik kepentingan :
a. Gratifikasi, yaitu pemberian dalam arti luas yakni meliputi pemberian
uang, barang, rabat, komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan,
fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cumacuma dan
fasilitas lainnya
b. Kelemahan sistem , yaitu keadaan yang menjadi kendala bagi
pencapaian tujuan pelaksanaan kewenangan penyelenggara negara
yang disebabkan karena aturan, struktur dan budaya organisasi yang
ada
c. Perangkapan jabatan, yaitu seorang Penyelenggara Negara menduduki
dua atau lebih jabatan publik sehingga tidak bisa menjalankan
jabatannya secara profesional, independen dan akuntabel
d. Penyalahgunaan wewenang, yaitu membuat keputusan atau tindakan
yang tidak sesuai dengan tujuan atau melampaui batas-batas
pemberian wewenang yang diberikan oleh peraturan perundang-
undangan
e. Kepentingan pribadi (Vested Interest), yaitu keinginan/kebutuhan
seorang penyelenggara negara mengenai suatu hal yang bersifat
pribadi
3. Tahapan penanganan konflik kepentingan adalah sebagai berikut:
a. Penyusunan Kerangka Kebijakan
b. Identifikasi Situasi Konflik Kepentingan
c. Penyusunan Strategi Penanganan Konflik Kepentingan
d. Penyiapan Tindakan untuk Menangani Konflik Kepentingan

Dalam hal terdapat konflik kepentingan, maka pejabat pemerintahan


yang bersangkutan wajib memberitahukan kepada atasannya dan dalam hal
pejabat pemerintahan memiliki konflik kepentingan, maka keputusan
dan/atau tindakan ditetapkan dan/atau dilakukan oleh atasan pejabat atau
pejabat lain. Jika terdapat laporan dari masyarakat, maka atasan pejabat
wajib memeriksa, meneliti, dan menetapkan keputusan terhadap laporan
atau keterangan warga masyarakat paling lama 5 (lima) hari kerja terhitung
sejak diterimanya laporan sesuai dengan UU no. 30 tahun 2014 tentang
Administrasi Pemerintahan.
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

Lampiran 2

SOAL

1. Mahasiswa diharapkan dapat berperan sebagai agen perubahandan motor


penggerak dalam gerakan anti korupsi dilingkungankeluarga, lingkungan
kampus, serta masyarakat sekitar. Peran penting mahasiswa tersebut tidak
dapat dilepaskan darikarakteristik yang dimiliki yaitu, kecuali …
a. Pembentukan organisasi baru
b. Idealisme yang murni
c. Jiwa muda yang penuh semangat
d. Intelek tual yang tinggi
2. Yang merupakan prinsip-prinsip anti korupsi yaitu ?
a. Akuntabilitas, kejujuran, transportasi, kewajaran
b. Akuntabilitas, transparasi, kewajaran, kesederhanaan, kedisiplinan
c. Akuntabilitas, transparasi, kewajaran, kesederhanaan,kedisiplinan
d. Akuntabilitas, transparasi, kewajaran, kebijakan, dankontrol
kebijakan
3. Pemberian yang didasari atas kesepakaatan kedua belah pihak yang
bertujuan untuk mengubah keputusan demi kepentingan sang
penyuapmerupakan…
a. Korupsi
b. Suap
c. Kolusi
d. Gratifikasi
4. Sifat tamak, moral yang kurang kuat, penghasilan yang kurangmencukupi,
kebutuhan hidup yang mendesak, gaya hidup yangkonsumtif, malas atau
tidak mau bekerja, ajaran agama yang kurang diterapkan merupakan
bagian dari aspek …
a. Politik
b. Organisasi
c. Perilaku individu
d. Ekonomi
5. Bidan yang menjadi kepala ruangan. Bidan tersebut tidak melakukan
pengawasan terhadap pelaksanaan SOP di ruanganyang harus
dilaksanakan oleh seluruh stafnya, sehingga stafnyatidak bekerja optimal
sesuai SOP. Contoh kasus ini merupakan bagian dar…
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

a. Lemahnya pengendalian dan pengawasan


b. Lemahnya pencegahan
c. Lemahnya pengawasan
d. Lemahnya pencegahan dan pengawasan

KUNCI JAWABAN

1. A

2. D

3. B

4. C

5. A
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

BAHAN AJAR
Struktur Bahan Ajar Kuliah 5

Bagian Yang
No Keterangan
Harus Ada
1. Judul Bab Tindak Pidana Korupsi dan Pengendalian Gratifikasi Serta
Berpikir Kritis terhadap Masalah Korupsi
2. Kompetensi Mahasiswa mampu menjelaskan Tindak pidana korupsi dan
Dasar pengendalian gratifikasi serta berpikir kritis terhadap masalah
korupsi
3. Materi Pokok a. Dasar Hukum Pemberantasan Korupsi di Indonesia
b. 30 Delik Tindak Pidana Korupsi dan pengelompokannya
c. Contoh kasus tindak pidana korupsi berdasarkan jenis tindak
pidana korupsinya
d. Tindak Pidana Lain yang terkait dengan Proses Pemeriksaan
Perkara Korupsi
4. Tugas-Tugas

a. Mahasiswa memperhatikan penjelasan dosen


b. Mahasiswa menganalisis 3 kasus korupsi berdasarkan tindak
pidana
c. Mahasiswa mempresentasikan hasil penugasan

5. Daftar Pustaka a. Dietika, J. G. (2021). Modul Perkuliahan Pendidikan Budaya


Anti Korupsi. Palangkaraya: POLTEKKES PALANGKARAYA.
b. I.Yudhiantoro, P.Suyata.(2016). Integritas untuk umum.
Jakarta Selatan : Direktorat Pendidikan dan Pelayanan
Masyarakat Kedeputian Bidang Pencegahan KPK
c. Parellangi, A. G. (2020). Modul Pendidikan Budaya
Antikorupsi Di Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan
Ri. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
d. Kemendikbud, R. I. (2018). Buku Pendidikan Anti-Korupsi
Untuk Perguruan Tinggi.

Disiapkan Oleh: Diperiksa Oleh: Disahkan Oleh:


Penanggungjawab Mata Sekretaris Program Studi Ketua Jurusan/ Ketua Perwakilan
Kuliah Kebidanan Magelang Jurusan Kebidanan Magelang
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

Bekti Yuniyanti S.SiT, MHKes Arfiana, S.Kep, Ns, S.Tr. Keb, M.Kes Sri Widatiningsih, M.Mid
NIP 196706081990032001 NIP. 197303171998032001 NIP. 19681101 1989032001

Lampiran 1

Tindak Pidana Korupsi dan Pengendalian Gratifikasi Serta Berpikir Kritis


terhadap Masalah Korupsi

A. Dasar Hukum Pemberantasan Korupsi di Indonesia


Indonesia memiliki dasar-dasar hukum pemberantasan tindak pidana
korupsi yang menjadi pedoman dan landasan dalam pencegahan dan
penindakan. Salah satunya menjadi dasar pembentukan Komisi
Pemberantasan Korupsi atau KPK untuk menjadi penggawa pemberantasan
korupsi di tanah air. Dasar-dasar hukum ini adalah bukti keseriusan pemerintah
Indonesia dalam memberantas korupsi. Dalam perjalanannya, berbagai
perubahan undang-undang dilakukan untuk menyesuaikan dengan kondisi
terkini penindakan kasus korupsi. Menyadari tidak bisa bekerja sendirian,
pemerintah melalui Peraturan Pemerintah juga mengajak peran serta
masyarakat untuk mendeteksi dan melaporkan tindak pidana korupsi. Berikut
adalah dasar-dasar hukum pemberantasan tindak pidana korupsi di Indonesia:
1. UU No. 3 tahun 1971 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Undang-undang ini dikeluarkan di masa Orde Baru pada kepemimpinan
Presiden Soeharto. UU No. 3 tahun 1971 mengatur pidana penjara
maksimum seumur hidup serta denda maksimal Rp 30 juta bagi semua
delik yang dikategorikan korupsi. UU No. 3 tahun 1971 ini dinyatakan tidak
berlaku lagi setelah digantikan oleh Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
2. Ketetapan MPR No XI/MPR/1998 tentang Penyelenggara Negara yang
Bersih dan Bebas KKN
Usai rezim Orde Baru tumbang diganti masa Reformasi, muncul Tap MPR
Nomor XI/MPR/1998 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan
Bebas KKN. Sejalan dengan TAP MPR tersebut, pemerintah Presiden
Abdurrahman Wahid membentuk badan-badan negara untuk mendukung
upaya pemberantasan korupsi, antara lain: Tim Gabungan
Penanggulangan Tindak Pidana Korupsi, Komisi Ombudsman Nasional,
Komisi Pemeriksa Kekayaan Pejabat Negara dan beberapa lainnya.
3. UU no 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan
Bebas KKN
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

Undang-undang ini dibentuk di era Presiden BJ Habibie pada tahun 1999


sebagai komitmen pemberantasan korupsi pasca tergulingnya rezim Orde
Baru. Dalam UU no 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang
Bersih dan Bebas KKN ini dijelaskan definisi soal korupsi, kolusi dan
nepotisme, yang kesemuanya adalah tindakan tercela bagi penyelenggara
negara.
4. UU Nomor 20 Tahun 2001 jo UU No. 31/1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi
Undang-undang di atas telah menjadi landasan hukum pemberantasan
tindak pidana korupsi di tanah air. UU ini menjelaskan bahwa korupsi
adalah tindakan melawan hukum dengan maksud memperkaya diri sendiri,
orang lain, atau yang berakibat merugikan negara atau perekonomian
negaraDefinisi korupsi dijelaskan dalam 13 buah pasal dalam UU ini.
Berdasarkan pasal-pasal tersebut, korupsi dipetakan ke dalam 30 bentuk,
yang dikelompokkan lagi menjadi 7 jenis, yaitu penggelapan dalam jabatan,
pemerasan, gratifikasi, suap menyuap, benturan kepentingan dalam
pengadaan, perbuatan curang, dan kerugian keuangan negara.
5. Peraturan Pemerintah No 71 Tahun 2000 Tentang Tata Cara Pelaksanaan
Peran Serta Masyarakat dan Pemberian Penghargaan dalam Pencegahan
dan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Melalui peraturan ini, pemerintah ingin mengajak masyarakat turut
membantu pemberantasan tindak pidana korupsi. Peran serta masyarakat
yang diatur dalam peraturan ini adalah mencari, memperoleh, memberikan
data atau informasi tentang tindak pidana korupsi. Masyarakat juga
didorong untuk menyampaikan saran dan pendapat untuk mencegah dan
memberantas korupsi.
6. UU No 30 tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi
Undang-Undang No 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi menjadi pencetus lahirnya KPK di masa Kepresidenan
Megawati Soekarno Putri. Ketika itu, Kejaksaan dan Kepolisian dianggap
tidak efektif memberantas tindak pidana korupsi sehingga dianggap pelu
adanya lembaga khusus untuk melakukannya. UU ini kemudian
disempurnakan dengan revisi UU KPK pada 2019 dgn terbitnya Undang-
Undang No 19 Tahun 2019. Dalam UU 2019 diatur soal peningkatan
sinergitas antara KPK, kepolisian dan kejaksaan untuk penanganan perkara
tindak pidana korupsi.
7. UU No 15 tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

Pencucian uang menjadi salah satu cara koruptor menyembunyikan atau


menghilangkan bukti tindak pidana korupsi. Dalam UU ini diatur soal
penanganan perkara dan pelaporan pencucian uang dan transaksi
keuangan yang mencurigakan sebagai salah satu bentuk upaya
pemberantasan korupsi.
8. Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2018 tentang Strategi Nasional
Pencegahan Korupsi (Stranas PK)
Perpres ini merupakan pengganti dari Perpres No 55 Tahun 2012 tentang
Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Jangka
Panjang Tahun 2012-2025 dan Jangka Menengah Tahun 2012-2014 yang
dianggap sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan kebutuhan
pencegahan korupsi.
9. Peraturan Presiden No.102/2020 tentang tentang Pelaksanaan Supervisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Diterbitkan Presiden Joko Widodo, Perpres ini mengatur supervisi KPK
terhadap instansi yang berwenang melaksanakan pemberantasan tindak
pidana korupsi, yaitu Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Kejaksaan
Republik Indonesia.
Perpres ini juga mengatur wewenang KPK untuk mengambil alih perkara
tindak pidana korupsi yang sedang ditangani oleh Polri dan Kejaksaan.
Perpres ini disebut sebagai bagian dari upaya untuk memperkuat kinerja
KPK dalam pemberantasan korupsi.
10. Permenristekdikti Nomor 33 Tahun 2019 tentang Kewajiban
Penyelenggaraan Pendidikan Anti Korupsi (PAK) di Perguruan Tinggi.
Melalui Permenristekdikti Nomor 33 Tahun 2019 tentang Kewajiban
Penyelenggaraan Pendidikan Anti Korupsi (PAK) di Perguruan Tinggi,
perguruan tinggi negeri dan swasta harus menyelenggarakan mata kuliah
pendidikan antikorupsi di setiap jenjang, baik diploma maupun sarjana.
Selain dalam bentuk mata kuliah, PAK juga bisa diwujudkan dalam bentuk
kegiatan Kemahasiswaan atau pengkajian, seperti kokurikuler,
ekstrakurikuler, atau di unit kemahasiswaan. Adapun untuk Kegiatan
Pengkajian, bisa dalam bentuk Pusat Kajian dan Pusat Studi

B. 30 Delik Tindak Pidana Korupsi dan pengelompokannya


Lahirnya delik-delik korupsi di dalam perundang-undangan korupsi dapat
dibagi ke dalam 2 (dua) bagian utama, yaitu:
1. Delik Korupsi yang Dirumuskan oleh Pembuat Undang-undang
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

Delik korupsi yang dirumuskan oleh pembuat undang-undang adalah delik-


delik yang memang dibuat dan dirumuskan secara khusus sebagai delik
korupsi oleh para pembuat undang-undang. Menurut berbagai literatur,
delik korupsi yang dirumuskan oleh pembuat undang-undang hanya
meliputi 4 pasal saja yaitu sebagaimana yang diatur di dalam Pasal 2,
Pasal 3, Pasal 13, dan Pasal 15 Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999
juncto Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas
Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi.
2. Delik Korupsi yang Diambil dari KUHP, Delik Mana dapat Kita Bagi Menjadi
2 Bagian, yaitu:
a) Delik Korupsi yang Ditarik Secara Mutlak dari KUHP
Yang dimaksud dengan delik korupsi yang ditarik secara mutlak dari
KUHP adalah delik- delik yang diambil dari KUHP yang diadopsi
menjadi delik korupsi sehingga delik tersebut di dalam KUHP menjadi
tidak berlaku lagi. Delik korupsi yang ditarik secara mutlak dari KUHP
adalah Pasal 5 sampai dengan Pasal 12 Undang-undang Nomor 31
Tahun 1999 juncto Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang
Perubahan atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
b) Delik korupsi yang ditarik tidak secara mutlak dari KUHP
Yang dimaksud dengan delik korupsi yang ditarik tidak secara mutlak
dari KUHP adalah delik-delik yang diambil dari KUHP yang, dengan
syarat keadaan tertentu yaitu berkaitan dengan pemeriksaan tindak
pidana korupsi diadopsi menjadi delik korupsi namun dalam keadaan
lain tetap menjadi delik sebagaimana diatur di dalam KUHP. Delik
korupsi yang ditarik tidak secara mutlak dari KUHP terdapat di dalam
Pasal 23 Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi, yaitu diambil dari Pasal 220, Pasal 231, Pasal
421, Pasal 422, Pasal 429, dan Pasal 430 KUHP.
Delik Korupsi Menurut UU No. 31 Tahun 1999 Jo. UU No. 20 Tahun
2001. Berdasarkan undang-undang, kita dapat membedakan 30
perbuatan yang masuk kategori sebagai delik korupsi. 30 perbuatan
korupsi itu diatur dalam 13 pasal. Adapun delik-delik korupsi yang diatur
dalam undang- undang adalah Ke-30 jenis korupsi ini sangat beragam,
mulai dari korupsi kecil atau petty corruption sampai korupsi kelas kakap
atau grand corruption. Berikut adalah daftar 30 jenis tindak pidana
korupsi tersebut:
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

1) Menyuap pegawai negeri


2) Memberi hadiah kepada pegawai negeri karena jabatannya
3) Pegawai negeri menerima suap
4) Pegawai negeri menerima hadiah yang berhubungan dengan
jabatannya
5) Menyuap hakim
6) Menyuap advokat
7) Hakim dan advokat menerima suap
8) Hakim menerima suap
9) Advokat menerima suap
10)Pegawai negeri menggelapkan uang atau membiarkan penggelapan
11)Pegawai negeri memalsukan buku untuk pemeriksaan administrasi
12)Pegawai negeri merusakan bukti
13)Pegawai negeri membiarkan orang lain merusakkan bukti
14)Pegawai negeri membantu orang lain merusakkan bukti
15)Pegawai negeri memeras
16)Pegawai negeri memeras pegawai negeri yang lain
17)Pemborong membuat curang
18)Pengawas proyek membiarkan perbuatan curang
19)Rekanan TNI/Polri berbuat curang
20)Pengawas rekanan TNI/Polri berbuat curang
21)Penerima barang TNI/Polri membiarkan perbuatan curang
22)Pegawai negeri menyerobot tanah negara sehingga merugikan
orang lain
23)Pegawai negeri turut serta dalam pengadaan yang diurusnya
24)Pegawai negeri menerima gratifikasi dan tidak melaporkan ke KPK
25)Merintangi proses pemeriksaan perkara korupsi
26)Tersangka tidak memberikan keterangan mengenai kekayaan
27)Bank yang tidak memberikan keterangan rekening tersangka
28)Saksi atau ahli yang tidak memberikan keterangan atau memberi
keterangan palsu
29)Seseorang yang memegang rahasia jabatan, namun tidak
memberikan keterangan atau memberikan keterangan palsu
30)Saksi yang membuka identitas pelapor.

Dari ke-30 jenis korupsi tersebut, diklasifikasikan lagi menjadi tujuh kelompok
tindak pidana korupsi, yaitu:
1) Kerugian Keuangan Negara
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

Pelakunya memiliki tujuan menguntungkan diri sendiri serta


menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada.
Misalnya, seorang pegawai pemerintah melakukan mark up anggaran agar
mendapatkan keuntungan dari selisih harga tersebut. Tindakan ini
merugikan keuangan negara karena anggaran bisa membengkak dari yang
seharusnya.
2) Suap Menyuap
Suap menyuap bisa terjadi antarpegawai maupun pegawai dengan pihak
luar. Suap antarpegawai misalnya dilakukan untuk memudahkan kenaikan
pangkat atau jabatan.
3) Penggelapan dalam Jabatan
Tindakan dengan sengaja menggelapkan uang atau surat berharga, atau
melakukan pemalsuan buku-buku atau daftar-daftar yang khusus untuk
pemeriksaan administrasi.
4) Pemerasan
Pegawai negeri atau penyelenggara negara menguntungkan diri sendiri
atau orang lain secara melawan hukum, atau dengan menyalahgunakan
kekuasaannya memaksa seseorang memberikan sesuatu, membayar, atau
menerima pembayaran dengan potongan atau untuk mengerjakan sesuatu
bagi dirinya sendiri.
5) Perbuatan Curang
Perbuatan curang dilakukan dengan sengaja untuk kepentingan pribadi
yang dapat membahayakan orang lain.
6) Benturan Kepentingan dalam Pengadaan
Pegawai negeri atau penyelenggara negara baik langsung maupun tidak
langsung dengan sengaja turut serta dalam pemborongan, pengadaan atau
persewaan padahal dia ditugaskan untuk mengurus atau mengawasinya.
7) Gratifikasi
Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara
dianggap pemberian suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan
yang berlawanan dengan kewajiban tugasnya.

C. Contoh kasus tindak pidana korupsi berdasarkan jenis tindak pidana


korupsinya
Terdapat 7 kelompok tindak pidana korupsi berdasarakan UU No 31/1999 atau
UU No 20/2021 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi :
1. Contoh Kasus Kerugian Keuangan Negara
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

a) Seorang pegawai negeri mengikuti tugas belajar dan dibiaya oleh


pemerintah, ternyata yang bersangkutan tidak dapat menyelesaikan
tugas belajarnya.
b) Seorang mahasiwa yang mengikuti pendidikan kedinasan dan dibiayai
oleh negara tetapi yang bersangkutan drop out dan tidak
mengembalikan uang yang dipakai selama pendidikan.
2. Contoh Kasus Suap-Menyuap
Seorang ibu datang ke panitia penerimaan mahasiswa baru dan
menyampaikan keinginannya agar anaknya bisa diterima menjadi
mahasiswa. Ibu tersebut menjanjikan kalau anaknya bisa diterima akan
diberikan sesuatu.
3. Contoh Kasus Penggelapan dalam Jabatan
Seorang pejabat yang berwenang menerbitkan surat penghapusan ganti
rugi kehilangan mobil dinas di luar jam kerja oleh seorang pegawai, padahal
seharus yang bersangkutan harus mengganti kehilangan mobil tersebut.
4. Contoh Kasus Korupsi Pemerasan
Seorang dosen menerbitkan buku yang sudah beredar di toko buku. Pada
saat mengajar si dosen menyampaikan bahwa seluruh mahasiswa
diwajibkan untuk membeli buku yang dikarang oleh dosen yang
bersangkutan.
5. Contoh Kasus Korupsi Perbuatan Curang
a) Seorang mahasiswa membuat laporan kegiatan praktik klinik dengan
menggunakan data yang tidak sebenarnya (ngarang sendiri).
b) Seorang petugas gizi dengan sengaja memberikan jumlah diet 1700
Kkal kepada pasien, padahal sebenarnya pasien mendapatkan 2100
Kkal.
6. Contoh Kasus Korupsi Terkait Benturan Kepentingan dalam Pengadaan
Panitia lelang barang ingin memutuskan pemenang lelang, ternyata ada
anggota keluarga atasanya yang ikut tender. Akhirnya panitia memutuskan
keluarga atasan yang menang karena ada tekanan atau titipan dari sang
atasan
7. Contoh Kasus Terkait Gratifikasi
Seorang pengusaha memberikan hadiah mahal kepada pejabat dengan
harapan mendapatkan proyek dari instansi pemerintahan. Jika tidak
dilaporkan kepada KPK, maka gratifikasi ini akan dianggap suap.

D. Tindak Pidana Lain yang terkait dengan Proses Pemeriksaan Perkara Korupsi
1) Merintangi proses pemeriksaan perkara korupsi
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

2) Tersangka tidak memberikan keterangan mengenai kekayaannya


3) Bank yang tidak memberikan keterangan rekening tersangka
4) Saksi atau ahli yang tidak memberi keterangan atau memberi keterangan
palsu
5) Orang yang memegan rahasia jabatan tidak memberi keterangan atau
memberi keterangan palsu
6) Saksi yang membuka identitas pelapor
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

Lampiran 2

SOAL

1. Pemberantasan tipikor merupakan istilah lain untuk KPK berdasarkan…


a. UU No. 30 Tahun 2002
b. UU No. 31 Tahun 1999
c. UU No. 20 Tahun 2001
d. UU No. 44 Tahun 1999
2. Pemberantasan tindak korupsi, yang termasuk dalam tindak pidanakorupsi
adalah setiap orang yang dikategori melawan hukum,melakukan
perbuatan memperkaya diri sendiri, menguntungkan dirisendiri atau
oarang lain atau suatu komperasi, menyalahgunakankewenangan maupun
kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan dan
kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian
negara, termasuk dalam undang-undang nomor …
a. 31
b. 32
c. 33
d. 34
3. Salah satu peran mahasiswa atau kelompok mahasiswadalam mengamati
tindakan korupsi di lingkungan masyarakat sekitarialahSasaran
a. Mengawasi banyak tidaknya orang membuang sampahsembarangan
b. Ikut campur dalam pembagian dana pembangunan desa setempat
c. Ikut serta dan memfasilitasi penghakiman lurah yang
kepergokmenerima suap
d. Mengawasi serta melaporkan kepada pihak berwenang jikaterdapat
kantor pemerintah daerah yang melakukan pungutanyang tidak
sewajarnya dan tidak berizin
4. Salah satu peran mahasiswa atau kelompok mahasiswadalam mengamati
tindakan korupsi di lingkungan masyarakat sekitar ialah …
a. Mengawasi banyak tidaknya orang membuang sampahsembarangan
b. Ikut campur dalam pembagian dana pembangunan desa setempat
c. Ikut serta dan memfasilitasi penghakiman lurah yangkepergok
menerima suap
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

d. Mengawasi serta melaporkan kepada pihak berwenang jika


terdapatkantor pemerintah daerah yang melakukan pungutan yang
tidaksewajarnya dan tidak berizin
5. Pemberian yang didasari atas kesepakaatan kedua belah pihak yang
bertujuan untuk mengubah keputusan demi kepentingan sang
penyuapmerupakan…
a. Korupsi
b. Suap
c. Kolusi
d. Gratifikasi

KUNCI JAWABAN

1. A

2. A

3. D

4. C

5. B
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

BAHAN AJAR
Struktur Bahan Ajar Kuliah 6

Bagian Yang
No Keterangan
Harus Ada
1. Judul Bab Tindak Pidana Korupsi dan Pengendalian Gratifikasi Serta
Berpikir Kritis Terhadap Masalah Korupsi
2. Kompetensi Mahasiswa mampu mendiskusikan Tindak pidana korupsi dan
Dasar pengendalian gratifikasi serta berpikir kritis terhadap masalah
korupsi
3. Materi Pokok a. Gratifikasi, Uang Pelicin, Pemerasan, dan Suap
b. Program pengendalian gratifikasi
c. Sejarah gratifikasi
d. Definisi dan dasar hukum
e. Kultur dan gratifikasi
f. Etika perilaku terkait gratifikasi
g. Peran serta masyarakat dan korporasi
h. Perlindungan pelapor gratifikasi
i. Fraud di Bidang Kesehatan

4. Tugas-Tugas a. Mahasiswa memperhatikan penjelasan dosen


b. Menganalisis undang undang mengenahi gratifikasi, suap,
pemerasan
c. Presentasi hasil diskusi
5. Daftar Pustaka a. Dietika, J. G. (2021). Modul Perkuliahan Pendidikan Budaya
Anti Korupsi. Palangkaraya: POLTEKKES PALANGKARAYA.
b. I.Yudhiantoro, P.Suyata.(2016). Integritas untuk umum.
Jakarta Selatan : Direktorat Pendidikan dan Pelayanan
Masyarakat Kedeputian Bidang Pencegahan KPK
c. Sumarto,dkk.(2019). Kajian Implementasi Pasal Gratifikasi
Dalam Putusan Pengadilan.Jakarta:KPK RI.
d. Kemendikbud, R. I. (2018). Buku Pendidikan Anti-Korupsi
Untuk Perguruan Tinggi.
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

Disiapkan Oleh: Diperiksa Oleh: Disahkan Oleh:


Penanggungjawab Mata Sekretaris Program Studi Ketua Jurusan/ Ketua Perwakilan
Kuliah Kebidanan Magelang Jurusan Kebidanan Magelang

Bekti Yuniyanti S.SiT, MHKes Arfiana, S.Kep, Ns, S.Tr. Keb, M.Kes Sri Widatiningsih, M.Mid
NIP 196706081990032001 NIP. 197303171998032001 NIP. 19681101 1989032001
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

Lampiran 1

Tindak Pidana Korupsi dan Pengendalian Gratifikasi Serta Berpikir Kritis


Terhadap Masalah Korupsi

A. Gratifikasi, Uang Pelicin, Pemerasan, dan Suap


Berdasarkan UU Nomor 20 Tahun 2001 jo UU No. 31/1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, korupsi dirumuskan ke dalam 30
bentuk. Dari 30 bentuk tersebut, korupsi dapat dikelompokkan menjadi tujuh
kategori, yaitu yang berkaitan dengan keuangan negara, suap menyuap,
penggelapan jabatan, pemerasan, perbuatan curang, benturan kepentingan
dalam pengadaan, dan gratifikasi. Dari ketujuh jenis itu, kita tahu bahwa suap,
pemerasan, dan gratifikasi berada di kategori berbeda dengan pengertian yang
berbeda pula. Uang pelicin masuk dalam kategori suap menyuap. erbedaan
istilah-istilah tersebut bisa dilihat dari waktu, tujuan, pelaku, dan intensinya.
Perbedaan dari sisi pelaku bisa dilihat pada istilah suap dan pemerasan.
Suap terjadi jika pengguna jasa secara aktif menawarkan imbalan
kepada petugas layanan dengan maksud agar urusannya lebih cepat, walau
melanggar prosedur. Sebaliknya, pemerasan terjadi jika petugas layanan yang
secara aktif menawarkan jasa atau meminta imbalan kepada pengguna jasa
untuk mempercepat layanannya, walau melanggar prosedur. Uang pelicin bisa
menjadi gabungan dari suap dan pemerasan.
Suap dan pemerasan akan terjadi jika terjadi transaksi atau deal antara
kedua belah pihak. Berbeda dengan gratifikasi, yang tidak ada kesepakatan di
antara keduanya. Gratifikasi terjadi jika pihak pengguna layanan memberi
sesuatu kepada pemberi layanan tanpa adanya penawaran atau transaksi
apapun. Pemberian ini terkesan tanpa maksud apa-apa. Namun di balik itu,
gratifikasi diberikan untuk menggugah hati petugas layanan, agar di kemudian
hari tujuan pengguna jasa dapat dimudahkan. Istilahnya "tanam budi", yang
suatu saat bisa ditagih.
Gratifikasi menurut Penjelasan Pasal 12B UU Pemberantasan Tipikor
yaitu Pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat
(discount), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas
penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya.
Penyuapan dan pemerasan memiliki unsur janji atau bertujuan
menginginkan sesuatu dari pemberian tersebut. Sedangkan gratifikasi adalah
pemberian yang tidak memiliki unsur janji, tetapi gratifikasi juga dapat disebut
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

suap jika pihak yang bersangkutan memiliki hubungan dengan jabatan yang
berlawanan dengan kewajiban dan hak yang bersangkutan.
Hukuman Pidana UU No 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan Atas UU
No 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, memuat
hukuman pidana untuk keempat tindakan korupsi tersebut. Suap, Uang Pelicin,
dan Pemerasan terkait jabatan diatur dalam Pasal 5 ayat (1) dengan pidana
maksimal 5 tahun dan atau denda maksimal Rp250.000.000. Sementara
gratifikasi memiliki hukuman lebih berat. Dalam Pasal 12, hukuman bagi
pegawai negeri atau penyelenggara negara yang terbukti menerima gratifikasi
adalah pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat empat
tahun dan paling lama 20 tahun, dan pidana denda paling sedikit Rp200 juta
dan paling banyak Rp1 miliar.

B. Program pengendalian gratifikasi


Program yang bertujuan untuk mengendalikan penerimaan kreativitas secara
transparan dan akuntabel melalui serangkaian kegiatan yang melibatkan
partisipasi aktif badan pemerintahan dunia usaha, dan masyarakat untuk
membentuk lingkungan pengendalian kreativitas
1. Pengendalian Individu
Terdapat 5 pengendalian individu yaitu
a) Aturan. Bagaimana aturan yang berlaku di instansi Anda terkait
penerimaan gratifikasi?
b) Maksud. Apa maksud pemberi memberikan gratifikasi kepada anda ?
c) Agenda. Adakah agenda kegiatan yang dilakukan pemberi yang sedang
berlangsung pada saat dilakukannya pemberian gratifikasi kepada
anda?
d) Terbuka. Apakah pemberian tersebut dilakukan secara terbuka?
e) Identita. Bagaimana identitas dan latar belakang pemberi dalam
kaitannya dengan jabatan dan pelaksanaan tugas serta kewajiban
Anda?
2. Pentingnya pengedalian gratifikasi
Praktik dan penerimaan gratifikasi. Dampak gratifikasi itu sendiri yaitu
mempengaruhi pejabat public dan rusaknya system dan prosedur sehingga
visi, misi dan tujuan tidak tecapai
3. Manfaat pengendalian gratifikasi :
a) Meningkatkan integritas pegawai dan integritas lembaga
b) Persepsi masyarakat yang positif terbangun secara alami atas lembaga
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

c) Menngangkat kredibilitas dan nilai lembaga yang dipersepsikan sebagai


lembaga yang bersih dan professional
4. Tahapan program pengendalian gratifikasi
Tahapan PPG terdiri dua tahap
a) Tahapan praimplementasi dan implementasi
1) Komitmen pengendalian gratifikasi
2) Penyusunan aturan pengendalian gratifikasi
3) Pembentukan UPG
b) Tahap pasca implementasi (monitoring dan evaluasi) Kegiatan
monitoring dan evaluasi oleh KLOP dan/atau dengan Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK)
5. Program Pengendalian Gratifikasi Sebagai Sebuah Sistem
a) Input
1) Komitmen
2) Perangkat aturan internal gratifikasi
3) Unit Pengendalian Gratifikasi (UPG)
b) Proses
1) Intermalisasi aturan
2) Diseminasi PPG
3) Pengelolan laporam gratifikasi
c) Output
1) Kesadaran melapor
2) Laporan gratifikasi
3) Manajemen tools
d) Outcomes
Lingkungan pengendalian yang transparan dan akuntabel
6. Tugas Unit Pengendalian Gratifikasi (UPG)
a) Menerima, menganalisis, dan mengadministrasikan laporan penerimaan
Gratifikasi dari Pegawai Negeri
b) Menerima dan mengadministrasikan laporan penolakan gratifikasi,
dalam hal pegawai negeri atau penyelenggara negara melaporkan
penolakan gratifikasi
c) Meneruskan laporan penerimaan gratifikasi kepada KPK
d) Meloprakn rekapitulasi laporan pemnerimaan dan penolakan gratifikasi
secara periodic kepada KPK
e) Menyampaikan hasil pengelolaan laopran penerimaan dan penolakan
gratfifikasi dan usulan kebijakan pengendalian gratifikasi kepada
pimpinan instansi
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

f) Melakukan sosialisasi aturan gratifikasi kepada pihak internal dan


eksternal instansi
g) Melakukan pemeliharaan barang gratifikasi sampai dengan adanya
penetapan status barang tersebut
h) Melakukan pemantuan dan evaluasi penerapan pengendalian gratifikasi

C. Sejarah gratifikasi
Sebelum adanya pengaturan mengenai gratifikasi dalam UU Tipikor,
larangan penerimaan hadiah oleh pegawai negeri sudah dikenal dan
diakomodasi dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1971 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (UU 3/1971) dan Pasal 1 ayat (1) huruf
e yang berisi kewajiban bagi pegawai negeri untuk melaporkan kepada yang
berwajib penerimaan pemberian atau janji (sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 418 KUHP, Pasal 419 KUHP, dan Pasal 420 KUHP) yang diberikan
kepadanya. Ketentuan mengenai gratifikasi mulai dikenal seiring dengan
terbitnya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi. Ide tentang gratifikasi sebagai delik korupsi berasal dari Andi
Hamzah yang mengusulkan kepada Menteri Kehakiman & HAM RI saat itu,
Baharuddin Lopa, untuk memasukkan penerapan sistem pembalikan beban
pembuktian dalam amandemen Undang- Undang Nomor 31 Tahun 1999
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Pada awalnya, pembahasan
ketentuan mengenai gratifikasi dirumuskan dalam Pasal 12A dengan DIM
Nomor: 36A sampai dengan 39. Dalam perkembangannya, RUU perubahan
UU 31/1999 kemudian disetuju menjadi UU Nomor 20 Tahun 2001 dengan
memasukkan delik gratifikasi ke dalam Pasal 12B dan 12C
Penjelasan tentang Gratifikasi diuraikan pada Penjelasan Pasal 12B,
yaitu: Pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat
(discount), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas
penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya.
Gratifikasi tersebut baik yang diterima di dalam negeri maupun di luar negeri
dan yang dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana
elektronik. Dalam rancangan undang-undang ini diatur ketentuan mengenai
gratifikasi sebagai tindak pidana baru. Gratifikasi tersebut dianggap suap
apabila berhubungan dengan jabatan dan berlawanan dengan kewajiban atau
tugasnya sebagai pegawai negeri atau penyelenggara Negara.
Namun gratifikasi tersebut tidak dianggap suap apabila penerima
gratifikasi melaporkan pada Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

dalam waktu yang ditentukan dan apabila tidak melaporkan dianggap suap.
Dalam sistem pelaporan ini, untuk menentukan ada atau tidaknya tindak
pidana suap tersebut, penerima gratifikasi yang nilainya Rp.10.000.000,00 atau
lebih, pembuktian bahwa pemberian bukan suap dilakukan oleh penerima
gratifikasi, tetapi yang nilainya kurang dari Rp.10.000.000,00 pembuktian
bahwa gratifikasi sebagai suap dilakukan oleh penuntut umum

D. Definisi dan dasar hukum


1. Pengertian Gratifikasi menurut penjelasan Pasal 12B UU No. 20 Tahun
2001
Pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat
(discount), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas
penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas
lainnya. Pengecualian:
2. Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 Pasal 12 C ayat (1) :
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12B ayat (1) tidak berlaku,
jika penerima melaporkan gratifikasi yang diterimanya kepada Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
3. Peraturan yang Mengatur Gratifikasi:
Pasal 12B ayat (1) UU No.31/1999 jo UU No. 20/2001, berbunyi. Setiap
gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dianggap
pemberian suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan berlawanan
dengan kewajiban atau tugasnya, Pasal 12C ayat (1) UU No.31/1999 jo UU
No. 20/2001, berbunyi Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12B
Ayat (1) tidak berlaku, jika penerima melaporkan gratifikasi yang
diterimanya kepada KPK.
4. Penjelasan Aturan Hukum
Pasal 12 UU No. 20/2001:
a) Didenda dengan pidana penjara seumur hidup atau penjara paling
singkat 4 tahun dan paling lama 20 tahun dan pidana denda paling
sedikit Rp 200 juta dan paling banyak Rp 1 miliar:
b) Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau
janji, padahal diketahui atau patut diduga hadiah atau janji tersebut
diberikan untuk menggerakkan agar melakukan atau tidak melakukan
sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan dengan kewajibannya.
c) Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan maksud
menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum,
atau dengan menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

memberikan sesuatu, membayar, atau menerima bayaran dengan


potongan, atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri

E. Kultur dan gratifikasi


Ketentuan tentang gratifikasi tidak bertentangan dan bukan dalam
rangka menghapus kearifan masyarakat dalam adat dan budaya. Namun hal
ini justru ditujukan untuk memurnikan nilai luhur budaya dan adat istiadat agar
tidak ditunggangi kepentingan pihak – pihak tertentu untuk melakukan korupsi.
Larangan gratifikasi terkait jabatan tidak bertentangan dengan nilai –
nilai agama dan budaya luhur bangsa Indonesia. Kebiasaan memberi dan
menerima gratifikasi tumbuh subur di lingkungan yang tidak berprinsip pada
tata kelola pemerintahan dan perusahaan yang baik.

F. Etika perilaku terkait gratifikasi


Terdapat 3 etika perilaku terkait gratifikasi dalam instansi :
a) Mensosialisasikan aturan gratifikasi kepada seluruh pegawai serta mitra
kerja secara berkesinambungan
b) Memberikan penghargaan dan menjamin perlindungan hukum kepada
pegawai yang melaporkan penerimaan gratifikasi.
c) Memroses secara internal pelanggaran terhadap aturan gratifikasi dan
menjatuhkan sanksi.

G. Peran serta masyarakat dan korporasi


Peran organisasi masyarakat sipil, yaitu mengawasi pelaksanaan pelayanan
publik dan memfasilitasi pengaduan atau keluhan terkait gratifikasi kepada
KPK, penegak hukum dan instansi yang berwenang.
a) Tidak memberikan gratifikasi kepada Pegawai Negeri/Penyelenggara
Negara yang berhubungan dengan jabatan;
b) Menolak permintaan gratifikasi dari Pegawai Negeri/Penyelenggara
Negara;
c) Melaporkan kepada instansi yang berwenang jika mengetahui praktik
gratifikasi yang dilarang.

H. Perlindungan pelapor gratifikasi


Pelapor gratifikasi mempunyai hak untuk diberikan perlindungan secara
hukum. Menurut Pasal 15 UU KPK, KPK wajib memberikan perlindungan
terhadap Saksi atau Pelapor yang telah menyampaikan laporan atau
memberikan keterangan mengenai terjadinya tindak pidana korupsi. Selain itu,
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

berdasarkan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan


Saksi dan Korban, Lembaga Perlindungan Saksi Korban (LPSK) mempunyai
tanggung jawab untuk memberikan perlindungan dan bantuan kepada saksi
dan korban. Dalam konteks ini, pelapor gratifikasi dapat akan dibutuhkan
keterangannya sebagai saksi tentang adanya dugaan tindak pidana korupsi.

I. Fraud di Bidang Kesehatan


Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2018 tentang Jaminan Kesehatan,
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 36 Tahun 2015 tentang Pencegahan
Kecurangan (Fraud) dalam Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan pada
Sistem Jaminan Sosial Nasional perlu disesuaikan dengan kebutuhan
penyelenggaraan program Jaminan Kesehatan. Kecurangan (fraud) adalah
tindakan yang dilakukan dengan sengaja untuk mendapatkan keuntungan
finansial dari program Jaminan Kesehatan dalam Sistem Jaminan Sosial
Nasional melalui perbuatan curang yang tidak sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.Kecurangan (fraud) dalam pelaksanaan
program Jaminan Kesehatan dapat dilakukan oleh:
a) Peserta;
b) BPJS Kesehatan;
c) Fasilitas Kesehatan atau pemberi pelayanan kesehatan;
d) Penyedia obat dan alat kesehatan;
e) Pemangku kepentingan lainnya.
BPJS Kesehatan, dinas kesehatan kabupaten/kota, dan FKRTL yang
bekerja sama dengan BPJS Kesehatan harus membangun sistem pencegahan
Kecurangan (fraud) melalui:
a) Penyusunan kebijakan dan pedoman pencegahan Kecurangan (fraud);
b) Pengembangan budaya pencegahan kecurangan (fraud);
c) Pengembangan pelayanan kesehatan yang Berorientasi kepada kendali
mutu dan kendali biaya; Dan
d) Pembentukan tim pencegahan kecurangan (fraud).

Tim pencegahan Kecurangan (fraud) sebagaimana dimaksud pada


dinas Kesehatan. Kabupaten/kota terdiri atas unsur:
a) Dinas kesehatan kabupaten/kota;
b) Bpjs kesehatan;
c) Asosiasi fasilitas kesehatan;
d) Organisasi profesi;
e) Unsur lain yang terkait.
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

Tim pencegahan Kecurangan (fraud) sebagaimana dimaksud pada bertugas:


a) Menyosialisasikan regulasi dan budaya yang berorientasi pada kendali
mutu dan kendali biaya;
b) Meningkatkan budaya pencegahan kecurangan (fraud);
c) Mendorong pelaksanaan tata kelola organisasi dan/atau tata kelola klinis
yang baik;
d) Melakukan upaya deteksi dan penyelesaian kecurangan (fraud);
e) Monitoring dan evaluasi; dan Pelaporan

Dalam rangka pengawasan, Menteri, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi,


Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat memberikan sanksi
administrative bagi setiap orang atau korporasi sebagaimana dimaksud dalam
yang melakukan Kecurangan (fraud). Sanksi administratif sebagaimana
dimaksud berupa:
a) Teguran lisan;
b) Teguran tertulis; dan/atau
c) Perintah pengembalian kerugian akibat tindakan kecurangan (fraud)
kepada Pihak yang dirugikan.
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

Lampiran 2
SOAL
1. Pemberian yang didasari atas kesepakaatan kedua belah pihak yang
bertujuan untuk mengubah keputusan demi kepentingan sang
penyuapmerupakan…
a. Korupsi
b. Suap
c. Kolusi
d. Gratifikasi
2. Dalam Konteks Pemerintah melakukan strategi nasional tentang
pencegahan korupsi dalam penyelenggaraan negara yang bersih, bebas
dari korupsi, kolusi dan nepotisme undang-undang nomor berapakah yang
mengatur keterangan diatas.…
a. Undang-undang nomor 28 tahun 1999
b. Undang-undang nomor 63 tahun 2005
c. Undang-undang nomor 8 tahun 2010
d. Undang-undang nomor 6 tahun 2011
3. Peraturan pemerintah yang erat kaitannya berhubungan dengansistem
manajemen sumber daya manusia kpk, undang-undangnomor berapakah
yang mengatur keterangan diatas..
a. Undang-undang nomor 30 tahun 2002
b. Undang-undang nomor 63 tahun 2005
c. Undang-undang nomor 46 tahun 2009
d. Undang-undang nomor 8 tahun 1991
4. Program kemnetrian kesehatan dalam upaya pencegahan korupsi
diatur dalam peraturan…
a. UU No 20 tahun 2001
b. UU No 30 tahun 2002
c. Peraturan 03 tahun 2018
d. Peraturan presiden No 55 tahun 2012
5. Peraturan yang berlaku larangan melakukan gratifikasi….
a. Pasal 12 b ayat (1) UU No 31 tahun 1999
b. Peraturan presiden No 55 tahun 2012
c. UU No 20 tahun 2002
d. UU no 6 tahun 2011

KUNCI JAWABAN
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

1. B

2. A

3. B

4. D

5. A
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

BAHAN AJAR
Struktur Bahan Ajar Kuliah 7

Bagian Yang
No Keterangan
Harus Ada
1. Judul Bab Dampak Korupsi dan Bahaya Korupsi

2. Kompetensi Mahasiswa mampu mengidentifikasi dampak korupsi dan bahaya


Dasar korupsi
3. Materi Pokok a. Dampak Korupsi terhadap berbagai bidan
b. Kerugian Negara Akibat Korupsi di Indonesia
c. Kerugian Negara vs Hukuman Koruptor
d. Hubungan antara Dampak Korupsi dan Biaya Sosial Korupsi
e. Konsep Biaya Sosial Korupsi
f. Seandainya Uang yang Dikorupsi Digunakan untuk
Pembangunan
4. Tugas-Tugas

a. Mahasiswa memperhatikan penjelasan dosen


b. Mahasiswa menganalisis kasus korupsi dan dampaknya dari
berbagai bidang
c. Mempresentasikan

5. Daftar Pustaka a. Karim dkk.(2018).Pendidikan Anti Korupsi Pada Perguruan


Tinggi.Makassar:Nas Medika Pustaka.
b. Parellangi, A. G. (2020). Modul Pendidikan Budaya
Antikorupsi Di Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan
Ri. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
c. Kemendikbud, R. I. (2018). Buku Pendidikan Anti-Korupsi
Untuk Perguruan Tinggi.

Disiapkan Oleh: Diperiksa Oleh: Disahkan Oleh:


Penanggungjawab Mata Sekretaris Program Studi Ketua Jurusan/ Ketua Perwakilan
Kuliah Kebidanan Magelang Jurusan Kebidanan Magelang

Bekti Yuniyanti S.SiT, MHKes Arfiana, S.Kep, Ns, S.Tr. Keb, M.Kes Sri Widatiningsih, M.Mid
NIP 196706081990032001 NIP. 197303171998032001 NIP. 19681101 1989032001
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

Lampiran 1

Dampak Korupsi dan Bahaya Korupsi

A. Dampak Korupsi terhadap berbagai bidang


Korupsi selalu membawa dampak buruk bagi kehidupan berbangsa dan
bernegara. Perilaku tidak terpuji ini telah melukai keadilan masyarakat.
Penyimpangan atas dasar korupsi telah menurunkan kualitas negara kepada
masyarakat. Selain berdampak pada aspek kehidupan, korupsi juga
menimbulkan efek yang meluas bahkan terhadap eksistensi bangsa dan
bernegara. Makin tinggi praktik korupsi di suatu negara, dapat memperburuk
kondisi ekonomi bangsa. Lemahnya investasi dan pertumbuhan ekonomi serta
menurunnya pendapatan Negara akan menurunkan produktivitas. Hal ini akan
berdampak pada meningkatnya pengangguran
1. Dampak terhadap Pelayanan Kesehatan
a) Dampak korupsi di bidang kesehatan, antara lain: tingginya biaya
kesehatan, tingginya angka kematian ibu hamil dan ibu menyusui, tingkat
kesehatan masih buruk, dll.
b) Angka mortalitas ibu hamil dan melahirkan pada tahun 2012, ternyata
masih tinggi yakni 359 per 100.000 kelahiran. Angka ini meningkat tajam
dibanding tahun 2007, yakni 228 per 100.000 kelahiran hidup.
2. Dampak Sosial
a) Meningkatnya Kemiskinan
Masyarkat yang miskin kesulitan memperoleh makanan pokok, konsumsi
gizi yang sehat terlupakan dan menyebabkan gizi buruk. Gizi buruk
merupakan masalah yang tak kunjung usai. Dampak krisis yang
ditimbulkan gizi buruk menyebabkan biaya subsidi kesehatan semakin
meningkat. Gizi buruk juga menyebabkan lebih dari separo kematian
bayi, balita, dan ibu, serta Human Development Indeks (HDI) menjadi
rendah.
b) Tingginya angka kriminalitas
Angka kriminalitas yang tinggi. Setidaknya, setiap 91 detik kejahatan
muncul selama tahun 2012. Tindak kriminalitas sendiri, antara lain dipicu
oleh tingkat kemiskinan yang tinggi.
c) Demoralisasi
Korupsi yang merajalela di lingkungan pemerintah dalam penglihatan
masyarakat umum akan menurunkan kredibilitas pemerintah yang
berkuasa. Kemorosotan moral yang dipertontonkan pejabat public, politisi,
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

artis di media masa, menjadikan sedikitnya figure keteladan yang menjadi


role model.
3. Dampak Birokrasi Pemerintahan
a) Korupsi menghambat peran negara dalam pengaturan alokasi,
b) Korupsi menghambat negara melakukan pemerataan akses dan aset,
c) Korupsi juga memperlemah peran pemerintah dalam menjaga stabilitas
ekonomi dan politik.
4. Dampak Terhadap Politik Dan Demokrasi
Korupsi mengganggu kinerja sistem politik yang berlaku. Publik cenderung
meragukan citra dan kredibilitas suatu lembaga yang diduga terkait dengan
tindakan korupsi.
5. Dampak Terhadap Penegakan Hukum
Pihak yudikatif, eksekutif dan legislatif, yang seharusnya banyak berperan
dalam mendorong gerakan pemberantasan korupsi malah banyak terlibat
dan ikut berperan dalam KKN, sebagai dampak dari penegakan hukum
yang lemah.
6. Dampak Terhadap Pertahanan Keamanan
Korupsi terhadap peluang-peluang penyalahgunaan uang negara, yang
sangat berpengaruh terhadap persepsi masyarakat terhadap realitas
kehidupan, yang ujung-ujungnya dapat menimbulkan rasa frustasi,
iri ,dengki, gampang menghujat, tidak menerima keadaan dan rapuh, dan
pada ujungnya masyarakat dapat kehilangan arah dan identitas diri serta
menipisnya sikap bela negara dalam pertahanan dan keamanan.
7. Dampak Terhadap Kerusakan Lingkungan
Kerusakan lingkungan fisik yakni penyimpangan terhadap anggaran
pembangunan sarana-prasarana dapat memperlambat laju pertumbuhan
ekonomi dan berdampak pada kemiskinan rakyat, begitupun
penyalagunaan pengelolaan hutan lindung yang membuat ekosistem
terganggu, menimbulkan banjir, longsor, berdampak kerugian materi dan
jiwa pada masyarakat. Penyalahgunaan wewenang yang berdampak
terhadap lingkungan kelautan juga terjadi, sebagai contoh adanya
penyalahgunaan perizinan pengelolaan potensi kelautan.

B. Kerugian Negara Akibat Korupsi di Indonesia


Uang negara yang disalahgunakan tersebut akan membuat negara
menanggung kerugian.Tinggi yang angka kerugian negara akan dapat
membawa dampak buruk terhadap perekonomian nasional, untuk itu upaya
pemulihan atas kerugian negara sangat diperlukan dalam menyelamatkan
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

perekonomian negara. Di Indonesia penyumbang tertinggi angka kerugian


negara masih ditempati oleh perbuatan korupsi yang makin marak terjadi.
Korupsi merajalela mulai dari pemerintahan pusat hingga daerah, praktik
korupsi yang terus meningkati ini telah menjadi masalah serius bagi upaya
penegakan hukum diIndonesia. Berdasarkan Laporan Tren Penindakan
Korupsi Tahun 2018 Indonesia Corruption Watch (ICW) tercatat untuk kinerja
penindakan kasus korupsi tahun 2018 terdapat jumlah kerugian negara
sebesar Rp.5,6triliun. Dengan pemetaan korupsi berdasarkan modus yang
menjadi penyumbang terbesar dalam menimbulkan kerugian negara adalah
sebagai berikut :
1. Penyalahgunaan Wewenang, yang menimbulkan kerugian negara sebesar
Rp.3,6triliun;
2. Markup,yang menimbulkan kerugian negara sebesar Rp.541miliar;
3. Penyalahgunaan Anggaran, yang menimbulkan kerugian negara sebesar
Rp.455miliar.

C. Kerugian Negara vs Hukuman Koruptor


Terpidana korupsi memperoleh sanksi berupa hukuman finansial yaitu
hukuman yang diberikan kepada terpidana korupsi berupa uang yang harus
dikembalikan ke negara karena sebuah tindakan korupsi. Hukuman finansial
adalah gabungan nilai hukuman denda, hukuman pengganti dan perampasan
barang bukti (aset). Dalam perhitungan jumlah hukuman finansial yang dikenakan
asset non moneter tidak dimasukkan dalam analisi karena tidak terdapat nilai
taksiran dari asset tersebut di puluhan pengadilan.

D. Hubungan antara Dampak Korupsi dan Biaya Sosial Korupsi


Pelayanan publik tak kunjung membaik. Pelayanan kesehatan mahal dan
banyak lagi contoh buruk akibat kejahatan koruptor. Dampak korupsi merupakan
misalokasi sumber daya sehingga perekonomian tidak dapat berkembang
optimum. Dampak korupsi terhadap berbagai bidang kehidupan masyarakat
menimbulkan biaya yang disebut sebagai biaya sosial korupsi

E. Konsep Biaya Sosial Korupsi


Dalam suatu persidangan, jaksa selalu menghitung kerugian negara yang
diakibatkan tindak pidana korupsi. Dalam kurun waktu 2001-2012, misalnya, uang
tersebut, atau yang sering disebut biaya eksplisit, dinikmati 1.842 koruptor dan
besarnya mencapai Rp168 triliun. Ironisnya, dari jumlah tuntutan tersebut,
hukuman final yang dijatuhkan hakim kepada para koruptor hanya sekitar Rp 15
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

triliun. Biaya Sosial Korupsi yang muncul akibat tindak korupsi sangatlah merugikan
bagi Negara dan Masyarakat, baik dalam satu waktu maupun diwaktu mendatang.
Komponen Biaya Sosial Korupsi Untuk menghitung besarnya biaya sosial
korupsi, terlebih dahulu adalah dengan melihat komponen yang terdapat di
dalamnya. Komponen tersebut diperoleh, dari Studi Biaya Sosial Korupsi yang
diselenggarakan KPK, yang antara lain dilakukan melalui focus group Discussion
(FGD) mengenai Biaya Sosial Korupsi. Konsep biaya sosial yang diperoleh melalui
FGD kemudian diolah dengan teori Brand and Price. Dalam metodologi tersebut,
biaya sosial kejahatan dapat diukur dari tiga unsur, yaitu biaya antisipasi, biaya
akibat, dan biaya reaksi
Seandainya Uang yang Dikorupsi Digunakan untuk Pembangunan Uang
yang dikorupsi sebesar Rp. 168 T. Seandainya uang yang dikorupsi digunakan
untuk pembangunan, maka bisa untuk membangun 195 gedung sekolah dasar
(SD) baru dengan fasilitas yang lumayan lengkap. Selain itu juga bisa bisa
membiayai sekolah 3,36 juta orang hingga menjadi sarjana.
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

Lampiran 2
SOAL
1. Modus korupsi di era globalisasi banyak dimanfaatkan segelintir
orangdengan alasan berbagai hal. Banyak yang melakukan modus-modus
iniuntuk kepentingan pribadi atau golongan. Hal ini harus dicegah danKPK
harus melakukan inventarisasi modus-modus korupsi sektorkesehatan
berupa hal berikut ini, kecuali …
a. Penyelewengan APBN/APBD sektor kesehatan,
Jamkesmas,Jampersal dan Jamkesda
b. Intervensi politik dalam anggaran kesehatan, jaminan kesehatandan
ASKESKIN
c. Pemotongan dana bantuan sesuai kesepakatan
d. Kecurangan dalam pengadaan barang/jasa terutama alat kesehatan
2. Salah satu peran mahasiswa atau kelompok mahasiswadalam mengamati
tindakan korupsi di lingkungan masyarakat sekitar ialah…
a. Mengawasi banyak tidaknya orang membuang
sampahsembarangan
b. Ikut campur dalam pembagian dana pembangunan desa setempat
c. Ikut serta dan memfasilitasi penghakiman lurah yang
kepergokmenerima suap
d. Mengawasi serta melaporkan kepada pihak berwenang jikaterdapat
kantor pemerintah daerah yang melakukan pungutanyang tidak
sewajarnya dan tidak berizin
3. Korupsi didasarkan atas kebutuhan yang dipaksakan untuk
terpenuhiataupun rasa haus atas kekayaan/tahta/jabatan. Kebutuhan
tersebut tidak bisa diimbangi hingga menghalalkan segala cara
untukmendapatkannya. Faktor internal yang berkaitan dengan kasus
tersebut adalah …
a. Sifat tamak
b. Suap
c. Gaya hidup konsumtif
d. Faktor politik
4. Sifat tamak, moral yang kurang kuat, penghasilan yang kurangmencukupi,
kebutuhan hidup yang mendesak, gaya hidup yangkonsumtif, malas atau
tidak mau bekerja, ajaran agama yangkurang diterapkan merupakan bagian
dari aspek ...
a. Politik
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

b. Perilaku individu
c. Organisasi
d. Sosial
5. Korupsi merupakan salah satu dari sekian masalah yangmempunyai
dampak negatif terhadap perekonomian suatu negara,dan dapat
berdampak merusak sendi sendi perekonomian negara.Dampak korupsi
dari perspektif ekonomi adalah missalocation ofresost, sehingga
perekonomian tidak optimal. berikut adalah berbagai dampak ekonomi
korupsi terhadap aspek ekonomi,kecuali...
a. Menghambat investasi dan pertumbuhan ekonomi
b. Melemahkan Kapasitas dan Kemampuan Pemerintahdalam
Program Pembangunan yang MeningkatkanPerekonomian
c. Meningkatkan Utang Negara
d. Meningkatkan produktifitas

KUNCI JAWABAN
1. C
2. D
3. C
4. B
5. D
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

BAHAN AJAR
Struktur Bahan Ajar Kuliah 8

Bagian Yang
No Keterangan
Harus Ada
1. Judul Bab Kebijakan Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi.
2. Kompetensi Mahasiswa mamou menjelaskan Kebijakan pencegahan dan
Dasar pemberantasan korupsi.
3. Materi Pokok a. Kebijakan Internasional tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Korupsi
b. Kebijakan Nasional tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Korupsi
4. Tugas-Tugas

a. Mahasiswa memperhatikan penjelasan dosen


b. Mahasiswa mendiskusikan bentuk kebijakan nasional yang
dappat mencegah dan memberantas korupsi
c. Mempresentasikan

5. Daftar Pustaka a. Karim dkk.(2018).Pendidikan Anti Korupsi Pada Perguruan


Tinggi.Makassar:Nas Medika Pustaka.
b. Parellangi, A. G. (2020). Modul Pendidikan Budaya Antikorupsi
Di Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI.
c. Kemendikbud, R. I. (2018). Buku Pendidikan Anti-Korupsi
Untuk Perguruan Tinggi.

Disiapkan Oleh: Diperiksa Oleh: Disahkan Oleh:


Penanggungjawab Mata Sekretaris Program Studi Ketua Jurusan/ Ketua Perwakilan
Kuliah Kebidanan Magelang Jurusan Kebidanan Magelang

Bekti Yuniyanti S.SiT, MHKes Arfiana, S.Kep, Ns, S.Tr. Keb, M.Kes Sri Widatiningsih, M.Mid
NIP 196706081990032001 NIP. 197303171998032001 NIP. 19681101 1989032001
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

Lampiran 1

Kebijakan Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi.

A. Kebijakan Internasional tentang Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi


1. Gerakan Organisasi Internasional
a) Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations)
Dalam sebuah resolusinya Majelis Umum PBB menegaskan perlunya
pengembangan strtegi global melawan korupsi. Pemberantasan korupsi
harus dilakukan multidisiplin dengan memberikan pemahaman pada
aspek dan dampak buruk korupsi dalam berbagai tingkat. Pencegahan
dan pemberantasan korupsi juga harus dilakukan dengan mengeluarkan
kebijakan-kebijakan pencegahan korupsi ditingkat nasional dan
internasional. Dalam Global Program Against Corruption dijelaskan
bahwa korupsi diklasifikasikan dalam berbagai tingkatan. Kongres PBB
ke-10 menyatakan bahwa perhatian perlu ditekankan pada apa yang
disebut dengan Top Level Corruption yaitu korupsi yang tersembunyi
dalam jejaring yang tidak terlihat secara kasatmata, meliputi
penyalahgunaan kekuasaan, pemerasan, nepotisme, penipuan, dan
korupsi.
b) Bank Dunia (World Bank)
Bank Dunia dalam memberikan pinjaman mempertimbangkan tingkat
korupsi di suatu negara. World Bank Institute mengembangkan Anti-
Corruption Care Program yang bertujuan untuk menanamkan
kesadaran mengenai korupsi serta pentingnya pelibatan masyarakat
sipil untuk mencegah dan memberantas korupsi. Bank Dunia
menyatakan bahwa pendekatan untuk melaksanakan program
antikorupsi dibedakan menjadi dua (2) pendekatan, yaitu: pendekatan
dari bawah ke atas (bottom-up) dan pendekatan dari atas ke bawah
(top-down). Untuk pendekatan dari atas ke bawah dilakukan dengan
melaksanakan reformasi di segala bidang, baik hukum, politik, ekonomi,
maupun administrasi pemerintahan.
c) Masyarakat Uni Eropa
Di negara-negara Eropa gerakan pencegahan dan pemberantasan
korupsi telah dimulai sejak tahun 1996. Pemberantasan dilakukan
dengan pendekatan multidisiplin, monitoring yang efektif, dilakukan
dengan kesungguhan dan komprehensif.
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

2. Gerakan Lembaga Swadaya Internasional


a) Transparency International
Transparency International (TI) adalah sebuah organisasi internasional
nonpemerintah yang berkantor pusat di Berlin Jerman yang memantau dan
memublikasikan hasil-hasil penelitian mengenai korupsi yang dilakukan
oleh korporasi dan korupsi politik di tingkat internasional. TI membuat
peringkat tentang prevalensi korupsi di negara negara di dunia berdasarkan
survei yang dilakukan terhadap pelaku bisnis dan opini masyarakat. CPI
membuat penilaian dengan range 1–10. Nilai10 adalah nilai tertinggi dan
terbaik, sedangkan semakin rendah nilainya ditempatkan sebagai yang
paling tinggi korupsinya. Dalam survei tersebut Indonesia setiap tahunnya
menempati peringkat sangat buruk dan buruk, namun sejak tahun 2009
sedikit membaik.
b) TIRI
TIRI/Making Integrity Work adalah sebuah organisasi independen
internasional nonpemerintah yang berkantor pusat di London dan banyak
per wakilannya di beberapa negara termasuk di Jakarta Di Indonesia TIRI
mengembangkan jejaring dengan berbagai universitas untuk
mengembangkan kurikulum pendidikan antikorupsi dengan nama I-IEN
( Indonesian-Integrity Education Network).

B. Kebijakan Nasional tentang Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi


1. Pembentukan Lembaga Anti-Korupsi
a) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah eksis di negara kita sebagai
sebuah lembaga antikorupsi yang kokoh dan kuat sejak tahun 2003.
KPK melakukan kajian sistem dan kebijakan pada berbagai
kementerian/lembaga maupun pemerintah daerah. Dalam kajian
tersebut KPK melakukan analisis data, observasi langsung dan
walkthrough test. Kajian dilakukan dalam rangka mengidentifikasi
kelemahan-kelemahan sistem atau kebijakan yang berpotensi korupsi.
Setelah itu, KPK memberikan rekomendasi perbaikan agar dilaksanakan
oleh kementerian, lembaga, atau pemerintah daerah bersangkutan.
Edukasi dan kampanye yang dilakukan KPK merupakan bagian dari
upaya pencegahan memiliki peran strategis. Melalui edukasi dan
kampanye KPK berusaha membangun perilaku dan budaya antikorupsi.
b) Lembaga lain yang juga telah disediakan adalah lembaga Ombudsman
yang perannya adalah sebagai penyedia sarana bagi masyarakat yang
hendak mengadukan apa yang dilakukan oleh lembaga pemerintah dan
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

pegawainya. Lembaga ini juga berfungsi memberikan pendidikan pada


pemerintah dan masyarakat, mengembangkan standar perilaku serta
code of conduct bagi lembaga pemerintah maupun lembaga hukum.
c) Pada tingkat kementerian ditingkatkan kinerja lembaga Inspektorat
Jenderal.
d) Reformasi birokrasi dan reformasi pelayanan publik penting dibenahi
sehingga tidak memberi peluang untuk melakukan pungutan liar.
2. Pencegahan Korupsi di Sektor Publik
Salah satu cara untuk mencegah korupsi adalah dengan mewajibkan semua
pejabat publik untuk mengumumkan dan melaporkan kekayaan yang
dimilikinya baik sebelum maupun sesudah menjabat. Hal ini diperlukan agar
publik mengetahui kewajaran peningkatan jumlah kekayaan terutama
sesudah menjabat dan mendorong transparansi penyelenggara negara KPK
menerima laporan LHKPN dan laporan adanya gratifikasi. Penyelenggara
negara wajib melaporkan harta kekayaannya, antara lain ketika dimutasi,
mulai melaksanakan jabatan baru atau pensiun
a) Khusus untuk mengontrol pengadaan barang dan jasa oleh publik maka
lelang harus terbuka kepada public. Untuk itu, saat ini telah dilakukan
lelang dengan menggunakan LPSE.
b) Sistem rekrutmen, sistem penilaian kinerja pegawai negeri serta hasil
kerja perlu dibangun. Sistem penghargaan terhadap pegawai berprestasi
perlu dibangun.
3. Pencegahan Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat
a) Masyarakat hendaknya mempunyai akses untuk mendapatkan informasi.
b) Meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap bahaya
korupsi serta pemberdayaan masyarakat adalah salah satu upaya yang
sangat penting untuk mencegah terjadinya korupsi.
c) Pemberdayaan masyarakat untuk ikut mencegah dan memerangi korupsi
adalah melalui penyediaan sarana bagi masyarakat untuk dapat dengan
mudah melaporkan kejadian korupsi kepada pihak yang berwenang
secara bertanggung jawab.
d) Kebebasan media baik cetak maupun elektronik dalam
menginformasikan bahaya korupsi adalah penting dalam pencegahan
korupsi, selain berfungsi sebagai media kampanye antikorupsi, media
juga efektif untuk melakukan pengawasan terhadap perilaku pejabat
publik.
e) Keberadaan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau NGOs yang
berfungsi melakukan pengawasan terhadap perilaku pejabat pemerintah
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

maupun parlemen, juga merupakan hal yang sangat penting dalam


mencegah terjadinya korupsi.
f) Cara lain dalam rangka mencegah korupsi adalah menggunakan
electronic surveillance yaitu sebuah perangkat untuk mengetahui dan
mengumpulkan data dengan dipasang di tempat tempat tertentu.
4. Pembuatan Instrumen Hukum
Instrumen hukum dalam bentuk Undang-Undang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi yang telah ada juga telah didukung dengan instrumen hokum
lainnya. Contohnya, Undang-Undang Tindak Pidana Money Laundering,
Undang-Undang Perlindungan Saksi dan Korban, undang undang yang
mengatur kebebasan Pers, undang-undang yang mengatur mekanisme
pelaporan korupsi oleh masyarakat yang menjamin keamanan pelapor, dan
lain-lain.
5. Monitoring dan Evaluasi
Salah satu kegiatan penting lainnya dalam mencegah dan memberantas
korupsi adalah melakukan monitoring dan evaluasi terhadap seluruh kegiatan
pemberantasan korupsi untuk menilai capaian kegiatan
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

Lampiran 2
SOAL
1. KPK adalah lembaga negara yang disusun dengan tujuanmeningkatkan
daya guna dan hasil guna terhadap upaya pemberantasan tindak terpidana
korupsi. Bagaimanakah bunyi visidari KPK ....
a. Mewujudkan lembaga yang mampu mewujudkan Indonesiayang
bebas dari korupsi
b. Mendorong dan mendobrak Indonesia yang bebas dari korupsi
c. Koordinasi dengan instansi yang ganti melakukan
pemberantasantindak tahanan korupsi
d. Supervisi terhadap instansi yang ganti melakukan
pemberantasantindak tahanan korupsie.
2. Perhatikan pernyataan dibawah ini!
1) Tidak melaporkan bila dilingkungannya terdapat orang
yangmelakukan korupsi
2) Berani memberikan uang kepada aparat
3) Menghindari sikap dan perilaku KKN
4) Berani mengatakan kebenaran
5) Melaporkan bila mendapati praktek uang

Pernyataan yang termasuk peran serta masyarakat dalam pemberantasan


korupsi adalah ....

a. 2-3-5
b. 1-2-3
c. 3-4-5
d. 2-3-4
3. Lembaga yang mempunyai wewenang dalam memberikan keputusanatas
pendapat DPR tentang dugaan pelanggaran oleh presiden danwakil
presiden berdasarkan UUD 1945 adalah ....
a. Komisi Yudisial
b. Mahkamah Agung
c. Pengadilan Tinggi
d. Mahkamah Konstitusi
4. Media massa memberitahukan pelaku korupsi kepada pelakumemperoleh
sanksi sosial dari pemberitaan tersebu. Hal tersebutadalah salah satu
peran media massa dalam ....
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

a. Memberikan pengawasankhusus dalam bidang politik kepada para


pejabat
b. Memberikan kontrol terhadap setiap kebijakan pemerintahdalam arti
luas
c. Memperkuat masyarakat dan menciptakan lembaga pemerintahan
yang kuat
d. Merumuskan agenda publik yang selalu menjadi perhatian para
politisi
5. Saat ini korupsi telah menjadi kejahatan luar biasa sehingga harusditangani
secara luar biasa. Selai itu, korupsi terbukti telah merugikankeuangan
negara, perekonomian negara, dan menghambat pembangunan nasional.
Undang-undang no30 tahun 2002 pasal 12menyebutkan KPK mempunyai
tugas, kecuali…
a. Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi
b. Mengkoordinasikan penyelidikan, penyidikan, dan
penuntutan,tindak pidana korupsi
c. Koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan
pemberantasan tindak pidana korupsi
d. Melakukan penyadapan dan merekan pembicaraan

KUNCI JAWABAN
1. A
2. C
3. D
4. B
5. D
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

BAHAN AJAR
Struktur Bahan Ajar Kuliah 9

Bagian Yang
No Keterangan
Harus Ada
1. Judul Bab Menumbuhkan Semangat Melawan Korupsi
2. Kompetensi Mahasiswa mampu menumbuhkan semangat melawan korupsi.
Dasar
3. Materi Pokok a. Gambaran kondisi Indonesia jika tanpa korupsi
b. Informasi Indeks Persepsi Korupsi (IPK) dan peringkat IPK
negara dalam 5 tahun terakhir
c. Negara-negara yang relatif bersih dari korupsi
d. Potensi yang dimiliki Indonesia untuk mewujudkan impian
tanpa korupsi
4. Tugas-Tugas

a. Mahasiswa memperhatikan penjelasan dosen


b. Mahasiswa menggambarkan kondisi Indonesia apabila tidak
ada korupsi

5. Daftar Pustaka a. Dietika, J. G. (2021). Modul Perkuliahan Pendidikan Budaya


Anti Korupsi. Palangkaraya: POLTEKKES PALANGKARAYA.
b. Parellangi, A. G. (2020). Modul Pendidikan Budaya Antikorupsi
Di Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI.
c. Kemendikbud, R. I. (2018). Buku Pendidikan Anti-Korupsi
Untuk Perguruan Tinggi.

Disiapkan Oleh: Diperiksa Oleh: Disahkan Oleh:


Penanggungjawab Mata Sekretaris Program Studi Ketua Jurusan/ Ketua Perwakilan
Kuliah Kebidanan Magelang Jurusan Kebidanan Magelang

Bekti Yuniyanti S.SiT, MHKes Arfiana, S.Kep, Ns, S.Tr. Keb, M.Kes Sri Widatiningsih, M.Mid
NIP 196706081990032001 NIP. 197303171998032001 NIP. 19681101 1989032001
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

Lampiran 1

Menumbuhkan Semangat Melawan Korupsi

A. Gambaran kondisi Indonesia jika tanpa korupsi


Indonesia yang bebas korupsi merupakan impian bagi semua warga Indonesia.
Bila kita berandai-andai Indonesia bebas korupsi, bagaimanakah keadaan
Indonesia saat ini?
1. Tidak ada kemiskinan. Dengan tingkat korupsi yang rendah maka
keuangan negara dapat dikelola dengan baik oleh pemerintah untuk
menciptakan lapangan kerja yang besar. Lapangan kerja ini diantaranya
dengan melakukan pembangunan padat karya, seperti membangun
infrastruktur yang pada akhirnya akan dipergunakan oleh masyarakat luas
dengan harapan akan menggerakkan pertumbuhan ekonomi, khususnya di
daerah yang selama ini sangat sulit untuk dicapai. Pemerataan
pembangunan yang tidak hanya di pulau jawa, akan menahan laju
urbanisasi, karena fasiltas infrastruktur tersedia untuk mendukung ekonomi
di daerah akan membuat masyarakat di desa untuk membangun di
daerahnya masing-masing. Dan dengan ini maka cita-cita bangsa untuk
keadialan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dapat tercapai
2. Anak-anak mendapat hak sekolah. Hak setiap warga negara untuk
mendapat pendidikan di atur pada Undang-undang Dasar 1945 pada pasal
31. Dengan negara yang bebas korupsi, maka pemanfaatan anggaran
pendidikan yang diprioritaskan sekurang-kurangnya 20% dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) maka diharapkan dapat
digunakan dengan sebaik-baiknya, sehingga setiap warga negara berhak
mendapatkan pendidikan wajib dasar (9 tahun).
3. Kesehatan masyarakat yang terjamin. Alokasi APBN dalam menyiadakan
pelayanan kesehatan masyarakat dapat maksimal. Salah satu bentuk
usaha pemerintahh saat ini adalah dengan diadakannya membentuk Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.
4. Lingkungan Asri. Pemerintah dapat membangun linkungan sosial yang
ramah lingkungan dan asri. Sebagai sarana untuk masyarakat berkumpul
dan bersosialiasiseperti taman-taman, sarana olahraga yang dapat
digunakan oleh siapa saja.
5. Kenyamanan transportasi umum. Dengan dibangunnya infrastruktur maka
salah satu bentuknya adalah membangun fasilitas transportasi umum yang
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

nyaman, yang pada akhirnya akan merubah kebiasaan masyarakat untuk


menggunakan moda transportasi umum, dan hal ini akan menurunkan
tingkat kemacetan. Dengan menurunnya tingkat kemacetan maka akan
meningkatkan efesiensi ekonomi dalam hal ini salah satunya distribusi.
Biaya transportasi akan semakin rendah, dan diikuti dengan harga turun
maka barang-barang semakin terjangkau.

B. Informasi Indeks Persepsi Korupsi (IPK) dan peringkat IPK negara dalam
5 tahun terakhir
Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Dengan skor 40, peringkat Indonesia juga
membaik. Pada 2019, Indonesia berada di urutan ke-85 dari 180 negara, naik
dari urutan ke-89 pada 2018. Sedangkan di antara negara-negara Asia
Tenggara, posisi Indonesia pada 2019 tidak berubah, yaitu peringkat empat.
Peringkat pertama ditempati Singapura, Brunei Darussalam dan Malaysia.
Skor CPI sendiri berada dalam rentang 0-100, di mana 0 berarti negara
dipersepsikan korup, sementara skor 100 berarti dipersepsikan bersih dari
korupsi. Hal ini, menjadi penanda bahwa perjuangan bersama melawan
korupsi yang dilakukan oleh pemerintah, Komisi pemberantasan korupsi (KPK),
lembaga keuangan dan bisnis serta masyarakat sipil menunjukan upaya positif.
Dari CPI 2019 dapat dilihat bahwa selain upaya perbaikan sistem
kemudahan berbisnis, peningkatkan efektivitas penegakan hukum terhadap
praktik korupsi politik juga bisa secara signifikan meningkatkan skor CPI
Indonesia. Namun tugas berat pembenahan sistem masih harus dituntaskan ke
depan, yaitu bagaimana memutus relasi koruptif antara pejabat negara,
pelayan publik, penegak hukum dan pebisnis.

C. Negara-negara yang relatif bersih dari korupsi


India adalah salah satu negara demokratis yang dapat dianggap cukup
sukses memerangi korupsi. Meskipun korupsi masih cukup banyak ditemui, dari
daftar peringkat negara-negara yang disurvei oleh Transparency Internasional
(TI), India menempati ranking lebih baik daripada Indonesia. Pada tahun 2005,
dari survei yang dilakukan oleh TI, 62% rakyat India percaya bahwa korupsi
benar-benar ada dan bahkan terasa dan dialami sendiri oleh masyarakat yang
disurvei. Di India, Polisi menduduki ranking pertama untuk lembaga yang
terkorup diikuti oleh Pengadilan dan Lembaga Pertanahan. Dari survei TI, pada
tahun 2007, India menempati peringkat 72 (sama kedudukannya dengan China
dan Brazil).
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

Pada tahun yang sama, negara tetangga India seperti Srilangka


menempati peringkat 94, Pakistan peringkat 138 dan Bangladesh peringkat
162. Pada tahun 2007 tersebut, Indonesia menempati nomor 143 bersama-
sama dengan Gambia, Rusia dan Togo dari 180 negara yang di-survei.
Peringkat yang cukup buruk jika dibandingkan dengan India yang sama-sama
negara.
Salah satu negara yang juga cukup menarik untuk dipelajari adalah Cina.
Walaupun diperintah dengan tangan besi oleh partai komunis, Cina dapat
dikatakan sukses memberantas korupsi. Negara lain di Asia yang bisa
dikatakan sukses memerangi korupsi adalah Singapura dan Hongkong. Kedua
pemerintah negara ini selama kurun waktu kurang lebih 50 tahun telah dapat
membuktikan pemberantasan korupsi dengan cara menghukum pelaku korupsi
dengan efektif tanpa memperhatikan status atau posisi seseorang.

D. Potensi yang dimiliki Indonesia untuk mewujudkan impian tanpa korupsi


Indonesia hanya mengenal dua musim, yaitu musim panas dan musim
hujan. Walapun saat ini kita mengalami pergeseran waktu musim, namun
perbedaan suhu antara musim panas dan musim dingin, tidak seekstrim
negara-negara lain. Selain cuaca yang bersahabat, wilayah Indonesia memiliki
beberapa potensi strategis yaitu terletak di antara 2 benua yaitu benua Asia dan
Australia dan terletak di antara dua samudera yaitu samudera Pasifik dan
Hindia menjadikan Indonesia menjadi persimpangan lalu lintas dan ekonomi
dunia. Selain dengan potensi posisi yang strategis, Indoensia yang terletak
pada garis khatulistiwa memiliki kekayaan alam dan budaya yang sanyat besar,
diantaranya adalah meiliki
1) 220.000 jenis fauna
2) 30.000 keragaman hayati
3) Rp 7.200 triliun potensi maritime
4) 746 bahasa daerah
5) 4,3 miliar barrel minyak
6) 7,2 TCF Gas Alam
7) 2,33% cadangan emas dunia

Potensi kekayaan alam yang budaya besar ini dapat menjadi modal
Indonesia sebagai negara yang besar dan berdaulat yang dapat menggunakan
kekayaan yang tersedia untuk menjadi daya tarik bangsa-bangsa dunia untuk
datang untuk berwisata dan potensi kekayaan lain dapat digunakan untuk diolah
dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Potensi berikutnya yang
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

dimiliki oleh Indonesia adalah jumlah penduduk Indonesia yang menurut Data
World Bank pada tahun 2016 sebanyak 261.115.456 jiwa dan menepati peringkat
ke empat negara dengan penduduk terbanyak di dunia setelah, China, India dan
Amerika Serikat.

Jumlah penduduk Indonsia yang banyak sebagai modal dalam hal


penyediaan tenaga kerja dalam mengelola kekayaan alam. Dengan kemerdekaan
yang kita miliki saat ini dan dengan potensi yang besar yang dimiliki oleh
Indonesia, dimulai dengan potensi wilayah dengan kekayaan yang terkandung
didalamnya, potensi jumlah penduduk yang besar sebagai modal SDM dan juga
potensi sejarah Indonesia yang memiliki jiwa persatuan dan nasionalisme untuk
berdaulat berdiri di atas kakinya sendiri sudah seharusnya bangsa dan negara ini
lebih leluasa untuk mengelola, mengurus dirinya sendiri dan juga memanfaatkan
kekayaan yang sangat besar untuk kemakmuran bangsa.

Hal ini dapat terwujud bila sumber daya manusia yang besar ini ditanamkan
rasa kejujuran dan tanggungjawab, menghindari perbuatan-perbuatan yang
merugikan dimulai dengan penanaman nilai-nilai anti korupsi dari sedini mungkin,
dimulai dari keluarga. Potensi berikutnya yang dimiliki oleh Indonesia adalah
jumlah penduduk Indonesia yang menurut Data World Bank pada tahun 2016
sebanyak 261.115.456 jiwa dan menepati peringkat ke empat negara dengan
penduduk terbanyak di dunia setelah, China, India dan Amerika Serikat. Jumlah
penduduk Indonsia yang banyak sebagai modal dalam hal penyediaan tenaga
kerja dalam mengelola kekayaan alam.
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

Lampiran 2
SOAL
1. Seseorang mahasiswa berupaya melakukan perbaikan perilakumanusia
dalam rangakan gerakan antikorupsi antara lain dapatdimulai dengan
menanamkan nilai-nilai yang mendukungterciptanya perilaku antikorupsi.
Nilai-nilai yang dimaksudtersebut dapat berupa nilai ...
a. Kejujuran, kepedulian, kemandirian, kedisiplinan, tanggung jawab,
kerja keras, kesederhanaa, kewibawaan dan keadilan
b. Kejujuran, kerapihan, kepedulian, kemandirian,
kedisiplinan,tanggung jawab, kerja keras, kesederhanaa,
kewibawaan dankeadilan
c. Kejujuran, kepedulian, kemandirian, kedisiplinan,tanggung jawab,
kerja keras, kesederhanaa, keberaniandan keadilan
d. Kejujuran, kebersihan, kemandirian, kedisiplinan, tanggung jawab,
kerja keras, kesederhanaa, keberanian dan keadilan
2. Salah satu peran mahasiswa atau kelompok mahasiswadalam mengamati
tindakan korupsi di lingkungan masyarakat sekitar ialah …
a. Mengawasi banyak tidaknya orang membuang
sampahsembarangan
b. Ikut campur dalam pembagian dana pembangunan desa setempat
c. Ikut serta dan memfasilitasi penghakiman lurah yang
kepergokmenerima suap
d. Mengawasi serta melaporkan kepada pihak berwenang jikaterdapat
kantor pemerintah daerah yang melakukan pungutanyang tidak
sewajarnya dan tidak berizin
3. Seorang karyawan baru di suatu institusi pelayanan kesehatansangat
dihargai oleh atasan dan teman-temannya karena perilakunya yang baik
dan saleh. Setelah menikah karyawantersebut jadi orang yang suka menipu
karena terpengaruh olehlingkungan keluarganya yang baru. Keluarganya
senang terhadap perubahan perilaku karyawan tersebut karena
menghasilkan banyak uang. Contoh kasus ini merupakan teori ...
a. Solidaritas sosial
b. Solidaritas
c. Perilaku indivdu
d. Sosial
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

4. Korupsi dapat merugikan Negara dan memiliki dampak yangcukup besar


bagi masyarakatnya. Korupsi dapat berdampak padalemahnya sistem
pertahanan dan keamanan nasional, negara yangkorup dapat memiskinkan
rakyat, dan rakyat yang miskin sangatrapuh dan mudah diintervensi oleh
pihak-pihak yang inginmerongrong pemerintahan. Termasuk dampak
korupsi terhadap...
a. Pertanahan dan keamanan
b. Penegakan hukum
c. Politik dan demokrasi
d. Birokrasi pemerintahan
5. Jenis korupsi dimana pihak pemberi dipaksa untuk menyuap
gunamencegah kerugian yang sedang mengancam dirinya,
kepentinganatau orang-orang dan hal-hal yang diharaginya, menurut
pengertian diatas, jenis korupsi apa yang dimaksud?
a. Korupsi transaktif
b. Korupsi yang memeras
c. Korupsi investif
d. Korupsi defensif
KUNCI JAWABAN
1. C
2. D
3. A
4. A
5. B
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

BAHAN AJAR
Struktur Bahan Ajar Kuliah 10

Bagian Yang
No Keterangan
Harus Ada
1. Judul Bab Penyuluhan Antikorupsi dan Cara-Cara Pembuatan Media
Penyuluhan
2. Kompetensi Mahasiswa mampu melakukan Penyuluhan antikorupsi dan
Dasar cara-cara pembuatan media penyuluhan
3. Materi Pokok e. Pengertian penyuluhan antikorupsi
f. Persiapan/Rencana penyuluhan anti korupsi
g. Tahap-tahap/Pengorganisasian penyuluhan antikorupsi
h. Metode penyuluhan antikorupsi
i. Media penyuluhan antikorupsi
j. Evaluasi penyuluhan
4. Tugas-Tugas

a. Mahasiswa memperhatikan penjelasan dosen


b. Mahasiswa dapat membuat media penyuluhan anti
korupsi

5. Daftar a. Dietika, J. G. (2021). Modul Perkuliahan Pendidikan


Pustaka Budaya Anti Korupsi. Palangkaraya: POLTEKKES
PALANGKARAYA
b. Parellangi, A. G. (2020). Modul Pendidikan Budaya
Antikorupsi Di Politeknik Kesehatan Kementrian
Kesehatan RI. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

Disiapkan Oleh: Diperiksa Oleh: Disahkan Oleh:


Penanggungjawab Mata Sekretaris Program Studi Ketua Jurusan/ Ketua Perwakilan
Kuliah Kebidanan Magelang Jurusan Kebidanan Magelang

Bekti Yuniyanti S.SiT, MHKes Arfiana, S.Kep, Ns, S.Tr. Keb, M.Kes Sri Widatiningsih, M.Mid
NIP 196706081990032001 NIP. 197303171998032001 NIP. 19681101 1989032001
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

Lampiran 1

Penyuluhan Antikorupsi dan

Cara-Cara Pembuatan Media Penyuluhan

A. Pengertian penyuluhan antikorupsi


Penyuluhan antikorupsi adalah suatu upaya yang dilakukan kepada
individu, keluarga, kelompok atau masyarakat melalui pendekatan edukatif
secara sistematis, terencana dan terarah, agar dapat menjadi pribadi yang
antikorupsi dan turut serta dalam pemberantasan korupsi sesuai peran dan
kemampuannya saat ini. Menyampaikan nilai antikorupsi, mengkomunikasikan,
meyakinkan, menyadarkan, mengajak, melatih, memberdayakan,
membimbing, mendampingi, dan menggerakkan masyarakat, aparatur sipil
negara dan aparat penegak hukum dan militer, swasta, dan komunitas untuk
menjadi agen perubahan dan menjadi role model dalam upaya pemberantasan
korupsi.

B. Persiapan/Rencana penyuluhan anti korupsi


Ada 3 langkah praktis menyiapkan menjadi penyuluh antikorupsi:
1. Menyiapkan materi penyuluhan antikorupsi
Topik Materi Penyuluhan Antikorupsi. Materi yang disampaikan terdiri dari 2
materi yaitu
a) Materi dasar
1) Memiliki semangat perlawanan terhadap korupsi
2) Menyadari bahaya dan dampak korupsi termasuk perilaku koruptif,
kolusi dan nepotisme
3) Mampu berpikir kritis terhadap masalah korupsi
4) Mengaktualisasikan nilai – nilai integritas
Contoh topic yang termasuk materi dasar adalah indikator keberhasilan
pemberantasan korupsi, pengertian dan pengertian korupsi , dan faktor-
faktor dan teori penyebab korupsi
b) Materi lanjut
Kompeten dalam menjalankan program pemberantasan korupsi. Contoh
topic yang termasuk materi lanjut adalah melaporkan dugaan tindak
pidana korupsi, membangun zona integritas dan memantau layanan
public.
2. Lakukan penyuluhan antikorupsi sesuai standar (SKKNI Penyuluh
Antikorupsi)
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

Langkah-langkah melakukan Penyuluhan Antikorupsi berdasarkan SKKNI


Penyuluh Antikorupsi. Selain 5 (lima) keterampilan dasar (Perencanaan,
Pengorganisasian, Pelaksanaan, Evaluasi, Pelaporan), seorang Penyuluh
Antikorupsi harus memiliki kompetensi menangani konflik yang muncul
dalam proses penyuluhan antikorupsi dan menerapkan k3 dalam
penyuluhan antikorupsi.
3. Fasilitasi Kegiatan Analisis dan Bedah Kasus Korupsi berdasarkan SKKNI
Penyuluh Antikorupsi
Semua tahapan kegiatan Memfasilitasi Kegiatan Analisis dan Bedah Kasus
Korupsi didokumentasikan sebagai bukti pendukung sertifikasi Penyuluh
Antikorupsi referensi untuk dipelajari agar bisa memfasilitasi Kegiatan
Analisis dan Bedah Kasus Korupsi sesuai SKKNI
a) Menangani konflik yang muncul dalam proses penyuluhan antikorupsi
b) Mengidentifikasi situasi konflik
c) Mengimplementasikan strategi resolusi konflik

C. Tahap-tahap/Pengorganisasian penyuluhan antikorupsi


a. Merencanakan penyuluhan,perencanaan diperlukan untuk
mengantisipasi terjadinya gap atau penyimpangan antaratujuan yang
ingin dicapai dengan hasil yang diperoleh.
b. Mengorganisasikan penyuluhan,merencanakan penyuluhan,
mengorganisasikan penyuluhan, melaksanakan
penyuluhan,mengevaluasi kegiatan penyuluhan, membuat laporan
kegiatan, menerapkan k3 dalampenyuluhan, dan menangani konflik yang
muncul dalam kegiatan penyuluhan.
c. Melaksanakan penyuluhan
d. Cara menarik menyampaikan materi penyuluhan
e. Mengevaluasi kegiatan penyuluhan
f. Membuat laporan kegiatan
g. Menerapkan k3 dalam penyuluhan
h. Menangani konflik yang muncul dalam kegiatan penyuluhan

D. Metode penyuluhan antikorupsi


1. Metode Pecha Kucha
Pecha kucha artinya chit-chat. Metode ini ditemukan oleh Astrid Klein
dan Mark Dytham sebagai metode presentasi atau format presentasi
yang cukup unik dan menarik
2. Metode Boardgame
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

Manfaat memainkan boardgame adalah mampu mengasah kemampuan


berpikir dan kreativitas, menjadi lebih aktif, bersosialisasi dan
komunikatif, mengasah kemampuan dalam menyusun strategi,
menanamkan rasa saling menghormati, keakraban dan kejujuran, dan
mengasah ketelitian dalam menyelesaikan sesuatu
3. Metode Role Playing
Strategi pembelajaran role playing adalah metode pembelajaran
berbentuk permainan gerak yang di dalamnya terdapat sistem, tujuan
dan juga melibatkan unsur keceriaan. Beberapa keunggulan
menggunakan metode role playing adalah mampu menumbuhkan
semangat serta rasa kebersamaan melalui pembelajaran yang
menyenangkan.
4. Metode Diskusi Studi Kasus
Metode penyuluhan keempat adalah diskusi studi kasus, penyuluh
sebelumnya menyiapkan bahan diskusi bagi peserta, terdiri dari topik;
deskripsi fakta, hipotesa dan skenario jawaban. Studi kasus merupakan
pengujian secara rinci terhadap satu latar atau satu orang subjek atau
satu tempat penyimpanan dokumen
5. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi dengan cara mendemonstrasikan atau
memperagakan aturan, atau prosedur, urutan melakukan kegiatan baik
secara langsung atau menggunakan media yang sesuai dengan prosedur
yang akan diperagakan.
6. Metode Brainstorming
Metode ini adalah teknik dengan cara melontarkan suatu masalah ke
peserta, kemudian peserta menjawab, menyatakan pendapat, atau
memberi komentar sehingga memungkinkan masalah tersebut
berkembang menjadi masalah baru.
7. Metode Advisory dan Fishbowl
Metode ini adalah bentuk metode diskusi mengedepankan focus pada
solusi. Fasilitator menyiapkan skenario, kemudian setiap kelompok
diskusi dipilih satu orang yang akan menghadapi tantangan

E. Media penyuluhan antikorupsi


Jenis - jenis media yang digunakan dalam penyuluhan antikorupsi terdiri atas
media audio, media visual, dan media audio visual gerak
1. Media audio adalah media yang penyampaian pesannya hanya dapat
diterima oleh indera pendengaran dimana pesan atau informasi yang
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

disampaikan dituangkan ke dalam lambang-lambang auditif berupa kata-


kata, musik, dan sound effect. Contohnya: audio kaset, audio siaran,
cakram padat (compact disc), MP3 (MPEG Audio Layer 3), WAV
(Waveform Audio Format), laboratorium bahasa. radio internet
2. Media visual disebut juga media pandang. Seseorang dapat menghayati
media tersebut melalui penglihatannya. Contohnya gambar mati atau
gambar diam (still picture), media grafis berupa grafik, sketsa, diagram,
poster, bagan atau chart, papan flannel dan bulletin board, bahan cetak
berupa buku teks, modul, bahan pengajaran atau buku panduan, dan media
yang praktif dan aplikatif.
3. Media audiovisual gerak adalah media yang penyampaian pesannya dapat
diterima oleh indera pendengaran dan penglihatan serta gambar yang
dihasilkan adalah gambar yang dapat bergerak. Media ini dapat
meningkatkan kemampuan berpikir, kesan, daya tarik pembelajaran,
membangkitkan motivasai dalam penyuluhan dan memperjelas materi yang
disampaikan sehingga diharapkan tujuan penyuluhan dapat tercapai.
Contoh: film, televisi, video dan sejenisnya.

F. Evaluasi penyuluhan
Agar penyuluhan menjadi kegiatan yang strategis dapat dilakukan dengan
menilai suatu penyuluhan berjalan sesuai tujuan pelatihan yang dirancang
sebelumnya. Menggunakan evaluasi model Kirk Patrick yang menyatakan
bahwa terdapat 4 level evaluasi :
Level 1 atau reaksi
Level 2 atau evaluasi belajar
Level 3 atau tingkah laku (behavior)
Level 4 atau evaluasi
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

Lampiran 2
SOAL
1. Mahasiswa memiliki peran penting sebagai motor penggerakdalam
peristiwa-peristiwa besar terkait korupsi. Contoh perannyata yang dapat
dilakukan yaitu melalui ...
a. Tawuran antar mahasiswa
b. Bolos sekolah
c. Edukasi dan kampanye
d. Tidak memperhatikan saat dosen mengajar
2. Keterlibatan mahasiswa di lingkungan kampus dapat dapat berdampak
positif dalam upaya gerakan antikorupsi, salah satunyayaitu ...
a. Menitipkan absensi kehadiran pada teman
b. Tidak mengikuti aturan kampus
c. Tidak adanya sikap berintegritas
d. Menciptakan lingkungan kampus bebas korupsi
3. Di kampus Poltekkes jurusan kebidanan terdapat spanduk yang memuat
tentang pemberantasan jiwa korupsi yang sederhanamisalnya himbauan
mahasiswa untuk tidak mencontek saat ujian.Hal yang dilakukan oleh pihak
kampus merupakan salah satu program pemberantasan korupsi dalam
bentuk program ...
a. Edukasi
b. Promosi
c. Kampanye
d. Demo
4. Media massa memberitahukan pelaku korupsi kepada pelakumemperoleh
sanksi sosial dari pemberitaan tersebu. Hal tersebutadalah salah satu
peran media massa dalam ....
a. Memberikan pengawasankhusus dalam bidang politik kepada para
pejabat
b. Memberikan kontrol terhadap setiap kebijakan pemerintahdalam arti
luas
c. Memperkuat masyarakat dan menciptakan lembaga pemerintahan yang
kuat
d. Merumuskan agenda publik yang selalu menjadi perhatian para politisi
5. Kampus yang menjadi salah satu tempat berkembangnya niat
dankesempatan untuk berlaku korupsi. Untuk itu, penciptaanlingakungan
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

kampus yang bebas korupsi harus dimulai darikesadaran civitas akademika


kampus. Untuk itu kampus dalam halini disebut sebagai ...
a. Miniatur sebuah negara
b. Tempat berkurangnya korupsi
c. Miniatur budaya korupsi
d. Cermin sebuah negara

KUNCI JAWABAN
1. C
2. D
3. C
4. B
5. A
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

BAHAN AJAR
Struktur Bahan Ajar Kuliah 11

Bagian Yang
No Keterangan
Harus Ada
1. Judul Bab Penyuluhan Antikorupsi dan Cara-Cara Pembuatan Media
Penyuluhan

2. Kompetensi Mahasiswa mamou melakuka Penyuluhan antikorupsi dan


Dasar cara-cara pembuatan media penyuluhan
3. Materi Pokok b. Praktik Penyuluhan
c. Evaluasi penyuluhan
d. Penanganan konflik yang muncul dalam Penyuluhan
e. Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) dalam kegiatan
Penyuluhan
4. Tugas-Tugas

a. Mahasiswa memperhatikan penjelasan dosen


b. Membuat video penyuluhan anti korupsi sesuai tema
yang diberikan dan diuplood ke dalam HELTI

5. Daftar a. Dietika, J. G. (2021). Modul Perkuliahan Pendidikan


Pustaka Budaya Anti Korupsi. Palangkaraya: POLTEKKES
PALANGKARAYA
b. Parellangi, A. G. (2020). Modul Pendidikan Budaya
Antikorupsi Di Politeknik Kesehatan Kementrian
Kesehatan RI. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

Disiapkan Oleh: Diperiksa Oleh: Disahkan Oleh:


Penanggungjawab Mata Sekretaris Program Studi Ketua Jurusan/ Ketua Perwakilan
Kuliah Kebidanan Magelang Jurusan Kebidanan Magelang

Bekti Yuniyanti S.SiT, MHKes Arfiana, S.Kep, Ns, S.Tr. Keb, M.Kes Sri Widatiningsih, M.Mid
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2
NIP 196706081990032001 NIP. 197303171998032001 NIP. 19681101 1989032001
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

Lampiran 1

Penyuluhan Antikorupsi dan


Cara-Cara Pembuatan Media Penyuluhan

A. Praktik penyuluhan
Komunitas Praktisi diperkenalkan oleh Etienne Wenger dalam bukunya
Community of Practice. Ia mengatakan bahwa Komunitas Praktisi adalah
"sekelompok individu yang memiliki semangat dan kegelisahan yang sama
tentang praktik yang mereka lakukan dan ingin melakukannya dengan lebih
baik dengan berinteraksi secara rutin"
Sedikitnya ada lima tujuan dari komunitas ini, yaitu:
1) Mengedukasi anggota dengan mengumpulkan dan berbagi informasi yang
berkaitan dengan masalah dan pertanyaan tentang praktik penyuluhan
antikorupsi.
2) Memberi dukungan pada anggota melalui interaksi dan kolaborasi sesama
anggota.
3) Mendampingi anggota untuk memulai mempertahankan penyuluhan
mereka.
4) Mendorong anggota untuk menyebarkan capaian anggota melalui diskusi
dan berbagi
5) Mengintegrasikan pembelajaran yang didapatkan dengan pekerjaan sehari-
hari.

B. Evaluasi penyuluhan
Agar penyuluhan menjadi kegiatan yang strategis dapat dilakukan dengan
menilai suatu penyuluhan berjalan sesuai tujuan pelatihan yang dirancang
sebelumnya. Menggunakan evaluasi model Kirk Patrick yang menyatakan
bahwa terdapat 4 level evaluasi :
Level 1 atau reaksi
Level 2 atau evaluasi belajar
Level 3 atau tingkah laku (behavior)
Level 4 atau evaluasi

C. Penanganan konflik yang muncul dalam Penyuluhan


Meminimalisasi potensi konflik dan menangani konflik yang muncul dalam
pelaksanaan penyuluhan.Konflik yang dimaksud adalah perselisihan,
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

perseteruan, konflik antara penyuluh dengan Kelompok Sasaran/dampingan,


antar peserta kegiatan penyuluhan.
Mengidentifikasi situasi konflik
1. Tanda-tanda dan kemungkinan sebab sebab konflik diidentifikasi sesuai
pemindai sumber konflik.
a) Pemindai Sumber Konflik yang dimaksud adalah serangkaian aktivitas
pengumpulan data dan analisis. Data yang dikumpulkan terkait dengan
latar belakang (pendidikan, ekonomi, politik, profesi, suku, agama, ras,
golongan, usia, dan/atau jenis kelamin); kepentingan; dan aspirasi
peserta.
b) Data dapat diperoleh dari peserta, media, pemerintah, lembaga riset,
dan sumber lain yang terpercaya.
2. Mengimplementasikan strategi resolusi konflik
a) Faktor-faktor dan isu-isu yang relevan dengan konflik diklarifikasi
bersama penyelenggara, yaitu mampu mengajak pihak lain untuk
menyelesaikan, bukan dilimpahkan ke salah satu pihak.
b) Situasi termasuk keluhan dengan Kelompok Sasaran, konflik di antara
Kelompok Sasaran.
c) Bertanya, mendengarkan, merumuskan kembali kalimat kalimat,
negosiasi, masukan balik.
d) Teknik resolusi yang benar untuk mengelola konflik diidentifikasi sesuai
dengan situasi Kelompok Sasaran.
e) Pendekatan-pendekatan resolusi konflik termasuk: menarik diri,
memuluskan, kompromi, menekan, konfrontasi, penyelesaian masalah,
suara terbanyak, arbitrase
f) Opsi-opsi untuk resolusi konflik yang memungkinkan respons konstruktif
untuk dinegosiasikan dan membuat hubungan kerja tetap berlangsung,
diidentifikasi bersama dengan penyelenggara dan peserta.
g) Semua pandangan selama proses negosiasi dan diskusi didorong,
dihargai, dan diterima oleh semua pihak.

D. Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) dalam kegiatan Penyuluhan


1. Aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam Pelaksanaan
Penyuluhan Antikorupsi
Standar K3 adalah prinsip keselamatan dan kesehatan kerja yang bertujuan
untuk melindungi tenaga kerja/karyawan atas hak keselamatannya ketika
melakukan pekerjaannya baik untuk kesejahteraan hidup maupun
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

meningkatkan produktivitas nasional agar bisa digunakan secara aman dan


efisien.
2. Mengidentifikasi kebutuhan dan langkah K3 di lokasi penyuluhan
a) Lokasi tempat penyuluhan diidentifikasi sesuai Standar K3.
b) Penanggung jawab lokasi tempat penyuluhan dikonfirmasi oleh pihak
penyelenggara.
c) Fasilitas penunjang K3 yang tersedia diidentifikasi ketersediannya.
d) Tempat dan jalur evakuasi untuk penyelamatan dalam keadaan darurat
dipastikan sesuai Standar K3.
e) Keberadaan dan penanggung jawab lokasi serta fasilitas kesehatan
dipastikan aksesnya.
f) Keadaan darurat adalah situasi dan kondisi di lokasi tersebut akibat
adanya kebakaran, gempa bumi, huru-hara dan kejadian lain yang
mengakibatkan kekacauan.
3. Materi informasi tentang K3 pada lokasi penyuluhan disiapkan.
a) Penjelasan umum kepada peserta tentang langkah K3 ketika terjadi
keadaan darurat
b) Penjelasan teknis langkah K3 ketika terjadi keadaan darurat
c) Tanggapan singkat dari peserta dimintakan untuk memastikan
pemahamannya.
4. Memantau pelaksanaan penyuluhan dari aspek K3
a) Situasi dan kondisi pelaksanaan penyuluhan dipantau dari adanya
potensi yang dapat menimbulkan keadaan darurat
b) Hasil pemantauan situasi dan kondisi dicatat dengan menggunakan
check list yang telah tersedia
c) Langkah antisipasi K3 dilakukan apabila terjadi potensi keadaan darurat
sesuai dengan prosedur yang diberlakukan.
d) Membuat laporan penerapan K3 pada pelaksanaan penyuluhan
antikorupsi
e) Catatan hasil penerapan K3 pada pelaksanaan penyuluhan antikorupsi
dihimpun dari lembar check list yang ada.
f) Laporan penerapan K3 pada pelaksanaan penyuluhan antikorupsi
disusun dengan menggunakan format laporan yang telah tersedia.
g) Laporan penerapan K3 pada pelaksanaan penyuluhan anti korupsi
disampaikan kepada unit kerja di KPK yang menangani kegiatan
Penyuluhan Antikorupsi sesuai dengan prosedur yang berlaku.
h) Laporan penerapan K3 pada pelaksanaan penyuluhan antikorupsi
didokumentasikan.
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

Lampiran 2
SOAL
1. Mahasiswa memiliki peran penting sebagai motor penggerakdalam peristiwa-
peristiwa besar terkait korupsi. Contoh perannyata yang dapat dilakukan yaitu
melalui ...
a. Tawuran antar mahasiswa
b. Bolos sekolah
c. Edukasi dan kampanye
d. Tidak memperhatikan saat dosen mengajar
2. Keterlibatan mahasiswa di lingkungan kampus dapat dapat berdampak positif
dalam upaya gerakan antikorupsi, salah satunyayaitu ...
a. Menitipkan absensi kehadiran pada teman
b. Tidak mengikuti aturan kampus
c. Tidak adanya sikap berintegritas
d. Menciptakan lingkungan kampus bebas korupsi
3. Di kampus Poltekkes jurusan kebidanan terdapat spanduk yang memuat
tentang pemberantasan jiwa korupsi yang sederhanamisalnya himbauan
mahasiswa untuk tidak mencontek saat ujian.Hal yang dilakukan oleh pihak
kampus merupakan salah satu program pemberantasan korupsi dalam bentuk
program ...
a. Edukasi
b. Promosi
c. Kampanye
d. Demo
4. Media massa memberitahukan pelaku korupsi kepada pelakumemperoleh
sanksi sosial dari pemberitaan tersebu. Hal tersebutadalah salah satu peran
media massa dalam ....
a. Memberikan pengawasankhusus dalam bidang politik kepada para pejabat
b. Memberikan kontrol terhadap setiap kebijakan pemerintahdalam arti luas
c. Memperkuat masyarakat dan menciptakan lembaga pemerintahan yang
kuat
d. Merumuskan agenda publik yang selalu menjadi perhatian para politisi
5. Kampus yang menjadi salah satu tempat berkembangnya niat dankesempatan
untuk berlaku korupsi. Untuk itu, penciptaanlingakungan kampus yang bebas
korupsi harus dimulai darikesadaran civitas akademika kampus. Untuk itu
kampus dalam halini disebut sebagai ...
a. Miniatur sebuah negara
b. Tempat berkurangnya korupsi
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

c. Miniatur budaya korupsi


d. Cermin sebuah negara

KUNCI JAWABAN

1. C

2. D

3. C

4. B

5. A
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

BAHAN AJAR
Struktur Bahan Ajar Kuliah 12

Bagian Yang
No Keterangan
Harus Ada
1. Judul Bab Tata Kelola Perguruan Tinggi yang Baik dan Bersih.
2. Kompetensi Mahasiswa mampu menjelaskan Tata kelola perguruan tinggi
Dasar yang baik dan bersih.
3. Materi Pokok a. Tata kelola kampus berintegritas
b. Zona Integritas (ZI)
c. Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK)
d. Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM)
4. Tugas-Tugas

a. Mahasiswa memperhatikan penjelasan dosen


b. Diskusi kelompok mengenahi rencana tat kelola perguruan
tinggi yang bersih
c. Presentasi

5. Daftar Pustaka a. Dietika, J. G. (2021). Modul Perkuliahan Pendidikan Budaya


Anti Korupsi. Palangkaraya: POLTEKKES PALANGKARAYA
b. Parellangi, A. G. (2020). Modul Pendidikan Budaya
Antikorupsi Di Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan
RI. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

Disiapkan Oleh: Diperiksa Oleh: Disahkan Oleh:


Penanggungjawab Mata Sekretaris Program Studi Ketua Jurusan/ Ketua Perwakilan
Kuliah Kebidanan Magelang Jurusan Kebidanan Magelang

Bekti Yuniyanti S.SiT, MHKes Arfiana, S.Kep, Ns, S.Tr. Keb, M.Kes Sri Widatiningsih, M.Mid
NIP 196706081990032001 NIP. 197303171998032001 NIP. 19681101 1989032001
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

Lampiran 1

Tata Kelola Perguruan Tinggi yang Baik dan Bersih

A. Tata kelola kampus berintegritas


Tata Kelola Perguruan tinggi yang baik (Good University Gavernance)
Untuk melaksanakan pendidikan yang bermutu dan menejemen yang
akuntabel perlu pengaturan tata kelola Perguruan Tinggi yang benar dan baik,
yaitu dengan Penerapan tata kelola pada Perguruan Tinggi harus
berlandaskan pada lima prinsip yang tertuang dalam Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 139 Tahun 2014 Pasal 63 tentang
Pedoman Statuta dan Organisasi Perguruan Tinggi sebagai berikut:
a. Prinsip Akuntabilitas
Prinsip Akuntabilitas (accountability) adalah kejelasan fungsi dan
pelaksanaan pertanggungjawaban organ Perguruan Tinggi sehingga
pengelolaannya berjalan secara efektif
b. Prinsip Transparansi
Prinsip transparansi berarti bahwa pengelolaan Perguruan Tinggi
harus terbuka dan mampu menyajikan informasi yang relevan, secara tepat
dan akurat kepada pemangku kepentingan serta keterbukaan dalam
melaksanakan proses pengambilan keputusan untuk mencegah terjadinya
praktik-praktik kecurangan dalam pengelolaan Perguruan Tinggi yang dapat
merugikan masyarakat.
c. Prinsip Nirlaba
Prinsip nirlaba wajib dijalankan dalam seluruh aspek pendidikan di
Indonesia termasuk pendidikan tinggi. Prinsip nirlaba menekankan bahwa
setiap kegiatan yang dilakukan Perguruan Tinggi tidak bertujuan untuk
mencari keuntungan atau sisa hasil usaha
d. Prinsip Penjaminan Mutu
Prinsip penjaminan mutu dimaksudkan untuk menjamin adanya
kegiatan sistemik bahwa untuk memberikan layanan pendidikan tinggi yang
memenuhi atau melampaui standar nasional pendidikan tinggi serta
peningkatan mutu pelayanan pendidikan secara berkelanjutan
e. Prinsip efektivitas dan efisiensi
Prinsip efektivitas dan efisiensi berarti bahwa setiap kegiatan
pengelolaan Perguruan Tinggi harus dilakukan secara sistemik untuk
memanfaatkan sumber daya dalam penyelenggaraan pendidikan tinggi
agar tepat sasaran dan tidak terjadi pemborosan. Prinsip ini menyesuaikan
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

dengan standar nasional Perguruan Tinggi yang direncanakan dan


ditetapkan dengan tetap bertujuan pada upaya Perguruan Tinggi.

Pada penerapan prinsip-prinsip Good University Gavernance


dibutuhkan assessment pada penerapan prinsip-prinsip GUG telah
dilaksanakan dan pengaruhnya terhadap kegiatan operasional dan kinerja
Perguruan Tinggi. Penilaian faktor Tata Kelola merupakan penilaian terhadap
kualitas manajemen Perguruan Tinggi atas penerapan Tata Kelola yang baik,
dengan memperhatikan signifikansi atau materialitas suatu permasalahan
terhadap penerapan Tata Kelola pada Perguruan Tinggi secara menyeluruh,
sesuai skala, karakteristik, dan kompleksitas aktivitas Perguruan Tinggi.

B. Zona Integritas (ZI)


Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2018 tentang Strategi
Nasional Pencegahan Korupsi (Perpres Stranas PK), terdapat tiga sektor
prioritas pencegahan korupsi yaitu, perijinan dan tata niaga; keuangan negara;
dan penegakan hukum dan Reformasi Birokrasi. Salah satu sub aksi pada
sektor penegakan hukum dan Reformasi Birokrasi adalah tentang
pembangunan Zona Integritas. Pembangunan Zona Integritas dianggap
sebagai role model Reformasi Birokrasi dalam penegakan integritas dan
pelayanan berkualitas. Dengan demikian pembangunan Zona Integritas menjadi
aspek penting dalam hal pencegahan korupsi di pemerintahan.
Zona Integritas (ZI) adalah predikat yang diberikan kepada instansi
pemerintah yang pimpinan dan jajarannya mempunyai komitmen untuk
mewujudkan WBK/WBBM melalui reformasi birokrasi, khususnya dalam hal
pencegahan korupsi dan peningkatan kualitas pelayanan publik Komitmen
Pimpinan dan seluruh jajaran Kemenkes untuk mewujudkan. WBBM diwujudkan
dengan pencanangan Zona Integritas pada tanggal 18 Juli 2012 di lingkungan
Kementerian Kesehatan.
Pencanangan Zona Integritas merupakan bagian dari Gerakan Nasional
Pembangunan Zona Integritas menuju Wilayah Bebas dari Korupsi dan sebagai
bentuk implementasi dari pelaksanaan Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004
tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi Dalam upaya pembangunan Zona
Integritas menuju WBBM, Kemenkes telah melakukan penilaian terhadap calon
Satker WBK yang memenuhi syarat indikator hasil dan indikator proses Satker
WBK serta pada tanggal 30 Agustus 2013 telah mengusulkan 3 Satuan Kerja
ke Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi untuk
ditetapkan sebagai Satker WBK. Proses pembangunan Zona Integritas yang
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

dilakukan oleh Kementerian Kesehatan dengan melakukan 2 (dua) cara


penilaian, yakni WBK (Wilayah Bebas dari Korupsi) dan WBBM (Wilayah
Birokrasi Bersih dan Melayani)

C. Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK)


Penilaian Satuan Kerja berpredikat yang berpredikat WBK di lingkungan
Kementerian Kesehatan dilakukan oleh Tim Penilai Internal (TPI) yang dibentuk
oleh Menteri Kesehatan. Penilaian dilakukan dengan dengan menggunakan
indikator proses (nilai di atas 75) dan indikator hasil yang mengukur efektivitas
kegiatan pencegahan korupsi yang telah dilaksanakan. Hasil penilaian indikator
proses di atas 75 dan memenuhi syarat nilai indikator hasil WBK seperti tabel
berikut ini.
Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi yang selanjutnya disingkat Menuju
WBK adalah predikat yang diberikan kepada suatu unit kerja/kawasan yang
memenuhi sebagian besar manajemen perubahan, penataan tatalaksana,
penataan sistem manajemen SDM, penguatan pengawasan, dan penguatan
akuntabilitas kinerja

D. Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM)


Penilaian satker yang berpredikat Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani
(WBBM), dilakukan oleh Tim Penilai Nasional (TPN) melalui evaluasi atas
kebenaran material hasil self-assessment yang dilaksanakan oleh TPI termasuk
hasil self-assesament tentang capaian indikator hasil WBBM. Untuk mencapai
Indikator Hasil WBK dan WWBM dapat dinilai mengacu pada penilaian seperti
tabel berikut ini.
Menuju Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani yang selanjutnya
disingkat Menuju WBBM adalah predikat yang diberikan kepada suatu unit
kerja/kawasan yang memenuhi sebagian besar manajemen perubahan,
penataan tatalaksana, penataan system manajemen SDM, penguatan
pengawasan, penguatan akuntabilitas kinerja, dan penguatan kualitas
pelayanan publik
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

Lampiran 2
SOAL
1. kejelasan fungsi dan pelaksanaan pertanggungjawaban organ Perguruan
Tinggi sehingga pengelolaannya berjalan secara efektif, adalah pengertian
dari…
a. Prinsip akuntabilitas
b. Prinsip transparansi
c. Prinsip nirlaba
d. Prinsip penjaminan mutu
2. Perguruan Tinggi harus terbuka dan mampu menyajikan informasi yang
relevan, secara tepat dan akurat kepada pemangku kepentingan serta
keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan untuk
mencegah terjadinya praktik-praktik kecurangan dalam pengelolaan
Perguruan Tinggi yang dapat merugikan masyarakat, adalah pengertian
dari…
a. Prinsip akuntabilitas
b. Prinsip transparansi
c. Prinsip nirlaba
d. Prinsip penjaminan mutu
3. Penilaian dilakukan dengan menggunakan indikator proses (nilai di atas 75)
dan indikator hasil yang mengukur efektivitas kegiatan pencegahan korupsi
yang telah dilaksanakan. Tim yang melakukan penilaian tersebut adalah…
a. WBK
b. KPK
c. TPI
d. WBBM
4. predikat yang diberikan kepada instansi pemerintah yang pimpinan dan
jajarannya mempunyai komitmen untuk mewujudkan WBK/WBBM melalui
reformasi birokrasi, khususnya dalam hal pencegahan korupsi dan
peningkatan kualitas pelayanan publik Komitmen Pimpinan dan seluruh
jajaran Kemenkes untuk mewujudkan, merupakan tugas dari …
a. WBK
b. TPI
c. KPK
d. ZI
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

5. setiap kegiatan pengelolaan Perguruan Tinggi harus dilakukan secara


sistemik untuk memanfaatkan sumber daya dalam penyelenggaraan
pendidikan tinggi agar tepat sasaran dan tidak terjadi pemborosan, adalah
pengertian dari…
a. prinsip efisiensi
b. Prinsip transparansi
c. Prinsip nirlaba
d. Prinsip penjaminan mutu

KUNCI JAWABAN
1. A
2. B
3. C
4. D
5. A
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

BAHAN AJAR
Struktur Bahan Ajar Kuliah 13

Bagian Yang
No Keterangan
Harus Ada
1. Judul Bab Strategi dan Rencana Aksi Pemberantasan Korupsi
2. Kompetensi
Dasar
Mahasiswa mampu menyusun Strategi dan rencana aksi
pemberantasan korupsi

3. Materi Pokok a. Strategi dalam pemberantasan korupsi


b. Menyusun rencana aksi
c. Praktik/implementasi dari rencana aksi pemberantasan
korupsi
d. Kampanye Sosial Antikorupsi
e. Sosialisasi bersama tentang antikorupsi
4. Tugas-Tugas

a. Mahasiswa memperhatikan penjelasan dosen


b. Membuat video sosialisasi gerakan antikorupsi

5. Daftar Pustaka a. Anis Wijayanti, A. K. (2020). Implementasi Strategi Nasional


Pencegahan Korupsi di Indonesia: Perspektif Collaborative
Governance. Jurnal Antikorupsi.
b. Dietika, J. G. (2021). Modul Perkuliahan Pendidikan Budaya
Anti Korupsi. Palangkaraya: POLTEKKES PALANGKARAYA

Disiapkan Oleh: Diperiksa Oleh: Disahkan Oleh:


Penanggungjawab Mata Sekretaris Program Studi Ketua Jurusan/ Ketua Perwakilan
Kuliah Kebidanan Magelang Jurusan Kebidanan Magelang

Bekti Yuniyanti S.SiT, MHKes Arfiana, S.Kep, Ns, S.Tr. Keb, M.Kes Sri Widatiningsih, M.Mid
NIP 196706081990032001 NIP. 19681101 1989032001
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2
NIP. 197303171998032001
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

Lampiran 1
Strategi dan Rencana Aksi Pemberantasan Korupsi

A. Strategi dalam pemberantasan korupsi


Memberantas korupsi di Indonesia bukan pekerjaan mudah dan perlu
kerja berkelanjutan yang melibatkan semua pihak. Ada tiga strategi
pemberantasan korupsi yang tengah dijalankan di Indonesia, KPK
menyebutnya: Trisula Pemberantasan Korupsi. Layaknya trisula yang memiliki
tiga ujung tajam, Trisula Pemberantasan Korupsi memiliki tiga strategi utama,
yaitu Penindakan, Pencegahan, dan Pendidikan. Sula Penindakan menyasar
peristiwa hukum yang secara aktual telah memenuhi unsur tindak pidana
korupsi sesuai undang-undang. Sula ini tidak hanya mengganjar hukuman
penjara dan denda bagi para pelaku korupsi, tapi juga memberikan efek jera
bagi para korupsi dan masyarakat. Sementara Sula Pencegahan adalah
perbaikan sistem untuk menutup celah-celah korupsi, dilengkapi oleh
sosialisasi dan kampanye antikorupsi melalui Sula Pendidikan.
1. Sula Penindakan
Sula Penindakan adalah strategi represif KPK dalam menyeret
koruptor ke meja hijau, membacakan tuntutan, serta menghadirkan saksi-
saksi dan alat bukti yang menguatkan. Strategi ini terdiri dari beberapa
tahapan, yaitu penanganan laporan aduan masyarakat, penyelidikan,
penyidikan, penuntutan, hingga eksekusi. KPK akan melakukan proses
verifikasi dan penelaahan untuk memastikan apakah sebuah aduan bisa
ditindaklanjuti ke tahap penyelidikan. Di tahap penyelidikan, KPK akan
mencari sekurang-kurangnya dua alat bukti untuk melanjutkan kasus ke
proses penyidikan. Pada tahap ini, salah satunya ditandai dengan
ditetapkannya seseorang menjadi tersangka. Selanjutnya adalah tahap
penuntutan dan pelimpahan ke Pengadilan Tindak Pidana Korupsi.
Tahapan berikutnya adalah pelaksanaan putusan pengadilan. Eksekusi
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, dilakukan oleh jaksa.
2. Sula Pencegahan
Sula Pencegahan mencakup perbaikan pada sistem sehingga
meminimalisasi terjadinya tindak pidana korupsi. Pada strategi ini, KPK
akan melakukan berbagai kajian untuk kemudian memberikan rekomendasi
kepada kementerian atau lembaga terkait untuk melakukan langkah
perbaikan. Di antara perbaikan yang bisa dilakukan misalnya, pelayanan
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

publik yang dibuat transparan melalui sistem berbasis online atau sistem
pengawasan terintegrasi. KPK juga mendorong penataan layanan publik
melalui koordinasi dan supervisi pencegahan (korsupgah), serta
transparansi penyelenggara negara (PN).
3. Sula Pendidikan
Sula Pendidikan digalakkan dengan kampanye dan edukasi untuk
menyamakan pemahaman dan persepsi masyarakat tentang tindak pidana
korupsi, bahwa korupsi berdampak buruk dan harus diperangi bersama.
Melalui Sula Pendidikan, KPK ingin membangkitkan kesadaran masyarakat
mengenai dampak korupsi, mengajak masyarakat terlibat dalam gerakan
pemberantasan korupsi, serta membangun perilaku dan budaya
antikorupsi. Salah satu bentuk konkret edukasi anti korupsi adalah
diterbitkannya Permenristekdikti Nomor 33 Tahun 2019 tentang Kewajiban
Penyelenggaraan Pendidikan Anti Korupsi (PAK) di Perguruan Tinggi.
Melalui Peraturan Menteri ini, perguruan tinggi negeri atau swasta wajib
mengadakan mata kuliah pendidikan antikorupsi untuk para mahasiswanya.

B. Menyusun rencana aksi


Tiga Langkah Merancang Rencana Aksi Pemberantasan Korupsi:
Membuat rencana aksi adalah langkah awal yang mutlak dilakukan jika kita
ingin turut serta dalam gerakan pemberantasan korupsi. Rencana aksi bisa
dimulai dari menentukan masalah korupsi yang ingin diselesaikan. Misalnya
perbuatan ketidakjujuran akademik di kalangan siswa. Mulai dari rumusan
masalah, kita tentukan aksinya dengan metode SMART.

C. Praktik/implementasi dari rencana aksi pemberantasan korupsi


Transparency International, organisasi non-government mengeluarkan
survei yang dirilis setiap tahun berupa corruption percepstion index (CPI) atau
dikenal sebagai indeks persepsi korupsi (IPK) yang memberikan gambaran
situasi dan kondisi korupsi di level negara berupa indeks komposit dari
sejumlah survei bergengsi di tingkat global. Tahun 2019 skor CPI mencapai
40/100 yang mana merupakan capaian tertinggi sepanjang survei dilakukkan.
Namun tahun 2020 skor tersebut turun signifikan menjadi 37/100. Sebagai
gambaran berikut disampaikan IPK Indonesia dalam 10 (sepuluh) tahun
terakhir. Strategi nasional pemberantasan korupsi telah bergulir sejak era
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) melalui Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2012 Tentang Strategi
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

Nasional Pencegahan Dan Pemberantasan Korupsi Jangka Panjang


Tahun 2012-2025 Dan Jangka Menengah Tahun 2012-2014 (2012) yang
dikenal sebagai Stranas-PPK. Kebijakan ini mencantumkan arah dan strategi
(roadmap), implementasi, tujuan, sasaran dan indikator evaluasi serta
bagaimana koordinasi dilakukan baik jangka pendek dan menengah.
Selanjutnya pada masa Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi)
Stranas PPK dinilai sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan kebutuhan
pencegahan korupsi serta sinergi dan kolaborasi para stakeholdersnya yaitu
K/L/PD, swasta dan masyarakat sipil sehingga diperlukan upaya yang lebih
objektif dan efektif serta pelibatan langsung dari anti-corruption agency yaitu
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang diberikan mandat oleh Undang-
Undang untuk melakukan upaya pencegahan sekaligus penindakan korupsi.
Tim nasional (Timnas-PK) dibentuk sebagai penyelenggara Stranas-PK
dan berwenang menyusun langkah dan desain kebijakan penyelesaian
permasalahan dan hambatan pelaksanaan aksi/program Stranas-PK. Dalam
melaksanakan wewenangnya, timnas-PK berkoordinasi dengan K/L/PD dan
pemangku kepentingan terkait lainnya Regime Stranas-PK saat ini, fokus pada
3 (tiga) sektor utama yang ditetapkan dalam Peraturan Presiden Stranas-PK
dan di detilkan melalui Surat Keputusan Bersama (SKB) yang ditetapkan setiap
2 (dua) tahun. Fokus tersebut adalah (1) Perizinan & tata niaga;(2) Keuangan
negara; dan (3) Reformasi birokrasi & penegakan hukum.

D. Kampanye Sosial Antikorupsi


1. Definis kampanye sosial
Kampanye sosial adalah kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan
perubahan dalam sebuah masalah sosial dan tidak berorientasi pada
keuntungan.
2. Cara menentukan tujuan kampanye sosial ialah dengan menggunakan
SMART.
Berikut penjelasannya.:
a. Specific, tentukan kampanye apa yang akan kamu kerjakan, siapa
targetnya, apa kegiatannya, dan dimana akan dilakukannya.
b. Measurable, buatlah tujuan kampanye yang terukur
c. Achievable, kampanye yang dilakukan haruslah realistis dan dapat
dijalankan
d. Relevant, kampanye yang dilakukan harus relevan dengan
permasalahan dan dapat menjadi solusi.
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

e. Timely, kampanye yang dilakukan harus ditetapkan dalam jangka waktu


tertentu.
3. Beberapa contoh dari kampanye sosial di dunia dan Indonesia adalah
sebagai berikut:
a. Women’s March 2017
Kampanye ini dilaksanakan dalam berbagai bentuk (dari protes
langsung hingga pembuatan kaos, dll.) oleh wanita di Amerika untuk
memberi pesan tentang pentingnya hak-hak kaum perempuan pada
pemerintahan Trump di hari pertamanya bekerja. Kampanye ini ditujukan
kepada dunia agar mereka tahu bahwa hak perempuan adalah bagian dari
hak asasi manusia dan agar perempuan juga mendapat hak yang sama
untuk memimpin di semua lapisan masyarakat. Kampanye ini tidak hanya
terjadi di Amerika Serikat, tapi tersebar ke seluruh dunia termasuk
Indonesia
b. Kampanye Ucap Malu Pake Cap Palsu – FIK 201
Kampanye ini diangkat dari fenomena cap palsu yang terjadi di
Universitas Diponegoro. Banyak mahasiswa di dalam organisasi kampus
menggunakan cap palsu untuk memudahkan dana yang diberikan fakultas.
Kampanye ini dilakukan oleh Tim Adhikara dalam berbagai bentuk, seperti
roadshow, kampanye online, miniseries video, dll. Kampanye yang dibuat
Tim Adhikara ini terbilang berhasil karena terjadi penurunan penggunaan
cap palsu sebesar 52%
4. Ruang Lingkup Kampanye
Ruang lingkup diperlukan agar kampanye tetap fokus dan
mendapatkan hasil maksimal. Menentukan ruang lingkup dapat
menggunakan cara segmentasi dan targeting
a) Segmentasi
Segmentasi adalah langkah awal penentuan strategi program kampanye
karena dalam tahap ini, kamu melihat dan memilah masyarakat kampus
menjadi kelompok - kelompok yang mungkin akan relevan dengan
kampanyemu.
b) Targeting
Targeting adalah menentukan secara lebih spesifik kelompok
masyarakat kampus yang akan menjadi sasaran dalam program
kampanya yang akan kamu jalankan
5. Pesan-pesan Kampanye
Dalam menentukan pesan kampanye, kita dapat memperhatikan proses
komunikasi atau yang dikenal dengan The Domino Theory.
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

6. Taktis kampanye
Menggunakan 4p’s atau yang dikenal sebagai marketing mix
a) Product. Dalam kampanye sosial, produk yang kamu jual adalah suatu
perilaku yang diinginkan. Contohnya: gerakan, hak memilih, daur ulang.
b) Price. Pemungutan biaya dalam kampanye social.
c) Place. Place berbicara tentang dimana target kampanye kita biasanya
hidup dan beraktifitas, karena disanalah program kampanye kamu akan
dijalankan dan disebarkan.
d) Promotion. Promotion dalam kampanye sosial berbicara tentang
bagaimana kamu membangun kesadaran dan menciptakan gema
mengenai kampanye sosial yang sedang kamu jalankan.

E. Sosialisasi bersama tentang antikorupsi

Politeknik Kelautan dan Perikanan Sidoarjo terus berupaya melakukan


pencegahan dari tindak pidana korupsi yang sudah mewabah di Indonesia ini.
Salah satu caranya yaitu dengan melaksanakan sosialisasi pendidikan anti
korupsi dikalangan pegawainya pada Rabu (29/5) di aula kampus. Sebanyak
95 pegawai hadir untuk menerima materi yang disampaikan oleh penyaji.
Materi disampaikan melalui presentasi, diskusi dan dalam bentuk permainan.
Sosialisasi ini diharapkan menjadi cikal bakal penyusunan kurikulum yang
nantinya dipakai dalam mata kuliah untuk para taruna. penyaji menyampaikan
bahwa tindak pidana korupsi sudah menjadi wabah yang menyerang seluruh
tingkatan warga Indonesia, dari tingkat atas sampai tingkat bawah. Korupsi
apabila dibiarkan, akan dengan cepat merusak sendi-sendi kehidupan bangsa
dan negara, bahkan berpotensi mengakibatkan negara gagal. Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) menyebutkan rata-rata ada 50-60 kasus
korupsi setiap tahunnya yang ditangani KPK dan masuk tahap penyidikan dari
8.000 laporan dan 3.500 yang ada barang buktinya.Perlu adanya langkah
kolaboratif antara pemerintah, penegak hukum, swasta, masyarakat sipil dan
sector pendidikan dalam mengatasi masalah ini. Langkah preventif dalam
pencegahan korupsi di instansi pemerintah dapat dilakukan dengan
memberikan pelayanan yang baik sesuai standar, proses pelayanan yang
excellent, dan tidak menyalahi wewenang dengan bertindak jujur.
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

Lampiran 2
SOAL
1. Yang merupakan prinsip-prinsip anti korupsi yaitu ?
a. Akuntabilitas, kewajaran, kontrol kebijakan
b. Akuntabilitas, kejujuran, transparasi, kewajaran
c. Akuntabilitas, transparasi, kewajaran, kesederhanaan,kedisiplinan
d. Akuntabilitas, transparasi, kewajaran, kebijakan, dankontrol kebijakan
2. Melakukan mekanisme pelaporan dan pertanggung jawaban atassemua
kegiatan yang dilakukan dan evaluasi merupakan pelaksanaan dari perinsip
anti korupsi ...
a. Transparan
b. Kontrol kebijakan
c. Fairness
d. Akuntabilitas
3. Aktivitas promosi yang dilakukan oleh manajemen pusat sebagai upaya
membentuk brand image yang diinginkan, adalah pengertian…
a. Media elektronik
b. Media cetak
c. Media audio
d. Media lini atas
4. Kelebihan media radio adalah…
a. sekilas dengar, banyak gangguan, tidak menyampaikan pesan yang
kompleks, pesan-pesan kurang atraktif
b. santai, auditif, daya langsung, daya tembus, mengatasi buta huruf,
bersifat personal/ akrab
c. Merekam peristiwa dengan tingkat distorsi yang rendah
d. Dapat digunakan secara berulang-ulang untuk mencapai penonton
yang luas dan heterogen
5. Mahasiswa diharapkan dapat berperan sebagai agen perubahandan motor
penggerak dalam gerakan anti korupsi dilingkungankeluarga, lingkungan
kampus, serta masyarakat sekitar. Peran penting mahasiswa tersebut tidak
dapat dilepaskan darikarakteristik yang dimiliki yaitu, kecuali ...
a. Pembentuksn organisasi baru
b. Idealisme yang murni
c. Jiwa muda yang penuh semangat
d. Intelektualitas yang tinggi
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

KUNCI JAWABAN
1. D
2. D
3. D
4. B
5. A
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

BAHAN AJAR
Struktur Bahan Ajar Kuliah 14

Bagian Yang
No Keterangan
Harus Ada
1. Judul Bab Laporan Kegiatan Penyuluhan Antikorupsi
2. Kompetensi Mahasiswa mampu menyusun Laporan kegiatan Penyuluhan
Dasar antikorupsi.
3. Materi Pokok a. Teknik Penyusunan Laporan Kegiatan Penyuluhan
Antikorupsi
b. Substansi laporan
4. Tugas-Tugas

a. Mahasiswa memperhatikan penjelasan dosen


b. Mahasiswa menyusun laporan pelaksanaan penyuluhan anti
korupsi

5. Daftar Pustaka a. Adiwirman. (2014). BUKU AJAR PENDIDIKAN DAN BUDAYA


ANTIKORUPSI (PBAK). Jakarta Selatan: Pusat Pendidikan
dan Pelatihan Tenaga.
b. Dietika, J. G. (2021). Modul Perkuliahan Pendidikan Budaya
Anti Korupsi. Palangkaraya: POLTEKKES PALANGKARAYA
c. Kemendikbud, R. I. (2018). Buku Pendidikan Anti-Korupsi
Untuk Perguruan Tinggi.

Disiapkan Oleh: Diperiksa Oleh: Disahkan Oleh:


Penanggungjawab Mata Sekretaris Program Studi Ketua Jurusan/ Ketua Perwakilan
Kuliah Kebidanan Magelang Jurusan Kebidanan Magelang

Bekti Yuniyanti S.SiT, MHKes Arfiana, S.Kep, Ns, S.Tr. Keb, M.Kes Sri Widatiningsih, M.Mid
NIP 196706081990032001 NIP. 197303171998032001 NIP. 19681101 1989032001
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

Lampiran 1

Laporan Kegiatan Penyuluhan Antikorupsi

Teknik Penyusunan Laporan Kegiatan Penyuluhan Antikorupsi dan Substansi


laporan

Pembuatan laporan kegiatan akan digunakan sebagai bukti tanggung jawab


seorang penyuluh bahwa telah melaksanakan kegiatan sekaligus
mendokumentasikan kegiatan.
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

Lampiran 2
SOAL
1. Media cetak merupakan jenis media berdasarkan…
a. Indra
b. Pembuatan
c. Produksi
d. Indra penerima
2. Kelemahan media cetak yaitu…
a. Tidak dapat menstimulasi efek suara, efek gerak serta mudah terlipat
b. Biaya lebih tinggi, sedikit rumit, membutuhkan energy listrik,
diperlukan alat canggih dalam proses produksi, perlu persiapan yang
matang
c. Biaya lebih tinggi, sedikit rumit, ada yang memerlukan listrik atau alat
canggih
d. Menuntut kemampuan baca (melek huruf) komunikannya
3. Aktivitas promosi yang dilakukan oleh manajemen pusat sebagai upaya
membentuk brand image yang diinginkan, adalah pengertian…
a. Media elektronik
b. Media cetak
c. Media audio
d. Media lini atas
4. Yang merupakan prinsip-prinsip anti korupsi yaitu ?
a. Akuntabilitas, kewajaran, kontrol kebijakan
b. Akuntabilitas, kejujuran, transparasi, kewajaran
c. Akuntabilitas, transparasi, kewajaran, kesederhanaan,kedisiplinan
d. Akuntabilitas, transparasi, kewajaran, kebijakan, dankontrol
kebijakan
5. Melakukan mekanisme pelaporan dan pertanggung jawaban atassemua
kegiatan yang dilakukan dan evaluasi merupakan pelaksanaan dari perinsip
anti korupsi ...
a. Transparan
b. Kontrol kebijakan
c. Fairness
d. Akuntabilitas
KUNCI JAWABAN
1. C
2. A
FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-04/R2

3. D
4. D
5. D

Anda mungkin juga menyukai