Anda di halaman 1dari 8

Tahun 2022

Kajian Kontrak Kerjasama


BPJS Kesehatan dengan Penyedia
Pelayanan Kesehatan dalam
Kerangka Strategic Health
Purchasing

POLICY
BRIEF
Kedeputian Bidang Riset dan Inovasi

BPJS Kesehatan
Mahlil Ruby Tim Kedeputian Bidang Tim Kedeputian Bidang
Direktur Perencanaan Pengembangan dan Manajemen Risiko Jaminan Pembiayaan Pengawasan, Pemeriksaan dan
Kesehatan Primer Pelayanan Hukum
Tim Kedeputian Bidang Riset dan Inovasi Ari Dwi Aryani Siswandi
Benjamin Saut PS, Deputi Direksi Bidang Riset dan Inovasi Oktovianus Ramba Heny Rahayuningsih
Bidang Riset JKN Dian Herlasminar Oktaviana Retno Utami
Citra Jaya
Ayunda Oktavia Tim Kedeputian Bidang Pusat KPMAK FKKMK UGM
Peneliti Jaminan Pembiayaan Diah Ayu Puspandari
Wan Aisyiah Baros Kesehatan Rujukan Rimawati
Maya Febriyanti Elsa Novelia Vini Aristianti
Dedy Revelino Siregar Nur Indah Yuliaty Findri Fadlika
Erzan Dhanalvin Yuni Purwanti Trisna Septiani

Halaman 1
EXECUTIVE SUMMARY dalam pelaksanaannya klausul didalam kontrak
belum sepenuhnya dapat dilaksanakan sesuai
Permenkes RI Nomor 28 Tahun 2014 menyebutkan target, masih membutuhkan waktu cukup lama.
bahwa BPJS Kesehatan memiliki amanat untuk Mengapa? karena dalam kontrak kerjasama antara
menjamin agar peserta memperoleh manfaat BPJS Kesehatan dan provider baik pada layanan
pemeliharaan kesehatan dan akses yang primer maupun layanan rujukan ada beberapa
berkualitas melalui fasilitas kesehatan yang hal klausul hak dan kewajiban para pihak yang
bekerjasama. Dari perspektif pembeli layanan, melibatkan ada kewenangan dari institusi lain,
kerangka strategic health purchasing digunakan yaitu Kementerian kesehatan dan lembaga lain.
untuk memastikan pelayanan kesehatan yang Hambatan lain yang dihadapi adalah bervariasinya
dibeli telah mempertimbangkan elemen efektivitas interpretasi dari provider ketika menjalankan isi
biaya dan layanan yang berkualitas. Pada dari kontrak. Hal lain yang menjadi isu adalah
hubungan purchaser dengan penyedia pelayanan penegakan hukum terkait pemberian reward dan
kesehatan dalam principal-agent relationship, punishment yang masih tebang pilih. Kondisi
BPJS Kesehatan sebagai purchaser menggunakan ini dipicu oleh intervensi dari pemilik fasilitas
kontrak untuk memastikan layanan yang dibeli pelayanan Kesehatan tersebut. Ketersediaan
telah sesuai dengan kontrak. sistem informasi menjadi mutlak diperlukan,
terutama untuk memfasilitasi pertukaran data
Pelaksanaan fungsi strategic health purchasing antar stakeholder. BPJS Kesehatan Pusat sedang
dapat dilihat dari tiga perspektif, yakni institutional mengembangkan digitalisasi administrasi berupa
arrangement dan governance, operational system, HIS (Health Information System) untuk dapat
serta dari perspektif pemenuhan capacity building dipakai bagi provider yang bekerjasama dan bagi
yang diperlukan. Fungsi BPJS dari sisi institutional BPJS Kesehatan untuk melihat semampu apa
arrangement dan governance, sebagai pembeli provider mengisi kekosongan dalam persyaratan
aktif saat ini belum diatur secara eksplisit. Walaupun dalam berkontrak.
pada batang tubuh kontrak telah mencantumkan
mengenai hak dan kewajiban masing-masing pihak Sumber daya manusia yang dimiliki oleh BPJS
tetapi pengawasannya terhadap pelaksanaan Kesehatan telah melalui sistem rekrutmen dan
kewajiban ini belum diatur. Maturasi organisasi pelatihan sesuai dengan mekanisme dan aturan
khususnya BPJS Kesehatan, memiliki peran untuk yang ditetapkan oleh organisasi. Khusus untuk
memastikan kejelasan tugas dan fungsi masing- SDM dengan ketugasan mengelola kontrak,
masing unit internal BPJS Kesehatan, baik di peningkatan kapasitas tidak hanya pada kuantitas
tingkat pusat hingga ke cabang. tetapi juga pada kualitas, terutama jika fungsi BPJS
Kesehatan sebagai pembeli aktif akan dioptimalkan.
Sedangkan dari sisi operational system, Kesiapan SDM yang mampu mengelola kontrak,
penyusunan drafting kontrak sudah dilakukan mengatasi jika terjadi sengketa kontrak, memiliki
dengan melibatkan stakeholder terkait mulai dari tim yang terlibat aktif dalam penghitungan tarif,
pengguna, asosiasi provider, asosiasi profesi dan tim dengan ketugasan monitoring dan evaluasi,
kementerian kesehatan, dirjen terkait. Struktur mampu melakukan pengembangan sistem
kontrak yang direvisi pada tahun 2022, tujuan pembayaran provider.
sebagai pembeli aktif sudah dapat tercapai. Namun

Halaman 2
Pesan Kunci dan Rekomendasi

Permasalahan Rekomendasi Bagi BPJS Kesehatan


· Apakah kontrak BPJS Kesehatan · BPJS Kesehatan perlu diberikan kewenangan untuk memilih, memberikan
dan penyedia pelayanan kesehatan penilaian, dan membuat keputusan dalam melakukan kontrak dengan
cukup efektif untuk menjalankan fungsi provider sesuai dengan persyaratan kredensialing yang dibutuhkan
strategic health purchasing? termasuk menggunakan pendekatan pemberian insentif atau disinsentif
· Apakah BPJS Kesehatan diberikan · BPJS Kesehatan perlu didukung dengan kesiapan kapasitas SDM yang
delegasi kewenangan untuk melakukan mampu melaksanakan kewenangan melalui peningkatan skill komunikasi
negosiasi di lapangan terhadap kontrak dan kemampuan untuk membaca peta politik baik di level nasional maupun
yang strategis? daerah
· BPJS Kesehatan perlu menyiapkan sumber daya pendukung lainnya
seperti sistem informasi yang memungkinkan terjadinya pertukaran
Rekomendasi Bagi Stakeholder data, interoperabilitas masing-masing sistem untuk mendukung proses
Lain (Eksternal BPJS Kesehatan) perencanaan, monitoring hingga evaluasi dalam proses kerjasama dengan
· Mempercepat dan memastikan provider
perubahan Perpres No. 82 Tahun 2018 · BPJS Kesehatan perlu memastikan pelaksanaan SK Direksi BPJS
tentang Penyelenggaraan JKN sebagai Kesehatan pada Tahun 2022 tentang Restrukturisasi Organisasi BPJS
pembeli aktif Kesehatan sudah memenuhi fungsi sebagai pembeli aktif dalam strategic
· Adanya batas atas dan batas bawah dari health purchasing di semua level
tarif pelayanan kesehatan, sehingga · BPJS Kesehatan perlu membentuk suatu unit/board independen yang
BPJS Kesehatan masih memiliki bertugas dan memiliki kewenangan dalam penjaminan mutu
ruang untuk melakukan negosiasi · BPJS Kesehatan harus mampu secara aktif melakukan advokasi dalam hal
dengan fasilitas kesehatan yang akan memberikan masukan-masukan terhadap perubahan regulasi-regulasi yang
bekerjasama terkait dengan pelaksanaan fungsi sebagai pembeli aktif

PENDAHULUAN (Afflazir et al., 2021). Pada implementasi JKN


dan dalam prosesnya mencapai UHC, upaya
Strategic health purchasing (SHP) merupakan menguatkan peran strategic health purchasing
salah satu prinsip penting dalam upaya reformasi perlu dilakukan termasuk mekanisme kontrak
pembiayaan kesehatan untuk mempercepat yang akan diterapkan antara BPJS Kesehatan
menuju Universal Health Coverage (WHO, 2017). dan provider. Oleh karena itu, kajian komprehensif
Strategic health purchasing lebih dari sekedar terkait mekanisme kontrak kerjasama yang akan
pembiayaan pelayanan kesehatan. Pembelian diterapkan antara BPJS Kesehatan dengan provider
ini melibatkan evaluasi kebutuhan kesehatan dalam kerangka strategic health purchasing perlu
masyarakat, perencanaan dan desain pelayanan dilakukan guna memastikan pelayanan kesehatan
kesehatan, kualifikasi dan pemilihan
penyedia yang tepat, dan insentif
serta manajemen pemberi pelayanan
kesehatan untuk memastikan kinerja
yang baik. Kontrak merupakan salah satu
instrumen yang digunakan oleh pelaku
kegiatan strategic health purchasing
(Afflazir et al., 2021).
Mekanisme kontrak berperan dalam
mencapai potensi manfaat strategic
health purchasing yang maksimal dan
harus mampu menjamin aspek penting
yaitu efektivitas, efisiensi, dan mutu Gambar 1. Kerangka Konsep

Halaman 3
yang harus dibeli dengan mempertimbangkan Stakeholder yang terlibat terdiri dari BPJS
efektivitas biaya dan layanan yang berkualitas. Kesehatan Pusat (Bidang JPKP, JPKR, Wasrikkum,
Berikut pendekatan yang digunakan pada kajian Halreg, SDM, PEO, Tinvest, MSR), enam (6) BPJS
ini untuk menjawab masalah diatas. Kesehatan Kedeputian Wilayah terpilih, dua belas
(12) BPJS Kesehatan Kantor Cabang terpilih,
Kementerian Kesehatan RI, DJSN, Asosiasi
TENTANG KAJIAN Fasilitas Kesehatan (PERSI, ARSSI, ASKLIN,
Kajian ini memiliki 5 tujuan, yaitu: 1) Mengetahui ADINKES), provider (FKTP dan FKRTL), dan ahli
penguatan pengelolaan kemitraan melalui asuransi kesehatan (PAMJAKI).
perjanjian kerjasama yang strategis (strategi
kontraktual); 2) Mengetahui positioning kerjasama
antara BPJS Kesehatan dengan fasilitas kesehatan
primer dan rujukan serta stakeholder terkait; 3)
Mengetahui perencanaan, evaluasi layanan,
pencapaian indikator kinerja atas kebutuhan
pelayanan kesehatan melalui kerjasama fasilitas
kesehatan pada suatu wilayah; 4) Teridentifikasi
faktor-faktor yang mempengaruhi pada penetapan
elemen-elemen strategic health purchasing; dan
5) Kesiapan maturasi organisasi dan kompetensi
BPJS Kesehatan sebagai purchaser dalam
kerangka strategic health purchasing. Gambar 2. Lokasi Kajian

Gambar 3. Kegiatan FGD

KUTIPAN YANG MENDUKUNG REKOMENDASI

BPJS Kesehatan perlu diberikan kewenangan untuk memilih, memberikan penilaian, dan membuat
keputusan dalam melakukan kontrak dengan provider sesuai dengan persyaratan kredensialing yang
dibutuhkan termasuk menggunakan pendekatan pemberian insentif atau disinsentif
“Sepertinya FKRTL masih susah menerapkan pay of performance di rumah sakit. sehingga dapat
insentif berapa itu belum sampai disana bu,” (JPKP BPJS Kesehatan)

Halaman 4
BPJS Kesehatan menyiapkan SDM yang mampu melaksanakan kewenangan melalui peningkatan skill
komunikasi dan kemampuan untuk membaca peta politik baik di level nasional maupun daerah
“Yang kami rasakan di KC itu kan sebenarnya bukan orang hukum, kami mendapatkan template seragam,
sementara di lapangan itu sering ada proses negosiasi dari Pemda atau khususnya RS pemerintah
yang hal-hal sebenarnya kalau kami pikir itu rasional. Tapi karena secara template tidak terpenuhi maka
memang butuh proses, dilaporkan lagi ke pusat. Nah dalam hal ini maksud kami mungkin juga tetep
diberikan pembekalan” (BPJS Kesehatan Kepwil Sumbangtengjambi)

BPJS Kesehatan perlu menyiapkan sumber daya pendukung lainnya seperti sistem informasi yang
memungkinkan terjadinya pertukaran data, interoperabilitas masing-masing sistem untuk mendukung
proses perencanaan, monitoring hingga evaluasi dalam proses kerjasama dengan provider
“KBK syaratnya memang harus ada jaringan komunikasi data..di faskes Puskesmas di wilayah terpencil
itu rata-rata tidak memiliki jaringan komunikasi data, jadi memang belum diikutkan untuk penilaian KBK
tersebut” (BPJS Kesehatan Kepwil Papabar)

BPJS Kesehatan perlu memastikan pelaksanaan SK Direksi BPJS Kesehatan Nomor 303 Tahun 2022
tentang Struktur Organisasi BPJS Kesehatan sudah memenuhi fungsi sebagai pembeli aktif dalam
strategic health purchasing untuk semua level
“Terkait dengan pengelolaan kontrak kerjasama di Kedeputian Wilayah kami tentunya melekat di
bidang PKKC, tugas dan fungsinya tentu saja merangkap ya Bu, jadi tidak ada pegawai khusus yang
hanya bertanggung jawab melakukan pengelolaan kontrak kerjasama” (BPJS Kesehatan Kepwil
Sulutenggomalut)

BPJS Kesehatan perlu membentuk suatu unit/board independen yang bertugas dan memiliki
kewenangan dalam penjaminan mutu
“Harapannya sebetulnya lebih ke mutunya..jadi mungkin lebih ke standarisasi mutu tentu ini tidak
mungkin dikerjakan oleh BPJS Kesehatan sendiri tetapi perlu dukungan dari stakeholder utama kita ya
Kemenkes dan juga dinas kesehatan dalam menjaga mutu tadi” (BPJS Kesehatan Kepwil Jabodetabek)

BPJS Kesehatan harus mampu secara aktif melakukan advokasi dalam hal memberikan masukan-
masukan terhadap perubahan regulasi-regulasi yang terkait dengan pelaksanaan fungsi sebagai
pembeli aktif
“Jika inovasi yang dilakukan untuk mendapatkan akses tidak dilindungi dengan peraturan atasnya…ya
harusnya kita saling berkomunikasi, ternyata banyak daerah yang seperti ini tapi tidak dilingkupi dengan
peraturan perundang-undangan” (DJSN)

Mempercepat dan memastikan perubahan Perpres No. 82 Tahun 2018 tentang Penyelenggaraan JKN
sebagai pembeli aktif
“Sekarang masih dalam proses untuk pengajuan (Perpres No. 82 Tahun 2018) sudah diajukan oleh
BPJS Kesehatan…ada 5 hal yang dilakukan, nah saya pikir nanti strategic purchasing masuk ke dalam
bagian karena kita ingin memperbaiki jadi active purchasing ini bisa jadi salah satu bagian dari tema,
targetnya sih mungkin di akhir tahun, intinya nanti kalau keluar dalam waktu dekat” (DJSN)

Kementerian kesehatan bersama BPJS Kesehatan dan Asosiasi Fasilitas Kesehatan dapat menerbitkan
regulasi mengenai nilai batas atas dan batas bawah dari setiap tarif pelayanan kesehatan.
“Harapannya kita punya bargaining power yang lebih karena saat ini lebih ke pemenuhan persyaratan
administratif maupun kompetensi…seharusnya kita punya bargaining power lebih untuk bernegosiasi
baik dalam hal teknis maupun tarif dengan faskes, tentu saja dengan catatan jika regulasi memungkinkan”
(BPJS Kesehatan KC Waingapu)

Halaman 5
Positioning Kerjasama Antara BPJS Kesehatan dengan Penyedia Pelayanan Kesehatan dan
Stakeholder Terkait

Tabel 1. Positioning Kerjasama Antara BPJS Kesehatan, Provider, dan Regulator


No Aktivitas Regulator BPJS Kesehatan Provider
1 Kebijakan dan tata kelola kontrak ***** ***
2 Perencanaan kesehatan **** **** ****
3 Membeli pelayanan kesehatan *** *****
4 Menyediakan pelayanan kesehatan *** *****
5 Negosiasi tarif ***** ** *
6 Mengembangkan metode pelayanan kesehatan ***** ****
7 Meningkatkan kapasitas sarana, prasarana dan alokasi SDM ***** *** ***
8 Menerapkan indikator pengukuran performance ***** ***** **
9 Menjaga Mutu layanan dan pengembangan formula dan standar pelayanan klinis ***** ** *****
10 Penggunaan sistem informasi ***** ***** *****
11 Kepatuhan dalam kerjasama **** **** ***
12 Mengembangkan kerjasama *** ***** ***
13 Pengawasan dan pencegahan kecurangan **** ***** ***
Keterangan: *****= Kuat *= Lemah

BPJS memiliki kekuatan untuk membeli pelayanan seperti pengembangan provider payment
kesehatan dan mengembangkan kerjasama. yang mendukung kesinambungan kerjasama
Namun, disisi lain, regulator memiliki peran dalam jangka panjang ataupun dengan
dominan untuk mengatur kebijakan dan tata pendekatan insentif atau disinsentif yang
kelola kontrak dan negosiasi kontrak. Harmonisasi dapat berupa pemberian penghargaan hingga
peran antar stakeholder inilah yang diperlukan pemutusan kontrak kerjasama.
untuk menguatkan posisi BPJS Kesehatan dalam
kerjasama aktif dengan provider. 2. BPJS Kesehatan perlu didukung dengan
kesiapan kapasitas SDM yang mampu
melaksanakan kewenangan melalui
REKOMENDASI peningkatan skill komunikasi dan
kemampuan untuk membaca peta politik
1. BPJS Kesehatan perlu diberikan baik di level nasional maupun daerah.
kewenangan untuk memilih, memberikan BPJS Kesehatan perlu didukung kesiapan
penilaian, dan membuat keputusan dalam kapasitas SDM yang mampu melakukan
melakukan kontrak dengan provider kewenangan dalam memilih, melakukan
sesuai dengan persyaratan kredensialing penilaian, dan membuat keputusan dalam
yang dibutuhkan termasuk menggunakan melakukan kontrak kerjasama dengan
pendekatan pemberian insentif atau provider. Harapannya, BPJS Kesehatan perlu
disinsentif. menyiapkan manajemen terkait Kapasitas
Dalam pelaksanaan kontrak kerjasama dengan SDM termasuk peningkatan skill komunikasi
provider, BPJS Kesehatan sebagai pembeli dan kemampuan untuk membaca peta politik
aktif seharusnya diberikan kewenangan penuh baik di level nasional maupun daerah.
baik dalam memilih, melakukan penilaian,
ataupun membuat keputusan yang sesuai 3. BPJS Kesehatan perlu menyiapkan sumber
dengan persyaratan mutlak kredensialing. daya pendukung lainnya seperti sistem
Selain itu, pada proses penguatan perjanjian informasi yang memungkinkan terjadinya
kerjasama juga diperlukan sistem pendukung pertukaran data, interoperabilitas masing-

Halaman 6
masing sistem untuk mendukung proses mutu. Dimana unit/board independen ini
perencanaan, monitoring hingga evaluasi terdiri dari para expert di bidangnya dan
dalam proses kerjasama dengan provider. memiliki kewenangan untuk menyelesaikan
Perlu adanya kesiapan sistem informasi sengketa-sengketa terkait pelaksanaan BPJS
yang memungkinkan terjadinya pertukaran Kesehatan.
data, interoperabilitas dari masing-masing
sistem, penggunaan data yang tersedia untuk 6. BPJS Kesehatan harus mampu secara
masukan pada saat melakukan perencanaan, aktif melakukan advokasi dalam hal
monitoring dan evaluasi. Memberikan memberikan masukan-masukan terhadap
feedback untuk perbaikan. Meningkatkan perubahan regulasi-regulasi yang terkait
kemampuan untuk mengumpulkan, meng- dengan pelaksanaan fungsi sebagai
analisis, dan menginterpretasikan data pembeli aktif.
sebagai masukan dalam perencanaan BPJS Kesehatan perlu melakukan advokasi
kontrak kerjasama. Dengan data yang baik, secara aktif kepada para stakeholder terkait
cepat terupdate dan terintegrasi harapannya untuk memberikan masukan terhadap
dapat mendukung proses perencanaan yang perubahan regulasi-regulasi agar lebih ber-
baik dalam memberikan pelayanan kesehatan peran sebagai pembeli aktif dalam kerangka
yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat strategic health purchasing.
dan bermutu baik.
7. Mempercepat dan memastikan perubahan
4. BPJS Kesehatan perlu memastikan Perpres No. 82 Tahun 2018 tentang
pelaksanaan SK Direksi BPJS Kesehatan Penyelenggaraan JKN sebagai pembeli
pada Tahun 2022 tentang Restrukturisasi aktif.
Organisasi BPJS Kesehatan sudah BPJS Kesehatan diberikan kewenangan
memenuhi fungsi sebagai pembeli aktif dalam penentuan tarif layanan misalnya terlibat
dalam strategic purchasing. dalam suatu tim tarif bersama Kementerian
BPJS Kesehatan telah melakukan re- Kesehatan RI. BPJS Kesehatan diberikan
strukturisasi organisasi berdasarkan penetap- kewenangan untuk menentukan provider yang
an Surat Keputusan Direksi BPJS Kesehatan akan dikontrak sesuai dengan persyaratan
pada Tahun 2022. Selain melakukan sosialisasi kredensialing yang sudah ditetapkan.
tentang pembaharuan struktur organisasi
tersebut, harapannya BPJS Kesehatan dapat 8. Kementerian kesehatan bersama BPJS
memastikan pelaksanaannya telah memenuhi Kesehatan dan Asosiasi Fasilitas
fungsi sebagai pembeli aktif dalam kerangka Kesehatan dapat menerbitkan regulasi
strategic health purchasing. mengenai nilai batas atas dan batas bawah
dari setiap tarif pelayanan kesehatan.
5. BPJS Kesehatan perlu membuat suatu Dengan adanya tarif batas atas dan batas
unit/board independen yang bertugas dan bawah, akan memberikan ruang bagi BPJS
memiliki kewenangan dalam penjaminan Kesehatan untuk bernegosiasi dengan
mutu. fasilitas kesehatan yang akan bekerja sama
BPJS Kesehatan perlu mempertimbangkan sesuai dengan kemampuan pemenuhan
pembentukan unit/board independen yang indikator mutu pelayanan fasilitas kesehatan
memiliki kewenangan dalam penjaminan tersebut, yang harapannya hal ini akan

Halaman 7
mendorong peningkatan kualitas pelayanan 2. World Health Organization, 2017, Strategic
bagi masyarakat peserta JKN. Purchasing for UHC: Key Policies Issues
and Questions: A Summary from Expert and
9. Pada proses penguatan perjanjian Practitioners’ Discussion, WHO, Geneva.
kerjasama dibutuhkan sistem pendukung
3. WHO, W., 2020. A GUIDE TO CONTRACTING
seperti pengembangan provider payment
FOR HEALTH SERVICES DURING THE
yang mendukung kesinambungan
COVID-19 PANDEMIC. [online] Cdn.
kerjasama dalam jangka Panjang.
who.int. Available at: <https://cdn.who.int/
Misalnya risk adjustment capitation payment.
media/docs/default-source/health-system-
Dalam penyusunan klausul kontrak kerjasama
governance/2021.01.19---contracting---
antara BPJS Kesehatan dengan provider tidak
conferency-copy.pdf?sfvrsn=92a3e9fd_3&do
semata merespon regulasi nasional namun
wnload=true> [Accessed 11 August 2022].
juga dapat dilakukan untuk memayungi
keinginan kedua belah pihak khususnya BPJS 4. Sanderson, J., Lonsdale, C., Mannion, R.,
Kesehatan dalam rangka mencapai active 2019, What’s Needed to Develop Strategic
purchaser. Purchasing in Healthcare? Policy Lessons
from Realist Review, IHJPM, 8(1): 4-17.
5. Kementerian Kesehatan, 2014, Peraturan
REFERENSI Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2014
tentang Pedoman Pelaksanaan Program
1. PPJK Kemenkes RI, 2021, Akselerasi Jaminan Kesehatan Nasional, Jakarta.
Sistem Pembiayaan Kesehatan melalui
6. Afflazir, A., Maulana, A.N., Febe, E., Hafidz,
Model Strategic Health Purchasing (SHP)
F., Hendrartini, J., Kusuma, N.P., Widodo, P.,
atau Belanja Kesehatan Strategis Menuju
Pujisubekti, R., Ramadani, R.V., Nugraha,
Pembiayaan JKN Optimal dan Program
R.R., 2021, Belanja Kesehatan Strategis
Prioritas Nasional yang Berkualitas,
Concept and Best Practice: Seri Ekonomi
Available at: https://ppjk.kemkes.go.id/sys_
Kesehatan III, Kementerian Kesehatan RI,
syweb_page?q=blog&ctg=evaluasi-belanja-
Jakarta.
kesehatan&id=44

Terima Kasih Kepada Kedeputian Bidang Terkait, beserta Seluruh Jajarannya:


Tim Kedeputian Bidang Hubungan Antar Lembaga dan Regulasi
Tim Kedeputian Bidang Manajemen Sumber Daya Manusia dan Revolusi Mental
Tim Kedeputian Bidang Perencanaan dan Evaluasi Organisasi
Tim Kedeputian Bidang Treasuri dan Investasi
Tim Kedeputian Bidang Manajemen Sistem dan Risiko

BPJS KESEHATAN
Jl. Letjen Suprapto Kav. 20 No. 14
Cempaka Putih PO. BOX 1391/JKT, Jakarta Pusat 10510
Telp. (021) 4212938 (hunting)
Fax. (021) 4212940

Halaman 8

Anda mungkin juga menyukai